Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
I.Konsep Dasar Hemorrhagic Disease of the Newborn (HDN)
A. Pengertian Hemorrhagic disease of the newborn
1. Hemorrhagic disease of the newborn(HDN) merupakan suatu keadaan akibat dari kekurangan
vitamin K pada masa neonatus (Bambang P, Buku ajar Haematologi–Onkologi Anak, hal
184). Padakebanyakan kasus perdarahan terjadi di kulit, mata, hidung dan saluran cerna. Kasus
perdarahan pada intracranial jarang di jumpai. Sistem pembekuan darah pada neonatus masih imatur
sehingga pada saat lahir kadar protein koagulasinya juga masih rendah.
2. HDNadalah hasildari perjalananantibodiIgGdari sirkulasimaternalmelintasiplasentake
dalamsirkulasijanindi manamerekabereaksi dengansel darah merahjanin
danmenyebabkankehancuranoleh sistemretikuloendotelialjanin (A.V. Hoffbrand, Essential
Haematology,hal 322).
3. Hemorrhagic disease of the newborn(HDN)adalah sindroma klinis yang disebabkan oleh defisiensi
vitamin K (hal 1373).
4. HDN juga didefinisikan sebagai perdarahan spontan atau akibat trauma pada bayi
yangberhubungan dengan defisiensi vitamin K dan menurunnya aktifitas factorpembekuan II, VII,
IX, dan X dengan fibrinogen dan trombosit normal.
5.The Committee on Nutrition of the American Academy of Pediatrics (1996) mengatakan bahwa
HDN adalah pendarahan yang terjadi pada beberapa hari pertama kelahiran akibat kekurangan
vitamin K dan ditandai dengan defisiensi protrombin, prokonvertin, dan mungkin faktor pembekuan
lain (Markum,dkk, FKUI, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, hal 321)
6. Penyakit Pendarahan pada neonatus atau Hemorrhagic Diseases of Newborn (HDN)
merupakan gangguan pendarahan yang dapat sembuh sendiri dan terjadi akibat defisiensi faktor
pembekuan yang tergantung vitamin K (Waldo E. Nelson, Ilmu kesehatan Anak, hal 887)
Kadar dari system prokoagulasi seperti proteinprekalikrein, faktor V, XI, XII, sert faktor
koagulasi yang tergantung vitamin K (II, VII, IX,X). Kadar faktor koagulasi yang tergantung vitamin
K berlangsung kembali ke normal pada usia 7-10 hari. Cadangan vitamin K pada BBL rendah, hal ini
disebabkan oleh kurangnya vitamin K ibu, serta tidak adanya cadangan flora normal usus yang
mampu mensintesa vitamin K.
B. ANATOMI FISOLOGI
Anatomi Fisiologi Otak Dan Peredaran Darah Otak
1. Anatomi Otak
Otak terletak dirongga kranium dan dilindungi oleh tulang tengkorak serta tiga lapis
selaput penutup (meningen) yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Berat otak
manusia kira-kira 2 % dari total berat badan orang dewasa. Otak menerima 20 % dari curah
jantung dan memerlukan sekitar 20 % pemakaian O2 tubuh, atau sekitar 400 kilo kalori
energi setiap harinya.
Otak merupakan jaringan yang paling banyak menggunakan energi dalam seluruh tubuh
manusia, yang terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Kebutuhan O2
dan glukosa relatif konstan, hal ini disebabkan oleh metabolisme otak yang merupakan
proses yang terus menerus tanpa periode istirahat yang berarti. Bila kadar O2 dan glukosa
kurang dalam jaringan otak maka metabolisme menjadi terganggu dan jaringan saraf akan
mengalami kerusakan.
Secara garis besar otak terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu :
1) Serebrum (Otak Besar / Hemisfer Serebri)
Serebrum merupakan bagian otak yang terluas dan terbesar dari otak, berbentuk telur
mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Serebrum terbagi menjadi dua
hemisfer yaitu hemisfer kanan dan kiri, keduanya dipisahkan oleh lekuk atau celah dalam
yang disebut visura longitudinalis mayor dan dihubungkan oleh suatu pita serabut lebar
yang disebut korpus kalosum. Pusat aktivitas sensorik dan motorik pada masing-masing
hemisfer dirangkap dua dan sebagian besar berkaitan dengan bagian tubuh yang
berlawanan, hemisfer sebelah kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri dan hemisfer
serebri kiri mengatur bagian tubuh sebelah kanan. Konsep fungsional ini disebut
pengendalian kontralateral.
Bagian luar hemisfer serebri terdiri dari subtansia grisea yang disebut sebagai
korteks serebri, terletak diatas substansia alba yang merupakan bagian inti hemisfer yang
disebut pusat medula. Fungsi kortek yaitu untuk menjalankan semua fungsi–fungsi mental
yang lebih tinggi seperti penilaian, bahasa, memori (daya ingat), kreativitas dan berfikir
abstrak. Berfungsi juga dalam persepsi, penempatan dan interpretasi semua sensasi serta
mengatur semua gerak volunter terutama aktivitas motorik diskrit.
Basal ganglia terdiri dari sejumlah nukleus dan terletak dibagian terdalam hemisfer
serebri. Ganglia basalis yang merupakan kelompok massa substansia grisea tertanam
didalam substansia alba. Substansia alba terdiri dari sel-sel saraf yang menghubungkan
bagian-bagian otak dengan bagian yang lain.
Fungsi basal ganglia bertanggung jawab mengontrol gerakan halus tubuh, kedua
tangan dan ekstremitas bagian bawah. Fungsi basal ganglia dalam kooperasi dengan
bagian-bagian otak yang lebih rendah dalam memberikan sirkuit dalam gerakan tubuh
dasar dan dibawah sadar. Basal ganglia ini memberikan latar belakang tonus otot yang
penting untuk gerakan volunter yang mempunyai ciri tersendiri, kehalusan dan koordinasi
fungsi-fungsi antagonis otot, dasar gerakan berirama bawah sadar otomatis yang terlibat
dalam pemeliharaan keseimbangan dan berjalan.
Secara anatomi serebrum hemisfer memiliki 4 lobus dan secara umum terletak
dibawah masing-masing tulang tengkorak, yaitu frontal, parietal, temporal dan oksipital.
Beberapa daerah tertentu dari korteks serebri memiliki fungsi spesifik. Lobus tersebut
dibagi lagi menjadi 47 area yang lebih dikenal dengan area brodmann yang mempunyai
fungsi, yaitu:
a) Lobus Frontal
 Area 4 brodmann merupakan area motorik primer, terletak di sepanjang girus presentralis
dan tersusun secara somatotopik. Area ini bertanggung jawab atas gerakan-gerakan
volunter.
 Area 6 brodmann terletak dikenal sebagai korteks premotorik. Area ini bertanggung jawab
terhadap gerakan-gerakan terlatih seperti menulis, mengetik atau mengemudi.
 Area 8 brodmann bersama area 6 bertanggung jawab atas gerakan-gerakan menyidik
volunter dan deviasi konjugat dari mata dan kepala atau sering disebut juga area lapangan
pandang frontal.
 Area 4, 6, 8, 9, dan 46 Brodmann, mengatur gerakan mata volunter.
 Area 44 dan 45 Brodmann, dikenal sebagai area bicara motorik broca. Terletak di girus
frontalis inferior pars operkularis dan triangularis. Area ini bertanggung jawab atas
pelaksanaan motorik berbicara. Hemisfer dominan yang mengatur bicara terletak pada
hemisfer kiri.
 Area 9 sampai 12 Brodmann, merupakan area yang berkaitan dengan kepribadian. Terletak
di korteks prefrontalis, fungsinya melakukan kegiatan intelektual seperti fungsi ingatan,
ide-ide dan pikiran kreatif.
b) Lobus Parietal
 Area 1 sampai 3 Brodmann, area ini terletak pada girus post sentralis. Area ini dikenal
dengan area somestetik primer, fungsinya memproses dan mengintegrasi informasi sensasi
seperti nyeri, suhu, raba, tekan, dan propioseptik. Jika ada lesi diarea ini mengakibatkan
gangguan sensorik kontralateral.
 Area 5 dan 7 Brodmann terletak di lobus parietalis superior dan meluas sampai permukaan
medial hemisfer. Fungsinya adalah menerima berbagai modalitas sensorik seperti kualitas,
bentuk, berat dan tekstur dan suhu berdasarkan pengalaman-pengalaman masa lalu. Area
ini disebut juga area asosiasi somestetik.
 Area 39 brodmann (Girus Angularis) terletak di lobus parietalis inferior. Fungsinya
mengintegrasi kemampuan dalam memahami bahasa tulisan.
 Area 40 brodmann (Girus Supramarginalis) terletak di lobus parietalis inferior, fungsinya
mengintegrasikan kemampuan stereogenesis.
c) Lobus Temporal
 Area 41 (Area auditorik Primer) dan 42 (Area auditorik sekunder) Brodmann, area ini
berfungsi sebagai penerima suara.
 Area 22 Brodmann (Area Asosiasi Auditorik) terletak pada girus temporalis superior.
Fungsinya sebagai tempat proses pemahaman atau lebih dikenal dengan nama area
Wernicke.
d) Lobus Oksipital
 Area 17 Brodmann (Area Visual Primer), terletak pada sulkus kalkarinus. Fungsinya
sebagai penerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna.
 Area 18 dan 19 Brodmann, area ini memegang peranan penting dalam reflek gerakan mata
apabila sedang memandang atau mengikuti suatu benda dan menjadikan informasi-
informasi penglihatan menjadi berarti.

2) Batang Otak (Trankus Serebri)


Bagian–bagian batang otak dari atas ke bawah adalah diensefalon, mesensefalon (otak
tengah), pons varolli dan medula oblongata.
a) Diensefalon
Merupakan fosa bagian tengah yang terisi talamus, hipotalamus dan kelenjar
hipofisis. Talamus berada pada salah satu sisi pada sepertiga ventrikel sebagai pusat
pemancar sensorik dan motorik. Aktivitasnya adalah sebagai penyambung sensasi bau yang
diterima. Talamus memancarkan impuls-impuls sensorik seperti penglihatan dan
pendengaran ke kortek serebri juga sebagai kesadaran kasar dari sensasi tertentu yang
terbanyak adalah nyeri. Hipotalamus terletak pada anterior dan inferior talamus.
Hipotamus berfungsi mengontrol dan mengatur sistem saraf otonom. Hipotalamus juga
bekerja sama dengan hipofisis untuk mempertahankan keseimbangan cairan,
mempertahankan pengaturan suhu tubuh melalui peningkatan vasokontriksi atau
vasodilatasi dan mempertahankan sekresi hormonal. Hipotalmus juga sebagai pusat lapar
dan mengontrol berat badan. Sebagai pengatur tidur, tekanan darah, prilaku agresif,
seksual dan pusat respon emosional. Kelenjar hipofisis dianggap sebagai master kelenjar
karena sejumlah hormon dan fungsinya diatur oleh kelenjar ini. Dengan hormon-
hormonnya hipofisis dapat mengontrol fungsi ginjal, pankreas, organ-organ reproduksi,
tiroid, kortek adrenal dan organ-organ lain.
b) Mesensefalon (otak tengah)
Merupakan bagian pendek dari batang otak yang letaknya diatas pons. Substansia
nigra dan nukleus ruber terletak dalam mesensefalon dan merupakan bagian dari jaras
ekstra piramidal atau jaras impuls motorik involunter.
c) Pons Varolli
Merupakan jembatan serabut yang menghubungkan kedua hemisfer serebelum, serta
menghubungkan mesensefalon disebelah atas dengan medulla oblongata dibawah. Bagian
bawah pons berperan dalam pengaturan pernapasan.
d) Medula Oblongata
Merupakan pusat refleks untuk jantung, vasokontriktor, pernafasan, bersin, batuk,
menelan, pengeluaran air liur dan muntah

Di seluruh batang otak banyak ditemukan jaras-jaras yang berjalan naik dan turun. Batang otak
merupakan pusat relai dan refleks dari susunan saraf pusat. Jaras-jaras tersebut adalah jaras
motorik dan jaras sensorik.

Jaras motorik
Setiap serabut otot yang mengatur gerakan disadari melalui dua kombinasi sel-sel saraf,
salah satunya terdapat pada kortek motorik, serabut-serabutnya berada tepat pada traktus
piramida atau penyilangan traktus piramida dan serat lainnya berada pada ujung anterior medula
spinalis, serat-seratnya berjalan menuju otot. Pertama disebut sebagai neuron motorik atas /
Upper Motor Neuron (UMN) dan yang kedua disebut sebagai neuron motorik bawah / Lower
Motor Neuron (LMN). Setiap saraf motorik yang menggerakan setiap otot merupakan komposisi
gabungan ribuan saraf-saraf motorik bawah.
Jaras motorik dari otak ke medula spinalis dan juga dari serebrum ke batang otak
dibentuk oleh UMN. UMN mulai didalam kortek pada sisi yang berlawanan di otak
menurun melalui kapsul interna, menyilang ke sisi yang berlawanan di dalam batang otak,
menurun melalui traktus kortikospinal dan ujungnya berakhir pada sinaps LMN. UMN
seluruhnya berada dalam sistem saraf pusat (SSP). LMN menerima impuls di bagian ujung
posterior dan berjalan menuju sambungan mioneural, berbeda dengan UMN, LMN
berakhir didalam otot.
Lesi pada UMN dapat melibatkan kortek motor, kapsul interna, medula spinalis dan
struktur-struktur lain pada otak dimana sistem kortikospinal menuruninya. Jika UMN
rusak atau hancur sering menyebabkan stoke, paralisis (kehilangan gerak yang disadari).
Hemiplegi (paralisis satu tangan kaki pada sisi tubuh yang sama) adalah salah satu contoh
paralisis UMN. Jika terjadi hemoragi, embolus atau trombus dapat merusak serat-serat
pada daerah motor di kapsula interna, tangan dan kaki pada sisi yang berlawanan menjadi
kaku dan sangat lemah atau lumpuh, kondisi ini disebut paraplegi.
Lesi pada LMN yaitu pada satu saraf motor antara otot dan medula spinalis berakibat
rusak berat pada jaras ke otot. Akibatnya otot menjadi lumpuh dan orang tersebut tidak
mampu menggerakan otot. Saraf tidak mengambil peran pada gerakan-gerakan reflek, otot
menjadi lemah dan atropi karena otot tidak digerakan. Rentetan kejadian ini terjadi pada
poliomielitis anterior, paralisis flaksid (kelumpuhan dan atropi) pada otot-otot adalah tanda
spesifik pada penyakit LMN.
Jaras sensorik
Transisi impuls sensorik dari titik asal menuju serebral melibatkan tiga jalur neuron.
Dimana ketiga jaras mayor ini dilalui oleh sensasi dan bergantung pada tipe sensasi yang
ada. Akson pada saraf yang mengandung impuls sensori memasuki medula spinalis melalui
akar posterior. Akson yang membawa sensasi panas, dingin dan nyeri segera saat memasuki
kolumna grisea posterior di medula spinalis, dimana akson ini membuat hubungan dengan
sel-sel neuron sekunder. Serabut-serabut nyeri dan temperatur segera menyilang ke sisi
yang berlawanan pada medula dan jalan ke atas menuju talamus. Serabut-serabut yang
membawa sensasi sentuhan, tekanan cahaya, dan yang ditempati sensasi-sensasi tersebut
tidak segera berhubungan dengan neuron kedua tetapi naik ke medula.
Kategori sensasi ketiga dihasilkan oleh stimulus yang timbul dari otot-otot, sendi-
sendi dan tulang termasuk sensasi terhadap posisi dan getaran. Stimulus ini dibawa oleh
neuron primer menuju batang otak tanpa adanya proses penyilangan. Terputusnya saraf-
saraf sensori menyebabkan kehilangan sensasi total pada area distribusinya. Kerusakan dan
degenerasi selektif kolumna medula spinalis posterior berakibat kehilangan indra posisi
pada segmen distal lesi tidak disertai hilangnya persepsi
3) Serebelum (Otak Kecil)
Serebelum terletak pada fosa kranii posterior dan ditutupi oleh durameter yang
menyerupai atap tenda, yaitu tentorium yang memisahkan dari bagian posterior serebrum.
Serebelum terdiri dari bagian tengah, vermis dan dua hemisfer lateral. Semua aktivitas
serebelum ada dibawah kesadaran. Fungsi utamanya sebagai pusat refleks yang
mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan
kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan dan sikap tubuh.

2. Sirkulasi Serebral
Sirkulasi serebral menerima kira-kira 20 % dari curah jantung atau 750 ml/menit.
Sirkulasi ini sangat dibutuhkan, karena otak tidak mampu menyimpan makanan, sementara
kebutuhan metabolisme otak tinggi. Aliran darah otak sangat unik, karena melawan arah
gravitasi. Sirkulasi darah arteri mengalir mengisi dari bawah dan vena mengalir dari atas.
Kurangnya aliran darah kolateral dapat menyebabkan jaringan rusak ireversibel, hal ini
berbeda dengan organ tubuh lainnya yang akan cepat mentoleransi apabila aliran darahnya
menurun.
1). Arteri-arteri
Jaringan otak mendapat suplai darah dari 2 arteri besar, yaitu :
a). Arteri karotis
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis. Arteri
karotis komunis kiri berasal dari arkus aorta, sedangkan arteri korotis komunis kanan
berasal dari arteri brakhiosefalika. Arteri karotis eksterna memperdarahi wajah, tiroid,
lidah dan faring. Arteri karotis interna masuk kedalam tengkorak dan bercabang menjadi
arteri serebri anterior dan media. Segera sesudah masuk kedalam ruang subarakhnoid dan
sebelum bercabang-cabang, arteri karotis interna mempercabangkan arteri oftalmika yang
masuk kedalam orbita dan memperdarahi mata dan isi orbita lainnya, bagian-bagian
hidung dan sinus-sinus udara. Bila cabang arteri karotis interna ini tersumbat dapat
mengakibatkan kebutaan monokular.
Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus
kaudatus dan putamen basal ganglia, bagian-bagian kapsula interna dan korpus kalosum,
serta bagian-bagian lobus frontal dan parietal serebri, termasuk korteks somestetik dan
korteks motorik. Bila arteri serebri anterior mengalami sumbatan maka akan terjadi
hemiplegi kontalateral.
Arteri serebri media mensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis dan frontalis
korteks serebri. Arteri ini merupakan sumber darah utama girus pra sentralis dan post
sentralis. Korteks auditorius, somestetik, motorik dan premotorik disuplai oleh arteri ini
seperti juga korteks asosiasi yang berkaitan dengan fungsi integrasi yang lebih tinggi pada
lobus sentralis tersebut. Apabila arteri serebri media tersumbat akan menimbulkan afasia,
kehilangan sensasi posisi dan diskriminasi taktil dua titik kontralateral.
b). Arteri vertebralis kanan dan kiri
Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteri subklavia sisi yang sama. Arteri
subklavia kanan merupakan cabang dari arteri inominata, arteri subklavia kiri merupakan cabang
langsung dari aorta. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum. Kedua
arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris. Arteri basilaris terus berjalan sampai setinggi otak
tengah dan disini bercabang menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-
cabang sistem vertebrobasilaris ini memperdarahi medula oblongata, pons, serebelum, otak
tengah dan sebagian diensefalon.

Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon,


sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ vestibular. Korteks
penglihatan primer pada lobus oksipitalis diperdarahi oleh arteri kalkarina yang merupakan
cabang dari arteri serebri posterior. Apabila arteri kalkarina tersumbat akan menimbulkan
hemianopasi homonim kontralateral.
2). Sirkulasi Willisi
Meskipun arteri karotis interna dan vertebrobasilaris merupakan dua sistem arteri terpisah
yang mengalirkan darah ke otak, tetapi keduanya disatukan oleh pembuluh-pembuluh
anastomosis yang membentuk sirkulus arteriosus willisi. Aliran darah dari sirkulus willisi secara
langsung mempengaruhi sirkulasi anterior dan posterior serebral, arteri-arteri pada sirkulus
willisi memberi rute alternatif pada aliran darah jika salah satu peran arteri mayor tersumbat. Jika
arteri tersumbat karena spasme vaskuler, emboli atau karena trobus dapat menyebabkan
sumbatan aliran darah kedistal neuron-neuron dan hal ini mengakibatkan sel-sel neuron cepat
nekrosis ataupun infark.
3). Vena
Aliran vena untuk otak tidak menyertai sirkulasi arteri sebagaimana pada struktur organ
lain. Vena-vena pada otak menjangkau daerah otak dan bergabung menjadi vena-vena besar.
Penyilangan pada sub arachnoid dan pengosongan pada sinus dural yang luas, mempengaruhi
vaskular yang terbentang dalam duramater yang kuat. Jaringan kerja pada sinus-sinus membawa
vena keluar dari otak dan pengosongan vena jugularis interna menuju sistem sirkulasi pusat.
Vena-vena serebri bersifat unik, karena vena serebri tidak mempunyai katup untuk mencegah
aliran darah balik darah seperti pada vena-vena lain ditubuh
C. Etiologi
1.Kekurangan vitamin
2.Trauma kelahiran
 Partus biasa oleh pemutaran/penarikan kepala yang berlebihan
 Disproporsi antara kepala anak dan jalan lahir sehingga terjadi mulase
3.partus buatan (ekstraksi vakum, cunam)
4.partus presipitatus
Bukan trauma kelahiran, umumnya ditemukan pada bayi kurangbulan(prematur). Faktor dasar ialah
prematuritas dan yang lain merupakanfaktor pencetus intracranial bleeding (ICB) seperti hipoksia
dan iskemiaotak yang dapat timbul pada syok, infeksi intrauterin, asfiksia, dan kejang-kejang,
kelainan jantung bawaan, hipotermi, jugahiperosmolaritas/hipernatremiad.
D.Klasifikasi
Klasifikasiperdarahan Defisiensi Vitamin K
(PDVK) dibagi menjadi early, clasiccal dan late berdasarkan pada umur saat kelainan tersebut
bermanifestasi (Sutor dkk 1999, Von Kries1999).
1. Early Vitamin K defisience bleeding (VKDB) (PDVK dini), timbul pada hari pertamakehidupan.
Kelainan ini jarang sekali dan biasanya terjadi pada bayi dari ibu yangmengkonsumsi obat-obatan
yang dapat mengganggu metabolisme vitamin K. Insidens yang dilaporkan atas bayi dari ibu yang
tidak mendapat suplementasi vitamin K adalahantara 6-12% (tinjauan oleh Sutor dkk 1999).
2. Classical VKDB (PDVK klasik)
Ini timbul pada hari ke 1 sampai 7 setelah lahir dan lebihsering terjadi pada bayi yang
kondisinya tidak optimal pada waktu lahir atau yangterlambatmendapatkan suplementasi makanan.
Insidens dilaporkan bervariasi, antara 0sampai 0,44% kelahiran. Tidak adanya angka rata-rata
kejadian PDVK klasik yang pastikarena jarang ditemukan kriteria diagnosis yang menyeluruh.
3. Late VKDB (PDVK lambat)
Ini timbul pada hari ke 8 sampai 6 bulan setelah lahir, sebagianbesar timbul pada umur 1
sampai 3 bulan. Kira-kira setengah dari pasien ini mempunyaikelainan hati sebagai penyakit dasar
atau kelainan malabsorpsi. Perdarahan intrakranialyang serius timbul pada 30-50%. Pada bayi
berisiko mungkin ditemukan tanda-tandapenyakit hati atau kolestasis seperti ikterus yang
memanjang, warna feses pucat, danhepatosplenomegali. Angka rata-rata kejadian PDVK pada bayi
yang tidak mendapatkanprofilaksis vitamin K adalah 5-20 per 100.000 kelahiran dengan angka
mortalitas sebesar30% (Loughnan dan mcdougall 1993)
Table klasifikasi Perdarahan Defisiensi Vitamin K (PDVK) pada anak
PDVK dini PDVK klasik PDVK
lambat
Umur ¸24 jam 1-7 hari (terbanyak 3-5hari) 2 minggu
–6
bulantrutama
4-6 minggu

Penyebab Obat yang diminumselama Pemberianmakananterlambat


dan faktor hamil Intake vitamin Kinadekuat.
resiko
Kadar vitamink rendah padaasi
Tidak dapat profilaksisvitamin
K
Intake vitamink inadekuat

Frekuensi < 5 % pada kelompok resiko 0,01-1 % (tergantungpada pola


tinggi makananbayi)
Lokasi Sefalhematom,umbilicus, GIT, umbilicus, hidung,tempat
perdarahan intrakranial,intra abdominal, suntikan, bekassirkumsisi,
GIT,intrathorakal. intrakranial
Pencegahan Penghentian/penggantianobat- Vitamin Kprofilaksis(oral/im)
penyebab - Asupan vitamink yang adekuat
Berdasarkan lokasi pendarahan yang terjadi di daerah otak, perdarahan intrakranial padaneonatus
dibagi dalam empat daerah yaitu :
a. Epidural Hemorrhage,
Terjadi karena rupturnya cabang-cabang arteri atau venameningia media di antara tulang
kepala dan durameter. Pengumpulan darah di dalamruangan durameter disebut hematoma epidural.
Perdarahan ini sering berlokasi didaerah parietal dan oksipital. Perdarahan epidural biasanya disertai
fraktur linier tulang kepala dan tanda shock hipovolemik. Gangguan fungsi otak bergantung padaluas
dan banyaknya perdarahan. Bila perdarahan sedikit, tidak dijumpai tanda-tandagangguan fungsi otak.
Jika perdarahan banyak, dalam beberapa jam setelah lahir akantampak tanda-tanda dan gejala
peninggian tekanan intrakranial seperti iritabel,menangis melengking ( cephalic cry ), ubun-ubun
tegang dan menonjol, deviasi mata,sutura melebar, kejang, hemiparase, atau tanda-tanda herniasi
unkal seperti dilatasipupil homolateral.
b. Subdural Hemorrhage
Dengan laserasi tentorium disebabkan oleh rupturnya venagalen, sinus strait, dan kadang-
kadang sinus transversal. Perdarahan ini sering diinfratentorial. Bila perdarahan banyak, dapat
meluas ke fossa posterior danmenyebabkan kompresi batang otak ( brain stemp). Kadang-kadang,
perdarahan inidapat meluas ke permukaan superior atau posterior dari serebellum.
Perdarahansubdural dengan laserasi falks serebri terjadi karena rupturnya sinus sagitalis
inferior.Perdarahan biasa terjadi di tempat pertemuan falks serebri dan tenterium. Perdarahanini
kurang sering bila dibandingkan dengan laserasi tenterium. Lokasi perdarahan didalam fisura serebri
longitudinal berada di atas korpus kollosum. Rupturnya venasuperfisial serebri ( bridging vein ),
mengakibatkan perdarahan subdural padapermukaan hemisfer serebri. Perdarahan ini sering
unilateral dan biasanya diikutiperdarahan subaraknoid..
c. Subarachnoid Hemorrhage,
Perdarahan dalam rongga araknoid akibat rupturnyavena-vena dalam rongga araknoid (
bridging veins ), rupturnya pembuluh darah kecildi daerah leptomeningen, atau perluasan
perdarahan. Timbunan darah biasanyaberkumpul di lekukan serebral bagian posterior dan di fossi
posterior.Hal yangditakutkan adalah terjadi hidrosefalus karena penyumbatan trabekula araknoid
olehdarah dan menyebabkan peninggian tekanan intrakranial.
d. Intraventricular hemorrhage
Adalah pendarahan yang terjadi di bagian lateralventrikel ketiga dan keempat. Terjadi
perdarahan flexus choroid dan pemanjangandari matriks subependymal atau thalamus
e. Intraparenchymal hemorrhage
Adalah pendarahan yang terjadi diantara jaringanparenkim otak. Biasanya terjadi edema
vasogenik dalam jumlah yang besar
E. Manifestasi klinis
Gejala-gejala Hemorrhagic disease of the newborn
(HDN) tidak khas, dan umumnya sukardidiagnosis jika tidak didukung oleh riwayat persalinan yang
jelas.Gejala-gejala berikutdapat ditemukan :
1. Pada kebanyakan kasus perdarahan terjadi di kulit, mata, hidung dan salurancerna.Perdarahan kulit
sering berupa purpura, ekimosis atau perdarahan melalui bekastusukan jarum suntik.Perdarahan
intrakranial merupakan komplikasi tersering (63%) 80-100% berupaperdarahan subdural dan
subaraknoid. Pada perdarahan intrakranial didapatkan gejala peningkatan tekanan intrakranial(TIK)
bahkan kadang-kadang tidak menunjukkan gejala ataupun tanda. Pada sebagian besar kasus (60%)
didapatkan sakit kepala, muntah, anak menjadicengeng, ubun-ubun besarmembonjol, pucat dan
kejang. Kejang yang terjadidapat bersifat fokal atau umum
2. Fontanel tegang dan menonjol oleh kenaikan tekanan intrakranial, misalnya padaperdarahan
subaraknoid
3. Iritasi korteks serebri berupa kejang-kejang, irritable, twitching, opistotonus. Gejala-gejala ini baru
timbul beberapa jam setelah lahir dan menunjukkan adanya perdarahansubdural , kadang-kadang
juga perdarahan subaraknoid oleh robekan tentorium yang luas.
4. Mata terbuka dan hanya memandang ke satu arah tanpa reaksi. Pupil melebar, reflexcahaya lambat
sampai negatif.Kadang-kadang ada perdarahan retina, nistagmus daneksoftalmus.
5. Apnea: berat dan lamanya apnea bergantung pada derajat perdarahan dan kerusakansusunan saraf
pusat. Apnea dapat berupa serangan diselingi pernapasan normal/takipneadan sianosis intermiten.
6. Cephalic cry (menangis merintih)
7. Gejala gerakan lidah yang menjulur ke luar di sekitar bibir seperti lidah ular (snake like flicking of
the tongue), Menunjukkan perdarahan yang luas dengan kerusakan padakorteks
8. Tonus otot lemah atau spastis umum. Hipotonia dapat berakhir dengan kematian bilaperdarahan hebat
dan luas. Jika perdarahan dan asfiksia tidak berlangsung lama, tonusotot akan segera pulih kembali.
Tetapi bila perdarahan berlangsung lebih lama, flaksiditasakan berubah menjadi spastis yang
menetap. Kelumpuhan lokal dapat terjadi misalnyakelumpuhan otot-otot pergerakan mata, otot-otot
muka/anggota gerak (monoplegi/hemiplegi) menunjukkan perdarahan subdural/ parenkim.
9. Gejala-gejala lain yang dapat ditemukan ialah gangguan kesadaran (apati, somnolen,sopor atau
koma), tidak mau minum, menangis lemah, nadi lambat/cepat, kadang-kadangada hipotermi yang
menetap. Apabila gejala-gejala tersebut di atas ditemukan pada bayiprematur yang 24--48 jam
sebelumnya menderita asfiksia, maka PI dapat dipikirkan.
Berdasarkan perjalanan klinik, ICB dapat dibedakan 2 sindrom yaitu :
 Saltatory syndrome:Gejala klinik dapat berlangsung berjam-jam/berhari-hari yangkemudian
berangsur-angsur menjadi baik. Dapat sembuh sempurna tetapi biasanyadengan gejala sisa
 Catastrophic syndrome.Gejala klinik makin lama makin berat, berlangsung beberapamenit sampai
berjam-jam dan akhirnya meningga
F. Patofisiologi
Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu naftokuinon yangberperan
dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang berperan dalam pembekuandarah (faktor II,
VII, IX, dan X) sedangkan faktor koagulasi yang tidak tergantung padavitamin K, kadar fibrinogen
dan jumlah trombosit masih dalam batas normal.Ada 3 bentuk vitamin K yang diketahui di sintesis
oleh flora normal usus sepertiBacteriodes Fragilis dan beberapa strain E. Coli,yaitu :
1. .Vitamin K 1 ( phytomenadion), Berasal dari diet sayuran berwarna hijau. Vitamin k1bersifat larut
dalam lemak
2. Vitamin K 2 (menaquinone) berasal dari sintesis flora intestinal. Vitamin K2 bersifatlarut dalam
lemak
3. Vitamin K 3 ( menadion)Merupakan vitamin K sintetik yang sekarang jarang diberikankepada
neonatus karena dilaporkan dapat menyebabkanAnemia hemolitik. Vitamin Kbanyak terdapat pada
hati, kedelai dan sayuran seperti tomat, bayam.
Secara fisiologi kadar faktor koagulasi yang tergantung vitamin K dalam tali pusat sekitar50%
dan akan menurun dengan cepat mencapai titik terendah dalam 42-72 jam setelahkelahiran.
Kemudian faktor ini akan bertambah secara perlahan selama beberapa minggutetapi tetap berada di
bawah kadar orang dewasa. Sedangkan bayi baru lahir relativekekurangan vitamin K karena
beberapa alasan, seperti:
 Simpanan vitamin K yang rendah pada waktu lahir karena ibu kekurangan zat ini.
 Sedikitnya perpindahan vitamin K melalui plasenta.
 Rendahnya kadar vitamin K pada ASI
 Sterilitas saluran cerna.
Pada trauma kelahiran, perdarahan terjadi oleh kerusakan/robekan pembuluh darahintrakranial
secara langsung. Pada perdarahan yang bukan karena trauma kelahiran,faktor dasar ialah
prematuritas. Pada bayi-bayi tersebut, pembuluh darah otak masih embrionaldengan dinding tipis,
jaringan penunjang sangat kurang dan pada beberapa tempat tertentu jalannya berkelok-kelok,
kadang-kadang membentuk huruf U sehingga mudah sekali terjadikerusakan bila ada faktor pencetus
(hipoksia/iskemia).Keadaan ini terutama terjadi padaperdarahan intraventrikuler
/periventrikuler. Perdarahan epidural/ ekstradural terjadi oleh robekan arteri atau vena
meningikamedia antara tulang tengkorak dan duramater. Keadaan ini jarang ditemukan pada
neonatus.Tetapi perdarahan subdural merupakan jenis ICB yang banyak dijumpai pada BCB. Di
siniperdarahan terjadi akibat pecahnya vena-vena kortikal yang menghubungkan ronggasubdural
dengan sinus-sinus pada duramater.
Perdarahan subdural lebih sering pada bayi yang lahir cukup umur daripada bayi yangprematur sebab
pada bayi prematur vena-vena superfisial belum berkembang baik danmulase tulang tengkorak
sangat jarang terjadi. Perdarahan dapat berlangsung perlahan-lahandan membentuk hematoma
subdural. Pada robekan tentorium serebeli atau vena galena dapatterjadi hematoma retroserebeler.
Gejala-gejala dapat timbul segera dapat sampai berminggu- minggu, memberikan gejala kenaikan
tekanan intrakranial. Dengan kemajuan dalam bidangobstetri, insidensi perdarahan subdural sudah
sangat menurun
Pada perdarahan subaraknoid, perdarahan terjadi di rongga subaraknoid yangbiasanya
ditemukan pada persalinan sulit. Adanya perdarahan subaraknoid dapat dibuktikandengan fungsi
likuor.Pada perdarahan intraserebral/intraserebeler, perdarahan terjadi dalam parenkim otak, jarang
pada neonatus karena hanya terdapat pada trauma kepala yang sangat hebat(kecelakaan). Perdarahan
intraventrikuler dalam kepustakaan ada yang gabungkan bersamaperdarahan intraserebral yang
disebut perdarahan periventrikuler. Dari semua jenis ICB,perdarahan periventrikuler memegang
peranan penting, karena frekuensi dan mortalitasnyatinggi pada bayi prematur. Sekitar 75--90%
perdarahan periventrikuler berasal dari jaringansubependimal germinal matriks/jaringan embrional di
sekitar ventrikel lateral.
Pada perdarahan intraventrikuler, yang berperanan penting ialah hipoksia yangmenyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah otak dan kongesti vena. Bertambahnya alirandarah ini, meninggikan
tekanan pembuluh darah otak yang diteruskan ke daerah anyamankapiler sehingga mudah ruptur.
Selain hipoksia, hiperosmolaritas pula dapat menyebabkanperdarahan intraventrikuler.
Hiperosmolaritas antara lain terjadi karena hipernatremia akibatpemberian natrium bikarbonat yang
berlebihan/plasma ekspander. Keadaan ini dapatmeninggikan tekanan darah otak yang diteruskan ke
kapiler sehingga dapat pecah
G. Penatalaksanaan
Bayi dengan HDN harus di berikan vitamin K1 subkutan atau iv (0,5 -1 mg) dan 2 mg(pada
kasus berat) dua atau tiga dosis dengan interval 4-8 jam , dengan kecepatansuntikan kurang dari 1
mg/menit. Respons yang cepat terjadi dalam 4-6 jam dengan berhentinya perdarahan
danmembaiknya masa protrombin.Bayi yang mengalami perdarahan luas juga harus mendapatkan
fresh frozen plasma (FFP) 10 sampai 15 ml/kg. Perdarahan yang hebat yang menyebabkan Hb turun
(12mg/dl ) diberikan packed red cells (PRC).Jika terjadi perdarahan yang mengancam jiwa
(perdarahan intrakranial) dapatdiberikan prothrombin complex-Concentrates (pccs).Diusahakan
tindakan untuk mencegah terjadinya kerusakan/kelainan yang lebihparah pada bayi dengan dirawat
secara intensif diruang NICU ( Neonatal Intensive careunit ) yaitu dengan :
a. Bayi dirawat dalam inkubator yang memudahkan observasi kontinu dan pemberian O2
b. Perlu diobservasi secara cermat: suhu tubuh, derajat kesadaran, besarnya dan reaksipupil, aktivitas
motorik, frekuensi pernapasan, frekuensi jantung(bradikardi/takikardi), denyut nadi dan
diuresis. Diuresis kurang dari 1ml/kgbb/jamberarti perfusi ke ginjal berkurang, diuresis lebih dari 1
ml/kgbb/jam menunjukkanfungsi ginjal baik
c. Menjaga jalan napas tetap bebas, apalagi kalau penderita dalam koma diberikan 02
d. Bayi letakkan dalam posisi miring untuk mencegah aspirasi serta penyumbatan laringoleh lidah dan
kepala agak ditinggikan untuk mengurangi tekanan vena serebral
e. Pemberian vitamin K serta transfusi darah dapat dipertimbangkan
f. Infus untuk pemberian elektrolit dan nutrisi yang adekuat berupa larutan glukosa (5-10%) dan nacl
0,9% dengan perbandingan 4:1 atau glukosa 5-10% dan Nabik 1,5% dengan perbandingan 4:1
g. Pemberian obat-obatan :
o valium/luminal bila ada kejang. Dosis valium 0,3--0,5 mg/kgbb, tunggu 15menit, jika belum berhenti
diulangi dosis yang sama. Bila berhenti diberikanluminal 10 mg/kgbb (neonatus 30 mg), 4 jam
kemudian luminal per os 8mg/kgbb dibagi dalam 2 dosis selama 2 hari, selanjutnya 4 mg/kgbb
dibagidalam 2 dosis sambil perhatikan keadaan umum seterusnya
o kortikosteroid berupa deksametason 0,5-1 mg/kgbb/24 jam yang mempunyaiefek baik terhadap
hipoksia dan edema otak.
o antibiotika dapat diberikan untuk mencegah infeksi sekunder, terutama bila adamanipulasi yang
berlebihan.
o Fungsi lumbal untuk menurunkan tekanan intrakranial, mengeluarkan darah, mencegah terjadinya
obstruksi aliran likuor dan mengurangi efek iritasi padapermukaan korteks
h. Tindakan bedah darurat bila terjadi perdarahan/hematoma epidural walaupun jarangdilakukan
explorative Burrhole dan bila positif dilanjutkan dengankraniotomi,evakuasi hematoma dan
hemostasis yang cermat. Pada perdarahan/hematomasubdural, tindakan explorative burrhole
dilanjutkan dengan kraniotomi, pembukaanduramater, evakuasi hematoma dengan irigasi
menggunakan cairan garam fisiologik.Pada perdarahan intraventrikuler karena sering terdapat
obstruksi aliran likuor,dilakukan shunt antara ventrikel lateral dan atrium kanan.
H. Komplikasi
Komplikasi pemberian vitamin K antara lain
 reaksi anafilaksis (bila diberikan secara IV)
 anemia hemolitik
 hiperbilirubinemia (dosis tinggi)
 hematoma pada lokasi suntikan
I. Pencegahan
Health Technology Assesment (HTA) Departemen Kesehatan(Depkes) RI tahun 2003Semua
bayi baru lahir harus mendapat profilaksis vitamin K1. Dosis yang diberikan 1 mg dosis tunggal IM
atau oral 3 kali masing-masing 2 mgpada waktu lahir, umur 3-7 hari, dan saat bayi berumur 1-2
bulan. Untuk bayi yang lahir ditolong dukun diwajibkan pemberian vitamin K1 secara oral. Ibu hamil
yang mendapat pengobatan antikonvulsan harus mendapat vitamin K 5 mgsehari selama trimester
ketiga atau 24 jam sebelum melahirkan diberikan vitamin K10 mg/IM, kepada bayinya diberikan
vitamin K 1 mg IM dan diulang 24 jamkemudian
J. Prognosis
Karena kemajuan obstetri, ICB oleh trauma kelahiran sudah sangat berkurang.Mortalitas ICB
non traumatik 50-70%. Prognosis ICB bergantung pada lokasi danluasnya perdarahan, umur
kehamilan, cepatnya didiagnosis dan pertolongan. Padaperdarahan epidural terjadi penekanan pada
jaringan otak ke arah sisi yang berlawanan.Dapat terjadi herniasi unkus dan kerusakan batang otak.
Keadaan ini dapat fatal bila tidak mendapat pertolongan segera. Pada penderita yang tidak
meninggal, dapat disertaispastisitas, gangguan bicara atau strabismus. Kalau ada gangguan serebelum
dapat terjadiataksi serebeler. Perdarahan yang meliputi batang otak pada bagian formasi
retikuler,memberikan sindrom hiperaktivitet.Pada perdarahan subdural akibattrauma,hanya 40%
dapat sembuh sempurnasetelah dilakukan fungsi subdural berulang-ulang atau tindakan
bedah.Perdarahansubdural dengan hilangnya kesadaran yang lama, nadi cepat, pernapasan tidak
teratur dandemam tinggi, mempunyai prognosis jelek. Pada perdarahan intraventrikuler,
mortalitasbergantung pada derajat perdarahan.Pada derajat 1-2 (ringan-sedang), angka kematian 10-
25%, sebagian besarsembuh sempurna, sebagian kecil dengan sekuele ringan. Pada derajat 3--4
(sedang-berat), mortalitas 50--70% dan sekitar 30% sembuh dengan sekuele berat. Sekuele
dapatberupaCerebral palsy, gangguan bicara, epilepsi, retardasi mental dan hidrosefalus.Hidrosefalus
merupakan komplikasi paling sering (44%) dari perdarahan periventrikuler.

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Teoritis pada Klien dengan Hemorrhagic disease of
the newborn (HDN)
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan
yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan pelayanankesehatan. Dalam upaya
pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan menggunakanmetodologi proses keperawatan
berpedoman pada standar keperawatan dilandasi etik danetika keperawatan dalam lingkup
wewenang serta tanggung jawab keperawatan(Depkes,1995:5).Proses keperawatan menyediakan
struktur untuk praktik keperawatan, merupakan kerangka kerja penggunaan pengetahuan dan
keterampilan yang dilakukan oleh perawat untuk mengekspresikan human caring. Proses
keperawatan digunakan secara terus menerus ketika merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan. Perawat menganggap pasien sebagai figure sentral dalam rencana asuhan dan
memastikan ketepatan dari semua aspek asuhan keperawatan dengan mengobservasi respon
pasien. Proses keperawatan terdiri dari pengkajian, merumuskan diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi ,
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam berpikir kritis dan pengambilan keputusan yang
menghasilkan diagnosis keperawatan. Untuk mengarahkan perawat dalam mengumpulkan data
agar perawat dapat menentukan status dan fungsi kesehatan individu atau kelompok, Gordon
mengembangkan sistem untuk mengatur pengkajian keperawatan berdasarkan fungsi (1994).
Setelah pengumpulan data selesai, perawat dan klien dapat menentukan status fungsi yang
positif, status perubahan fungsi, atau status resiko perubahan fungsi. Pola kesehatan fungsional
meliputi :Pengkajian Gordon
A) Identitas klien, meliputi : nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, status bangsa, tanggal
masuk RS, nomor rekam medis, diagnosa medis dan alamat. Disamping itu perlu juga dicantumkan
identitas Penanggung jawab yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
hubungandengan keluarga dan alamat.
B) Riwayat Kesehatan sekarang
Pada Hemorhagic disease of the newborn (HDN)Biasanya akanditemukan adanya penurunan
tingkat kesadaran dan kemungkinan sampaiterjadi koma sehingga klien tidak dapat dilakukan
pengkajian tentang keluhanutamanya, Dikembangkan pula dengan menggunakan konsep PQRST
mulaidari adanya keluhan sampai datang ke rumah sakit untuk meminta pertolongan.PQRST
Meliputi P : Paliatif artinya apa yang memperberat keluhan yang dialami klien, Q : Qualitas artinya
bagaimana keluhan tersebut dirasakan oleh klien, R : Region artinya di manakah gangguan tersebut
dirasakan, apakahgangguan tersebut menjalar/menyebar ke area lain, apa yang telahdilakukan untuk
mengurangi atau menghilangkan keluhan tersebut, S : Scala artinya seberapa berat keluhan tersebut
dirasakan, bagaimanakeluhan tersebut mempengaruhi kemampuan fungsi dirinya.T : Time artinya
berapa lama keluhan tersebut dirasakan, apakah adaperbedaan intensitas keluhan misal: menghebat
pada saat malam hari.
C) Riwayat kesehatan lalu
meliputi: adanya riwayat tidak diberikannyavitamin K saat BBL , apakah sebelumnya ibu klien
pernah mengkonsumsiobat-obatan pada saat mengandung klien, apakah klien pernah
mengalamikecelakaan atau tidak, klien pernah mengalami tindakan invasif yaitumenggunakan
vakum dan forcev saat proses persalinan atau kepala klienterjepit lama oleh panggul ibu saat proses
persalinan. Kemudian juga perlu di kaji riwayat prenatal, natal dan postnatal
 Riwayat prenatal : apakah kehamilan direncanakan, kondisi Ibu saat hamil,adakah kelainan kehamilan,
obat – obat yang digunakan oleh Ibusebelum hamil, penyakit yang diderita Ibu waktu hamil.
 Riwayat perinatal : lamanya kehamilan, yang membantu persalinan, di manabersalin, lahir
prematur/aterm/postmatur, jenis kelahiranspontan/dengan alat/operasi, komplikasi waktu persalinan
 Riwayat neonatal : Pemberian nutrisi/ASI, jumlah pemberian,frekuensi,pemberian makanan tambahan,
kapan berhenti minum ASI, beratbadan waktu lahir, panjang badan waktu lahir.
 Riwayat postnatal : Lama di Rumah Sakit/Bidan, perubahan berat badan (adaperubahan atau tidak),
pola buang air besar.
 Riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak : Riwayat pertumbuhan meliputi : berat badan waktu
lahir, beratbadan sekarang, saat masuk rumah sakit, berat badan saat dikaji,lingkar kepala, lingkar
perut, lingkar lengan. Kemudian hal yang perlu dikaji dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah
:
(a) Motorik kasar, apakah anak dapat menghisap, menggenggam
(b) Motorik halus, respon tubuh terhadap lingkungan
(c) bahasa, apakah anak bisa menangis, kapan anak bisa bicara
D) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat yang pernah atau masih dialami anggota keluarga, penyakitmenular, penyakit keturunan,
apakah di antara anggota keluarga adayang menderita penyakit yang dapat diturunkan atau
ditularkan, jika adabuat genogram.
1. Pola persepsi dan Manajemen Kesehatan
biasanya klien /keluarga akan mengalami kecemasan karena kondisi penyakit/tidak, proses
hospitalisasi, memikirkan biaya perawatan dan cara keluarga mengatasi masalah.
2. Pola nutrisi metabolic
nafsu makan/tidak, adakah penambahan berat badan/tidak, adakah rasa mual, muntah, frekuensi
bising usus, adakah asites/tidak, keadaan mulut bersih / tidak, ada lesi / tidak, frekuensi buang air
besar, keadaan perut kembung /cekung /datar, adanyeri tekan pada perut /tidak, warna kulit perut
ada kelainan / tidak,berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan atas,
lingkar perut.
3. Pola eliminasi
frekuensi BAK, adakah sumbatan atau tidak, kondisi alatgenetalia ada kelainan/tidak, pola
urinaria normal/tidak, disuria,retensi urine, warna urine, bau urine,
adanyahematuri/anuria/oliguria, adanya edema pada muka/pada tungkaibawah, warna urine
gelap seperti air teh/air cucian daging.
4. Pola aktivitas dan latihan
Pola aktivitas sehari – hariperlu dikaji kebiasaan klien sehari-hari sebelum sakit dan dengan
keadaansekarang pada waktu sakit, meliputi:
a. Pola nutrisi, kebiasaan makna sehari-hari, jam makan, frekuensi makan, porsimakan, jenis makanan
yang disukai/tidak, obat/diet tambahan yang diberikan,alergi terhadap makanan, masalah yang
berhubungan dengan nutrisi.Makanan/cairan: cara pemberian makan/minum,
jenisminuman/makanan, frekuensi, kehilangan cairan yang berlebihan: vomitus,suction lambung dan
drainage berlebihan, asupan makanan/minuman, infus.
b. Pola eliminasi, kebiasaan buang air besar (BAB), buang air kecil (BAK), ngompol,frekuensi
BAK/BAB, warna, bau, masalah yang berhubungan denganbak/BAB, keluhan dan kesulitan
c. Istirahat tidur, kualitas, kuantitas dan kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan tidur sehari-hari, jam tidur
siang, tidur malam, lama tidur, sering bangun/tidak, masalahyang berhubungan dengan tidur, hal
yang membantu tidur.
d. Personal hygiene
Kebiasaan mandi, mandi sendiri/dimandikan, kebiasaan cuci rambut,gosok gigi, ganti pakaian dan
gunting kuku
e. Pola aktivitas, aktivitas gerak dengan bantuan/tidak, bermain: mainan kesukaan,tempat bermain,
teman bermain, apakah anak lebih sering bermainsendiri/bersama.
5. Pola tidur dan istirahat
kualitas, kuantitas dan kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan tidur sehari-hari, jam tidur siang, tidur
malam, lama tidur, sering bangun /tidak, masalah yang berhubungan dengan tidur, hal yang
membantu tidur.
6. Kognitif persepsi
Sistem persarafan : kesadaran klien, penurunan kesadaran sampai koma/tidak,sakit kepala
berat/tidak, adanya kejang-kejang, tanda peningkatantekanan intrakranial, adakah perubahan minat,
efek, status mentalbaik/tidak, tremor, paralise, gangguan bicara/tidak, nilai GCS,penglihatan klien,
keadaan mata bersih/tidak, pendengaranbaik/tidak, perabaan baik/tidak, apakah klien dapat
membedakan rasa manis, asam danpahit
7. Persepsi dan konsep diri
8. Peran hubungan : hubungan sosial klien dengan anggota keluarga dan klien dengan
lingkungan dimana klien tinggal
9. Seksualitas
10. Koping toleransi
11. Nilai kepercayaan : kepercayaan yang dianut klien atau keluarga, nilai dan budaya,
pandanganklien atau keluarga terhadap penyakitnya, keyakinan dan harapan.
Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan darahdilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah dan hitung jenisleukosit,
LED, kadar glukosa , kadar ureum elektrolit, kultur. Pada meningitispurulenta didapatkan
peningkatan leukosit.
b) Pemeriksaan radiologis
(1) Foto kepala: periksa mastoid, sinus paranasal, gigi geligi.
(2) Foto dada.
(3) Ct Scan
Pemeriksaan fisik yang lain:
A. Sistem pernapasan : Irama pernapasan reguler/irregiler, frekuensi napas, adakah suara napas
tambahan, adakah penggunaan otot tambahan, gerak dan bentuk dada simetris/tidak, bunyi
napas, keadaan hidung bersih/tidak, ada sputum atau tidak, keadaan kulit dada ada kelainan atau
tidak, kesulitan bernapas, refraksi otot-otot pernapasan.
B. Sistem kardiovaskular : frekuensi nadi, tekanan darah sesuai dengan usianya, apakahada edema
atau tidak, adakah palpitasi atau tidak, konjungtivapucat/tidak, adakah takikardi, peningkatan vena
jugularis.
C.Sistem integument
(1) kulit : adakah edema atau tidak, adakah perubahan warna kulit,peningkatan suhu, turgor, tekstur
kulit, bersisik/tidak, adakah lukamemar dan lesi pada kulit, adakah kelainan integritas kulit
akibatedema, keadaan kulit kotor/tidak misal karena kelemahan fisik untuk memenuhi personal
hygiene
(2) kuku : warna kuku cyanosis atau tidak, lekukan kuku normal atautidak, keadaan kuku bersih atau
tidak, kuku panjang/pendek
(3) rambut : keadaan rambut bersih/tidak, distribusi merata atau tidak,mudah dicabut/tidak,
lebat/jarang, banyak kutu/tidak,berketombe/tidak, warna rambut hitam
D. Sistem musculoskeletal
(1) Ekstremitas atas : bentuk simetris/tidak, jari-jari tangan lengkap/tidak, pergerakanrom
terbatas/tidak, terdapat atropi dan kaku sendi/tidak, kekuatanotot, pada tangan terpasang infus/tidak.
(2) Ekstremitas bawah: bentuk simetris/tidak, jari-jari kaki lengkap/tidak, pergerakanrom
terbatas/tidak, terdapat atropi dan kaku sendi/tidak, kekuatanotot.
E. Sistem endokrin : adakah pembesaran kelenjar tyroid atau tidak, pertumbuhandan perkembangan
sesuai dengan tingkat usia, adakah di antarakeluarga yang menderita penyakit diabetes/tidak, apakah
pernahmengalami penyakit tyroid, keadaan rambut kering/tidak.
2. Analisa data
Analisa data merupakan proses berfikir yang meliputi kegiatanmengelompokkan data,
menginterpretasi dan akan membandingkannya denganstandar yang normal. Setelah itu dianalisa
sehingga didapat gambaran statuskesehatan dan kemungkinan penyebab timbulnya masalah klien,
kemudiandisimpulkan sehingga didapatkan masalah klien.Diagnosa keperawatan adalah pernyataan
yang dirumuskan berdasarkan datayang terkumpul dan berupa rumusan tentang respon klien terhadap
timbulnyamasalah yang perlu diatasi dengan tindakan atau intervensi keperawatan
(Depkes,1999:7).Diagnosa Keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga,atau
masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau
potensial“.(Hidayat, A. Azis., 2001:12). Diagnosis Keperawatan merupakan label singkat yang
menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi dilapangan. Kondisi ini dapat berupa masalah
actual atau potensial atau diagnosis sejahtera. Menggunakan terminology NANDA International,
potensi masalah dinyatakan sebagai Resiko. Penambahan kata keterangan mungkin diperlukan agar
diagnosis menjadi lebih tepat dan jelas.
ANALISA DATA
NO DATA PATOFISIOLOGI MASALAH
1. DO : Pola nafas tidak
 Nafas dalam Perdarahan di otak efektif
 Bradipnea
 Tacypnea
 Penggunaan otot-otot pernafasan
 nafas cuping hidung Edema otak
 perubahan gerakan dada

Peningkatan tekanan

intracranial

Penekanan batang otak

Depresi pusat pernafasan

Cynestoke, apnea

22222222222222 DO : Resiko perdarahan


 Purpura, ekimosis Defisiensi vitamin K
 Melena
 Perdarahan intra cerebral
 PT/APTT memanjang
 Trombositopenia Berkurangny aktifator faktor

pembekuan

Perdarahan

33 DO: Hypertermia
 konvulsi Perdarahan intrakranial
 kulit memerah
 peningkatan suhu tubuh diatas normal
(> 37,5°C)
 kulit teraba hangat dan lembab

Edema otak
Peningkatan TIK

Penekanan Hypothalamus

Gangguan mekanisme

termogulasi

Hypertermi
DO : Resiko perfusi
 samnolen, apatis, coma Perdarahan cerebral jaringan cerebral
 GCS <13 span=""> tidak efektif
 Sulit menelan
 Pupil melebar
Kurangnya suplay O2 ke otak

3.RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA KLIEN DENGAN HDN


TUJUAN/
INTERVENSI
NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL TINDAKAN
(NIC)
(NOC)
1. Pola nafas  Kepatenan jalan nafas
tidak Manajemen a. Membuka jalan nafas dengan cara
efektif  Status pernafasan : jalan nafas dagu diangkat atau rahang ditinggikan
ventilasi b. Memposisikan pasien untuk
 Status tanda-tanda mengurangi dispnea/memaksimalkan
vital ventilasi
c. Mendengarkan bunyi jalan nafas,
mencatat daerah yang mengalami
penurunan atau ada tidaknya ventilasi
dan adanya bunyi tambahan
d. Memberikan terapi oksigen
Monitoring
respirasi a. Monitor frekuensi, rata-rata, irama,
kedalaman dan usaha bernafas
b. Catat pergerakan dada, lihat
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan dan supraklavikula dan
retraksi otot intercostal
c. Monitor bising pernafasan seperti
bunyi ribut dan dengkuran
d. Monitor pola nafas seperti bradipnu,
takipnu, hiperventilasi, pernafasan
kusmaul, ceyne stokes, apnoe, biot
dan pola ataksi
e. Palpasi jumlah pengembangan paru
f. Perkusi anterior dan posterior thoraks
dari apeks sampai basis
secara bilateral
g. Catat lokasi trakea
h. Monitor kelemahan otot diafragma
i. Auskultasi kelemahan bunyi nafas,
catat ventilasi yang turun atau hilang

2. Resiko Perdarahan  Status sirkulasi Pencegahan a. Memonitor pasien secara ketat untuk
 Status koagulasi perdarahan perdarahan
 Pengetahuan: b. Catat tingkat HB, HT sebelum dan
keamanan pribadi sesudah kehilangan darah
 Pengetahuan: prosedur c. Memantau tanda dan gejala
pengobatan perdarahan yang persisten
 Kontrol resiko d. Memantau tanda-tanda vital
e. Menjaga istirahat selama perdarahan
aktif
f. Melindungi pasien dari trauma
g. Menginstruksikan keluarga untuk
Pengurangan meningkatkan asupan makanan yang
perdarahan kaya vitamin K

a. Identifikasi penyebab perdarahan


b. Monitor jumlah dan sifat dari
kehilangan darah
c. Catat kadar HB dan HT sebelum dan
sesudah kehilangan darah
d. Memonitor status cairan termasuk
intake dan output yang sesuai
e. Memantau faktor pengiriman oksigen
Perawatan jaringan seperti PaO2, Sa O2
Sirkulasi f. Mengatur ketersediaan produk darah
untuk transfusi, jika perlu

a. Lakukan penilaian yang


komprehensif dari sirkulasi perifer,
misalnya pengisian kapiler, warna dan
suhu ekstremitas, memeriksa denyut
nadi perifer, edema, dan tekanan
perifer
b. Menilai tingkat ketidaknyamanan
atau nyeri
c.
Monitor tanda- Tinggikan anggota badan yang
tanda vital terkena 20 derjat atau lebih
d. Ubah posisi pasien minimal setiap 2
jam
e. Pertahankan hidrasi yang adekuat
untuk mencegah viskositas darah
meningkat
f. Memantau status cairan

a. Pantau TD, N, S, status pernafasan


b. Laporkan tanda-tanda hipotermi dan
hipertermi
c. Pantau kualitas nadi
d. Pantau irama jantung
e. Pantau irama dan aliran pernafasan
f. Pantau pola nafas
g. Monitor bunyi paru
h. Perhatikan cianosis
i. Periksa keakuratan alat yang
digunakan

3. Hypertermia  Termoregulasi Monitor tanda-


a. Pantau TD, D, S dan status pernafasan
Suhu kulit dalam tanda vital b. Laporkan tanda-tanda hipotermi dan
batas normal hipertermia
Perubahan warna c. Pantau kualitas nadi
kulit tidak muncul Regulasi d. Pantau pola nafas
Denyut nadi dalam temperatur
batas normal a. Monitor warna kulit dan temperatur
Status hidrasi b. Pantau asupan nutrisi dan cairan
adekoat c. Atur temperatur ruangan sesuai
Tidak terlihat dengan kebutuhan pasien
keringat Pengobatan
 Termoregulasi demam
a. Memantau WBC, HGB, ,dan nilai-
neonatus nilaihematokrit
b. Mengadministrasikan obat antipiretik
c. Memberikan obat untuk mengobati
demam yang sesuai
d. Mendorong peningkatan asupan
cairan oral
e. Terapkan kantong es ditutupi dengan
Manajemen lowel di pangkal paha dan ketiak
cairan f. Memonitor aktifitas kejang

a. Monitor status hidrasi


b. Hitung haluan
c. Pertahankan intake yang adekoat
d. Pasang kateter urine
Kontrol infeksie. Kaji persediaan darah untuk tranfusi
f. Berikan terapi IV
g. Nasogastrik untuk mengganti
kehilangan cairan

a. Batasi jumlah pengunjung yang


membezuk
b. Ajarkan keluarga teknik mencuci
tangan yang benar
c. Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan terhadap pasien
d. Gunakan sarung tangan sebagai
pengaman umum
e. Lakukan terapi antibiotik yang tepat
f. Pastikan keadaan steril saat
menangani IV
g. Ajarkan klg tentang tanda-tanda
infeksi dan gejala infeksi dan segera
melaporkan pada tim kesehatan

III. TINJAUAN KASUS


Bayi Ana masuk RSUP Dr. M.Djamil Padang pada tanggal 7 Januari 2013 pukul 21.30 WIB
rujukan dari RS Muara Labuh dengan keluhan demam kejang dan penurunan kesadaran. GCS 8
(E3M3V2). terlihat retraksi epigastrium, infus terpasang D 12,5 %, O2 2 lpm, terdapat ptekie pada
bagian lengan, terpasang chateter urine dan NGT.
I. Identitas Data
Nama Anak : By. A BB/PB : 5 kg/ 56 cm
TTL/Usia : 29 Oktober 2012/ 2,5 bulan
Anak Ke : 2 dari 2 bersaudara
Nama Ayah : Tn.Firdaus Nama Ibu : Ny.Roslawati
Pekerjaan : Tani Pekerjaan : Tani
Pendidikan : SMP Pendidikan: SD
Tanggal Pengkajian : 14 januari 2013
Tanggal masuk RS : 7 Januari 2013
No RM : 813337
Alamat : Sungai Talang, komplek TK.A Solok Selatan
Dx Medis : Haemorraghic Desease of Newborn (HDN).
II. Keluhan Utama
Demam kejang 1 hari sebelum masuk RS disertai dengan penurunan kesadaran

III. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


1. Prenatal
Klien adalah anak ke 2 dari 2 bersaudara. Ibu klien mengatakan kehamilannya tidak
direncanakan. Keluhan selama kehamilan tidak ada. Ibu klien juga mengatakan tidak
mengkonsumsi obat-obatan selama hamil. Kontrol kehamilan ada yaitu sebanyak 3 kali. Ibu
klien mengatakan tidak pernah mendapat imunisasi TT, hanya mendapat kapsul vitamin A
sebanyak 1 kali.
2. Intranatal
Klien lahir melalui persalinan spontan. Persalinan ditolong oleh bidan setempat dengan usia
kehamilan cukup bulan (± 38 minggu) atau aterm. Ibu klien mengatakan tidak dapat mengingat
berapa lama proses persalinan. Penggunaan alat khusus seperti vacum, dan forcep untuk
membantu proses persalinan tidak ada, komplikasi persalinan tidak ada.
3. Neonatal
BB klien waktu lahir 2800 gram, bayi termasuk SMK, Panjang badan (ibu lupa). ASI diberikan
48 jam setelah kelahiran. Sebagai pengganti ASI, klien mendapat 8x30 cc susu formula.
4. Postnatal
Klien dirawat di rumah bidan selama 2 hari. Perubahan berat badan tidak diketahui. Ibu klien
mengatakan setelah lahir klien tidak diberikan profilak vitamin K. Selama di rumah klien
ditidurkan diayunan (diayun-ayun).
IV. Riwayat Kesehatan dahulu
1. Penyakit yang diderita sebelumnya :
Ibu klien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengalami sakit seperti demam, klien juga tidak
pernah mengalami jatuh.
2. Pernah dirawat di RS :
Ibu klien mengatakan sebelumnya klien telah dirawat di RS Muara Labuh selama 1 hari dengan
keluhan demam ± 2 hari, demam hilang timbul disertai dengan muntah yang menyemprot
3. Obat-obatan yang pernah digunakan :
 Ampicillin 4 x 250 mg
 Gentamicin 2 x 12,5 mg
 Neo K 1 x 1 mg
 Luminal 1 x 50 mg (IM)
4. Alergi : Tidak ada alergi terhadap susu formula ataupun obat-obatan
5. Kecelakaan : Riwayat jatuh tidak ada, riwayat bayi diayun-ayun ada
6. Riwayat Imunisasi : Belum pernah mendapat imunisasi dasar

V. Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien masuk RSUP Dr. M.Djamil Padang pada tanggal 7 Januari 2013 pukul 21.30 WIB rujukan
dari RS Muara Labuh dengan keluhan demam kejang dan penurunan kesadaran. GCS 8
(E3M3V2). Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 14 Januari 2012 pukul 10.00 WIB, GCS 10
(E4M4V2). Nadi 120 x/i, RR 56 x/i, Suhu 37 oC, TD 100/60 mmHg, terlihat retraksi epigastrium,
infus terpasang D 12,5 %, O22 lpm, terdapat ptekie pada bagian lengan, terpasang chateter urine
dan NGT.
VI. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit gangguan
pembekuan darah
Genogram :
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
: klien
: tinggal serumah

VII. Riwayat Tumbuh Kembang


1. Kemandirian dan Bergaul
Belum dapat dikaji
2. Motorik Kasar
Sebelum sakit klien sudah mampu melakukan gerakan membalikkan badan dan mengangkat
kepala
3. Motorik Halus
Klien mampu mengikuti ke garis tengah dan mengukuti ke garis tengah
4. Kognitif dan Bahasa
Sebelum sakit klien sudah mampu bersuara, berteriak dan tertawa
5. Psikososial
Sebelum sakit klien sudah mampu membalas senyum lawan bicara dengan tertawa
VIII. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh klien
Ibu klien mengatakan bahwa klien diasuh langsung oleh kedua orangtua. Klien adalah anak
kedua. Ibu klien mengatakan dalam mengasuh, anak-anaknya tidak diberi kebebasan untuk
berpendapat ataupun dalam hal lainnya. Semua aturan ditetapkan oleh orangtua klien.
2. Hubungan dengan anggota keluarga
Belum bisa dinilai
3. Hubungan dengan teman sebaya
Belum bisa dinilai
4. Pembawaan secara umum
Belum bisa dinilai
5. Lingkungan rumah
Rumah permanen dengan halaman rumah sempit, tidak ada WC, MCK di sungai, sumber air
bersih adalah air sungai, sampah diolah dengan cara dibakar
IX. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : buruk, GCS 10 (E4M4V2).
2. PB/BB : 56 cm / 5 kg
3. Kepala : Normochepal, terpasang infus D 12,5 %
Sutura : belum menutup
Ubun-ubun : tampak mennojol
Lingkar Kepala : 37 cm
Kebersihan : kurang bersih
Warna rambut : pirang
Tekstur : halus dan tidak mudah dicabut
Distribusi rambut : Tidak merata
4. Mata
Simetris : ada
Sklera : ikterik
Konjungtiva : pucat
Palpebra : oedema (-)
5. Telinga
Simetris : ada
Serumen : tidak ada
Pendengaran : baik
6. Hidung : bersih +/+, terpasang slang NGT +/_ dan slang oksigen binasal
Septum : simetris
Sekret : tidak ada
Nafas cuping hidung: tidak ada
7. Mulut : bersih
Warna Bibir : merah muda
Kelembapan : lembab
a. Lidah : bersih dan berwarna merah
b. Gigi : belum tumbuh
8. Leher
a. Kelenjer Getah Bening : tidak ada pembesaran
b. Kelenjer Tiroid : tidak ada pembesaran
c. JVP : sukar dinilai
9. Jantung
a. Inspeksi : ictus tidak terlihat
b. Palpasi : ictus teraba di LMCS RIC V
c. Auskultasi : irama teratur
10. Paru-paru
a. Inspeksi : simetris, retraksi epigastrium (+)
b. Palpasi : fremitus kiri = kanan
c. Perkusi : sonor
d. Auskultasi : bronchovesikuler, Ronchy (-/-), wheezing (-/-)
11. Perut
a. Inspeksi : distensi (+)
b. Palpasi : hepar dan lien tidak teraba
c. Perkusi : tympani
d. Auskultasi : bising usus (+) 2-3 x / menit

12. Ekstremitas
Atas : lengkap (+/+)
Bawah : lengkap (+/+)
CRT : < 3 detik
terpasang infusNaCl 0,9 % pada ekstremitas atas (dextra)
13. Genitalia : terpasang catheter, terlihat bengkak pada labia mayora kiri
14. Kulit
Warna : kuning langsat
Turgor : baik, kembali cepat
Elastisitas : elastis
X. Pemeriksaan Tumbuh Kembang DDST
 Klien tidak mengalami keterlambatan dalam proses tumbuh kembang
Status Nutrisi :
 BB/U x 100 % = 5/5,6 x 100 % = 89,2 % (N)
 TB/U x 100 % = 56/59,5 x 100 % = 94,11 % (N)
 BB/TB x 100 % = 5/4,8 x 100 % = 104 % (N)
 Kesimpulan: status nutrisi klien tergolong baik
1. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
 Tanggal 08/1/13
 Hb : 6,1 gr%, (N: 11 –14 gr %)
 HT : 18 % (N: 30 – 43 %)
 Leuko : 14.560/mm3 ( 5- 10 x 103/ mm3)
 Ca : 0,25 mmol/L (1,12-1,32 mmol/L)
 Tanggal 10/1/13
 Hb : 12,8 gr%, (N: 11 –14 gr %)
 HT : 37,8 % (N: 30 – 43 %)
 Leuko : 10.000 mm3 (N: 5- 10 x 103/ mm3)
 Trombo: 27.000 mm3 (N:150.000-400.000 mm3)
 SGOT : 104 U/L (N: 0-31 U/L)
 SGPT : 37 U/L (N: 0-30 U/L)
 Tanggal 11/1/13
 Ca : 9,1 mmol/L (1,12-1,32 mmol/L)
 GD : 66 mg/dl (N: 30 – 43 %)
 Tanggal 12/1/13
 Trombo: 9.000 mm3 (N: 150.000- 400.000 /mm3)
 Hb : 7,3gr%, (N: 11 –14 gr %)
 HT : 21 % (N: 30 – 43 %)
 Albumin: 3,5 gr/dl (N: 3,5 – 5,2 gr/dl)
 Tanggal 13/1/13
 Hb : 11,1gr%, (N: 11 –14 gr %)
 HT : 33 % (N: 30 – 43 %)
 Trombo: 10.000 mm (N: 150.000- 400.000 /mm3)
3

2. Brain Ct Scan tanggal 7 januari 2013 : infark luas di hemisfer cerebri dextra +
perdarahan subdural + perdarahan subarachnoid.
3. Lain-lain :
a. Pengobatan :
Meropenem 3 x 200mg (IV) : jam 6, 14 dan jam 22
Lasix 1x 5 mg (IV): jam 24
Transamin 3x75 mg (IV) : jam 6, 14 dan jam 22
Luminal 2 x 50 mg (oral): jam 6 dan jam 18
Urdafak 2 x 50mg (oral): jam 6 dan jam 18
Kcl 3x 12 mg (oral) ): jam 6, 14 dan jam 22
b. Terapi : O2 1 lt/ menit
c. Infus : D 12,5% 12 tts/ menit
d. Infus aminofusin Paed 150 cc/ hari
e. Asi 8 x 5 cc/ NGT
XI. Kebutuhan Dasar Sehari-hari
No Jenis kebutuhan Dirumah/Sebelum Sakit Di Rumah Sakit
1 Makan - -
2 Minum Asi ekslusif saban 3 jam Asi ekslusif 8x 5 cc
3 Tidur ± 18 jam Tidak dapat dinilai
4 Mandi 1x/ hari (mandi celup) 1x/ hr ( mandi dilap)
5 Eliminasi BAK > 7x/ hari Terpasang cateter
BAB 1 x / hari (warna kuning) BAB bewarna coklat kehitaman
(2 x/ hari)
6 Bermain Sudah dapat main cilukba -

ANALISA DATA
No. Data Patofisiologi Masalah
1 DO : Pola nafas tidak efektif
 Nafas 56 x/ menit Tidak mendapat profilaks
 Terlihat adanya penggunaan otot bantu vit K pada awal kelahiran
pernafasan
 Terpasang O2 1 lpm
 Jenis pernafasan tachypnea Defisiensi vit K
DS :
 Keluarga mengatakan klien mengalami
Berkurangnya faktor koagulasi
sesak nafas semenjak tadi malam

Perdarahan di otak

Edema di otak

Peningkatan tekanan
intrakranial

Penekanan batang otak

Cynesstoke, apnea, tachypnea


2 DO : Resiko perdarahan
 Terlihat adanya ptekie pada daerah Defisiensi vitamin K
lengan
 BAB bewarna coklat kehitaman
 Hasil CT Scan : perdarahan subdural dan Berkurangnya aktifitas
perdarahan sub arachnoid (7/1/13) pembentukan faktor
 Trombosit: 10.000/mm3 pembekuan (faktor II, VII, IX
DS : dan X)
 Keluarga mengatakan bintik-
bintik merah sudah ada semenjak 2 Tombositopenia dan
hari yang lalu Trauma

Resiko perdarahan
3 DO : Hypertermia
 Akral teraba hangat Perdarahan tekanan
 Temperatur : 38, 5 °C intracranial
 Muka terlihat memerah
 Klien terlihat rewel
 Kulit teraba lembab Edema otak
 Infus terpasang D 12,5% 12 tts/ menit
DS :
 Keluarga mengatakan klien demam
Peningkatan tekanan intra
cranial

Penekanan hypothalamus

Gangguan mekanisme
termoregulasi

Hypertermi

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY A DENGAN HAEMORRHAGIC


DISEASE OF THE NEWBORN
TUJUAN/
KRITERIA INTERVENSI
NO DIAGNOSA TINDAKAN
HASIL (NIC)
(NOC)
1.  Kepatenan jalan
Pola nafas tidak efektif Manajemen jalan
a. Membuka jalan nafas dengan cara dagu
nafas nafas diangkat atau rahang ditinggikan
 Status pernafasan b. Memposisikan pasien untuk
: ventilasi mengurangi dispnea/memaksimalkan
 Status tanda-tanda ventilasi
vital c. Mendengarkan bunyi jalan nafas,
mencatat daerah yang mengalami
penurunan atau ada tidaknya ventilasi
dan adanya bunyi tambahan
Monitoring respirasid. Memberikan terapi oksigen
a. Monitor frekuensi, rata-rata, irama,
kedalaman dan usaha bernafas
b. Catat pergerakan dada, lihat
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan dan supraklavikula dan
retraksi otot intercostals
c. Monitor bising pernafasan seperti
bunyi ribut dan dengkuran
d. Monitor pola nafas seperti bradipnu,
takipnu, hiperventilasi, pernafasan
kusmaul, ceyne stokes, apnoe, biot dan
pola ataksi
e. Palpasi jumlah pengembangan paru
f. Perkusi anterior dan posterior thoraks
dari apeks sampai basis secara bilateral
g. Catat lokasi trakea
h. Monitor kelemahan otot diafragma
i. Auskultasi kelemahan bunyi nafas,
catat ventilasi yang turun atau hilang

2. Resiko Perdarahan Status Pencegahan a. Memonitor pasien secara ketat


sirkulasi perdarahan untuk perdarahan
 Status b. Catat tingkat HB, HT sebelum
koagulasi dan sesudah kehilangan darah
 Pengetahuan: c. Memantau tanda dan gejala
keamanan perdarahan yang persisten
pribadi d. Memantau tanda-tanda vital
 Pengetahuan: e. Menjaga istirahat selama
prosedur perdarahan aktif
pengobatan f. Melindungi pasien dari trauma
 Kontrol resiko g. Menginstruksikan keluarga
untuk meningkatkan asupan
Pengurangan
makanan yang kaya vitamin K
perdarahan
a. Identifikasi penyebab
perdarahan
b. Monitor jumlah dan sifat dari
kehilangan darah
c. Catat kadar HB dan HT sebelum
dan sesudah kehilangan darah
d. Memonitor status cairan
termasuk intake dan output yang
Perawatan sesuai
Sirkulasi e. Memantau faktor pengiriman
oksigen jaringan seperti PaO2,
Sa O2
f. Mengatur ketersediaan produk
darah untuk transfusi, jika perlu
a. Lakukan penilaian yang
komprehensif dari sirkulasi
perifer, misalnya pengisian
kapiler, warna dan suhu
ekstremitas, memeriksa denyut
nadi perifer, edema, dan tekanan
perifer
b. Menilai tingkat
Monitor tanda- ketidaknyamanan atau nyeri
tanda vital c. Tinggikan anggota badan yang
terkena 20 derjat atau lebih
d. Ubah posisi pasien minimal
setiap 2 jam
e. Pertahankan hidrasi yang
adekuat untuk mencegah
viskositas darah meningkat
f. Memantau status cairan

a. Pantau TD, N, S, status


pernafasan
b. Laporkan tanda-tanda hipotermi
dan hipertermi
c. Pantau kualitas nadi
d. Pantau irama jantung
e. Pantau irama dan aliran
pernafasan
f. Pantau pola nafas
g. Monitor bunyi paru
h. Perhatikan cianosis
i. Periksa keakuratan alat yang
digunakan

3. Hypertermia Termoregulasi Monitor tanda-


a. Pantau TD, D, S dan status
Suhu kulit tanda vital pernafasan
dalam batas b. Laporkan tanda-tanda hipotermi
normal dan hipertermia
Perubahan c. Pantau kualitas nadi
warna kulit Regulasi d. Pantau pola nafas
tidak muncul temperatur
Denyut nadi a. Monitor warna kulit dan
dalam batas temperature
normal b. Pantau asupan nutrisi dan cairan
Status hidrasi Pengobatan c. Atur temperatur ruangan sesuai
adekoat demam dengan kebutuhan pasien
Tidak terlihat
keringat a. Memantau WBC, HGB, , dan
Termoregulasi nilai-nilai hematokrit
neonatus b. Mengadministrasikan obat
antipiretik
c. Memberikan obat untuk
Manajemen mengobati demam yang sesuai
cairan d. Mendorong peningkatan asupan
cairan oral
e. Terapkan kantong es ditutupi
dengan lowel di pangkal paha
dan ketiak
f. Memonitor aktifitas kejang
Kontrol infeksi
a. Monitor status hidrasi
b. Hitung haluan
c. Pertahankan intake yang
adekoat
d. Pasang kateter urine
e. Kaji persediaan darah untuk
tranfusi
f. Berikan terapi IV
g. Nasogastrik untuk mengganti
kehilangan cairan

a. Batasi jumlah pengunjung yang


membezuk
b. Ajarkan keluarga teknik
mencuci tangan yang benar
c. Cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
terhadap pasien
d. Gunakan sarung tangan sebagai
pengaman umum
e. Lakukan terapi antibiotik yang
tepat
f. Pastikan keadaan steril saat
menangani IV
g. Ajarkan klg tentang tanda-tanda
infeksi dan gejala infeksi dan
segera melaporkan pada tim
kesehatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bayi dikatakan HDN apabila terjadi perdarahan spontan atau akibat trauma yang
berhubungan dengan defisiensi vitamin K dan menurunnya aktifitas factor pembekuan II,
VII, IX, dan X dengan fibrinogen dan trombosit normal. Penyakit ini ditandai dengan
terjadi hipertermi, perdarahan di kulit berupa purpura, perdarahan di mata, hidung,
saluran cerna dan intracranial.
2. Setelah dilakukan pengkajian, diperoleh 3 diagnosa keperawatan, yaitu: pola
nafas tidak efektif b/d disfungsi neuromuskular, resiko perdarahan, dan hipertermi.
3. Untuk mengatasi masalah keperawatan yang timbul, disusun rencana asuhan
keperawatan sesuai teoritis untuk mengatasi masalah HDN berdasarkan intervensi NIC
dan NOC.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan juga di lakukan sesuai rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun, yang disesuaikan dengan kondisi bayi, walaupun ada
beberapa rencana asuhan keperawatan yang tidak bisa terlaksana.
5. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari pada By.O, hari pertama
sampai hari ketiga By.O memperlihatkan adanya perbaikan, terutama untuk masalah pola
nafas tidak efektif. Sedangkan untuk masalah resiko perdarahan dan hipertermi belum
teratasi secara keseluruhan disebabkan karena proses penyakit klien.

B. Saran
1. Makalah ini masih banyak kekurangan, mohon kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini.
2. Diharapkkan makalah ini dapat menjadi refensi bagi mahasiswa keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Waldo E. Nelson. (2007) . Ilmu kesehatan Anak Edisi 12 Bagian 2. EGC ; Jakarta
Hoffbrand, A.V.dkk.( 2006).Essential haematology Fourth Edition, Blackwell Science
Bambang P. (2010). Buku Ajar Haematologi–Onkologi Anak Cetakan ketiga, EGC ; Jakarta
Markum,dkk. (1991).Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. FKUI; Jakarta
Judith M. Wilkinson. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi 9, EGC : Jakarta
Bulecheck,Gloria dkk. (2008). Nursing Interventions Classification (NIC), Fifth Edition.UnitedState :
Mosby
Hidayat, A. (2008).Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, (2 Edition), Jakarta:Salemba Medika.
Moorhead, Sue dkk. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth
Edition.UnitedState:Mosby
Price, S.A & Wilson, L.M (2005). Patofisiologi. Jakarta: EGC
Suriadi., (2006), Asuhan Keperawatan Pada Anak, (2 Edition) Jakarta: Sagung Seto.
Windiastuti, E. (2005). Buku ajar hematologi onkologi anak. Jakarta : IDAI.
Wong, D.L. (2003). Pedoman klinis keperawtan pediatrik. Jakarta: EGC
.

Anda mungkin juga menyukai