Anda di halaman 1dari 37

MANAJEMEN BENCANA

Dosen Pengajar: dr. Joy Sekeon, M.Kes


dr. Chreisye K. F. Mandangi, MPH
dr. J.M. Ratu, MS, PhD
dr. Ricky Sondakh
dr. Woodford B.S Joseph, Msc

“RENCANA KONTIJENSI PENANGGULANGAN VIRUS HEPATITIS”

Kelompok 5 :

Magfira Harun 13111101012


Alla Gabriel Blestinou 13111101059
Claudia Elisabeth Horimu 13111101070
Glady P. Garing 13111101092
Gabriela Jeaniver Mantik 13111101144

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2016

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 1


2016
Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 2
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hepatitis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia terutama
Hepatitis A sering muncul dalam bentuk Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sangat
meresahkan masyarakat. Sementara Hepatitis B dan C seringkali diketahui apabila sudah
terjadi sirosis atau kanker hati (Hepatocarcinoma Celluler).
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hari di seluruh
dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penyakit hepatitis ataupun
gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahunnya. Infeksi virus
hepatitis biasa berkembang menjadi sirosis ataupun pengerasan hati bahkan kangker hati.
Misalnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30
tahun kemudian saat infeksi sudah parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain badan
terasa panas, mual, muntah, mudah lelah, nyeri perut kanan atas, setelah beberapa hari air
seninya berwarna seperti teh tua, kemudian mata tampak kuning dan akhirnya seluruh
tubuh menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya baru sembuh dalam waktu sebulan.
Perencanaan kontijensi sangatlah di perlukan dalam mengatasi berbagai masalah
kesehatan yang ada khususnya dalam pembahasan ini mengenai kejadian hepatitis.
Perencanaan kontinjensi harus mencakup proses pengaturan awal sehingga bisa membuat
perencanaan atau menyusun strategi dan prosedur dalam menanggapi potensi krisis atau
kedaruratan yang akan terjadi. Ini termasuk mengembangkan skenario (untuk
mengantisipasi krisis), menentukan tanggung jawab semua pelaku yang akan terlibat
mengidentifikasikan peran dan sumber daya, proses pendataan dan penyebaran informasi,
dan pengaturan setiap pelaku sehingga siap pada saat dibutuhkan, dan menentukan
kebutuhan agar tujuan tercapai. Perencanaan kontinjensi merupakan bagian penting dari
keseluruhan program kesiapsiagaan dan perlu dikembangkan untuk setiap jenis bahaya,
kemudian dimutakhirkan dan dilatihkan secara regular.
Di dalam keadaan darurat yang sebenarnya, tindakan cepat dan efektif
dibutuhkan.Agar hal itu terwujud, tanggap bencana dan rencana kontinjensi serta sumber
daya yang diperlukan harus tersedia sebelum bencana terjadi. Perencanaan kontinjensi
dapat membantu mengerahkan tindakan dan sumber daya yang efektif bagi kedaruratan,
mengerahkan komitmen pelaku untuk bereaksi terhadap kedaruratan dengan cara yang
terkoordinasi, dan mengerahkan kemampuan menentukan rencana yang kongkrit dan
berlanjutan untuk kedaruratan.

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 3


2016
1.2 Tujuan
Tujuan disusunnya Rencana Kontinjensi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat di Kota
Manado adalah :

1. Kesiapsiagaan dalam perencanaan respon terhadap Virus Hepatitis dalam rangka


mencegah penyebaran penyakit akibat virus hepatitis yang masuk atau keluar
melalui pelabuhan dan bandara di wilayah Kota Manado.
2. Tersedianya panduan dalam pelaksanaan surveilans epidemiologi, panduan dalam
meningkatkan pengetahuan petugas dan masyarakat dalam pengendalian virus
Hepatitis dan upaya pengendaliannya serta tersedianya.di Otoritas Wilayah Kota
Manado.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup rencana kontinjensi ini meliputi deteksi dini dan penanganan serta
pemulihan kejadian kedaruratan kesehatan masyarakat baik dari dalam wilayah
kabupaten/ kota maupun dari luar wilayah (luar negeri) sehingga tidak terjadi
penyebaran yang lebih luas.
Ruang lingkup kegiatan meliputi Kegiatan pengendalian yaitu:

1. Advokasi dan sosialisasi kepada pemangku kepentingan.


2. Sosialisasi dan edukasi tentang pengendalian Hepatitis kepada petugas
kesehatan terkait.
3. Promosi kesehatan kepada masyarakat melalui media komunikasi baik cetak
maupun elektronik.
4. Upaya pencegahan yang melibatkan lintas program, lintas sektor dan
masyarakat.
5. Penyusunan dan pengembangan pedoman teknis pengendalian Hepatitis
virus.
6. Deteksi dini dan tatalaksana kasus sesuai standar.
7. Surveilans epidemiologi dan bantuan teknis dalam penanggulangan KLB
Hepatitis.
8. Pengelolaan logistik sebagai sarana penunjang program.
9. Pemantauan dan evaluasi secara berkala dan berkesinambungan.
10. Pengembangan program berbasis riset baik riset operasional maupun riset
klinis sebagai acuan kebijakan pengendalian Hepatitis Virus secara komprehensif.

1.4 Definisi Operasional


a. Kesiapsiagaan
Serangkaian upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
pengorganisasian serta langkah-langkah secara berhasil-guna dan berdaya-
guna.

b. Kontinjensi

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 4


2016
Suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan segera terjadi, tetapi
mungkin juga tidak akan terjadi.

c. Perencanaan Kontinjensi
Suatu proses perencanaan ke depan, dalam keadaan yang tidak menentu,
dimana skenario dan tujuan disepakati, tindakan teknis dan manajerial
ditetapkan, dan sistem tanggapan dan pengerahan potensi disetujui bersama
untuk mencegah, atau menanggulangi secara lebih baik dalam situasi darurat
atau kritis. Melalui perencanaan kontinjensi, akibat dari ketidak-pastian dapat
diminimalisir melalui pengembangan skenario dan asumsi proyeksi kebutuhan
untuk tanggap darurat.

d. Kedaruratan
Suatu keadaan yang mengancam nyawa individu dan kelompok masyarakat luas
sehingga menyebabkan ketidakberdayaan yang memerlukan respons intervensi
sesegera mungkin guna menghindari kematian atau kecacatan serta kerusakan
lingkungan.

e. Kedaruratan kesehatan masyarakat.


Kejadian kesehatan masyarakat yang bersifat luar biasa dengan ditandai
penyebaran penyakit menular dan/atau kejadian yang disebabkan oleh radiasi
nuklir, pencemaran biologi, dan kontaminasi kimia (NUBIKA), dan pangan
yang menimbulkan bahaya kesehatan dan berpotensi menyebar lintas wilayah
atau lintas negara.

f. Dokumen kesiapsiagaan kedaruratan kesehatan masyarakat.


Merupakan dokumen yang dipersamakan dengan rencana kontinjensi atau
protokol darurat yang merupakan kesepakatan dari semua pihak terkait dan
menggambarkan proses penanggulangan terhadap suatu kondisi darurat
kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh penyakit, kimia, radio nuklir
maupun keamanan pangan baik di wilayah maupun di pintu masuk.

Dokumen kesiapsiagaan ini mengacu ke kebijakan teknis operasional,


menggambarkan siapa mengerjakan apa, komando oleh siapa, struktur
organisasi pelaksanal, dan dukungan sumber daya

g. Kejadian Luar Biasa.

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 5


2016
Adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang
bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu,
dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.
h. Manajemen Kedaruratan
Seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulangan
kedaruratan, pada menjelang, saat dan sesudah terjadi keadaan darurat, yang
mencakup kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan darurat.

i. Skenario
Membuat gambaran kejadian secara jelas dan rinci tentang bencana yang
diperkirakan akan terjadi meliputi lokasi, waktu dan dampak bencana.

j. Penentuan Kejadian
Proses menentukan satu ancaman yang akan dijadikan dasar dalam perencanaan
kontinjensi.

k. Perencanaan Sektoral
Merencanakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kebutuhan dan
sumberdaya yang tersedia di setkor-sektor untuk tanggap darurat dengan
mengacu pada standar minimum.

l. Aktivasi
Mengaktifkan dokumen (rencana kontinjensi) sebagai pedoman/acuan dalam
penanganan darurat.

m. Tanggap Darurat
Upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana untuk menanggulangi
dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan
harta benda, evakuasi dan pengungsian.

n. Operasi Tanggap Darurat


Kegiatan - kegiatan dalam tanggap darurat yang dilakukan oleh
sekelompok orang/instansi/organisasi yang bekerja dalam kelompok/tim.

o. Pemulihan Darurat

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 6


2016
Proses pemulihan segera kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan
memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada kondisi semula dengan
memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar.

p. Peralihan
Tindakan yang harus dilakukan setelah rencana kontinjensi tersusun, baik
terjadi bencana atau tidak terjadi bencana.

q. Kembali ke situasi normal


Kembali dari kondisi darurat kesiapsiagaan ke kondisi normal dan
memetik manfaat yang dapat diambil dari perencanaan kontinjensi.

BAB II
GAMBARAN UMUM KOTA MANADO

2.1. Bahaya/Ancaman
Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 7
2016
2.1.A. Luas Wilayah
Kota Manado terletak diantara :
1º .30’ – 1 (B1)º . 40’ Lintang Utara
124º40’ – 126 (B2)º . 50’ Bujur Timur

Kota Manado berbatasan dengan :


- Sebelah Utara : Kecamatan Wori Kabupaten Minahasa Utara dan
Teluk Manado
- Sebelah Timur : Kecamatan Dimembe
- Sebelah Selatan : Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa
- Sebelah Barat : Teluk Manado / Laut Sulawesi

2.1.B. Jumlah Kelurahan


Secara administrative Kota Manado terbagi kedalam 11 kecamatan, 87 kelurahan dan luas
wilayah sebesar 157.3 km2, dengan luas per kecamatan sebagai berikut :

Luas Wilayah
No. Kecamatan Kelurahan
( Km2)
1. Bunaken 5 36.2
2. Bunaken Kepulauan 4 16.9
3. Tuminting 10 4.3
4. Singkil 9 4.7
5. Mapanget 10 49.8
6. Paal Dua 7 8.0
7. Tikala 5 7.1
8. Wenang 12 3.6
9 Wanea 9 7.9
10. Sario 7 1.8
11. Malalayang 9 17.1
JML 11 87 157.3
Sumber : Kantor Statistik Kota Manado Tahun 2015

Prosentase Luas Kota Manado Menurut Kecamatan

Malalayang
Bunaken Kepulauan
11%
11%

Wanea
Sario 5%
1%

Wenang
2%

Bunaken
23% Tikala
4%

Singkil
Mapanget 3%
32%

Tuminting
3% Paal Dua
5%

Kota Manado memiliki topografi tanah yang bervariasi untuk tiap-tiap kecamatan,
Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 8
2016
secara keseluruhan memiliki keadaan tanah yang berombak sebesar 37,95 persen dan
dataran landai sebesar 40,16 persen dari luas wilayah. Sisanya dalam keadaan tanah
berbukit dan bergunung. Secara keseluruhan sebesar 92,15 persen dari luas wilayah
Kota Manado terletak pada ketinggian 0 – 240 meter dari permukaan laut, ini
disebabkan tekstur alam Kota Manado yang berbatasan dengan pantai dan kontur tanah
yang berombak dan berbukit.

2.1.C. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur


Perincian jumlah penduduk menurut jenis kelamin laki-laki dan perempuan, per
kecamatan sebagai berikut :
No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Bunaken 11.198 10.670 21.868
2. Bunaken Kepulauan
Tuminting 28.006 26.652 54.658
3. Singkil 25.125 23.905 49.030
4. Mapanget 28.607 27.220 55.827
5. Paal Dua 18.862 17.942 36.804
6. Tikala 18.637 17.729 36.366
7. Wenang 17.641 16.807 34.448
8. Wanea 30.630 29.134 59.764
9 Sario 12.477 11.881 24.358
10. Malalayang 29.554 28.113 57.667
11.
Jumlah 220.737 210.053 430.790
Sumber : Data Pusdatin 2014

Untuk komposisi penduduk Kota Manado Tahun 2014 menurut golongan umur,
menunjukkan bahwa penduduk Kota Manado yang berusia muda (0 – 14 tahun)
sebesar 104.037 yang berusia produktif (15 – 64 tahun) sebesar 306.302, dan yang
berusia tua ( >65 tahun) sebesar 20.451.

Penduduk Kota Manado Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2014

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 9


2016
Sumber : Pusdatin Kota Manado

2.1.D. Jumlah Rumah Tangga / Kepala Keluarga


Rumah Penduduk/
No Kecamatan
Tangga RT
1. Bunaken 4.862 3,33
2. Bunaken Kepulauan 1.777 3.22
3. Tuminting 13.214 4,09
4. Singkil 12.767 3,79
5. Mapanget 14.079 3.92
6. Paal Dua 11.084 3,28
7. Tikala 8.484 4,23
8. Wenang 8.944 3,81
9 Wanea 14.506 4,07
10. Sario 5.452 4,42
11. Malalayang 14.503 3,93
Jumlah 104.564 4,12
Sumber : BPS 2015

2.1.E. Kepadatan Penduduk


Berdasarkan data Pusdatin, jumlah penduduk Kota Manado tahun 2015 tercatat
sebesar 425.633 jiwa terdiri dari 213.612 laki-laki dan 212.021 perempuan, dan rumah
tangga sebesar 109.672 dengan rata-rata per rumah tangga 4 jiwa, sedangkan kepadatan
penduduk sesuai dengan luas wilayah adalah 101,092 jiwa/km2.

2.1.F. Rasio Jenis Kelamin


Jumlah rasio jenis kelamin berdasarkan umur dari jumlah penduduk Kota Manado 2015
adalah sebagai berikut :

No Kelompok Umur Jumlah Penduduk Rasio Jenis Kelamin


1. 0–4 40.205 102,81
2. 5–9 33.838 105,46
3. 10 – 14 33.750 104,94
4. 15 – 19 98,65
39.100
5. 20 – 24 100,66
44.155
6. 25 – 29 103,75
7. 30 – 34 36.857 103,15
8. 35 – 39 98,84
32.713

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 10


2016
9 40 – 44 97,69
31.321
10. 45 – 49 98,23
11. 50 – 54 30.774 96,26
12. 55 – 59 98,48
28.604
13. 60 – 64 96,78
22.756
14. 65 – 69 86,53
15. 70 – 74 19.040 114,70
16. 75 + 101,02
13.023

8.407

6.149

4.941
Jumlah 425.633
Sumber :Pusdatin tahun 2015

Berdasarkan data tahun 2014 – 2015 berikut adalah Gambaran kasus yang sering
menimbulkan KLB di Kota Manado :

Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa proporsi penderita hepatitis A,


B, C dan hepatitis lain di Sulawesi Utara adalah untuk hepatitis A sebesar 14,0%,
hepatitis B 6,7%, hepatitis C 0% dan hepatitis lain sebesar 2,4%. Sampai saat ini tidak
ada data yang menunjukkan bahwa di Kota Manado sudah atau pernah terjadi KLB.

Kejadian luar biasa (KLB) masih sering terjadi di Indonesia. KLB ini
mempunyai makna sosial dan politik tersendiri oleh karena peristiwanya yang
demikian mendadak, mengenai banyak orang dan dapat menimbulkan banyak
kematian. Upaya penanggulangan meliputi pencegahan penyebaran KLB, termasuk
pengawasan usaha pencegahan tersebut dan pemberantasan penyakitnya. Upaya
penanggulangan KLB yang direncanakan dengan cermat dan dilaksanakan oleh semua
pihak yang terkait secara terkoordinasi dapat menghentikan atau membatasi
penyebarluasan KLB sehingga tidak berkembang menjadi suatu wabah. Untuk itu
Dinas Kesehatan Kota Manado berupaya dalam menangani masyarakat yang terkena
penyakit yang memiliki virus yang menjangkitkan agar tidak cepat tersebar.

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 11


2016
Jika tidak ada kejadian KKM pada suatu wilayah, perlu dilakukan identifikasi
potensi munculnya KKM yang sewaktu-waktu dapat terjadi, melalui penilaian potensi
bahaya KKM yang pelaksanaannya melalui identifikasi berbagai jenis KKM dan
dilakukan pembobotan potensi masalah. Identifikasi jenis KKM dengan
menggunakan catatan data/ sejarah kejadian KKM di Kota Manado.

2.2. Kerentanan
Riskesdas 2013 menjelaskan Hepatitis sampai saat ini belum pernah terjadi KLB.
Di Indonesia cenderung terjadi penyakit hepatitis B sedangkan untuk hepatitis A
terjadi dalam bentuk KLB.

2.3. Pengembangan Skenario Dan Intervensi Secara Umum

Bila sudah ditetapkan objek kejadian kasus Kedaruratan Kesehatan Masyarakat, tim
penyusun rencana kontinjensi perlu merancang skenario yang mengasumsikan terjadinya
kasus Kedaruratan Kesehatan Masyarakat di wilayah Kota Manado, dengan menguraikan
masuknya potensi masalah KKM di Sulawesi Utara, jumlah kasus, “population at risk” dan
upaya-upaya yang perlu dilakukan dalam upaya untuk penanggulangan dan lain-lain.

Skenario 1 : Kejadian KKM berasal dari wilayah Kota Manado dimana telah terjadi
suatu KLB yang menjadi berskala lebih besar (terjadi peningkatan penyebaran dan angka
kematian). Kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi :
a. KLB tidak tertangani dengan mekanisme rutin tetapi belum terjadi penyebaran
ke luar wilayah.
b. KLB tidak tertangani dengan mekanisme rutin dan menyebar ke luar wilayah.

Skenario 2 : Virus Hepatitis A biasanya terjadi penularan melalui oral kedalam


saluran pencernaan. Medianya adalah makanan serta minuman yang tercemar oleh
virusnya yang berasal dari tinja penderita.

Skenario 3 : Virus Hepatitis B yang merupakan virus DNA, biasanya virus ini di
temukan, dalam cairan tubuh seperti liur, sperma, darah serta vagina. Cara penularannya
adalah dengan kontak melalui cairan tubuh tersebut misalnya ciuman dengan penderita
hepatitis B.

Skenario 4 : Virus Heptitis C, cara penularannya adalah melalui parental yaitu


memakai berbagai barang pribadi bersama-sama contohnya sikat gigi atau jarum suntik.

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 12


2016
Dalam pengembangan skenario penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
di wilayah, perlu juga memperhitungkan dampak ikutan (collateral impact) atau
kedaruratan kedua yang mungkin terjadi, seperti kemungkinan adanya isolasi wilayah yang
memberikan dampak ekonomi akibat aktifitas masyarakat yang dibatasi, kerusuhan sosial
dan lain-lain yang mungkin memerlukan skenario tersendiri dan penanganan kedaruratan
yang memerlukan keahlian, ketrampilan dan kompetensi khusus serta sumber daya yang
bersifat spesifik.Untuk itulah perlu adanya kerjasama dengan lintas sektor terkait agar
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat segera teratasi.

2.4. Pencegahan Virus Hepatitis


1. Pencegahan Non-Spesifik
Pencegahan non-spesifik infeksi Hepatitis B dapat dilakukan dengan menerapkan
pencegahan universal yang baik dan dengan melakukan penapisan pada kelompok risiko
tinggi. Prinsip-prinsip kewaspadaan universal, seperti menggunakan sarung tangan ketika
bekerja dengan cairan tubuh penderita,penanganan limbah jarum suntik yang benar,
sterilisasialat dengan cara yang benar sebelum melakukan prosedur invasif, dan mencuci
tangan sebelum menangani penderita dapat mengurangi risiko penularan, terutama pada
tenaga medis, salah satu kelompok yang paling berisiko tertular Hepatitis B. Selain itu,
penapisan pada kelompok risiko tinggi (orang yang lahir di daerah dengan endemisitas
VHB tinggi,orang dengan pasangan seksual multipel, homoseksual,semua wanita hamil,
penderita HIV dan Hepatitis C, pengguna jarum suntik, penderita hemodialisis, penderita
dengan terapi imunosupresan, serta orang dengan kadar ALT/AST yang tinggi dan
menetap) sebaiknya dilakukan. Penderita yang terbukti menderita Hepatitis B sebaiknya
diberi edukasi perubahan perilaku untuk memutus rantai infeksi
Hepatitis B. Edukasi yang bisa diberikan mencakup:
1. Perlu dilakukan imunisasi pada pasangan seksual
2. Perlunya penggunaan kondom selama berhubungan seksual dengan pasangan
yang belum diimunisasi
3. Tidak diperbolehkan bertukar sikat gigi ataupun pisau cukur
4. Menutup luka yang terbuka agar darah tidak kontak dengan orang lain
5. Tidak diperbolehkan mendonorkan darah, organ, ataupun sperma

2. Pencegahan Spesifik
Bagi orang yang tidak diimunisasi dan terpajan dengan Hepatitis B, pencegahan
postexposure berupa kombinasi HBIG (untuk mencapai kadar anti-HBs yang tinggi dalam
waktu singkat) dan vaksin Hepatitis B (untuk kekebalan 55 dokter untuk evaluasi lebih
lanjut. Penderita juga harus diperiksakan status HBeAg, anti-HBe, DNA VHB, SGOT, dan

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 13


2016
SGPT-nya untuk menentukan tingkat keparahan penyakit dan saat terapi yang tepat. Pilihan
terapi yang bisa digunakan mencakup Interferon, Lamivudin, Adefovir, Telbivudin,
Entecavir, atau Tenofovir. Penjelasan mengenai tatalaksana akan diuraikan secara lengkap
pada buku Standar Diagnosa dan Terapi. Selain itu, setiap penderita Hepatitis B juga harus
mendapat edukasi untuk menjaga kesehatan hatinya dan mencega penularan ke orang lain.
Edukasi diberikan oleh dokter yang merawat penderita dan harus mencakup hal-hal
berikut:
1. Penderita harus menghindari alkohol sama sekali danmengurangi makanan yang
memiliki kemungkinan bersifathepatotoksik.
2. Penderita harus berhati-hati dalam mengkonsumsi jamu,suplemen, atau obat yang
dijual bebas.
3. Penderita harus memberitahukan status Hepatitis B-nyaapabila berobat ke dokter
untuk menghindari pemberian terapi yang bersifat hepatotoksik.
4. Penderita yang berusia di atas 40 tahun harus menjalanipemeriksaan USG dan AFP
setiap 6 bulan sekali untuk deteksidini kanker hati.
5. Perlu dilakukan imunisasi pada pasangan seksual.
6. Perlunya penggunaan kondom selama berhubungan seksualdengan pasangan yang
belum diimunisasi.
7. Penderita tidak diperbolehkan bertukar sikat gigi ataupun pisau cukur.
8. Perlunya menutup luka yang terbuka agar darah tidak kontakdengan orang lain.
9. Penderita tidak diperbolehkan mendonorkan darah, organ,ataupun sperma. Terapi
secara rinci akan dibahas dalampetunjuk teknis

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 14


2016
BAB III
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENANGGULANGAN KEDARURATAN
KESEHATAN MASYARAKAT DI KOTA MANADO

Bila telah dinyatakan terjadi suatu PHEIC atau potensi PHEIC oleh pihak yang
berwenang, maka untuk mencegah penyebaran penyakit dari wilayah PHEIC, masuk atau
keluar dalam otoritas wilayah Kota Manado harus melakukan pengawasan lalu lintas alat
angkut, orang, barang melalui beberapa tahapan yaitu :

1. Mekanisme operasional

Mekanisme operasional melalui mekanisme “Komando dan koordinasi lintas


program dikendalikan oleh Posko KLB Penyakit Dinas Kesehatan Kota Manado yang
dipimpin oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi sebagai penanggung jawab
operasional sedangkan sebagai penanggung jawab teknis adalah Kepala UPTD Balai
Data, Surveilans dan Sistem Informasi Kesehatan dan Kepala Bidang Bina PMK
Dinas Kesehatan Kota Manado. Dan untuk wilayah kabupaten/kota yang ada KLB
dipimpin oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab
operasional sedangkan sebagai penanggung jawab teknis adalah Kepala bidang yang
membawahi pengendalian penyakit.

2. Tahapan penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat


Dijabarkan pada Bab VI

3. Langkah pengawasan/respon terhadap sasaran (faktor risiko, orang yang


terpapar dan masyarakat), terdiri 3 (tiga) langkah :
• Langkah I : Pemeriksaan sasaran untuk menentukan tingkat resikonya;
• Langkah II : Analisa untuk menentukan intervensinya;
• Langkah III : Tindakan Intervensi.

4. Respon Teknis Penanggulangan/Standar Operasional Prosedur

Mengingat bahwa PHEIC disebabkan oleh berbagai penyakit menular dan juga bisa
oleh berbagai kejadian maka Standar Prosedur Operasional (SPO) pengawasan/respon
dalam penanggulangannya PHEIC berbeda untuk setiap PHEIC. Tugas tingkat pusat

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 15


2016
untuk menetapkan petunjuk teknis (SOP) terhadap PHEIC yang sedang terjadi.
Petunjuk teknis (SPO) yang ditetapkan Tingkat pusat harus menjadi acuan seluruh
Indonesia.
SOP yang ditetapkan tingkat pusat, dilakukan secara cermat, efektif dengan
mempertimbangkan hambatan terhadap arus lalu lintas alat angkut, barang dan orang
diupayakan seminimal mungkin serta memperhatikan berbagai pertimbangan
termasuk rekomendasi dari WHO.
Substansi Teknis Penanggulangan PHEIC dari Pusat, isinya :

1. Penjelasan PHEIC yang sedang terjadi meliputi jenis PHEIC, besarnya ancaman
(AR, CFR, kecepatan penularan, dll )
2. Perkembangan terakhir epidemiologis secara global maupun nasional, akan
menjelaskan hal-hal terkait ancaman PHEIC yang sedang terjadi (dari dalam negeri
atau dari luar negeri). Kalau dari luar negeri maka harus dijelaskan bahwa untuk di
Indonesia :
a. Belum ada kasus
b. Kasus sudah ada tetapi masih di PoE (point of entry) atau pintu masuk negara
c. Kasus sudah ada di masyarakat tetapi masih terlokalisir
d. Kasus sudah menyebar .
ad. a s/d d) masing-masing berbeda teknis penanggulangannya

3. SOP atau Standar Teknis Penanggulangannya PHEIC meliputi:


a. Penentuan kelompok risiko yang akan dideteksi
b. Teknis mendeteksi (metodogi dan alat yang digunakan)
c. Klasifikasi hasil deteksi (klasifikasi tingkat risiko )
d. Penentuan tindakan /intervensi terhadap masing-masing klasifikasi
e. Teknis tindakan/intervensi (metodologi dan alat yang digunakan)
f. Penjelasan tentang dukungan kebutuhan operasional (SDM, logistik dan
pembiayaan)

Substansi teknis penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dari Pemerintah


Pusat, yakni:
1) Lakukan Penyelidikan Epidemiologi dan penanggulangan sesuai kewenangan;
2) Mobilisasi sumber daya sesuai kebutuhan;
3) Umpan balik dan asistensi teknis ke Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara dan
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang mengalami KKM;
4) Membangun dan memperkuat jejaring kerjasama surveilans dengan lintas program
dan sektor terkait;
5) Komunikasi resiko kepada masyarakat melalui media cetak dan elektronik.

5. Tahapan Kegiatan
Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 16
2016
1) Tahap Persiapan :
- Koordinasi;
- Penyusunan Rencana Operasional;
- Pemenuhan kebutuhan operasional.

2) Tahap Pelaksanaan :dilaksanakan setelah ada instruksi dari Gubernur Sulawesi


Utara dan dilaksanakan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur pada
lampiran instruksi tersebut.

3) Tahap Evaluasi pasca pelaksanaan : dilaksanakan setelah Gubernur Sulawesi


Utara mendapatkan laporan dari Koordinator Lapangan dan Koordinator Teknis
bahwa situasi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat sudah kembali normal.

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 17


2016
BAB IV
PERAN DAN TANGGUNG JAWAB UNIT KERJA ATAU LEMBAGA

Peran dan fungsi Instansi Pemerintah dan Masyarakat dalam melaksanakan


penanggulangan bencana di daerah akan memerlukan koordinasi dengan sektor, secara
garis besar dapat diuraikan peran masing-masing sebagai berikut :

A. Peran Pemerintah

1. Sektor Pemerintahan, mengendalikan kegiatan pembinaan pembangunan daerah


- Sekretariat Sulawesi Utara selaku koordinator fungsi pemerintah
- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sulawesi Utara
- Dinas Pendidikan
- Dinas Sosial Pemuda dan Olah Raga
- Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi
- Kantor SAR Kota Manado

2. Sektor Kesehatan, merencanakan pelayanan kesehatan meliputi pelayanan medic


dan Surveilans Kesehatan termasuk obat-obatan dan para medis
- Dinas Kesehatan Kota Manado
- Kantor Kesehatan PelabuhanKelas II Manado
- Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Manado
- Rumah Sakit Kota Manado
- Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
- Organisasi Profesi Kesehatan

3. Sektor Perhubungan, melakukan deteksi dini dan informasi cuaca/meteorologi dan


merencanakan kebutuhan transportasi dan komunikasi
- Dinas Perhubungan dan Komunikasi Provinsi Sulawesi Utara
- BMKG Kota Manado

4. Sektor Keuangan, penyiapan anggaran biaya kegiatan penyelenggaraan


penanggulangan bencana pada masa pra bencana.
- DPKAD Kota Manado

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 18


2016
5. Sektor Lingkungan Hidup (Biologi, Kimia dan Radioaktif0, merencanakan,
mengendalikan bahaya yang disebabkan Biologi, Kimia dan Radioaktif yang
membahayakan kesehatan manusia
- Badan Lingkungan Hidup Kota Manado

6. Sektor Kesehatan Hewan, merencanakan dan mengendalikan hewan berpotensi


menyebarkan penyakit pada manusia.
- Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Kehutanan Kota Manado

7. TNI/POLRI membantu pengamanan saat darurat termasuk mengamankan lokasi


yang ditinggalkan karena penghuninya mengungsi.
- Komando Distrik Militer Kota Manado
- Polres Sulawesi Utara

DIAGRAM 1
STRUKTUR ORGANISASI POSKO KKM

PENANGGUNG
JAWAB
GUBERNUR SULUT
SEKRETARIAT
KETUA
DINKES PROVINSI
SEKDA PROVINSI

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 19


2016
BIDANG BIDANG OPERASIONAL BIDANG BIDANG LOGISTIK
KOMUNIKASI KESEHATAN PENGAMANAN
Ketua : BPBD
Ketua : Ketua Ketua : POLRI
Dishubkominfo Dinas Kesehatan Provinsi Anggota :
Anggota : - Dinsospora
Anggota : Anggota ; - TNI - Bag. Kesra Kota
- Dinkes Kota KKP Kelas II Manado - Pol PP - Dinkes Kota
- Humas Kota Laboratorium Kesehatan - Dinas Perhubungan
Daerah Provinsi Sulut
Rumah Sakit ………
Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP)
Dinas Pendidikan
Organisasi Profesi
Kesehatan Badan
Meteorologi

Tugas dan Fungsi masing-masing Bidang:


1. Ketua Posko :
- Mengaktifkan Posko KKM dan menyatakan selesainya keadaan KKM
- Menginstruksikan kepada jajaran sesuai rencana kontinjensi untuk melakukan
upaya penanggulangan KKM
- Menginformasikan kepada unit instansi sesuai dengan jalur komunikasi
- Melakukan pemantauan evaluasi kegiatan

2. Sekretariat :
- Melaksanakan pemantauan kegiatan melalui supervisi laporan harian maupun
laporan incidental
- Melaporkan secara rutin kepada penentu kebijakan dan Posko KLB sesuai
jenjang Posko tentang situasi dan kondisi di lapangan
- Melaporkan kepada penentu kebijakan jika terdapat masalah kedaruratan yang
membutuhkan keputusan segera
- Memberikan informasi kepada media massa sebatas kewenangannya

3. Bidang Komunikasi :
- Berkomunikasi dengan berbagai pihak terkait
- Menerima berbagai informasi, pertanyaan dari berbagai pihak termasuk
masyarakat dan memberikan jawaban sesuai dengan kewenangannya

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 20


2016
- Menjabarkan kebijakan pusat menjadi langkah-langkah operasional untuk
melaksanakan kegiatan berikut penjelasan cara melaksanakan kegiatan tersebut

4. Bidang Operasional Kesehatan :


- Penyelidikan Epidemiologi
- Pemeriksaan kesehatan
- Penatalaksanaan kasus
- Tindakan rujukan
- Tindakan lanjut yang diperlukan (termasuk isolasi dan karantina wilayah)

5. Bidang Pengamanan:
- Melakukan pengamanan di wilayah yang diperlukan tindakan karantina
- Menyelesaikan segala permasalahan yang bersifat menimbulkan gangguan
ketertiban akibat tindakan penanggulangan KKM

6. Bidang Logistic :
- Pengadaan sarana prasarana yang dibutuhkan untuk opersional kegiatan
- Pengadaan konsumsi untuk tenaga yang terlibat dalam kegiatan

B. Kegiatan Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat

Posko terpadu KKM di Kota Manado mulai diaktifkan atau dibentuk


dengan keputusan Gubernur Sulawesi Utara.
Tugas Posko terpadu KKM di Kota Manado yaitu mengkoordinasikan pelaksanaan
penanganan KKM.
Fungsi Posko terpadu KKM menjabarkan kebijakan Gubernur Sulawesi Utara
menjadi langkah-langkah kegiatan operasional yaitu perintah untuk melaksanakan
kegiatan berikut penjelasan cara melaksanakan kegiatan tersebut.
1. Berkoordinasi dalam melaksanakan kegiatan operasional lapangan dari
semua potensi lintas sektor, LSM, dan masyarakat.
2. Melaksanakan pemantauan kegiatan melalui supervisi, laporan harian
maupun laporan insidental (setiap saat bila ada masalah yang perlu segera
diselesaikan).
3. Melaporkan secara rutin (harian) kepada para penentu kebijakan dan ke
Posko terpadu KKM sesuai jenjang posko tentang situasi dan kondisi
terakhir dilapangan.
4. Melaporkan setiap saat kepada para penentu kebijakan dan ke Posko erpadu
KKM sesuai dengan jenjang posko bila terdapat masalah kedaruratan yang
membutuhkan keputusan segera.
5. Berkomunikasi dengan berbagai pihak terkait.

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 21


2016
6. Menerima berbagai informasi, pertanyaan dari berbagai pihak termasuk
masyarakat dan memberikan jawaban sesuai dengan kewenangannya.
7. Memberikan informasi ke media massa sebatas kewenangannya.
8. Melakukan evaluasi kegiatan penanggulangan.

BAB V
KEGIATAN UTAMA PENANGGULANGAN
KEDARURATAN KESEHATAN MASYARAKAT

Langkah-langkah yang dilakukan dalam Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan


Masyarakat dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

5.1. Manajemen dan Koordinasi


Koordinasi adalah suatu usaha /proses yang sinkron dan teratur untuk
menyediakn jumlah dan waktu yang tepat serta mengarahkan pelaksanaan untuk
menghasilkan suatu gerakan dan tindakan yang seragam dan harmonis. Kooordinasi
sebagai proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan
kerja yang terpisah untuk mencapai tujuan organisasi secara efesien. Dalam suatu
manajemen koordinasi harus terpusat, terpadu, berkesinambungan dan menggunakan
pendekatan multi instansional.

5.2. Tim Respon Cepat


Untuk meningkatkan kesiapsiagaan di bidang kesehatan dalam upaya
penanggulangan kedaruaratan kesehatan masyarakat, deteksi dini dan respon cepat
dibentuk tim reaksi cepat yang diharapkan akan segera bergerak melakukan berbagai
antisipasi jika terjadi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat/KLB. Tim reaksi cepat
bekerja secara terintegrasi sesuai dengan SOP yang ada.

5.3. Public Awareness dan Community Engagement


Berbagai studi menunjukan bahwa factor yang paling signifikan terhadap
persoalan lingkungan adalah Public Awareness dengan kata lain problem lingkungan
berakar dari aktifitas manusia. Dengan meningkatkan komunikasi, informasi dan
Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 22
2016
edukasi masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesadaran terhadap perilaku
hidup bersih dan sehat pada atau dalam menghadapi KKM/KLB.

5.4. Pencegahan dan Penanggulangan


Dalam tindakan pencegahan dan penanggulangan yang efektif dan efesien
diperlukan data dan informasi yang adekuat melalui proses pengumpulan bahan,
pengolahan, analisis dan desiminasi terhadap pihak-pihak terkait yang membutuhkan
agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara baik. Kita diharapkan dapat
mengerti situasi dan kondisi yang terjadi pada saat sebelum, pada saat dan paska
terjadinya Kedaruratan Kesehatan Masyarakat.

5.5. Pengamanan
Pada situasi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat, perlu juga
memperhitungkan dampak ikutan (collateral impact) atau kedaruratan kedua yang
mungkin terjadi, seperti kemungkinan adanya isolasi wilayah yang memberikan
dampak ekonomi, kerusuhan sosial dan lain-lain yang mungkin memerlukan
skenario tersendiri dan penanganan kedaruratan yang memerlukan keahlian,
ketrampilan dan kompetensi khusus serta sumber daya yang bersifat spesifik.

5.6. Manajemen Kasus dan Penanganan Kematian


Manajenem kasus dan penanganan kematian harus sesuai dengan SOP yang
berlaku guna menghindari terjadinya penularan penyakit-penyakit yang berpotensi
KKM/KLB.

5.7. Laboratorium
Guna menunjang atau menegakkan diagnosis kasus KKM diharapkan
laboratorium daerah dapat meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana memberikan
pelayanan dan penunjang pemeriksaan. Hal ini akan mempermudah dan
mempercepat penegakan diagnose kasus KKM adanya penyakit infeksi yang
berpotensi menimbulan KKM.

5.8. Peningkatan Kewaspadaan di Pintu-pintu masuk Indonesia


Dalam melakukan tugas pokok dan fungsi cegah tanggal keluar masuk
penyakit yang berpotensi KKM perlu di lakukan kesiapsiagaan deteksi dni dan
respon cepat di Pintu masuk Negara yaitu pelabuhan, Bandar udara dan pos lintas
batas Negara.

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 23


2016
5.9. Monitoring dan Evaluasi
Langkah yang paling penting dalam menilai pelaksanaan semua kegiatan
melihat permasalahan yang ada dan menemukan solusi-solusi dalam penangulangan
KKM. Pada monitoring dan evaluasi ini diharapkan setiap langkah dilakukan
pencatatan dan pelaporan.

Berikut ini Tabel Kegiatan Berdasarkan Bidang Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan


Masyarakat :
TABEL 3
KEGIATAN BERDASARKAN BIDANG PENANGGULANGAN
KEDARURATAN KESEHATAN MASYARAKAT

NO KEGIATAN RINCIAN KEGIATAN PELAKSANA KET


1. Manajemen dan - Membentuk PoskoKKM Koordinator:Sekda Kota
koordinasi - Mengoperasikan Posko Manado
KKM Sekretariat : Dinkes
Provinsi Sulut
Anggota:
Seluruh instansi yang
terkait sesuai kasus.
2 Tim Respon Cepat - Menyiapkan Faskes Koordinator:
sesuai SOP Dinkes provinsi Sulut
- Menyiapkan Tim Gerak Anggota:
Cepat untuk melakukan Seluruh instansi yang
PE terkait sesuai kasus.

3 Public Awareness - Memberikan informasi Koordinator:


dan Community kepada masyarakat Dishubkominfo
Engagement - Mengendalikan
penyebaran Informasi
4 Pencegahan dan - Menyiapkan logistik Koordinator:
Penanggulangan : yang diperlukan sesuai BPBD
a.Menyiapkan kasus Anggota :
logistik (sarana Dinsospora Kota
dan Prasarana) BLH
Dinkes Kota

b.Penyelidikan - Penemuan Kasus Koordinator:

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 24


2016
Epidemiologi tambahan Dinkes Provinsi sulut
- Sumber Penularan Anggota:
- Pengelompokan populasi Seluruh instansi yang
resiko terkait sesuai kasus.
c.Penanganan - Pemeriksaan kesehatan Koordinator:
Kasus - Penata laksanaan kasus Dinkes Kota Manado
- Tindakan rujukan Anggota:
- Tindakan lanjut yang RS
diperlukan (termasuk KKP
isolasi dan karantina Seluruh instansi yang
wilayah) terkait sesuai kasus.

5 Pengamanan - Pengamanan wilayah Koordinator:


jika diperlukan suatu TNI/POLRI/SATPOL PP
tindakan pembatasan
mobilitas
Masyarakat
6 Manajemen Kasus - Manajemen Kasus dan Koordinator :
dan Penanganan Penanganan Kematian Dinkes Provinsi Sulut
Kematian sesuai dengan SOP

7 Laboratorium - Pengambilan sampel Koordinator : Labkes


- Pengepakan Sampel Sulut
- Pengiriman Sampel Pengiriman Sampel :
Dinkes Provinsi Sulut
8 Peningkatan - Deteksi Dini terhadap Koordinator : KKP
Kewaspadaan di pelaku perjalanan,
Pintu-pintu Masuk barang dan alat angkut.
Indonesia - Melakukan kesiapsiagan
dalam penemuan kasus
- Melakukan respon bila
ditemukan factor resiko
8 Monitoring dan - Mengawasi Koordinator:
Evaluasi perkembangan kasus Dinkes Provinsi Sulut
(meluas atau tidak) Anggota:
Seluruh instansi yang
terkait sesuai kasus.

TABEL 4
FORMAT KEGIATAN
MENGATASI DAMPAK PENANGGULANGAN KKM

NO RINCIAN KEGIATAN PELAKSANA KETERANGAN


1. Mengantisipasi keresahan masyarakat TNI / POLRI.
akibat mobilisasi suatu wilayah yang DishubKominfo
dibatasi
2. Mengantisipasi kerusuhan masyarakat TNI / POLRI/SATPOL PP
akibat faktor risiko Kesehatan yang
harus dikendalikan
3. Mengatasi dampak social ekonomi BPBD. Bappeda.
akibat tindakan penanganan KKM yang Dinsospora

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 25


2016
dilakukan
4. Mengatasi Dampak Psikologis akibat Dinsospora
tindakan Penanggulangan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat.

BAB VI
RENCANA OPERASI

6.1. Tahapan Persiapan


Persiapan awal dilaksanakan dengan penyusunan Rencana Kontinjensi
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat di Kota Manado dilanjutkan dengan tabletop dan
simulasi.

Adapun tahap persiapan selanjutnya meliputi :


A. Koordinasi
Dengan adanya instruksi dari Guberbur Sulawesi Utara untuk melakukan
persiapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat maka Kepala Dinas Kesehatan Kota
Manado segera menindaklanjuti dengan berkoordinasi Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah dan lintas sektor terkait dalam rangka mengambil langkah-langkah
yang berkaitan dengan penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dan
mengacu pada Rencana Kontijensi yang telah disusun, antara lain melakukan
rapat koordinasi dalam rangka persiapan penanggulangannya.

B. Penyusunan Rencana Operasional


Rencana operasional disusun berdasarkan rencana kontijensi dan juga berdasarkan
perkembangan epidemiologis penyakit Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang
sedang terjadi.Rencana operasional pada dasarnya merupakan uraian dari rencana
kontijensi secara kongkrit meliputi mekanisme operasional, rincian kegiatan dan
kebutuhan yang diperlukan (tenaga, prasarana, sarana, alat, logistik danbiaya).
Rencana operasional tersebut selanjutnya ditindaklanjuti oleh Dinas Kesehatan
Kota Manado dan lintas sektor terkait untuk segera memenuhi kebutuhan
operasional penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat.
Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 26
2016
C. Pemenuhan Kebutuhan Operasional
Adapun kebutuhan operasional meliputi personil, sarana, prasarana, peralatan,
logistik dan biaya operasional Kedaruratan Kesehatan Masyarakat harus
dialokasikan oleh Pemerintah Sulawesi Utara. Pemenuhan kebutuhan tidak berarti
semua kebutuhan harus dibeli tetapi dapat dilakukan dengan meminjam dari
berbagai pihak terkait sebagaimana kesepakatan dalam rencana kontijensi
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat.

6.2.Tahapan Pelaksanaan

Dilaksanakan setelah ada instruksi penanggulangan dari Gubernur Sulawesi


Utara dan dilaksanakan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur pada lampiran
instruksi tersebut.
Tahapan pelaksanaan penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat :
a) Komando dan koordinasi lintas program dan sektoral;
b) Pengaktifan Tim Gerak Cepat (TGC);
c) Mempersiapkan sarana dan prasarana;
d) Penyelidikan Epidemiologi yakni dengan mencari faktor resiko berdasarkan
dari waktu, tempat dan orang;
e) Penatalaksanaan penderita yang mencakup kegiatan pemeriksaan,
pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina;
f) Pencegahan dan Pengobatan;
g) Pemusnahan penyebab penyakit;
h) Penanganan jenazah akibat wabah;
i) Penyuluhan kepada masyarakat;
j) Upaya penanggulangan;
k) Pencatatan dan Pelaporan berjenjang.

DIAGRAM 2
ALUR PELAPORAN PENANGGULANGAN KEJADIAN
KEDARURATAN KESEHATAN MASYARAKAT

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 27


2016
ALUR PELAPORAN

KKP RS Puskesmas

SMS, telp, fax


telp/sms/fax/email

Dinkes Kab/kota

SMS Gateway ;
telp/sms/fax/email
Dinkes Provinsi
SMS

Pusat c.q Posko KLB

Pelaporan cepat
Unit terkait
Umpan Balik

Laporan yg diteruskan

Koordinasi

DIAGRAM 3
Alur Penemuan Kasus berpotensi KKM di Provinsi Sulawesi Utara

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 28


2016
Faktor Resiko Kesehatan Masyarakat

Berdasarkan Rekam Medik dan Berpotensi KKM


Riwayat Perjalanan

Puskesmas / RS

Pemeriksaan lebih lanjut:


HAC/ K3JH, riw penyakit
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang

Suspek
Konfirm

Pengambilan & pengiriman spec


(Jika diperlukan)
Pengobatan tata laksana kasus dan rujukan sesuai
Pemantauan kontak SOP
Edukasi Pengambilan dan pengiriman specimen
Isolasi diri
Laporkan dlm 24 jam ke (Jika diperlukan)
Dinkes Kota Semarang Laporkan dlm 24 jam ke Dinkes
Penyelidikan epid Kab/kota
Penyelidikan Epidemiologi
Penanggulangan Penyakit
Bila gejala Pemantauan kontak kasus
bertambah berat Surveilans ketat

Rujuk ke RSUD
Karyadi

DIAGRAM 4

ALUR PENILAIAN KEJADIAN BERPOTENSI KEDARURATAN KESEHATAN


MASYARAKAT (KKM) di wilayah

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 29


2016
Kejadian yang terdeteksi sistem surveilans wilayah (kab/kota) (Annex 2)

Jika terjadi KLB salah Setiap KLB yang Penyakit potensial wabah
satu dari penyakit berpotensi KKM, sesuai Permenkes 1501 tahun
berikut yang dapat termasuk kejadian yang 2010 tentang Penyakit Menular
berdampak serius bagi tidak diketahui Tertentu yang Menimbulkan
kesehatan masyarakat penyebab dan Wabah dan Kepmenkes lainnya
sehingga wajib sumbernya serta yang menetapkan penyakit
dilaporkan: kejadian di luar yang potensial wabah (MERS CoV)
- Smallpox Atau tercantum pada kotak Ata harus selalu dianalisa karena
- Polio liar kiri dan kotak kanan u telah terbukti potensinya dalam
- Influenza strain baru menimbukan dampak serius
- SARS bagi kesehatan masyarakat dan
berisiko menyebar lintas
negara

Apakah ada dampak


kesehatan masyarakat yang
serius?
Ya Tidak

Apakah memenuhi kriteria KLB? Apakah menjadi perhatian nasional, regional dan global?

Ya Tida Ya Tidak
k

Apakah sudah ada penularan ke luar Apakah sudah ada penularan ke luar
wilayah kab/kota? wilayah kab/kota?

Ya Tidak Ya Tidak

Apakah ada kemungkinan berdampak kepada


aspek social dan ekonomi masyarakat ?

Ya Tidak

Tidak perlu dilaporkan.


Evaluasi kembali bila ada informasi
yang lebih lengkap

Kejadian harus dilaporkan ke Kemenkes (melalui


ditjen PP dan PL selaku IHR National focal point)
Petunjuk algoritma:

1. Apakah ada dampak kesehatan masyarakat yang serius?

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 30


2016
- Jumlah kasus dan/atau jumlah kematian dari jenis kejadian ini cukup besar
dalam tempat, waktu atau populasi
- Kejadian yang disebabkan oleh patogen dengan potensi tinggi menyebabkan
wabah (kemampuan menular bibit penyakit, kematian kasus yang tinggi, rute
penularan berganda atau karier yang sehat)
- Indikasi kegagalan pengobatan (resistensi antibiotik, kegagalan vaksin,
kegagalan atau resistensi antidote)

2. Apakah memenuhi kriteria KLB?


Sesuai Permenkes no 1501 tahun 2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu
yang Menimbulkan Wabah

3. Apakah menjadi perhatian nasional, regional dan global?


Menjadi sasaran program eliminasi penyakit menular (baik tingkat nasional,
regional maupun global)

4. Apakah ada kemungkinan berdampak pada aspek social dan ekonomi


masyarakat?
- kejadian bepengaruh terhadap aktifitas utama masyarakat (lingkungan bekerja,
tempat-tempat umum, sekolah dll)
- Kejadian berpengaruh terhadap transportasi dan perdagangan
- Kapasitas wilayah untuk penanganan kasus tidak mencukupi sehingga
diperlukan bantuan luar untuk mendeteksi, investigasi, respons dan
mengendalikan kejadian yang berjalan, atau mencegah kasus-kasus baru.

6.3. Tahapan Pasca Penanganan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat

Adapun langkah-langkah yang dilaksanakan Pasca penanganan Kedaruratan


Kesehatan Masyarakat :
- Pendataan kronologi kejadian berdasarkan waktu, tempat dan orang;
- Pelaporan kepada Bapak Gubernur Sulawesi Utara tembusan kepada Dinas
Kesehatan Kota Manado, Pimpinan Satuan Kerja Terkait, Komisi D DPRD Kota
Manado.

BAB VII
SUMBER DAYA

Dalam penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat di wilayah Sulawesi


Utara, sebaiknya kebutuhan tiap sektor/unit kerja dipenuhi dari unitnya masing-masing.
Bilamana dari kebutuhan dan ketersediaan sumberdaya terdapat kekurangan maka
dicarikan jalan keluar dari berbagai sumber, antara lain :
I. Sumberdaya/potensi di masyarakat dan Pemerintah Sulawesi Utara
Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 31
2016
II. Bantuan dari swasta dan masyarakat ,pusat, Provinsi
III. Sumberdaya dari tingkat Pemerintahan
IV. Bantuan lain yang sah dan tidak mengikat

Kebutuhan Penanggulangan KKM :


A. SDM
1. Dokter
2. Perawat
3. Bidan
4. Epidemiolog
5. Sanitarian
6. Laboran
7. Petugas Promkes / Humas
8. Petugas Keamanan
9. Medik Veteriner
10. Paramedik Veteriner
11. Petugas Administrasi
12. Petugas Dapur Umum
13. TNI / POLRI
14. dll

B. Logistik
1. Alat Komunikasi
2. Media KIE
3. Kendaraan Operasional
4. Ambulans
5. Kendaraan Evakuasi Penyakit Menular
6. APD
7. Desinfektan dan alat desinfektan
8. Obat – Obatan
9. ATK
10. Vaksin
11. Bahan Pangan
12. Poliklinik Set
13. Meubeler
14. Alat Pemeriksaan & Reagent Laboratorium
15. Tenda Isolasi
16. Genzet

C. Anggaran swasta lain yang syah dan tidak mengikat


APBN
APBD I
APBD II

D. Sarana dan Prasarana Kesehatan

Tabel 5
Jumlah Sarana dan Prasarana
Tahun …..
di Kota Manado

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 32


2016
NO SARANA DAN PRASARANA JUMLAH
1 Rumah Sakit
a. Rumah Sakit Swasta
b. Rumah Sakit Umum Daerah
c. Rumah Sakit Umum Pusat
d. Rumah Sakit TNI/POLRI
e. Rumah Sakit Jiwa
f. RS. Bedah Plastik
g. RS Ibu dan Anak (RSIA)
h. Rumah Sakit Bersalin

2 Rumah Bersalin (RB)/BKIA


3. Puskesmas
a. Puskesmas Perawatan
b. Puskesmas Non Perawatan
4 Puskesmas Pembantu
5 Puskesmas Keliling
6 Posyandu yang ada
7 Posyandu Aktif
8 Apotik
9 Laboratorium Kesehatan Swasta
10 Klinik Spesialis/Klinik Utama
11 Optik
12 Klinik 24 Jam
13 Toko Obat
14 BP Umum
15 BP Gigi
16 Dokter Umum Praktek Perseorangan
17 Dokter Spesialis Praktek
18 Dokter Gigi Praktek

E. Tenaga Kesehatan di Kota Manado


Berikut Tabel Data Tenaga Kesehatan di Kota Manado Tahun …...
Tabel 6
Data Tenaga Kesehatan di Kota Manado Tahun …..
N Jenis Unit Kerja Jumlah
O Tenaga
Kesehatan
DK Puskes RSU/RS/ Institusi Sarana
K mas RSB Diknak Kesehatan
Khusus es/Dikl Lain(Labkes
Lainnya at da)
1 Dokter
Spesialis

2 Dokter
Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 33
2016
Umum
3 Dokter Gigi
4 Dokter Gigi
Spesialis
5 Perawat
6 Sarjana
Keperawata
n
7 Perawat
Gigi
8 Bidan
9 Tenaga
Farmasi

10 Sarjana
Farmasi dan
Apoteker
11 Tenaga
Sanitarian
12 Kesehatan
Masyarakat
13 Tenaga Gizi
14 Tenaga
Terapi Fisik
15 Tenaga
Keteknikan
Medik

Adapun Rasio tenaga kesehatan Kota Manado (berdasarkan lokasi kerja di


Puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kota Manado dibandingkan
dengan jumlah penduduk Kota Manado tahun ……. dapat diperoleh data sebagai
berikut :
a. Jumlah Dokter Umum sebesar ……………………. penduduk
(target IS : 40/100.000 penduduk)
b. Jumlah Dokter Spesialis sebesar …………………… penduduk
(target IS : 6/100.000 penduduk)
c. Jumlah Dokter Gigi sebesar ………………… penduduk
(target IS : 11/100.000 penduduk)
d. Jumlah Perawat sebesar …………………….. penduduk
(target IS : 117,5/100.000 penduduk)
e. Jumlah Bidan sebesar ………………………….. penduduk

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 34


2016
(target IS : 100/100.000 penduduk)
f. Jumlah Tenaga Farmasi sebesar ………………………. penduduk
(target IS 2011 : 10/100.000 penduduk
g. Jumlah Tenaga Gizi sebesar ………………………… penduduk
(target IS 2011 : 22/100.000 penduduk)
h. Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat sebesar ……………… penduduk
(target IS 2010 : 40/100.000 penduduk)
i. Jumlah Tenaga Sanitarian sebesar ……………………. penduduk
(target IS 2010 : 40/100.000 penduduk)
j. Jumlah Tenaga tehnik medis sebesar ……………………. penduduk

Pemenuhan Sumber Daya :


a. Perlu kesepakatan bersama lintas sector di Kota Manado dan sekitarnya bila ternyata
dijumpai beberapa kebutuhan yang tidak dapat disediakan dari lintas sektor maka
solusinya mengajukan permintaan bantuan ke pemerinah pusat.
b. Penggunaan sumber dana pemerintah untuk penanggulangan KKM harus sesuai
perundang-undangan dan peraturan yang berlaku.
c. Bila perlu, melalui Kementerian Kesehatan bisa berkoordinasi/bekerjasama dengan
dunia internasional melalui WHO dalam pemenuhan sumber daya.

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 35


2016
BAB VIII
PENUTUP

Rencana Kontinjensi ini dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka
penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat secara umum dan dapat
dikembangkan lebih lanjut. Untuk dapat memahami isi/makna Rencana Kontinjensi ini
secara lebih baik dan benar, diperlukan pendalaman karena setiap jenis ancaman memiliki
karakteristik penanganan berbeda, meskipun pola/proses penyusunan rencana
kontinjensinya sama.

Dalam hal terjadi kasus Kedaruratan Kesehatan Masyarakat, maka rencana


kontinjensi dengan sendirinya berubah menjadi rencana operasi dengan merubah skenario
kejadian menjadi skenario berdasarkan kejadian yang sebenarnya, yang mana sebelumnya
berdasarkan antisipasi semata.Untuk memudahkan dalam pelaksanaan operasi tanggap
darurat (dalam hal Kedaruratan Kesehatan Masyarakat benar-benar terjadi).dalam hal
Pemerintah Sulawesi Utara telah memiliki rencana kontinjensi, maka Pemerintah Provinsi
dapat menyusun rencana kontinjensi tingkat Provinsi untuk memback-up/mendukung
penyediaan sumberdaya kepada di wilayah Sulawesi Utara. Hal ini sejalan dengan
kebijakan penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang mengedepankan
tanggung jawab pada tataran paling bawah yaitu Pemerintah Kabupaten/Kota dan
masyarakat.

Satu hal yang tidak kalah penting adalah bahwa rencana kontinjensi bukan hanya
milik Pemerintah/Pemerintah Kabupaten/Kota, akan tetapi masyarakatlah yang perlu lebih
diperankan. Penyusunan rencana kontinjensi juga dapat disusun pada tingkat Puskesmas
atau masyarakat/komunitas untuk kebutuhan mereka.Hal tersebut sangat positif sebagai
upaya kesiapsiagaan masyarakat. Bahkan dalam prakteknya masyarakatlah yang menjadi
pelaku utama penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat atas dasar kemauan
sendiri/sukarela dengan segala potensi dan sumberdayanya (termasuk kearifan lokal),
meskipun dimungkinkan mendapatkan bantuan dari luar.

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 36


2016
Lampiran-Lampiran

Lampiran Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
3. Peraturan Presiden No 2 Tahun 2015 tentang RPJMN Tahun 2015-2019;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 145 Tahun 2007
tentang Pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2015 tentang
Rencana Strategik Kementerian Kesehatan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501 Tahun 2010
tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan
Upaya Penanggulangan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2014 tentang
Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan;
9. Peraturan Daerah ………………….. tentang Urusan Pemerintah Daerah Kota
Manado;
10. Peraturan Daerah Sulawesi Utara ............ tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja
Dinas ,…………………...
11. Peraturan Daerah ……………………… (Semua Perda yang ada)
12. Peraturan Daerah Nomor ………………. Tentang Penyelenggaraan dan
Penanggulangan Bencana
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 064 tahun 2013 tentang Penanggulangan
Krisis Kesehatan

Rencana Kontijensi Penanggulangan KKM Kota Manado Tahun 37


2016

Anda mungkin juga menyukai