Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesehatan jiwa menurut Undang – Undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

merupakan suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara

fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

kemampuan sendiri, dapa tmengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,

dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Menurut Riyadi dan

Purwanto (2013), kesehatan jiwa suatu kondisi perasaan sejahtera secara

subyektif, suatu penilaian diri tentang perasaan mencakup aspek konsep diri,

kebugaran dan kemampuan pengendalian diri. Kesehatan jiwa merupakan salah

satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, meskipun

masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan

kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan

ketidakmampuan individu dalam berperilaku yang dapat menghambat

pembangunan karena mereka tidak produktif (Hawari, 2009).

Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang

secara fisik, mental, spiritual, dan social sehingga individu tersebut menyadari

kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif,

dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kondisi

1
2

perkembangan yang tidak sesuai pada individu disebut gangguan jiwa (UU

No.18 tahun 2014).

Gangguan jiwa menurut American Psychiatric Association (APA) adalah

sindrom atau pola psikologis atau pola perilaku yang penting secara klinis,

yang terjadi pada individu dan sindrom itu dihubungkan dengan adanya

distress (misalnya, gejala nyeri, menyakitkan) atau disabilitas

(ketidakmampuan pada salah satu bagian atau beberapa fungsi penting) atau

disertai peningkatan resiko secara bermakna untuk mati, sakit,

ketidakmampuan, atau kehilangan kebebasan (APA, 1994 dalam Prabowo,

2014).

Data statistik yang dikemukakan oleh (WHO) (2012) menyebutkan bahwa

sekitar 450 juta orang di dunia mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa.

Sepertiga diantaranya terjadi di Negara berkembang. Data yang ditemukan oleh

2 peneliti di Harvard University dan University College London, mengatakan

penyakit kejiwaan pada tahun 2016 meliputi 32% dari semua jenis kecacatan di

seluruh dunia. Angka tersebut meningkat dari tahuns ebelumnya (VOA

Indonesia, 2016).

Menurut WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta

orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena

dimensia. Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini adalah 236 juta
3

orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan 0,17%

menderita gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung.

Tercatat sebanyak 6% penduduk berusia 15-24 tahun mengalami gangguan

jiwa. Dari 34 provinsi di Indonesia, Jawa Barat merupakan peringkat ke 9

dengan jumlah gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan prevalensi masalah

skizofrenia pada urutan ke-2 sebanyak 1,9 permil. Peningkatan gangguan jiwa

yang terjadi saat ini akan menimbulkan masalah baru yang disebabkan

ketidakmampuan dan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penderita (Riskesdas

2013).

Gangguan jiwa yang menjadi salah satu masalah utama di negara-negara

berkembang adalah Skizofrenia. Skizofrenia termasuk jenis psikosis yang

menempati urutan atas dari seluruh gangguan jiwa yang ada (Nuraenah, 2012).

Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan menyebabkan

timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku yang aneh dan

terganggu. Gejala skizofrenia dibagi dalam 2 kategori utama: gejala positif atau

gejala nyata, yang mencakup waham, halusinasi dan disorganisasi pikiran,

bicara dan perilaku yang tidak teratur serta gejala negative atau gejala samar,

seperti afek datar, tidak memiliki kemauan dan menarik diri dari masyarakat

atau rasa tidak nyaman (Videbeck, 2009).

Peristiwa traumatik, seperti kehilangan pekerjaan, harta benda, dan orang yang

dicintai dapat meninggalkan dampak yang serius. Dampak kehilangan tersebut


4

sangat memengaruhi persepsi individu akan kemampuan dirinya sehingga

mengganggu harga diri seseorang. Banyak dari individu-individu yang setelah

mengalami suatu kejadian yang buruk dalam hidupnya, laluakan berlanjut

mengalami kehilangan kepercayaan dirinya. Dia merasa bahwa dirinya tidak

dapat melakukan apa-apalagi, semua yang telah dikerjakannya salah, merasa

dirinya tidak berguna, dan masih banyak prasangka-prasangka negative

seorang individu kepada dirinya sendiri. Untuk itu, dibutuhkan bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak agar rasa percaya diri dalam individu itu dapat

muncul kembali.

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri

yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau

kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal

karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri. (Sari, 2011).

Komunikasi terapeutik dapat menjadi jembatan penghubung antara perawat

sebagai pemberi asuhan keperawatan dan pasien sebagai pengguna mengalami

gangguan asuhan keperawatan, karena komunikasi terapeutik dapat

mengakomodasikan perkembangan status kesehatan yang dialami pasien.

Komunikasi terapeutik memperhatikan pasien secara holistic meliputi aspek

positif yang masih dimiliki pasien, dengan cara mendiskusikan bahwa pasien

masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan pasien

di rumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.


5

Data dari dinas kesehatan Karawang dalam laporan upaya kesehatan jiwa

Kabupaten Karawang pad atahun 2017 menunjukkan bahwa jumlah total

pasien dengan gangguan jiwa adalah sebanyak 10943 dengan jumlah penderita

laki-laki 4618 orang dan perempuan 6325 orang. Berdasarkan laporan rekam

medik (RM) Puskesmas Adiarsa Karawang, di dapatkan data pada periode

bulan Januari - Maret 2018 tercatat jumlah pasien gangguan jiwa yang berobat

yaitu ada 43 klien dengan rincian klien dengan gangguan halusinasi berjumlah

12 klien (27,9%), dengan gangguan resiko perilaku kekerasan berjumlah 7

klien (16,3%), dengan gangguan defisit perawatan diri berjumlah 6 klien

(13,9%), gangguan waham berjumlah 8 klien (18,6%) dan klien dengan harga

diri rendah 10 klien (23,25%). Berdasarkan data di atas penulis tertarik untuk

membuat karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Tn. N

dengan Masalah Utama Harga Diri Rendah di Kampung Johar Timur RT

001 RW 006 AdiarsaTimur Kabupaten Karawang”

B. Tujuan Penulisan

1. TujuanUmum

Memberikan asuhan keperawatan pada Tn. N dengan Masalah Utama Harga

Diri Rendah di Kampung Johar Timur RT 001 RW 006 Adiarsa Timur

Kabupaten Karawang.
6

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. N dengan Masalah

Utama Harga Diri Rendah di Kampung Johar Timur RT 001 RW 006

Adiarsa Timur Kabupaten Karawang.

b. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada Tn. N dengan Masalah

Utama Harga Diri Rendah di Kampung Johar Timur RT 001 RW 006

Adiarsa Timur Kabupaten Karawang.

c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada Tn. N dengan

Masalah Utama Harga Diri Rendah di Kampung Johar Timur RT 001

RW 006 Adiarsa Timur Kabupaten Karawang.

d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Tn. N dengan

Masalah Utama Harga Diri Rendah di Kampung Johar Timur RT 001

RW 006 Adiarsa Timur Kabupaten Karawang.

e. Mampu melakukan evaluasi pada Tn. N dengan Masalah Utama Harga

Diri Rendah di Kampung Johar Timur RT 001 RW 006 Adiarsa Timur

Kabupaten Karawang.

f. Mampu melakukan pendokumentasian pada Tn. N dengan Masalah

Utama Harga Diri Rendah di Kampung Johar Timur RT 001 RW 006

Adiarsa Timur Kabupaten Karawang.


7

C. Metode Penulisan

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang berbentuk studi kasus,

teknik pengumpulan data pada kasus melalui wawancara, observasi langsung,

pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi

D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir terdiri dari 4 bab yaitu:

BAB I PENDAHULUAN terdiri dari Latar belakang, Tujuan penulisan,

Metode telaah dan Sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS, terdiri dari konsep kesehatan dan

keperawatan jiwa, konsep dasar konsep diri, konsep harga diri rendah, Asuhan

keperawatan harga diri rendah

BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN, terdiri dari pengkajian

diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi dan

pembahasan kasus (kesenjangan antara teori dan aplikasi askep).

BAB IV PENUTUP, terdiri dari kesimpulan, Saran/rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai