1 Hepatitis Kelompok 5
1 Hepatitis Kelompok 5
Kelompok 5 :
b. Kontinjensi
c. Perencanaan Kontinjensi
Suatu proses perencanaan ke depan, dalam keadaan yang tidak menentu,
dimana skenario dan tujuan disepakati, tindakan teknis dan manajerial
ditetapkan, dan sistem tanggapan dan pengerahan potensi disetujui bersama
untuk mencegah, atau menanggulangi secara lebih baik dalam situasi darurat
atau kritis. Melalui perencanaan kontinjensi, akibat dari ketidak-pastian dapat
diminimalisir melalui pengembangan skenario dan asumsi proyeksi kebutuhan
untuk tanggap darurat.
d. Kedaruratan
Suatu keadaan yang mengancam nyawa individu dan kelompok masyarakat luas
sehingga menyebabkan ketidakberdayaan yang memerlukan respons intervensi
sesegera mungkin guna menghindari kematian atau kecacatan serta kerusakan
lingkungan.
i. Skenario
Membuat gambaran kejadian secara jelas dan rinci tentang bencana yang
diperkirakan akan terjadi meliputi lokasi, waktu dan dampak bencana.
j. Penentuan Kejadian
Proses menentukan satu ancaman yang akan dijadikan dasar dalam perencanaan
kontinjensi.
k. Perencanaan Sektoral
Merencanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kebutuhan dan
sumberdaya yang tersedia di setkor-sektor untuk tanggap darurat dengan
mengacu pada standar minimum.
l. Aktivasi
Mengaktifkan dokumen (rencana kontinjensi) sebagai pedoman/acuan dalam
penanganan darurat.
m. Tanggap Darurat
Upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana untuk menanggulangi
dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan
harta benda, evakuasi dan pengungsian.
o. Pemulihan Darurat
p. Peralihan
Tindakan yang harus dilakukan setelah rencana kontinjensi tersusun, baik
terjadi bencana atau tidak terjadi bencana.
BAB II
GAMBARAN UMUM KOTA MANADO
2.1. Bahaya/Ancaman
Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 7
2016
2.1.A. Luas Wilayah
Kota Manado terletak diantara :
1º .30’ – 1 (B1)º . 40’ Lintang Utara
124º40’ – 126 (B2)º . 50’ Bujur Timur
Luas Wilayah
No. Kecamatan Kelurahan
( Km2)
1. Bunaken 5 36.2
2. Bunaken Kepulauan 4 16.9
3. Tuminting 10 4.3
4. Singkil 9 4.7
5. Mapanget 10 49.8
6. Paal Dua 7 8.0
7. Tikala 5 7.1
8. Wenang 12 3.6
9 Wanea 9 7.9
10. Sario 7 1.8
11. Malalayang 9 17.1
JML 11 87 157.3
Sumber : Kantor Statistik Kota Manado Tahun 2015
Malalayang
Bunaken Kepulauan
11%
11%
Wanea
Sario 5%
1%
Wenang
2%
Bunaken
23% Tikala
4%
Singkil
Mapanget 3%
32%
Tuminting
3% Paal Dua
5%
Kota Manado memiliki topografi tanah yang bervariasi untuk tiap-tiap kecamatan,
Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 8
2016
secara keseluruhan memiliki keadaan tanah yang berombak sebesar 37,95 persen dan
dataran landai sebesar 40,16 persen dari luas wilayah. Sisanya dalam keadaan tanah
berbukit dan bergunung. Secara keseluruhan sebesar 92,15 persen dari luas wilayah
Kota Manado terletak pada ketinggian 0 – 240 meter dari permukaan laut, ini
disebabkan tekstur alam Kota Manado yang berbatasan dengan pantai dan kontur tanah
yang berombak dan berbukit.
Untuk komposisi penduduk Kota Manado Tahun 2014 menurut golongan umur,
menunjukkan bahwa penduduk Kota Manado yang berusia muda (0 – 14 tahun)
sebesar 104.037 yang berusia produktif (15 – 64 tahun) sebesar 306.302, dan yang
berusia tua ( >65 tahun) sebesar 20.451.
Penduduk Kota Manado Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2014
8.407
6.149
4.941
Jumlah 425.633
Sumber :Pusdatin tahun 2015
Berdasarkan data tahun 2014 – 2015 berikut adalah Gambaran kasus yang sering
menimbulkan KLB di Kota Manado :
Kejadian luar biasa (KLB) masih sering terjadi di Indonesia. KLB ini
mempunyai makna sosial dan politik tersendiri oleh karena peristiwanya yang
demikian mendadak, mengenai banyak orang dan dapat menimbulkan banyak
kematian. Upaya penanggulangan meliputi pencegahan penyebaran KLB, termasuk
pengawasan usaha pencegahan tersebut dan pemberantasan penyakitnya. Upaya
penanggulangan KLB yang direncanakan dengan cermat dan dilaksanakan oleh semua
pihak yang terkait secara terkoordinasi dapat menghentikan atau membatasi
penyebarluasan KLB sehingga tidak berkembang menjadi suatu wabah. Untuk itu
Dinas Kesehatan Kota Manado berupaya dalam menangani masyarakat yang terkena
penyakit yang memiliki virus yang menjangkitkan agar tidak cepat tersebar.
2.2. Kerentanan
Riskesdas 2013 menjelaskan Hepatitis sampai saat ini belum pernah terjadi KLB.
Di Indonesia cenderung terjadi penyakit hepatitis B sedangkan untuk hepatitis A
terjadi dalam bentuk KLB.
Bila sudah ditetapkan objek kejadian kasus Kedaruratan Kesehatan Masyarakat, tim
penyusun rencana kontinjensi perlu merancang skenario yang mengasumsikan terjadinya
kasus Kedaruratan Kesehatan Masyarakat di wilayah Kota Manado, dengan menguraikan
masuknya potensi masalah KKM di Sulawesi Utara, jumlah kasus, “population at risk” dan
upaya-upaya yang perlu dilakukan dalam upaya untuk penanggulangan dan lain-lain.
Skenario 1 : Kejadian KKM berasal dari wilayah Kota Manado dimana telah terjadi
suatu KLB yang menjadi berskala lebih besar (terjadi peningkatan penyebaran dan angka
kematian). Kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi :
a. KLB tidak tertangani dengan mekanisme rutin tetapi belum terjadi penyebaran
ke luar wilayah.
b. KLB tidak tertangani dengan mekanisme rutin dan menyebar ke luar wilayah.
Skenario 3 : Virus Hepatitis B yang merupakan virus DNA, biasanya virus ini di
temukan, dalam cairan tubuh seperti liur, sperma, darah serta vagina. Cara penularannya
adalah dengan kontak melalui cairan tubuh tersebut misalnya ciuman dengan penderita
hepatitis B.
2. Pencegahan Spesifik
Bagi orang yang tidak diimunisasi dan terpajan dengan Hepatitis B, pencegahan
postexposure berupa kombinasi HBIG (untuk mencapai kadar anti-HBs yang tinggi dalam
waktu singkat) dan vaksin Hepatitis B (untuk kekebalan 55 dokter untuk evaluasi lebih
lanjut. Penderita juga harus diperiksakan status HBeAg, anti-HBe, DNA VHB, SGOT, dan
Bila telah dinyatakan terjadi suatu PHEIC atau potensi PHEIC oleh pihak yang
berwenang, maka untuk mencegah penyebaran penyakit dari wilayah PHEIC, masuk atau
keluar dalam otoritas wilayah Kota Manado harus melakukan pengawasan lalu lintas alat
angkut, orang, barang melalui beberapa tahapan yaitu :
1. Mekanisme operasional
Mengingat bahwa PHEIC disebabkan oleh berbagai penyakit menular dan juga bisa
oleh berbagai kejadian maka Standar Prosedur Operasional (SPO) pengawasan/respon
dalam penanggulangannya PHEIC berbeda untuk setiap PHEIC. Tugas tingkat pusat
1. Penjelasan PHEIC yang sedang terjadi meliputi jenis PHEIC, besarnya ancaman
(AR, CFR, kecepatan penularan, dll )
2. Perkembangan terakhir epidemiologis secara global maupun nasional, akan
menjelaskan hal-hal terkait ancaman PHEIC yang sedang terjadi (dari dalam negeri
atau dari luar negeri). Kalau dari luar negeri maka harus dijelaskan bahwa untuk di
Indonesia :
a. Belum ada kasus
b. Kasus sudah ada tetapi masih di PoE (point of entry) atau pintu masuk negara
c. Kasus sudah ada di masyarakat tetapi masih terlokalisir
d. Kasus sudah menyebar .
ad. a s/d d) masing-masing berbeda teknis penanggulangannya
5. Tahapan Kegiatan
Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 16
2016
1) Tahap Persiapan :
- Koordinasi;
- Penyusunan Rencana Operasional;
- Pemenuhan kebutuhan operasional.
A. Peran Pemerintah
DIAGRAM 1
STRUKTUR ORGANISASI POSKO KKM
PENANGGUNG
JAWAB
GUBERNUR SULUT
SEKRETARIAT
KETUA
DINKES PROVINSI
SEKDA PROVINSI
2. Sekretariat :
- Melaksanakan pemantauan kegiatan melalui supervisi laporan harian maupun
laporan incidental
- Melaporkan secara rutin kepada penentu kebijakan dan Posko KLB sesuai
jenjang Posko tentang situasi dan kondisi di lapangan
- Melaporkan kepada penentu kebijakan jika terdapat masalah kedaruratan yang
membutuhkan keputusan segera
- Memberikan informasi kepada media massa sebatas kewenangannya
3. Bidang Komunikasi :
- Berkomunikasi dengan berbagai pihak terkait
- Menerima berbagai informasi, pertanyaan dari berbagai pihak termasuk
masyarakat dan memberikan jawaban sesuai dengan kewenangannya
5. Bidang Pengamanan:
- Melakukan pengamanan di wilayah yang diperlukan tindakan karantina
- Menyelesaikan segala permasalahan yang bersifat menimbulkan gangguan
ketertiban akibat tindakan penanggulangan KKM
6. Bidang Logistic :
- Pengadaan sarana prasarana yang dibutuhkan untuk opersional kegiatan
- Pengadaan konsumsi untuk tenaga yang terlibat dalam kegiatan
BAB V
KEGIATAN UTAMA PENANGGULANGAN
KEDARURATAN KESEHATAN MASYARAKAT
5.5. Pengamanan
Pada situasi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat, perlu juga
memperhitungkan dampak ikutan (collateral impact) atau kedaruratan kedua yang
mungkin terjadi, seperti kemungkinan adanya isolasi wilayah yang memberikan
dampak ekonomi, kerusuhan sosial dan lain-lain yang mungkin memerlukan
skenario tersendiri dan penanganan kedaruratan yang memerlukan keahlian,
ketrampilan dan kompetensi khusus serta sumber daya yang bersifat spesifik.
5.7. Laboratorium
Guna menunjang atau menegakkan diagnosis kasus KKM diharapkan
laboratorium daerah dapat meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana memberikan
pelayanan dan penunjang pemeriksaan. Hal ini akan mempermudah dan
mempercepat penegakan diagnose kasus KKM adanya penyakit infeksi yang
berpotensi menimbulan KKM.
TABEL 4
FORMAT KEGIATAN
MENGATASI DAMPAK PENANGGULANGAN KKM
BAB VI
RENCANA OPERASI
6.2.Tahapan Pelaksanaan
DIAGRAM 2
ALUR PELAPORAN PENANGGULANGAN KEJADIAN
KEDARURATAN KESEHATAN MASYARAKAT
KKP RS Puskesmas
Dinkes Kab/kota
SMS Gateway ;
telp/sms/fax/email
Dinkes Provinsi
SMS
Pelaporan cepat
Unit terkait
Umpan Balik
Laporan yg diteruskan
Koordinasi
DIAGRAM 3
Alur Penemuan Kasus berpotensi KKM di Provinsi Sulawesi Utara
Puskesmas / RS
Suspek
Konfirm
Rujuk ke RSUD
Karyadi
DIAGRAM 4
Jika terjadi KLB salah Setiap KLB yang Penyakit potensial wabah
satu dari penyakit berpotensi KKM, sesuai Permenkes 1501 tahun
berikut yang dapat termasuk kejadian yang 2010 tentang Penyakit Menular
berdampak serius bagi tidak diketahui Tertentu yang Menimbulkan
kesehatan masyarakat penyebab dan Wabah dan Kepmenkes lainnya
sehingga wajib sumbernya serta yang menetapkan penyakit
dilaporkan: kejadian di luar yang potensial wabah (MERS CoV)
- Smallpox Atau tercantum pada kotak Ata harus selalu dianalisa karena
- Polio liar kiri dan kotak kanan u telah terbukti potensinya dalam
- Influenza strain baru menimbukan dampak serius
- SARS bagi kesehatan masyarakat dan
berisiko menyebar lintas
negara
Apakah memenuhi kriteria KLB? Apakah menjadi perhatian nasional, regional dan global?
Ya Tida Ya Tidak
k
Apakah sudah ada penularan ke luar Apakah sudah ada penularan ke luar
wilayah kab/kota? wilayah kab/kota?
Ya Tidak Ya Tidak
Ya Tidak
BAB VII
SUMBER DAYA
B. Logistik
1. Alat Komunikasi
2. Media KIE
3. Kendaraan Operasional
4. Ambulans
5. Kendaraan Evakuasi Penyakit Menular
6. APD
7. Desinfektan dan alat desinfektan
8. Obat – Obatan
9. ATK
10. Vaksin
11. Bahan Pangan
12. Poliklinik Set
13. Meubeler
14. Alat Pemeriksaan & Reagent Laboratorium
15. Tenda Isolasi
16. Genzet
Tabel 5
Jumlah Sarana dan Prasarana
Tahun …..
di Kota Manado
2 Dokter
Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 33
2016
Umum
3 Dokter Gigi
4 Dokter Gigi
Spesialis
5 Perawat
6 Sarjana
Keperawata
n
7 Perawat
Gigi
8 Bidan
9 Tenaga
Farmasi
10 Sarjana
Farmasi dan
Apoteker
11 Tenaga
Sanitarian
12 Kesehatan
Masyarakat
13 Tenaga Gizi
14 Tenaga
Terapi Fisik
15 Tenaga
Keteknikan
Medik
Rencana Kontinjensi ini dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka
penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat secara umum dan dapat
dikembangkan lebih lanjut. Untuk dapat memahami isi/makna Rencana Kontinjensi ini
secara lebih baik dan benar, diperlukan pendalaman karena setiap jenis ancaman memiliki
karakteristik penanganan berbeda, meskipun pola/proses penyusunan rencana
kontinjensinya sama.
Satu hal yang tidak kalah penting adalah bahwa rencana kontinjensi bukan hanya
milik Pemerintah/Pemerintah Kabupaten/Kota, akan tetapi masyarakatlah yang perlu lebih
diperankan. Penyusunan rencana kontinjensi juga dapat disusun pada tingkat Puskesmas
atau masyarakat/komunitas untuk kebutuhan mereka.Hal tersebut sangat positif sebagai
upaya kesiapsiagaan masyarakat. Bahkan dalam prakteknya masyarakatlah yang menjadi
pelaku utama penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat atas dasar kemauan
sendiri/sukarela dengan segala potensi dan sumberdayanya (termasuk kearifan lokal),
meskipun dimungkinkan mendapatkan bantuan dari luar.