TINJAUAN PUSTAKA
I.Konsep Dasar Hemorrhagic Disease of the Newborn (HDN)
A. Pengertian Hemorrhagic disease of the newborn
1. Hemorrhagic disease of the newborn(HDN) merupakan suatu keadaan akibat dari kekurangan
vitamin K pada masa neonatus (Bambang P, Buku ajar Haematologi–Onkologi Anak, hal
184). Padakebanyakan kasus perdarahan terjadi di kulit, mata, hidung dan saluran cerna. Kasus
perdarahan pada intracranial jarang di jumpai. Sistem pembekuan darah pada neonatus masih imatur
sehingga pada saat lahir kadar protein koagulasinya juga masih rendah.
2. HDNadalah hasildari perjalananantibodiIgGdari sirkulasimaternalmelintasiplasentake
dalamsirkulasijanindi manamerekabereaksi dengansel darah merahjanin
danmenyebabkankehancuranoleh sistemretikuloendotelialjanin (A.V. Hoffbrand, Essential
Haematology,hal 322).
3. Hemorrhagic disease of the newborn(HDN)adalah sindroma klinis yang disebabkan oleh defisiensi
vitamin K (hal 1373).
4. HDN juga didefinisikan sebagai perdarahan spontan atau akibat trauma pada bayi
yangberhubungan dengan defisiensi vitamin K dan menurunnya aktifitas factorpembekuan II, VII,
IX, dan X dengan fibrinogen dan trombosit normal.
5.The Committee on Nutrition of the American Academy of Pediatrics (1996) mengatakan bahwa
HDN adalah pendarahan yang terjadi pada beberapa hari pertama kelahiran akibat kekurangan
vitamin K dan ditandai dengan defisiensi protrombin, prokonvertin, dan mungkin faktor pembekuan
lain (Markum,dkk, FKUI, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, hal 321)
6. Penyakit Pendarahan pada neonatus atau Hemorrhagic Diseases of Newborn (HDN)
merupakan gangguan pendarahan yang dapat sembuh sendiri dan terjadi akibat defisiensi faktor
pembekuan yang tergantung vitamin K (Waldo E. Nelson, Ilmu kesehatan Anak, hal 887)
Kadar dari system prokoagulasi seperti proteinprekalikrein, faktor V, XI, XII, sert faktor
koagulasi yang tergantung vitamin K (II, VII, IX,X). Kadar faktor koagulasi yang tergantung vitamin
K berlangsung kembali ke normal pada usia 7-10 hari. Cadangan vitamin K pada BBL rendah, hal ini
disebabkan oleh kurangnya vitamin K ibu, serta tidak adanya cadangan flora normal usus yang
mampu mensintesa vitamin K.
B. ANATOMI FISOLOGI
Anatomi Fisiologi Otak Dan Peredaran Darah Otak
1. Anatomi Otak
Otak terletak dirongga kranium dan dilindungi oleh tulang tengkorak serta tiga lapis
selaput penutup (meningen) yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Berat otak
manusia kira-kira 2 % dari total berat badan orang dewasa. Otak menerima 20 % dari curah
jantung dan memerlukan sekitar 20 % pemakaian O2 tubuh, atau sekitar 400 kilo kalori
energi setiap harinya.
Otak merupakan jaringan yang paling banyak menggunakan energi dalam seluruh tubuh
manusia, yang terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Kebutuhan O2
dan glukosa relatif konstan, hal ini disebabkan oleh metabolisme otak yang merupakan
proses yang terus menerus tanpa periode istirahat yang berarti. Bila kadar O2 dan glukosa
kurang dalam jaringan otak maka metabolisme menjadi terganggu dan jaringan saraf akan
mengalami kerusakan.
Secara garis besar otak terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu :
1) Serebrum (Otak Besar / Hemisfer Serebri)
Serebrum merupakan bagian otak yang terluas dan terbesar dari otak, berbentuk telur
mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Serebrum terbagi menjadi dua
hemisfer yaitu hemisfer kanan dan kiri, keduanya dipisahkan oleh lekuk atau celah dalam
yang disebut visura longitudinalis mayor dan dihubungkan oleh suatu pita serabut lebar
yang disebut korpus kalosum. Pusat aktivitas sensorik dan motorik pada masing-masing
hemisfer dirangkap dua dan sebagian besar berkaitan dengan bagian tubuh yang
berlawanan, hemisfer sebelah kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri dan hemisfer
serebri kiri mengatur bagian tubuh sebelah kanan. Konsep fungsional ini disebut
pengendalian kontralateral.
Bagian luar hemisfer serebri terdiri dari subtansia grisea yang disebut sebagai
korteks serebri, terletak diatas substansia alba yang merupakan bagian inti hemisfer yang
disebut pusat medula. Fungsi kortek yaitu untuk menjalankan semua fungsi–fungsi mental
yang lebih tinggi seperti penilaian, bahasa, memori (daya ingat), kreativitas dan berfikir
abstrak. Berfungsi juga dalam persepsi, penempatan dan interpretasi semua sensasi serta
mengatur semua gerak volunter terutama aktivitas motorik diskrit.
Basal ganglia terdiri dari sejumlah nukleus dan terletak dibagian terdalam hemisfer
serebri. Ganglia basalis yang merupakan kelompok massa substansia grisea tertanam
didalam substansia alba. Substansia alba terdiri dari sel-sel saraf yang menghubungkan
bagian-bagian otak dengan bagian yang lain.
Fungsi basal ganglia bertanggung jawab mengontrol gerakan halus tubuh, kedua
tangan dan ekstremitas bagian bawah. Fungsi basal ganglia dalam kooperasi dengan
bagian-bagian otak yang lebih rendah dalam memberikan sirkuit dalam gerakan tubuh
dasar dan dibawah sadar. Basal ganglia ini memberikan latar belakang tonus otot yang
penting untuk gerakan volunter yang mempunyai ciri tersendiri, kehalusan dan koordinasi
fungsi-fungsi antagonis otot, dasar gerakan berirama bawah sadar otomatis yang terlibat
dalam pemeliharaan keseimbangan dan berjalan.
Secara anatomi serebrum hemisfer memiliki 4 lobus dan secara umum terletak
dibawah masing-masing tulang tengkorak, yaitu frontal, parietal, temporal dan oksipital.
Beberapa daerah tertentu dari korteks serebri memiliki fungsi spesifik. Lobus tersebut
dibagi lagi menjadi 47 area yang lebih dikenal dengan area brodmann yang mempunyai
fungsi, yaitu:
a) Lobus Frontal
Area 4 brodmann merupakan area motorik primer, terletak di sepanjang girus presentralis
dan tersusun secara somatotopik. Area ini bertanggung jawab atas gerakan-gerakan
volunter.
Area 6 brodmann terletak dikenal sebagai korteks premotorik. Area ini bertanggung jawab
terhadap gerakan-gerakan terlatih seperti menulis, mengetik atau mengemudi.
Area 8 brodmann bersama area 6 bertanggung jawab atas gerakan-gerakan menyidik
volunter dan deviasi konjugat dari mata dan kepala atau sering disebut juga area lapangan
pandang frontal.
Area 4, 6, 8, 9, dan 46 Brodmann, mengatur gerakan mata volunter.
Area 44 dan 45 Brodmann, dikenal sebagai area bicara motorik broca. Terletak di girus
frontalis inferior pars operkularis dan triangularis. Area ini bertanggung jawab atas
pelaksanaan motorik berbicara. Hemisfer dominan yang mengatur bicara terletak pada
hemisfer kiri.
Area 9 sampai 12 Brodmann, merupakan area yang berkaitan dengan kepribadian. Terletak
di korteks prefrontalis, fungsinya melakukan kegiatan intelektual seperti fungsi ingatan,
ide-ide dan pikiran kreatif.
b) Lobus Parietal
Area 1 sampai 3 Brodmann, area ini terletak pada girus post sentralis. Area ini dikenal
dengan area somestetik primer, fungsinya memproses dan mengintegrasi informasi sensasi
seperti nyeri, suhu, raba, tekan, dan propioseptik. Jika ada lesi diarea ini mengakibatkan
gangguan sensorik kontralateral.
Area 5 dan 7 Brodmann terletak di lobus parietalis superior dan meluas sampai permukaan
medial hemisfer. Fungsinya adalah menerima berbagai modalitas sensorik seperti kualitas,
bentuk, berat dan tekstur dan suhu berdasarkan pengalaman-pengalaman masa lalu. Area
ini disebut juga area asosiasi somestetik.
Area 39 brodmann (Girus Angularis) terletak di lobus parietalis inferior. Fungsinya
mengintegrasi kemampuan dalam memahami bahasa tulisan.
Area 40 brodmann (Girus Supramarginalis) terletak di lobus parietalis inferior, fungsinya
mengintegrasikan kemampuan stereogenesis.
c) Lobus Temporal
Area 41 (Area auditorik Primer) dan 42 (Area auditorik sekunder) Brodmann, area ini
berfungsi sebagai penerima suara.
Area 22 Brodmann (Area Asosiasi Auditorik) terletak pada girus temporalis superior.
Fungsinya sebagai tempat proses pemahaman atau lebih dikenal dengan nama area
Wernicke.
d) Lobus Oksipital
Area 17 Brodmann (Area Visual Primer), terletak pada sulkus kalkarinus. Fungsinya
sebagai penerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna.
Area 18 dan 19 Brodmann, area ini memegang peranan penting dalam reflek gerakan mata
apabila sedang memandang atau mengikuti suatu benda dan menjadikan informasi-
informasi penglihatan menjadi berarti.
Di seluruh batang otak banyak ditemukan jaras-jaras yang berjalan naik dan turun. Batang otak
merupakan pusat relai dan refleks dari susunan saraf pusat. Jaras-jaras tersebut adalah jaras
motorik dan jaras sensorik.
Jaras motorik
Setiap serabut otot yang mengatur gerakan disadari melalui dua kombinasi sel-sel saraf,
salah satunya terdapat pada kortek motorik, serabut-serabutnya berada tepat pada traktus
piramida atau penyilangan traktus piramida dan serat lainnya berada pada ujung anterior medula
spinalis, serat-seratnya berjalan menuju otot. Pertama disebut sebagai neuron motorik atas /
Upper Motor Neuron (UMN) dan yang kedua disebut sebagai neuron motorik bawah / Lower
Motor Neuron (LMN). Setiap saraf motorik yang menggerakan setiap otot merupakan komposisi
gabungan ribuan saraf-saraf motorik bawah.
Jaras motorik dari otak ke medula spinalis dan juga dari serebrum ke batang otak
dibentuk oleh UMN. UMN mulai didalam kortek pada sisi yang berlawanan di otak
menurun melalui kapsul interna, menyilang ke sisi yang berlawanan di dalam batang otak,
menurun melalui traktus kortikospinal dan ujungnya berakhir pada sinaps LMN. UMN
seluruhnya berada dalam sistem saraf pusat (SSP). LMN menerima impuls di bagian ujung
posterior dan berjalan menuju sambungan mioneural, berbeda dengan UMN, LMN
berakhir didalam otot.
Lesi pada UMN dapat melibatkan kortek motor, kapsul interna, medula spinalis dan
struktur-struktur lain pada otak dimana sistem kortikospinal menuruninya. Jika UMN
rusak atau hancur sering menyebabkan stoke, paralisis (kehilangan gerak yang disadari).
Hemiplegi (paralisis satu tangan kaki pada sisi tubuh yang sama) adalah salah satu contoh
paralisis UMN. Jika terjadi hemoragi, embolus atau trombus dapat merusak serat-serat
pada daerah motor di kapsula interna, tangan dan kaki pada sisi yang berlawanan menjadi
kaku dan sangat lemah atau lumpuh, kondisi ini disebut paraplegi.
Lesi pada LMN yaitu pada satu saraf motor antara otot dan medula spinalis berakibat
rusak berat pada jaras ke otot. Akibatnya otot menjadi lumpuh dan orang tersebut tidak
mampu menggerakan otot. Saraf tidak mengambil peran pada gerakan-gerakan reflek, otot
menjadi lemah dan atropi karena otot tidak digerakan. Rentetan kejadian ini terjadi pada
poliomielitis anterior, paralisis flaksid (kelumpuhan dan atropi) pada otot-otot adalah tanda
spesifik pada penyakit LMN.
Jaras sensorik
Transisi impuls sensorik dari titik asal menuju serebral melibatkan tiga jalur neuron.
Dimana ketiga jaras mayor ini dilalui oleh sensasi dan bergantung pada tipe sensasi yang
ada. Akson pada saraf yang mengandung impuls sensori memasuki medula spinalis melalui
akar posterior. Akson yang membawa sensasi panas, dingin dan nyeri segera saat memasuki
kolumna grisea posterior di medula spinalis, dimana akson ini membuat hubungan dengan
sel-sel neuron sekunder. Serabut-serabut nyeri dan temperatur segera menyilang ke sisi
yang berlawanan pada medula dan jalan ke atas menuju talamus. Serabut-serabut yang
membawa sensasi sentuhan, tekanan cahaya, dan yang ditempati sensasi-sensasi tersebut
tidak segera berhubungan dengan neuron kedua tetapi naik ke medula.
Kategori sensasi ketiga dihasilkan oleh stimulus yang timbul dari otot-otot, sendi-
sendi dan tulang termasuk sensasi terhadap posisi dan getaran. Stimulus ini dibawa oleh
neuron primer menuju batang otak tanpa adanya proses penyilangan. Terputusnya saraf-
saraf sensori menyebabkan kehilangan sensasi total pada area distribusinya. Kerusakan dan
degenerasi selektif kolumna medula spinalis posterior berakibat kehilangan indra posisi
pada segmen distal lesi tidak disertai hilangnya persepsi
3) Serebelum (Otak Kecil)
Serebelum terletak pada fosa kranii posterior dan ditutupi oleh durameter yang
menyerupai atap tenda, yaitu tentorium yang memisahkan dari bagian posterior serebrum.
Serebelum terdiri dari bagian tengah, vermis dan dua hemisfer lateral. Semua aktivitas
serebelum ada dibawah kesadaran. Fungsi utamanya sebagai pusat refleks yang
mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan
kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh.
2. Sirkulasi Serebral
Sirkulasi serebral menerima kira-kira 20 % dari curah jantung atau 750 ml/menit.
Sirkulasi ini sangat dibutuhkan, karena otak tidak mampu menyimpan makanan, sementara
kebutuhan metabolisme otak tinggi. Aliran darah otak sangat unik, karena melawan arah
gravitasi. Sirkulasi darah arteri mengalir mengisi dari bawah dan vena mengalir dari atas.
Kurangnya aliran darah kolateral dapat menyebabkan jaringan rusak ireversibel, hal ini
berbeda dengan organ tubuh lainnya yang akan cepat mentoleransi apabila aliran darahnya
menurun.
1). Arteri-arteri
Jaringan otak mendapat suplai darah dari 2 arteri besar, yaitu :
a). Arteri karotis
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis. Arteri
karotis komunis kiri berasal dari arkus aorta, sedangkan arteri korotis komunis kanan
berasal dari arteri brakhiosefalika. Arteri karotis eksterna memperdarahi wajah, tiroid,
lidah dan faring. Arteri karotis interna masuk kedalam tengkorak dan bercabang menjadi
arteri serebri anterior dan media. Segera sesudah masuk kedalam ruang subarakhnoid dan
sebelum bercabang-cabang, arteri karotis interna mempercabangkan arteri oftalmika yang
masuk kedalam orbita dan memperdarahi mata dan isi orbita lainnya, bagian-bagian
hidung dan sinus-sinus udara. Bila cabang arteri karotis interna ini tersumbat dapat
mengakibatkan kebutaan monokular.
Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus
kaudatus dan putamen basal ganglia, bagian-bagian kapsula interna dan korpus kalosum,
serta bagian-bagian lobus frontal dan parietal serebri, termasuk korteks somestetik dan
korteks motorik. Bila arteri serebri anterior mengalami sumbatan maka akan terjadi
hemiplegi kontalateral.
Arteri serebri media mensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis dan frontalis
korteks serebri. Arteri ini merupakan sumber darah utama girus pra sentralis dan post
sentralis. Korteks auditorius, somestetik, motorik dan premotorik disuplai oleh arteri ini
seperti juga korteks asosiasi yang berkaitan dengan fungsi integrasi yang lebih tinggi pada
lobus sentralis tersebut. Apabila arteri serebri media tersumbat akan menimbulkan afasia,
kehilangan sensasi posisi dan diskriminasi taktil dua titik kontralateral.
b). Arteri vertebralis kanan dan kiri
Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteri subklavia sisi yang sama. Arteri
subklavia kanan merupakan cabang dari arteri inominata, arteri subklavia kiri merupakan cabang
langsung dari aorta. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum. Kedua
arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris. Arteri basilaris terus berjalan sampai setinggi otak
tengah dan disini bercabang menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-
cabang sistem vertebrobasilaris ini memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum, otak
tengah dan sebagian diensefalon.
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Teoritis pada Klien dengan Hemorrhagic disease of
the newborn (HDN)
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan
yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanankesehatan. Dalam upaya
pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan menggunakanmetodologi proses keperawatan
berpedoman pada standar keperawatan dilandasi etik danetika keperawatan dalam lingkup
wewenang serta tanggung jawab keperawatan(Depkes,1995:5).Proses keperawatan menyediakan
struktur untuk praktik keperawatan, merupakan kerangka kerja penggunaan pengetahuan dan
keterampilan yang dilakukan oleh perawat untuk mengekspresikan human caring. Proses
keperawatan digunakan secara terus menerus ketika merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan. Perawat menganggap pasien sebagai figure sentral dalam rencana asuhan dan
memastikan ketepatan dari semua aspek asuhan keperawatan dengan mengobservasi respon
pasien. Proses keperawatan terdiri dari pengkajian, merumuskan diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi ,
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam berpikir kritis dan pengambilan keputusan yang
menghasilkan diagnosis keperawatan. Untuk mengarahkan perawat dalam mengumpulkan data
agar perawat dapat menentukan status dan fungsi kesehatan individu atau kelompok, Gordon
mengembangkan sistem untuk mengatur pengkajian keperawatan berdasarkan fungsi (1994).
Setelah pengumpulan data selesai, perawat dan klien dapat menentukan status fungsi yang
positif, status perubahan fungsi, atau status resiko perubahan fungsi. Pola kesehatan fungsional
meliputi :Pengkajian Gordon
A) Identitas klien, meliputi : nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, status bangsa, tanggal
masuk RS, nomor rekam medis, diagnosa medis dan alamat. Disamping itu perlu juga dicantumkan
identitas Penanggung jawab yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
hubungandengan keluarga dan alamat.
B) Riwayat Kesehatan sekarang
Pada Hemorhagic disease of the newborn (HDN)Biasanya akanditemukan adanya penurunan
tingkat kesadaran dan kemungkinan sampaiterjadi koma sehingga klien tidak dapat dilakukan
pengkajian tentang keluhanutamanya, Dikembangkan pula dengan menggunakan konsep PQRST
mulaidari adanya keluhan sampai datang ke rumah sakit untuk meminta pertolongan.PQRST
Meliputi P : Paliatif artinya apa yang memperberat keluhan yang dialami klien, Q : Qualitas artinya
bagaimana keluhan tersebut dirasakan oleh klien, R : Region artinya di manakah gangguan tersebut
dirasakan, apakahgangguan tersebut menjalar/menyebar ke area lain, apa yang telahdilakukan untuk
mengurangi atau menghilangkan keluhan tersebut, S : Scala artinya seberapa berat keluhan tersebut
dirasakan, bagaimanakeluhan tersebut mempengaruhi kemampuan fungsi dirinya.T : Time artinya
berapa lama keluhan tersebut dirasakan, apakah adaperbedaan intensitas keluhan misal: menghebat
pada saat malam hari.
C) Riwayat kesehatan lalu
meliputi: adanya riwayat tidak diberikannyavitamin K saat BBL , apakah sebelumnya ibu klien
pernah mengkonsumsiobat-obatan pada saat mengandung klien, apakah klien pernah
mengalamikecelakaan atau tidak, klien pernah mengalami tindakan invasif yaitumenggunakan
vakum dan forcev saat proses persalinan atau kepala klienterjepit lama oleh panggul ibu saat proses
persalinan. Kemudian juga perlu di kaji riwayat prenatal, natal dan postnatal
Riwayat prenatal : apakah kehamilan direncanakan, kondisi Ibu saat hamil,adakah kelainan kehamilan,
obat – obat yang digunakan oleh Ibusebelum hamil, penyakit yang diderita Ibu waktu hamil.
Riwayat perinatal : lamanya kehamilan, yang membantu persalinan, di manabersalin, lahir
prematur/aterm/postmatur, jenis kelahiranspontan/dengan alat/operasi, komplikasi waktu persalinan
Riwayat neonatal : Pemberian nutrisi/ASI, jumlah pemberian,frekuensi,pemberian makanan tambahan,
kapan berhenti minum ASI, beratbadan waktu lahir, panjang badan waktu lahir.
Riwayat postnatal : Lama di Rumah Sakit/Bidan, perubahan berat badan (adaperubahan atau tidak),
pola buang air besar.
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak : Riwayat pertumbuhan meliputi : berat badan waktu
lahir, beratbadan sekarang, saat masuk rumah sakit, berat badan saat dikaji,lingkar kepala, lingkar
perut, lingkar lengan. Kemudian hal yang perlu dikaji dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah
:
(a) Motorik kasar, apakah anak dapat menghisap, menggenggam
(b) Motorik halus, respon tubuh terhadap lingkungan
(c) bahasa, apakah anak bisa menangis, kapan anak bisa bicara
D) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat yang pernah atau masih dialami anggota keluarga, penyakitmenular, penyakit keturunan,
apakah di antara anggota keluarga adayang menderita penyakit yang dapat diturunkan atau
ditularkan, jika adabuat genogram.
1. Pola persepsi dan Manajemen Kesehatan
biasanya klien /keluarga akan mengalami kecemasan karena kondisi penyakit/tidak, proses
hospitalisasi, memikirkan biaya perawatan dan cara keluarga mengatasi masalah.
2. Pola nutrisi metabolic
nafsu makan/tidak, adakah penambahan berat badan/tidak, adakah rasa mual, muntah, frekuensi
bising usus, adakah asites/tidak, keadaan mulut bersih / tidak, ada lesi / tidak, frekuensi buang air
besar, keadaan perut kembung /cekung /datar, adanyeri tekan pada perut /tidak, warna kulit perut
ada kelainan / tidak,berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas,
lingkar perut.
3. Pola eliminasi
frekuensi BAK, adakah sumbatan atau tidak, kondisi alatgenetalia ada kelainan/tidak, pola
urinaria normal/tidak, disuria,retensi urine, warna urine, bau urine,
adanyahematuri/anuria/oliguria, adanya edema pada muka/pada tungkaibawah, warna urine
gelap seperti air teh/air cucian daging.
4. Pola aktivitas dan latihan
Pola aktivitas sehari – hariperlu dikaji kebiasaan klien sehari-hari sebelum sakit dan dengan
keadaansekarang pada waktu sakit, meliputi:
a. Pola nutrisi, kebiasaan makna sehari-hari, jam makan, frekuensi makan, porsimakan, jenis makanan
yang disukai/tidak, obat/diet tambahan yang diberikan,alergi terhadap makanan, masalah yang
berhubungan dengan nutrisi.Makanan/cairan: cara pemberian makan/minum,
jenisminuman/makanan, frekuensi, kehilangan cairan yang berlebihan: vomitus,suction lambung dan
drainage berlebihan, asupan makanan/minuman, infus.
b. Pola eliminasi, kebiasaan buang air besar (BAB), buang air kecil (BAK), ngompol,frekuensi
BAK/BAB, warna, bau, masalah yang berhubungan denganbak/BAB, keluhan dan kesulitan
c. Istirahat tidur, kualitas, kuantitas dan kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan tidur sehari-hari, jam tidur
siang, tidur malam, lama tidur, sering bangun/tidak, masalahyang berhubungan dengan tidur, hal
yang membantu tidur.
d. Personal hygiene
Kebiasaan mandi, mandi sendiri/dimandikan, kebiasaan cuci rambut,gosok gigi, ganti pakaian dan
gunting kuku
e. Pola aktivitas, aktivitas gerak dengan bantuan/tidak, bermain: mainan kesukaan,tempat bermain,
teman bermain, apakah anak lebih sering bermainsendiri/bersama.
5. Pola tidur dan istirahat
kualitas, kuantitas dan kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan tidur sehari-hari, jam tidur siang, tidur
malam, lama tidur, sering bangun /tidak, masalah yang berhubungan dengan tidur, hal yang
membantu tidur.
6. Kognitif persepsi
Sistem persarafan : kesadaran klien, penurunan kesadaran sampai koma/tidak,sakit kepala
berat/tidak, adanya kejang-kejang, tanda peningkatantekanan intrakranial, adakah perubahan minat,
efek, status mentalbaik/tidak, tremor, paralise, gangguan bicara/tidak, nilai GCS,penglihatan klien,
keadaan mata bersih/tidak, pendengaranbaik/tidak, perabaan baik/tidak, apakah klien dapat
membedakan rasa manis, asam danpahit
7. Persepsi dan konsep diri
8. Peran hubungan : hubungan sosial klien dengan anggota keluarga dan klien dengan
lingkungan dimana klien tinggal
9. Seksualitas
10. Koping toleransi
11. Nilai kepercayaan : kepercayaan yang dianut klien atau keluarga, nilai dan budaya,
pandanganklien atau keluarga terhadap penyakitnya, keyakinan dan harapan.
Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan darahdilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah dan hitung jenisleukosit,
LED, kadar glukosa , kadar ureum elektrolit, kultur. Pada meningitispurulenta didapatkan
peningkatan leukosit.
b) Pemeriksaan radiologis
(1) Foto kepala: periksa mastoid, sinus paranasal, gigi geligi.
(2) Foto dada.
(3) Ct Scan
Pemeriksaan fisik yang lain:
A. Sistem pernapasan : Irama pernapasan reguler/irregiler, frekuensi napas, adakah suara napas
tambahan, adakah penggunaan otot tambahan, gerak dan bentuk dada simetris/tidak, bunyi
napas, keadaan hidung bersih/tidak, ada sputum atau tidak, keadaan kulit dada ada kelainan atau
tidak, kesulitan bernapas, refraksi otot-otot pernapasan.
B. Sistem kardiovaskular : frekuensi nadi, tekanan darah sesuai dengan usianya, apakahada edema
atau tidak, adakah palpitasi atau tidak, konjungtivapucat/tidak, adakah takikardi, peningkatan vena
jugularis.
C.Sistem integument
(1) kulit : adakah edema atau tidak, adakah perubahan warna kulit,peningkatan suhu, turgor, tekstur
kulit, bersisik/tidak, adakah lukamemar dan lesi pada kulit, adakah kelainan integritas kulit
akibatedema, keadaan kulit kotor/tidak misal karena kelemahan fisik untuk memenuhi personal
hygiene
(2) kuku : warna kuku cyanosis atau tidak, lekukan kuku normal atautidak, keadaan kuku bersih atau
tidak, kuku panjang/pendek
(3) rambut : keadaan rambut bersih/tidak, distribusi merata atau tidak,mudah dicabut/tidak,
lebat/jarang, banyak kutu/tidak,berketombe/tidak, warna rambut hitam
D. Sistem musculoskeletal
(1) Ekstremitas atas : bentuk simetris/tidak, jari-jari tangan lengkap/tidak, pergerakanrom
terbatas/tidak, terdapat atropi dan kaku sendi/tidak, kekuatanotot, pada tangan terpasang infus/tidak.
(2) Ekstremitas bawah: bentuk simetris/tidak, jari-jari kaki lengkap/tidak, pergerakanrom
terbatas/tidak, terdapat atropi dan kaku sendi/tidak, kekuatanotot.
E. Sistem endokrin : adakah pembesaran kelenjar tyroid atau tidak, pertumbuhandan perkembangan
sesuai dengan tingkat usia, adakah di antarakeluarga yang menderita penyakit diabetes/tidak, apakah
pernahmengalami penyakit tyroid, keadaan rambut kering/tidak.
2. Analisa data
Analisa data merupakan proses berfikir yang meliputi kegiatanmengelompokkan data,
menginterpretasi dan akan membandingkannya denganstandar yang normal. Setelah itu dianalisa
sehingga didapat gambaran statuskesehatan dan kemungkinan penyebab timbulnya masalah klien,
kemudiandisimpulkan sehingga didapatkan masalah klien.Diagnosa keperawatan adalah pernyataan
yang dirumuskan berdasarkan datayang terkumpul dan berupa rumusan tentang respon klien terhadap
timbulnyamasalah yang perlu diatasi dengan tindakan atau intervensi keperawatan
(Depkes,1999:7).Diagnosa Keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga,atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensial“.(Hidayat, A. Azis., 2001:12). Diagnosis Keperawatan merupakan label singkat yang
menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi dilapangan. Kondisi ini dapat berupa masalah
actual atau potensial atau diagnosis sejahtera. Menggunakan terminology NANDA International,
potensi masalah dinyatakan sebagai Resiko. Penambahan kata keterangan mungkin diperlukan agar
diagnosis menjadi lebih tepat dan jelas.
ANALISA DATA
NO DATA PATOFISIOLOGI MASALAH
1. DO : Pola nafas tidak
Nafas dalam Perdarahan di otak efektif
Bradipnea
Tacypnea
Penggunaan otot-otot pernafasan
nafas cuping hidung Edema otak
perubahan gerakan dada
Peningkatan tekanan
intracranial
Cynestoke, apnea
pembekuan
Perdarahan
33 DO: Hypertermia
konvulsi Perdarahan intrakranial
kulit memerah
peningkatan suhu tubuh diatas normal
(> 37,5°C)
kulit teraba hangat dan lembab
Edema otak
Peningkatan TIK
Penekanan Hypothalamus
Gangguan mekanisme
termogulasi
Hypertermi
DO : Resiko perfusi
samnolen, apatis, coma Perdarahan cerebral jaringan cerebral
GCS <13 span=""> tidak efektif
Sulit menelan
Pupil melebar
Kurangnya suplay O2 ke otak
2. Resiko Perdarahan Status sirkulasi Pencegahan a. Memonitor pasien secara ketat untuk
Status koagulasi perdarahan perdarahan
Pengetahuan: b. Catat tingkat HB, HT sebelum dan
keamanan pribadi sesudah kehilangan darah
Pengetahuan: prosedur c. Memantau tanda dan gejala
pengobatan perdarahan yang persisten
Kontrol resiko d. Memantau tanda-tanda vital
e. Menjaga istirahat selama perdarahan
aktif
f. Melindungi pasien dari trauma
g. Menginstruksikan keluarga untuk
Pengurangan meningkatkan asupan makanan yang
perdarahan kaya vitamin K
12. Ekstremitas
Atas : lengkap (+/+)
Bawah : lengkap (+/+)
CRT : < 3 detik
terpasang infusNaCl 0,9 % pada ekstremitas atas (dextra)
13. Genitalia : terpasang catheter, terlihat bengkak pada labia mayora kiri
14. Kulit
Warna : kuning langsat
Turgor : baik, kembali cepat
Elastisitas : elastis
X. Pemeriksaan Tumbuh Kembang DDST
Klien tidak mengalami keterlambatan dalam proses tumbuh kembang
Status Nutrisi :
BB/U x 100 % = 5/5,6 x 100 % = 89,2 % (N)
TB/U x 100 % = 56/59,5 x 100 % = 94,11 % (N)
BB/TB x 100 % = 5/4,8 x 100 % = 104 % (N)
Kesimpulan: status nutrisi klien tergolong baik
1. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Tanggal 08/1/13
Hb : 6,1 gr%, (N: 11 –14 gr %)
HT : 18 % (N: 30 – 43 %)
Leuko : 14.560/mm3 ( 5- 10 x 103/ mm3)
Ca : 0,25 mmol/L (1,12-1,32 mmol/L)
Tanggal 10/1/13
Hb : 12,8 gr%, (N: 11 –14 gr %)
HT : 37,8 % (N: 30 – 43 %)
Leuko : 10.000 mm3 (N: 5- 10 x 103/ mm3)
Trombo: 27.000 mm3 (N:150.000-400.000 mm3)
SGOT : 104 U/L (N: 0-31 U/L)
SGPT : 37 U/L (N: 0-30 U/L)
Tanggal 11/1/13
Ca : 9,1 mmol/L (1,12-1,32 mmol/L)
GD : 66 mg/dl (N: 30 – 43 %)
Tanggal 12/1/13
Trombo: 9.000 mm3 (N: 150.000- 400.000 /mm3)
Hb : 7,3gr%, (N: 11 –14 gr %)
HT : 21 % (N: 30 – 43 %)
Albumin: 3,5 gr/dl (N: 3,5 – 5,2 gr/dl)
Tanggal 13/1/13
Hb : 11,1gr%, (N: 11 –14 gr %)
HT : 33 % (N: 30 – 43 %)
Trombo: 10.000 mm (N: 150.000- 400.000 /mm3)
3
2. Brain Ct Scan tanggal 7 januari 2013 : infark luas di hemisfer cerebri dextra +
perdarahan subdural + perdarahan subarachnoid.
3. Lain-lain :
a. Pengobatan :
Meropenem 3 x 200mg (IV) : jam 6, 14 dan jam 22
Lasix 1x 5 mg (IV): jam 24
Transamin 3x75 mg (IV) : jam 6, 14 dan jam 22
Luminal 2 x 50 mg (oral): jam 6 dan jam 18
Urdafak 2 x 50mg (oral): jam 6 dan jam 18
Kcl 3x 12 mg (oral) ): jam 6, 14 dan jam 22
b. Terapi : O2 1 lt/ menit
c. Infus : D 12,5% 12 tts/ menit
d. Infus aminofusin Paed 150 cc/ hari
e. Asi 8 x 5 cc/ NGT
XI. Kebutuhan Dasar Sehari-hari
No Jenis kebutuhan Dirumah/Sebelum Sakit Di Rumah Sakit
1 Makan - -
2 Minum Asi ekslusif saban 3 jam Asi ekslusif 8x 5 cc
3 Tidur ± 18 jam Tidak dapat dinilai
4 Mandi 1x/ hari (mandi celup) 1x/ hr ( mandi dilap)
5 Eliminasi BAK > 7x/ hari Terpasang cateter
BAB 1 x / hari (warna kuning) BAB bewarna coklat kehitaman
(2 x/ hari)
6 Bermain Sudah dapat main cilukba -
ANALISA DATA
No. Data Patofisiologi Masalah
1 DO : Pola nafas tidak efektif
Nafas 56 x/ menit Tidak mendapat profilaks
Terlihat adanya penggunaan otot bantu vit K pada awal kelahiran
pernafasan
Terpasang O2 1 lpm
Jenis pernafasan tachypnea Defisiensi vit K
DS :
Keluarga mengatakan klien mengalami
Berkurangnya faktor koagulasi
sesak nafas semenjak tadi malam
Perdarahan di otak
Edema di otak
Peningkatan tekanan
intrakranial
Resiko perdarahan
3 DO : Hypertermia
Akral teraba hangat Perdarahan tekanan
Temperatur : 38, 5 °C intracranial
Muka terlihat memerah
Klien terlihat rewel
Kulit teraba lembab Edema otak
Infus terpasang D 12,5% 12 tts/ menit
DS :
Keluarga mengatakan klien demam
Peningkatan tekanan intra
cranial
Penekanan hypothalamus
Gangguan mekanisme
termoregulasi
Hypertermi
B. Saran
1. Makalah ini masih banyak kekurangan, mohon kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini.
2. Diharapkkan makalah ini dapat menjadi refensi bagi mahasiswa keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Waldo E. Nelson. (2007) . Ilmu kesehatan Anak Edisi 12 Bagian 2. EGC ; Jakarta
Hoffbrand, A.V.dkk.( 2006).Essential haematology Fourth Edition, Blackwell Science
Bambang P. (2010). Buku Ajar Haematologi–Onkologi Anak Cetakan ketiga, EGC ; Jakarta
Markum,dkk. (1991).Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. FKUI; Jakarta
Judith M. Wilkinson. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 9, EGC : Jakarta
Bulecheck,Gloria dkk. (2008). Nursing Interventions Classification (NIC), Fifth Edition.UnitedState :
Mosby
Hidayat, A. (2008).Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, (2 Edition), Jakarta:Salemba Medika.
Moorhead, Sue dkk. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth
Edition.UnitedState:Mosby
Price, S.A & Wilson, L.M (2005). Patofisiologi. Jakarta: EGC
Suriadi., (2006), Asuhan Keperawatan Pada Anak, (2 Edition) Jakarta: Sagung Seto.
Windiastuti, E. (2005). Buku ajar hematologi onkologi anak. Jakarta : IDAI.
Wong, D.L. (2003). Pedoman klinis keperawtan pediatrik. Jakarta: EGC
.