Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

TONSILITIS

KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Tonsil merupakan kelenjar getah bening di mulut bagian belakang (di puncak
tenggorokkan) yang berfungsi untuk membantu menyaring bakteri dan mikroorganisme
lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Sedangkan tonsilitis adalah suatu
peradangan pada tonsil yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, namun hampir 50%
kasus tonsillitis disebabkan karena infeksi bakteri streptokokkus.
Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Radang tonsil pada
anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya
juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis. ( Ngastiyah, 2012 )
Tonsilitis atau yang lebih dikenal dengan amandel merupakan suatu kondisi medis yang
ditandai dengan adanya peradangan pada tonsil, yang menyebabkan sakit tenggorokan,
kesulitan menelan, demam, dan untuk kasus tertentu dapat memicu terjadinya serangan
jantung atau pneumonia (Sang dkk, 2015).
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan waktu berlangsung (lamanya) penyakit, tonsilitis terbagi menjadi 2, yakni
tonsilitis akut jika penyakit (keluhan) berlangsung kurang dari 3 minggu dan tonsilitis
kronis jika inflamasi atau peradangan pada tonsil palatina berlangsung lebih dari 3 bulan
atau menetap. Infeksi terjadi terus-menerus karena kegagalan atau ketidaksesuaian
pemberian antibiotic (Annisa dkk, 2015)
Berdasarkan perjalanan penyakitnya, tonsilitis dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis,
yaitu sebagai berikut :
- Tonsilitis Akut
Tonsilitis akut merupakan suatu inflamasi akut yang terjadi pada tonsilla palatina,
yang terdapat pada daerah orofaring disebabkan oleh adanya infeksi maupun virus.
Tonsilitis akut dapat dibagi menjadi :
 Acute superficial tonsilitis, biasanya disebabkan oleh infeksi virus dan biasanya
merupakan perluasan dari faringitis serta hanya mengenai lapisan lateral.
 Acute folicular tonsilitis, infeksi menyebar sampai ke kripta sehingga terisi
dengan material purulen, ditandai dengan bintik – bintik kuning pada tonsil.
 Acute parenchymatous tonsilitis, infeksi mengenai hampir seluruh bagian tonsil
sehingga tonsil terlihat hiperemis dan membesar.
 Acute membranous tonsilitis, merupakan stase lanjut dari tonsilitis folikular
dimana eksudat dari kripta menyatu membentuk membran di permukaan tonsil
(Dhingra, 2015).
- Tonsilitis Kronis
Tonsilitis kronis adalah peradangan tonsil yang menetap sebagai akibat infeksi akut
atau subklinis yang berulang. Ukuran tonsil membesar akibat hiperplasia parenkim
atau degenerasi fibrinoid dengan obstruksi kripta tonsil, namun dapat juga ditemukan
tonsil yang relatif kecil akibat pembentukan sikatrik yang kronis. Durasi maupun
beratnya keluhan nyeri tenggorok sulit dijelaskan. Biasanya nyeri tenggorok dan nyeri
menelan dirasakan lebih dari 4 minggu dan kadang dapat menetap. Tonsilitis kronis
adalah suatu kondisi yang merujuk kepada adanya pembesaran tonsil sebagai akibat
infeksi tonsil yang berulang (Pulungan, 2015).
C. ETIOLOGI
Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini
yaitu :
1. Streptokokus Beta Hemolitikus
2. Streptokokus Viridans
3. Streptokokus Piogenes
4. Virus Influenza Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah.
D. PROSES PATOLOGI
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan
menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa
ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses
inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya
udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta
ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan
timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia.
E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala tonsilitis adalah :
1. Nyeri tenggorok
2. Nyeri telan
3. Sulit menelan
4. Demam
5. Mual
6. Anoreksia
7. Kelenjar limfa leher membengkak
8. Faring hiperemis
9. Edema faring
10. Pembesaran tonsil
11. Tonsil hiperemia
12. Mulut berbau
13. Otalgia ( sakit di telinga )
14. Malaise
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa tonsilitis
adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
1. Leukosit : Terjadi peningkatan
2. Hemoglobin : Terjadi penurunan
3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis tidak tertangani dengan baik adalah :
1. Tonsilitis kronis
2. Otitis media
H. PENATALAKSANAAN
Penanganan pada klien dengan tonsilitis adalah :
1. Penatalaksanaan medis
 Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin, amoksisilin,
eritromisin.
 Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.
 analgesik
2. Penatalaksanaan keperawatan
· Kompres dengan air hangat
· Istirahat yang cukup
· Pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
· Kumur dengan air hangat
· Pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien
I. FOKUS PENGKAJIAN
1. Keluhan utama sakit tenggorokan, nyeri telan, demam.
2. Riwayat penyakit sekarang : serangan, karakteristik, insiden, perkembangan, efek
terapi.
3. Riwayat kesehatan lalu
· Riwayat kelahiran
· Riwayat imunisasi
· Penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ISPA, otitis media )
· Riwayat hospitalisasi
4. Pengkajian umum
Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll
5. Pernafasan
Kesulitan bernafas, batuk
Ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
· T0 : bila sudah dioperasi
· T1 : ukuran yang normal ada
· T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
· T3 : pembesaran mencapai garis tengah
· T4 : pembesaran melewati garis tengah
6. Nutrisi
Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan dan minum,
turgor kurang
7. Aktifitas / istirahat
Anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise
8. Keamanan / kenyamanan
Kecemasan anak terhadap hospitalisasi
KONSEP KEPERAWATAN
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada tonsilitis adalah :
1. hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil
2. nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil
3. resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
adanya anoreksia
4. intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
5. gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan adanya obstruksi pada
tuba eustakii
B. FOKUS INTERVENSI
1. DP : hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada tonsil
Intervensi :
· Pantau suhu tubuh anak ( derajat dan pola ), perhatikan menggigil atau tidak
· Pantau suhu lingkungan
· Batasi penggunaan linen, pakaian yang dikenakan klien
· Berikan kompres hangat
· Berikan cairan yang banyak ( 1500 – 2000 cc/hari )
· Kolaborasi pemberian antipiretik
2. DP : nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil
Intervensi :
· Pantau nyeri klien(skala, intensitas, kedalaman, frekuensi )
· Kaji TTV
· Berikan posisi yang nyaman
· Berikan tehnik relaksasi dengan tarik nafas panjang melalui hidung dan
mengeluarkannya pelan– pelan melalui mulut
· Berikan tehnik distraksi untuk mengalihkan perhatian anak
· Kolaborasi pemberian analgetik
3. DP : resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
adanya anoreksia
Intervensi :
· Kaji conjungtiva, sclera, turgor kulit
· Timbang BB tiap hari
· Berikan makanan dalam keadaan hangat
· Berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering sajikan makanan dalam bentuk yang
menarik
· Tingkatkan kenyamanan lingkungan saat makan
· Kolaborasi pemberian vitamin penambah nafsu makan
4. DP : intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
Intervensi :
· Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
· Observasi adanya kelelahan dalam melakukan aktifitas
· Monitor TTV sebelum, selama dan sesudah melakukan aktifitas
· Berikan lingkungan yang tenang
· Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi klien
5. DP : gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan adanya obstruksi
pada tuba eustakii
Intervensi :
· Kaji ulang gangguan pendengaran yang dialami klien
· Lakukan irigasi telinga
· Berbicaralah dengan jelas dan pelan
· Gunakan papan tulis / kertas untuk berkomunikasi jika terdapat kesulitan dalam
berkomunikasi
· Kolaborasi pemeriksaan audiometri
· Kolaborasi pemberian tetes telinga
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 2. Jakarta
: EGC
Doenges, Marilynn E. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher (Edisi 7). Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Mansjoer, Arief. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Media Aeskulapius.
Ngastiyah. 2012. Perawatan Anak Sakit (Edisi 2). Jakarta : EGC.
R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC ; 1997
Sang Made Lanang Prasetya, Achmad Rizal, I Nyoman Apraz Ramatryana. 2015. Simulasi
Deteksi Tonsilitis Mengunakan Pengolahan Citra DigitalBerdasarkan Warna dan
Luasan pada Tonsil (Vol:4, No:1). Jawa Barat

Anda mungkin juga menyukai