Anda di halaman 1dari 57

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT TUGAS

FAKULTAS KEDOKTERAN OKTOBER 2017


UNIVERSITAS HASANUDDIN

ASPEK KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA (K3) PADA


PETUGAS BENGKEL MOBIL
PT HADJI KALLA -TOYOTA MAKASSAR

OLEH:

Nur Nazmi Selan C111 08 366


Marielo Riewpassa C111 09 254
Sari Ristiyanti. T C111 09 389
Devi Novita C111 10 313
Andi Nurcahyanti C111 10 329
K Wibianto C111 11 108

PEMBIMBING:
dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang menggariskan bahwa
ketenagakerjaan sebagai bagian dari upaya pembangunan sumber daya manusia yang diarahkan
pada peningkatan, pembentukan, dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas, produktif,
efisien, dan efektif. Pembangunan ini bertujuan untuk mencapai pertumbuhan yang cepat dan
dapat dicapai bila produktivitas dan efisiensi tenaga kerja cukup tinggi. Banyak faktor yang
memengaruhi pencapaian produktivitas dan efisiensi kerja yang baik, antara lain faktor fisik,
kimia, ergonomi, dan psikososial di lingkungan kerja.
Di negara-negara maju, kesehatan dan keselamatan kerja selalu menjadi isu penting yang
telah dimasukkan ke dalam undang-undang ataupun aturan-aturan yang mengikat. Pihak-pihak
yang terlibat dalam lingkaran kerja pun secara konsisten menjalankan aturan yang
telah diterapkan dengan penuh kesadaran. Sebaliknya, di negara-negara berkembang, isu
kesehatan dan keselamatan kerja nampaknya masih menjadi hal yang kurang diperhatikan.1
Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada Pasal 1 menyatakan
bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,
dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan
dimana terdapat sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan,
halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan
tempat kerja tersebut. Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan
kerugian kepada : 1) manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan,
2) properti termasuk peratan kerja dan mesin-mesin, 3) lingkungan, baik lingkungan di dalam
perusahaan maupun di luar perusahaan, 4) kualitas produk barang dan jasa, 5) nama baik
perusahaan.3
Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat memengaruhi
kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi bahaya
adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cedera,
sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses
dan sistem kerja. Indonesia sebagai Negara berkembang telah memiliki perhatian terhadap
masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Hal ini dapat dilihat sejak dikeluarkannya UU
No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerjadan UU No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan.1Sayangnya, hingga saat ini implementasi terhadap program K3 masih
belum terlaksana secara konsisten. Pandangan tersebut muncul berdasarkan data dari PT
Jamsostek (Persero) pada tahun 2009 yang menunjukkan terjadi 96.697 kasus kecelakaan dan
sedikitnya 35 orang per 100.000 pekerja meninggal karena kecelakaan atau penyakit akibat
kerja.1
Penyakit akibat kerja dapat menyerang semua tenaga kerja, salah satunya pekerja bengkel
mobil. Pekerja bengkel mempunyai risiko terbesar terpajan bahan kimia berbahaya yang berasal
dari zat ataupun larutan untuk memperbaiki mesin dan lainnya. Selain itu, pekerja juga
mempunyai risiko terhadap bahaya fisik seperti kalor, dan bising. Untuk itu dibutuhkan upaya
K3 untuk mencegah dan mengendalikan penyakit akibat kerja di bengkel.1

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum :
Untuk mengetahui tentang aspek keselamatan dan kesehatan kerja pada pekerja di bengkel mobil
PT Hadji Kalla -Toyota Makassar.

1.2.2 Tujuan Khusus :


1. Untuk mengetahui tentang faktor hazard yang dialami oleh pekerja di bengkel mobil PT
Hadji Kalla – Toyota Makassar.
2. Untuk mengetahui tentang alat kerja yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan
pekerja di bengkel mobil PT Hadji Kalla -Toyota Makassar.
3. Untuk mengetahui tentang APD yang digunakan pekerja di bengkel mobil PT Hadji Kalla
-Toyota Makassar.
4. Untuk mengetahui tentang ketersediaan obat P3K di tempat kerja pekerja di bengkel
mobil PT Hadji Kalla -Toyota Makassar.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan
(sebelum bekerja, berkala, berkala khusus).
6. Untuk mengetahui tentang peraturan perusahaan tentang K3 di tempat kerja.
7. Untuk mengetahui keluhan/penyakit yang dialami yang berhubungan dengan pekerjaan
pekerja di bengkel mobil PT Hadji Kalla -Toyota Makassar.
8. Untuk mengetahui upaya K3 lainnya yang dijalankan misalnya ada penyuluhan/pelatihan,
pengukuran/pemantauan lingkungan tentang hazard yang pernah dilakukan
9. Untuk mengetahui informasi tentang konstruksi bangunanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PT Hadji Kalla (Kalla Toyota) adalah salah satu perusahaan yang memiliki fokus usaha
di bidang penjualan resmi mobil toyota dan pelayanan perawatan serta perbaikan mobil toyota
(perbengkelan). Perbengkelan merupakan suatu tempat bekerja yang bergerak di bidang sektor
informal yang berlangsung tiap hari ataupun hanya di hari kerja saja (Senin-Jumat), yang
memiliki pekerja (ada yang tetap dan ada yang tidak) tergantung pada pemilik bengkel dalam
mempekerjakan pekerjanya. Dengan makin meningkatnya pertumbuhan jumlah motor dan minat
masyarakat menggunakan kendaraan pribadi di Kota Makassar dan kepadatan mobilitas
masyarakatnya menyebabkan masyarakat di Kota Makassar ini akan semakin membutuhkan
sebuah tempat yang menawarkan jasa perawatan mobil. Apalagi dengan mobilitas masyarakat
Kota Makassar yang padat menyebabkan pemilik kendaraan pribadi melewatkan perawatan
mobil mereka sendiri. Mereka yang tidak memiliki waktu lebih dalam merawat mobil
menyerahkan perawatan mobil mereka kepada tempat yang khusus memberikan jasa perawatan
ini. 2
Kondisi pasar bengkel baik motor dan mobil di Kota Makassar saat ini sangat
menjanjikan. Hal ini tidak lain karena makin bertambahnya minat masyarakat dalam bidang
otomotif. Tercatat dari tahun 2000 hingga 2010 di Kota Makassar mengalami kenaikan jumlah
event otomotif dan peserta yang mengikuti event tersebut. Dengan meningkatnya aktivitas event
seperti ini menjadikan perkembangan bengkel semakin banyak di Kota Makassar.
Setiap harinya, para pekerja bengkel kebanyakan menggunakan sikap atau posisi jongkok
yang terkadang membungkukkan bagian belakang badan yang memiliki dengan waktu yang
terkadang lama sesuai pekerjaan mobil yang ada karena setiap perbaikan atau perawatan mobil
bergantung pada kerusakan mobil tersebut. Hampir seluruh pekerja bengkel juga tidak
menggunakan atau memperhatikan alat pelindung diri selama bekerja. Hal ini dapat
menimbulkan salah satu keecelakaan kerja apabila tidak memperhatikan hal-hal tersebut.
2.2. Faktor Hazard
1. Potensi hazard lingkungan fisik.3
Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-
gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar kebisingan
intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), intensitas penerangan kurang memadai,
getaran, radiasi. Potensi hazard lingkungan fisik ini meliputi kebisingan. Nilai ambang batas
untuk kebisingan adalah 85 dB untuk 8 jam pemajanan, 90 dB untuk 4 jam pemajanan, 95
dB untuk 2 jam pemajanan, dan seterusnya.
Sumber kebisingan yang ada terletak pada saat pekerja menyalakan mesin mobil yang
mengakibatkan ruangan tersebut menjadi bising. Jenis kebisingan ini termasuk intermittent
noise atau kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah.
Potensi bahaya juga timbul pada asap knalpot yang bertebaran sehingga berisiko
mengenai mata atau terhirup melalui saluran pernafasan.
2. Potensi hazard lingkungan fisiologis.3
Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang disebabkan oleh
penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan norma-norma ergonomi yang
berlaku, dalam melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja
yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan
kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin.
Potensi hazard lingkungan fisiologis meliputi ergonomis. Pada saat melakukan
service pekerja yang melakukan pekerjaan tersebut pada posisi berdiri tanpa kursi terlebih di
tambah dengan suara bising dari kendaraan. Posisi duduk dapat mengakibatkan sakit
punggung karena terlihat pada posisi duduk pekerja tersebut membungkuk tanpa kursi atau
posisi lain yang tidak ergonomis dalam waktu yang cukup lama.
3. Potensi hazard lingkungan Kimia.3
Potensi bahaya kimia, yaitu potesni bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia
yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau
mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui : inhalation (melalui
pernafasan),ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit).
Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari jenis
bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya debu, gas, uap. asap; daya acun bahan
(toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh.
Potensi bahaya yang timbul pada saat melakukan penggantian oli dan tidak
menggunakan sarung tangan kemudian terjadi ingestion (melalui mulut ke saluran
pencernaan) dan terjadi kontaminasi pada jenis kimia tersebut (oli).

2.3. Penggunaan APD


Para pekerja yang beraktivitas dan melakukan pekerjaannya, tidak menggunakan APD
(alat pelindung diri) dalam bentuk apapun.Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target
organ tubuh yang berpotensi terkena resiko dari bahaya. Pada bidang bengkel ini, APD yang
seharusnya digunakan yaitu :4
a. Sarung tangan
Dengan menggunakan sarung tangan, pekerja bengkel dapat melindungi bagian tangan
dari temperatur ekstrim, benda tajam, tertimpa benda berat,, bahan kimia, infeksi kulit.
b. Masker
Dengan pemakaian masker di mulut dan hidung akan terlindung dari debu, uap, gas,
kekurangan oksigen (oxygen defiency).
c. Pakaian lengan panjang
Menggunakan pakaian lengan panjang saat bekerja di bengkel sangat penting pada
perlindungan diri yaitu dapat terlindung dari temperatur ekstrim, cuaca buruk, cipratan
bahan kimia atau logam cair, penetrasi benda tajam (alat-alat bengkel).
d. Alat pelindung kaki
Pada alat pelindung kaki biasa yang digunakan ada pemakaian sepatu yang nyaman
agar terhindar dari lantai licin, lantai basah, benda tajam, benda jatuh, cipratan bahan
kimia (misalnya oli).
APD di atas dapat melindungi bagian-bagian tubuh pekerja untuk menimalisir kecelakaan
kerja selama bekerja. Dan sebaiknya harus diterapkan pada pekerja yang bekerja di bengkel.
2.4. Fasilitas kesehatan
Para pekerja biasanya mengalami kecelakaan kerja seperti, tidak segaja memukul
tangannya pada saat melakukan perawatan atau perbaikan motor.5
Sebaiknya perlu ada fasilitas kesehatan meski usaha ini hanya bergerak di bidang sector
informal. Penyediaan kotak P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan) saat terjadi kecelakaan
kerja saat bekerja harusnya lebih diperhatikan oleh suatu pengusaha.5
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1969 Pasal 19: “Setiap badan, lembaga
atau dinas pemberi jasa, atau bagiannya yang tunduk kepada konvensi ini, dengan
memperhatikan besarnya dan kemungkinan bahaya harus menyediakan apotek atau pos P3K
sendiri, memelihara apotik atau pos P3K bersama-sama dengan badan, lembaga atau kantor
pemberi jasa atau bagiannya dan mempunyai satu atau lebih lemari, kotak atau perlengkapan
P3K.”6
Dalam upaya pengawasan P3K maka perlu tersedia fasilitas dan personil P3K.Fasilitas
dapat berupa kotak P3K, isi kotak P3K, buku pedoman, ruang P3K, perlengkapan P3K (alat
perlindungan, alatdarurat, alat angkut dan transportasi).Personil terdiri dari penanggung jawab:
petugas P3K yang telah menerima sertifikat pelatihan P3K ditempat kerja.6
Rekomendasi minimum failitas yang tersedia dalam kotak P3K tipe I yaitu kasa steril
terbungkus, perban (lebar 5 cm), perban (lebar 7,5 cm), plester (lebar 1,25 cm), plester cepat,
kapas (25 gram), perban segitiga/mettela, gunting, peniti, sarung tangan sekali pakai, masker,
aquades (100 ml lar saline), povidon iodin (60 ml), alkohol 70%, buku panduan P3K umum,
buku catatan, daftar isi kotak. Sedangkan pada kotak P3K tipe II terdiri dari kasa steril
terbungkus, perban (lebar 5 cm), perban (lebar 7,5 cm), plester (lebar 1,25 cm), plester cepat,
kapas (25 gram), perban segitiga/mettela, gunting, peniti, sarung tangan sekali pakai, masker,
bidai, pinset, lampu senter, sabun, kertas pembersih (Cleaning Tissue), aquades (100 ml lar
saline), povidon iodin (60 ml), alkohol 70%, buku panduan P3K umum.6
2.5. Pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan (sebelum
kerja,berkala,berkala khusus)
Dalam upaya pengendalian penyakit akibat kerja dan kecelakaan melalui penerapan
kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja di rumah sakit termasuk tenaga kerja di
Restoran/rumah makan, ada berbagai macam cara yang dilakukan salah satunya yaitu
pengendalian melalui jalur kesehatan. Upaya ini dilakukan untuk menemukan gangguan sedini
mungkin dengan cara mengenal (recognition) kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat
tumbuh pada setiap jenis pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan pencegahan meluasnya
gangguan yang sudah ada baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap orang disekitarnya.
Dengan deteksi dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih cepat, mengurangi penderitaan
dan mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas masyarakat pekerja. Disini diperlukan
system rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja secara cepat dan tepat
(prompt-treatment). Pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan
pekerja yang meliputi:
1. Pemeriksaan Awal
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seseorang
calon / pekerja (petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai melaksanakan
pekerjaannya. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status
kesehatan calon pekerja dan mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari
segi kesehatannya sesuai dengan pekerjaan yang akan ditugaskan kepadanya.
Pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi :
- Anamnese umum
- Anamnese pekerjaan
- Penyakit yang pernah diderita
- Alergi
- Imunisasi yang pernah didapat
- Pemeriksaan badan
- Pemeriksaan laboratorium rutin
- Pemeriksaan tertentu (Tuberkulin test, Psikotest).7
2. Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara berkala
dengan jarak waktu berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang
dihadapi. Makin besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar pemeriksaan berkala
Ruang lingkup pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan
khusus seperti pada pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah dengan
pemeriksaan lainnya, sesuai dengan resiko kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan. 7
3. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus
diluar waktu pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada
keadaan yang dapat mengganggu kesehatan pekerja. Sebagai unit di sektor kesehatan
pengembangan K3 tidak hanya untuk intern di Tempat Kerja Kesehatan, dalam hal
memberikan pelayanan paripurna juga harus merambah dan memberi panutan pada
masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya pelayanan promotif dan preventif.
Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak berdampak kesehatan bagi pekerja
atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan kepekaan dalam mengenali unsafe act
dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan sebagainya. 7

2.6.Penyakit yang dialami berhubungan dengan pekerjaan dan hazard pada karyawan di
bengkel mobil
1. Gangguan pendengaran akibat bising ( noise induced hearing loss / NIHL) adalah tuli
akibat terpapar oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama
dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Tuli akibat bising merupakan
jenis ketulian sensorineural yang paling sering dijumpai setelah presbikusis. Secara
umum bising adalah bunyi yang tidak diinginkan. Bising yang intensitasnya 85
desibel ( dB ) atau lebih dapat menyebabkan kerusakan reseptor pendengaran Corti
pada telinga dalam. Sifat ketuliannya adalah tuli saraf koklea dan biasanya terjadi
pada kedua telinga. Banyak hal yang mempermudah seseorang menjadi tuli akibat
terpapar bising antara lain intensitas bising yang lebih tinggi, berfrekwensi tinggi,
lebih lama terpapar bising, kepekaan individu dan faktor lain yang dapat
menimbulkan ketulian.8
2. Ganguan muskuloskeletal atau Musculoskeltal Disorder (MSD). Ada beberapa faktor
yang dapat menyebabkan MSD, namun faktor utamanya berupa tenaga yang
dipaksakan (force), posisi yang tidak sesuai (awkward postures) dan pengulangan
pekerjaan(repetition).Pada pekerja bengkel motor, mengangkat alat-alat bengkel
maupun onderdil motor yang berat dan berulang dengan posisi yang tidak sesuai bisa
menjadi faktor penyebab MSD. 9
3. Luka akibat benda tajam dan benda tumpul, ada banyak pemicu terjadinya luka pada
pekerja bengkel, di antaranya adalah tertusuk alat-alat perbengkelan atau tertimpa
barang berat saat bekerja.9
4. Luka bakar dan tersengat listrik. Flash atau luka bakar listrik adalah cedera panas
untuk kulit yang disebabkan oleh tegangan tinggi arus listrik mencapai kulit dari
konduktor. Luka panas untuk kulit yang intens dan mendalam, karena arus listrik
memiliki suhu sekitar 2500°C (cukup tinggi untuk melelehkan tulang). Api
membakar pakaian dari sering memicu bagian paling serius dari cedera. Setelah saat
ini telah memasuki tubuh, jalur bergantung pada resistensi itu pertemuan dalam
berbagai organ. Berikut ini adalah tercantum dalam urutan resistensi: tulang, lemak,
urat, kulit, otot, darah, dan saraf. Jalur dari menentukan saat ini bertahan hidup,
misalnya, jika sedang melewati jantung atau batang otak, kematian dapat langsung
dari fibrilasi ventrikel atau apnea. Lancar lewat melalui dapat menyebabkan kejang
otot cukup parah untuk menghasilkan patah tulang-tulang panjang atau dislokasi. Hal
seperti ini paling banyak terjadi pada pekerja di bagian maintenance kelistrikan
karena sangat sering bersentuhan dengan alat-alat listrik.10
5. Carpal Tunnel Syndrome.Carpal tunnel syndrome (CTS), atau neuropati median
di pergelangan tangan,adalah kondisi medis di mana saraf median dikompresi di
pergelangan tangan, menyebabkan parestesia, mati rasa dan kelemahan otot di
tangan.Perdebatan internasional mengenai hubungan antara CTS dan gerakan
berulang dalam pekerjaan sedang berlangsung. Keselamatan dan Kesehatan
Administration (OSHA) telah mengadopsi aturan dan peraturan mengenai gangguan
trauma kumulatif. Faktor risiko pekerjaan dari tugas yang berulang, gaya, postur, dan
getaran telah dikutip. Namun, American Society for Bedah Tangan (ASSH) telah
mengeluarkan pernyataan bahwa literatur saat ini tidak mendukung hubungan sebab
akibat antara aktivitas kerja spesifik dan perkembangan penyakit seperti CTS. Sering
terjadi pada kasir sebuah supermarket karena setiap hari bertugas untuk menghitung
uang saat selesai bekerja. 11
6. Rinitis alergi, adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada
pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta
dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen
spesifik tersebut (von Pirquet, 1986). Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its
Impact on Asthma) tahun 2001, rinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan
gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar
alergen yang diperantarai oleh IgE.12
7. Depresi. Gangguan depresif merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia
yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk
perubahan pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan,
rasa putus asa, tak berdaya dan gagasan bunuh diri. Depresi bisa disebabkan oleh
beberapa faktor seperti biologis, genetic, dan psikososial (pekerjaan, rumah tangga
dll) 13

2.7. Upaya K3 lainnya yang dijalankan


1. Memonitor semua proses pekerjaan karyawan di bengkel, yang dilakukan untuk
memberikan jaminan bahwa parameter-parameter yang ditentukan sudah dipenuhi
dengan baik.11
2. Memberikan pembekalan terhadap karyawan mengenai bahaya di tempat kerja,
sanitasi lingkungan kerja serta melatih teknik-teknik bekerja secara aman agar risiko
terjadinya kecelakaan kerja dapat diturunkan secara signifikan.11

2.8. Peralatan Pemadaman Kebakaran


Untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran perlu disediakan peralatan pemadam
kebakaran yang sesuai dan cocok untuk bahan yang mungkin terbakar di tempat yang
bersangkutan.
1. Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana
a. Air, bahan alam yang melimpah, murah dan tidak ada akibat ikutan (side effect), sehingga
air paling banyak dipakai untuk memadamkan kebakaran. Persedian air dilakukan dengan
cadangan bak-bak iar dekat daerah bahaya, alat yang diperlukan berupa ember atau
slang/pipa karet/plastik.
b. Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga udara tidak masuk sehingga
api padam. Caranya dengan menimbunkan pada benda yang terbakar menggunakan
sekop atau ember
c. Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif untuk menutup kebakaran dini
pada api kompor atau kebakaran di rumah tangga, luasnya minimal 2 kali luas potensi
api.
d. Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan untuk alat bantu penyelamatan dan
pemadaman kebakaran.

2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan
api pada awal terjadinya kebakaran. Tabung APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis dan
konstruksinya. Jenis APAR meliputi : jenis air (water), busa (foam), serbuk kering (dry
chemical) gas halon dan gas CO2, yang berfungsi untuk menyelimuti benda terbakar dari
oksigen di sekitar bahan terbakar sehingga suplai oksigen terhenti. Zat keluar dari tabung
karena dorongan gas bertekanan.

Prosedur penggunaan APAR :


1. Tarik segel pada APAR
2. Arahkan selang ke api
3. Tekan pengatup
4. Semprotkan ke API
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Bahan
Bahan yang digunakan pada survei ini adalah checklist yang di buat. Checklist ini
dibuat berdasarkan informasi yang diperlukan daripada tujuan survei ini dilakukan. Pada
survei ini, informasi yang diperlukan adalah ada tidaknya faktor hazard, alat kerja apa
yang digunakan, alat pelindung diri yang digunakan, ketersediaan obat p3k di tempat
kerja, pelayanan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan, peraturan pimpinan tentang K3,
keluhan atau penyakit yang dialami petugas dan upaya pengetahuan mengenai K3 kepada
petugas instalasi laundry di rumah sakit yang berkaitan.

3.2. Cara
Cara survey yang dilakukan adalah dengan menggunakan Walk Through Survey.
Teknik Walk Through Survey juga dikenali sebagai Occupational Health Hazards. Untuk
melakukan survei ini, dapat dimulai dengan mengetahui tentang manejemen perencanaan
yang benar, berdiskusi tentang tujuan melakukan survey, dan menerima keluhan-keluhan
baru yang releven.
Bahaya apa dan dalam situasi yang bagaimana bahaya dapat timbul, merupakan
sebagai hasil dari penyelenggaraan kegiatan Walk Through Survey. Mengenal bahaya,
sumber bahaya dan lamanya paparan bahaya terhadap pekerja.
Pihak okupasi kesehatan dapat kemudian merekomendasikan monitoring survey
untuk memperoleh kadar kuantitas eksposur atau kesehatan okupasi mengenai risk
assessment.
Walk Through Survey ini adalah bertujuan untuk memahami proses produksi,
denah tempat kerja dan lingkungannya secara umum. Selain itu, mendengarkan
pandangan pekerja dan pengawas tentang K3, memahami pekerjaan dan tugas-tugas
pekerja, mengantisipasi dan mengenal potensi bahaya yang ada dan mungkin akan timbul
di tempat kerja atau pada petugas dan menginventarisir upaya-upaya K3 yang telah
dilakukan mencakup kebijakan K3, upaya pengendalian, pemenuhan peraturan
perundangan dan sebagainya.
3.3. Jadwal Survei
3.3.1. Lokasi
Lokasi survei kesehatan dan keselamatan kerja yaitu di PT Hadji Kalla -Toyota Makassar, Jalan
Urip, Makassar.

3.3.2. Waktu Pelaksanaan


Waktu pelaksanaan yaitu tanggal 09-13 Oktober 2017, dengan agenda sebagai berikut:

No. Tanggal Kegiatan


1 09 Oktober 2017 - Melapor ke bagian K3 RS Ibnu Sina
- Pengarahan kegiatan
2 10 Oktober 2017 - Penentuan judul dan lokasi survei
- Penyusunan proposal
- Koreksi proposal
3 11 Oktober 2017 - Pelaksanaan survei
4 12 Oktober 2017 - Pembuatan laporan survei
5 13 Oktober 2017 - Presentasi laporan survei

3.3.3. Biaya
Biaya yang digunakan pada survei ini adalah swadaya
3.3.4. Alur Reparasi Kendaraan di Bengkel

PENERIMAAN RESEPSIONIS
PROMOSI PELANGGAN

Sparepart Kendaraan
(GUDANG)

RUANG PENYERAHAN Service Kendaraan PENGECEKAN KERUSAKAN


BARANG (Ruang Service) (RUANG GARASI)

ADMINISTRASI KANTOR
R.TUNGGU KEUANGAN
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Adapun hasil penelitian yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:

Alur instalasi bengkel:

1.Registrasi

2. Pengecekan kerusakan

3. Perhitungan biaya

4. Persetujuan pelanggan (informed consent)

5. Pengerjaan (las, ketok, dempul, poles, reparasi mesin,pengecatan, pencucian mobil)

6. Pengambilan sparepart

7. Pengambilan mobil oleh pelanggan dan pembayaran

HASIL SURVEI

4.1. Faktor hazard


4.1.1. Service Advisor
- Fisik :suara mesin motor
- kimia: asap kendaraan, debu
- Ergonomik : duduk yang terlalu lama di depan computer hanya duduk dan hal
tersebut dilakukannya hampir sepanjang hari
- Biologik : tidak ada
- Psikososial : tidak adanya jadwal gentian
4.1.2. Front Desk
- Fisik : suara mesin motor, paparan cahaya dari monitor computer yang terjadi terus
menerus selama jam kerja
- kimia: asap kendaraan, debu
- Ergonomik : duduk yang terlalu lama di depan computer hanya duduk dan hal
tersebut dilakukannya hampir sepanjang hari
- Biologik : tidak ada
- Psikososial : tidak ada
4.1.3. Mekanik
- Fisik : bising dari mesin motor dan genset, getaran dari gergaji listrik, alat-alat
mekanik lainnya, yaitu obeng, kunci, dan gergaji
- Kimia: asap kendaraan, debu, bahan bakar, minyak rem, oli
- Ergonomik : duduk jongkok yang terlalu lama saat melakukan servis motor,
mengangkat onderdil motor yang berat dengan posisi yang tidak ergonimik
- Biologik : tidak ada
- Psikososial : tidak ada
4.1.4. Kepala Mekanik
- Fisik : bising dari mesin mobil dan genset
- kimia: asap kendaraan, debu
- Ergonomik : duduk jongkok yang terlalu lama saat melakukan servis motor,
mengangkat onderdil motor yang berat dengan posisi yang tidak ergonimik
- Biologik : tidak ada
- Psikososial : tidak ada
4.1.5. Kasir
- Fisik : paparan cahaya dari monitor computer yang terjadi terus menerus selama
jam kerja
- kimia: tidak ada
- Ergonomik : duduk di depan computer dalam waktu yang lama selama jam kerja
- Biologik : tidak ada
- Psikososial : tidak ada

4.2. Alat Kerja Yang Digunakan yang Dapat Mengganggu Kesehatan Pekerja
- service advisor: tidak ada
- front desk: komputer
- mekanik: sumber listrik, alat servis (las, gergaji, berbagai jenis kunci dan obeng)
- kepala mekanik: komputer
- kasir: komputer dan mesin uang

4.3.AlatPelindung Diri
 service advisor: sepatu
 front desk: sepatu
 mekanik: sepatu, apron, topi
 kepala mekanik: sepatu
 kasir: sepatu

4.4. Ketersediaan Obat P3K Di Tempat Kerja


tersedia, namun tidak lengkap

4.5. Pemeriksaan Kesehatan yang Pernah Dilakukan sesuai Peraturan (Sebelum Bekerja,
Berkala, Berkala Khusus)
Para pekerja memeriksakan kesehatannya hanya saat sakit saja di rumah sakit terdekat dan
ada pula yang hanya membeli obat di apotik terdekat tanpa resep dokter, namun belum tersedia
pemeriksaan kesehatan dalam perusahaan. Ada pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan
sesuai peraturan (sebelum bekerja, berkala, dan berkala khusus).

4.6. Peraturan Perusahaan tentang K3 Di Tempat Kerja


tidak ada

4.7. Keluhan/Penyakit yang Dialami yang Berhubungan dengan Pekerjaan Pekerja


- nyeri punggung bawah
- nyeri kepala tipe tension
- dermatitis kontak iritan
- korpus alienum pada mata
4.8. Upaya K3 Lainnya yang Dijalankan
- penyediaan Alat Pemadam Api Ringan(APAR) sebanyak 2 unit
- Pengetahuan mengenai K3 tentunya berbeda tiap individu yang bekerja khususnya
pada sektor informal. Di bengkel ini pekerja kurang mengetahui mengenai Kesehatan
dan Keselamatan Kerja. pekerja tersebut mengetahui dan menyadari pentingnya
menjaga kesehatan dan keselamatan kerja ketika melakukan pekerjaannya namun
lebih berpedoman melakukan sesuatu dengan hati-hati. Pekerja sadar akan resiko dan
bahaya yang dapat timbul ketika bekerja.

4.9. Konstruksi Bangunanan


Bangunan bengkel terletak di pinggir Jalan G.Bawakaraeng, bagian depan gedung
dicat warna merah putih dan terpampang logo serta nama perusahaan. Gedung terdiri dari
bangunan satu tingkat dengan 2 ruang utama, yaitu ruang reparasi motor dan showroom
motor. Di ruang reparasi, bagian terdepan merupakan tempat final inspection, lalu terdapat
area kerja untukservice advisor dan front desk.Terdapat dua ruangan khusus dengan dinding
kaca kedap suara, satu ruangan khusus untuk ruang tunggu konsumer dan satu ruangan
untuk kepala mekanik.
- lantai: terbuat dari marmer
- langit-langit: flavon berwarna putih
- pintu dan jendela: terbuat dari kaca bening
- ventilasi: tersedia di setiap ruangan
- fasilitas lain: toilet, mushalah
BAB V

PEMBAHASAN

PT Hadji Kalla -Toyota Makassar adalah salah satu perusahaan yang memiliki fokus usaha di
bidang penjualan resmi Mobil toyota dan pelayanan perawatan serta perbaikan Mobil toyota
(perbengkelan). Bangunan bengkel terletak di pinggir jalan Urip, bagian depan gedung dicat
warna putih dan terpampang logo serta nama perusahaan. gedung terdiri dari bangunan satu
tingkat dengan 2 ruang utama, yaitu ruang reparasi mobil dan showroom mobil. di ruang
reparasi, bagian terdepan merupakan tempat final inspection, lalu terdapat area kerja untuk
service advisor dan front desk. Terdapat dua ruangan khusus dengan dinding kaca kedap suara,
satu ruangan khusus untuk ruang tunggu konsumer dan satu ruangan untuk kepala mekanik.
1. Survey tentang hazard umum pada pekerja bengkel
Dari survey yang dilakukan pada pekerja bengkel , pekerja banyak terpapar pada hazard
umum dari faktor kimia, ergonomi, fisik dan psikososial. Hazard ini membahayakan karena
seharusnya lingkungan kerja dalam keadaan aman, dan tidak membahayakan pekerjanya.

 Faktor kimia berupa acetylene, polyester putty, cat, thinner, dan detergent yang
mengandung zat kimia sehingga bisa membahayakan bagi pekerja bengkel. Selain itu,
pekerja juga terpapar dengan asap dan debu kendaraan.
 Detergen yang secara umum mengandung surfaktan dan builders, surfaktan beresiko pada
pekerja karena dapat menyebabkan gangguan iritasi pada kulit, hilangnya kelembaban
alami yang ada pada kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar sedangkan
builders salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam Detergen adalah
phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk Detergen, sebagai
softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion
kalsium dan magnesium. Bahan kimia yang terkandung dalam pemutih adalah klorin,
dimana zat tersebut bisa menyebabkan iritasi saluran nafas, wheezing / mengi, kesulitan
bernafas, suara serak, batuk,, iritasi mata, iritasi kulit
 Polyester putty atau polystyrene repair paste melalui inhalasi dapat menyebabkan
ngantuk, dan iritasi saluran napas, kontak dengan kulit dapat menyebabkan kemerahan,
jika tertelan dapat menyebabkan iritasi mulut, gastritis, mual dan muntah
 Thinner yang mengandung toluene, xylene, asam nitrat dan asam sulfat, zat ini berbahaya
dan mudah terbakar. Penggunaan jangka pendek dapat menyebabkan iritasi mata, apabila
terjadi aspirasi dapat menyebabkan pneumonitis, penurunan kesadaran, dan aritmia.
Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan dermatitis, gangguan system saraf pusat,
gangguan hepar dan ginjal, serta gangguan reproduksi.
 Paparan terhadap acetylene melalui inhalasi dapat menyebabkan sakit kepala, pusing,
bahkan pingsan. Pada penggunaan yang lama dan kadar yang tinggi dapat menurunkan
kadar oksigen di udara sehingga menyebabkan asfiksia bahkan kematian.
 Paint remover mengandung berbagai zat kimia, salah satunya methylene chloride yang
dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan saluran pernapasan, edema paru (apabila
dihirup dalam jumlah besar) bahkan dapat menimbulkan serangan jantung karena hasil
metabolism methylene yang dapat ditemukan di pembuluh darah berupa karbon
monoksida.
 Cat mobil atau solvent based paint yang mengandung toluene, xylene, ethanol. Dan
aceton dapat menyebabkan iritasi kulit, dan apabila dihirup dapat menyebabkan iritasi
saluran napas, nyeri kepala, pusing, mual dan muntah.
 Asap kendaraan banyak mengandung karbon monoksida yang dalam keadaan toksik di
darah dapat menyebabkan asfiksia. Kandung sulfur dioksida dapat menyebabkan iritasi
saluran napas. Selain itu, kandung timah hitam dapat menyebabkan keracunan, dan
anemia.
 Faktor ergonomi, posisi kerja sebagian besar dilakukan dengan berdiri karena tidak
memungkinkan petugas untuk duduk dan cara kerja berupa mengangkat, mendorong dan
menarik. Dengan cara kerja yang tidak dilakukan dengan benar oleh pekerja dan posisi
kerja yang demikian mengakibatkan sebagian petugas mengeluh terkadang merasakan
nyeri punggung bawah/low back pain. Sebaliknya pada petugas registrasi yang harus
bekerja dalam posisi duduk yang lama juga turut menimbulkan keluhan back pain. Selain
itu, pembagian tugas pekerja yang banyak melakukan gerakan berulang seperti
menggosok dan membersihkan dalam waktu lama dapat menyebabkan nyeri pada sendi
pergelangan tangan.
 Faktor fisik berupa kebisingan yang timbul akibat suara kompressor, mesin, dan gurinda
yang beroperasi terus menerus di tempat kerja cukup mengganggu bagi pekerja. Hal ini
bisa menyebabkan gangguan pendengaran. Sebaiknya petugas menggunakan alat
pelindung diri berupa ear plug/ear muff. Faktor fisik lainnya berupa getaran yang
dirasakan oleh operator mesin gurinda dan mesin pemoles juga dapat menyebabkan
keluhan seperti myalgia. Kurangnya pencahayaan dan suhu ruangan menyebabkan
ketidaknyamanan pada pekerja, dan dapat membahayakan pada penggunaan alat yang
membutuhkan pencahayaan maksimal. Suhu ruangan yang panas adalah akibat dari
kurangnya ventilasi, ruangan yang hanya beratapkan seng, kurangnya kipas angin, dan
paparan panas dari alat dan mesin. Percikan api yang ditimbulkan pada proses pengelasan
juga dapat menyebabkan iritasi pada mata dan kulit, selain itu pekerja juga dapat terpapar
dengan suhu yang tinggi pada proses pengelasan dan ketok. Di ruangan juga banyak
terdapat sumber listrik bertegangan tinggi untuk menyalakan compressor yang berpotensi
menyebabkan kebakaran, ledakan, ataupun luka bakar listrik pada pekerja.
 Faktor psikososial, yang ditemukan pada pekerja adalah beban kerja yang berat karena
tidak adanya sistem pergantian pekerja, dan pembagian kerja didasarkan atas sistem
proyek sehingga terkadang terjadi perselisihan diantara pekerja. Pekerja kadang
merasakan kelelahan walaupun jadwal kerja telah dibatasi dari pukul 8 pagi hingga 5
sore.

2. Survey tentang alat kerja yang digunakan oleh pekerja bengkel

Alat kerja yang digunakan seperti mesin poles, dan gurinda dapat menimbulkan faktor
bahaya fisik berupa getaran dan kebisingan. Alat las dan mesin pemanas untuk proses ketok
menyebabkan bahaya fisik berupa paparan suhu yang tinggi dan percikan api. Mesin compressor
yang digunakan juga turut menyebabkan kebisingan dan sumber daya yang digunakan berupa
listrik bertegangan tinggi berpotensi menyebabkan ledakan, kebakaran, dan luka bakar listrik
pada pekerja. Penggunaan mesin hidrolik pada pencucian mobil yang juga menggunakan sumber
listrik tegangan tinggi juga berpotensi menyebabkan luka bakar listrik jika terjadi korslet dan
bahaya mobil jatuh dan menimpa pekerja. Pada petugas registrasi, pemilihan jenis kursi pekerja
kurang tepat dan pengaturan layar computer yang terlalu dekat dengan petugas registrasi.

3. Survey untuk mengetahui tentang alat pelindung diri yang digunakan pekerja
Dari hasil survey didapatkan pekerja bengkel hanya rutin menggunakan masker, sarung
tangan dan kacamata. Masker yang digunakan belum sesuai standar K3 karena hanya
menggunakan surgical mask dimana seharusnya pekerja menggunakan dust mask, tapi sarung
angan dan kacamata yang digunakan sudah sesuai dengan standar K3. Penggunaan apron/clemek
dan sepatu kadang digunakan tetapi lebih sering tidak digunakan.

4. Survey tentang pemeriksaan pada pekerja bengkel

Dari hasil survey didapatkan pekerja bengkel tidak melakukan pemeriksaan kesehatan
berkala atau pemeriksaan khusus. Ini tidak sesuai dengan standar pelayanan K3, dan ini
menunjukkan kurangnya upaya tertentu dari pihak rumah sakit untuk menjalankan program K3
secara keseluruhan.

5. Survey tentang keluhan yang dialami pekerja bengkel akibat petugasannya.

Dari survey didapatkan petugas laundry, terdapat beberapa keluhan seperti konjunctivits,
dermatitis, dan sebagian besar mengeluhkan nyeri otot serta nyeri punggung bawah (low back
pain) yang disebabkan posisi dan cara kerja yang tidak benar salah satunya penggunaan APD
yang tidak lengkap.

6. Survey tentang upaya lain K3

Penyedian APAR (alat pemadam api ringan) pada ruang kerja bengkel sebagai salah satu
upaya K3 untuk menanggulangi bahaya kebakaran di ruang kerja. APAR juga terdapat di
beberapa titik di bengkel sehingga mudah dijangkau jika terjadi kejadian yang tidak diharapkan.
Kotak P3K juga tersedia di beberapa tempat.
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
1. Di bengkel ini memiliki beberapa faktor hazard yang dapat dialami para karyawan
tersebut, seperti faktor fisik, yaitu kebisingan , radiasi computer, getaran, dan listrik
dengan kekuatan tinggi. Terdapat juga faktor kimia berupa asap kendaraan, debu, bensin,
oli, dan minyak tem. Faktor biologi uang yang berpindah dari tangan ke tangan yang bisa
saja terkontaminasi bakteri. Faktor ergonomi juga berpengaruh dimana posisi tubuh saat
berkerja yang lebih sering duduk pada bagian administrasi dan kasir, serta posisi tubuh
mekanik saat bekerja yang lebih sering jongkok.
2. Alat yang digunakan pada bengkel ini bisa menyebabkan penyakit CTS, penyakit pada
mata, kulit, dan sistem respirasi.
3. Kesadaran untuk menggunakan alat pelindung diri saat bekerja sangat kurang dan belum
sesuai standar keamanan
4. Penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di Bengkel ini belum terlaksana dengan baik.
5. Pencegahan atau pengendalian kecelakaan kerja belum dilakukan dan hanya berdasar
sikap hati-hati.
6. Fasilitas kesehatan dan keselamatan kerja pada bengkel ini belum terlaksana dengan baik.

6.2. Saran
1. Kesadaran penggunaan dan pengadaan alat pelindung diri standar yang lengkap harus
menjadi perhatian bagi para pekerja dan pemilik perusahaan.
2. Sebaiknya pihak perusahaanmengadakan program penyuluhan dan pelatihan mengenai
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
3. Sebaiknya dilakukan pelatihan/simulasi jika terjadi kebakaran. Selain itu, harus ada
pengadaan hydrant, detektor api dan alarm untuk mencegah terjadi kebakaran yang
besar.
4. Pihak perusahaan seharusnya mengadakan pemeriksaan kesehatan rutin kepada para
pekerja dan pengadaan kotak P3K yang sesuai dengan standar.
DAFTAR PUSTAKA

1. Amarudin. Pengawasan Kesehatan dan Lingkungan Kerja. 2006 [cited; Available from:

http://tiarasalsabilatoniputri.files.wordpress.com/2012/03/kesehatan-kerja-1.ppt

2. Kurniawidjaja, Meily. 2010. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja . Jakarta: UIPress

3. Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS

18001. Jakarta: Dian Rakyat 3.

4. Fatdriati JL. Meily K. Manajemen Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada

Proses Pencucian Mobil Di Fjm Jakarta Tahun 2012.

5. Tarwaka, Bakri,S, Sudiajeng, L. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan, Kesehatan


Kerja dan Produktifitas. Surakarta: UNIBA press. 2011
6. Suma’mur. Kesehatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : PT. Gunung Agung.
2012
7. Wahyu, Atjo. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta; CV. Haji Masagung.
2001
8. Staff Dosen Emergency MedicineUniversity of Sumatera Utara.Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan di Tempat Kerja. [Onlineon 2013], [Cited on Mei2016]. Available
from: http://ocw.usu.ac.id/course/detail/pendidikan-dokter-s1/1110000130-emergenvcy-
medicine.html.
9. Anonim. Prinsip Dasar Kesehatan Kerja.[online] [citied on 22 Mei 2016]. Available from
URL: http://www.depkes.go.id
10. Yunita, Andrina M. Gangguan Pendengaran Akibat Bising. Medan: Library USU. 2010.
Diakses pada tanggal 24 Mei 2016(library.usu.ac.id/download.fk/tht-andrina1.pdf)
11. Ladou Joseph. Current Occupational & Environmental Medicine.San Fransisco : Mc
Graw Hill.
12. Repository USU. Rhinitis Alergi. Diakses pada tanggal 3 Februari 2015
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21493/4/Chapter%20II.pdf)
LAMPIRAN

Checklist Walk Through Survey pada bengkel mobil pt hadji kalla - toyota Makassar
1) Promosi
No. Perkara Ya Tidak Keterangan

Faktor Hazard

a. Faktor fisik
i. Pencahayaan ;

- Apakah ada pencahayaan cukup terang √

- Apakah warna cahaya lampu yang sesuai √


- Apakah warna dinding ruangan yang terang

ii. Apakah ada sumber bising? √

iii. Apakah ada sumber getaran? √

iv. Apakah ada sumber radiasi? √

v. Apakah ada sumber listrik dengan kekuatan √


tinggi?

b. Faktor kimia
i. Desinfektan √

ii. Cytotoxic √

c. Faktor biologi
i. Bakteri √

ii. Virus √

iii. Jamur √

iv. Parasit √
d. Faktor ergonomis
i. Pekerjaan yang dilakukan secara manual √

ii. Postur saat bekerja berdiri dan duduk √

iii. Pekerjaan yang berulang √

5. Faktor Psikososial

i. Sering kontak dengan pasien √

ii. Kerja bergilir √

iii. Kerja berlebih √

Keluhan /penyakit yang dialami

i. system pernapasan √

ii. system percernaan √

iii.. system reproduksi √

iv. system saraf √

v. orthopedi √

vi. system indera √

vii kardiologi √

Alat pelindung diri

1 Tutup kepala √

2 Kacamata √

3 Masker √

4. Celemek √

5. Handscoen √

.6. Sepatu √

Ketersediaan dan kelengkapan kotak obat P3K √

Upaya lain perusahaan tentang K3 √


Memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √
penyuluhan

Tidak memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √


penyuluhan

Konstruksi bangunan

- Lantai √

- Langit-langit √


- Pintu dan jendela

- Ventilasi
Kebakaran

Pencegahan dan pengendalian

1) APAR √

2) Detector √


3) Alarm kebakaran

4) Hydrant

5) Sprinkler
Checklist Walk Through Survey pada bengkel mobil PT hadji kalla - toyota Makassar

2) Penerimaan Pelanggan
No. Perkara Ya Tidak Keterangan

Faktor Hazard

e. Faktor fisik
i. Pencahayaan ;

- Apakah ada pencahayaan cukup terang √

- Apakah warna cahaya lampu yang sesuai √


- Apakah warna dinding ruangan yang terang

ii. Apakah ada sumber bising? √

iii. Apakah ada sumber getaran? √

iv. Apakah ada sumber radiasi? √

v. Apakah ada sumber listrik dengan kekuatan √


tinggi?

f. Faktor kimia
i. Desinfektan √

ii. Cytotoxic √

g. Faktor biologi
i. Bakteri √

ii. Virus √

iii. Jamur √

iv. Parasit √
h. Faktor ergonomis
i. Pekerjaan yang dilakukan secara manual √

ii. Postur saat bekerja berdiri dan duduk √

iii. Pekerjaan yang berulang √

5. Faktor Psikososial

i. Sering kontak dengan pasien √

ii. Kerja bergilir √

iii. Kerja berlebih √

Keluhan /penyakit yang dialami

i. system pernapasan √

ii. system percernaan √

iii.. system reproduksi √

iv. system saraf √

v. orthopedi √

vi. system indera √

vii kardiologi √

Alat pelindung diri

1 Tutup kepala √

2 Kacamata √

3 Masker √

4. Celemek √

5. Handscoen √

.6. Sepatu √

Ketersediaan dan kelengkapan kotak obat P3K √


Upaya lain perusahaan tentang K3 √

Memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √


penyuluhan

Tidak memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √


penyuluhan

Konstruksi bangunan

- Lantai √

- Langit-langit √


- Pintu dan jendela

- Ventilasi
Kebakaran

Pencegahan dan pengendalian

1. APAR √

2. Detector √


3. Alarm kebakaran

4. Hydrant

5. Sprinkler
Checklist Walk Through Survey pada bengkel mobil PT hadji kalla - toyota Makassar

3) Resepsionis
No. Perkara Ya Tidak Keterangan

Faktor Hazard

i. Faktor fisik
i. Pencahayaan ;

- Apakah ada pencahayaan cukup terang √

- Apakah warna cahaya lampu yang sesuai √


- Apakah warna dinding ruangan yang terang

ii. Apakah ada sumber bising? √

iii. Apakah ada sumber getaran? √

iv. Apakah ada sumber radiasi? √

v. Apakah ada sumber listrik dengan kekuatan √


tinggi?

j. Faktor kimia
i. Desinfektan √

ii. Cytotoxic √

k. Faktor biologi
i. Bakteri √

ii. Virus √

iii. Jamur √
iv. Parasit √

l. Faktor ergonomis
i. Pekerjaan yang dilakukan secara manual √

ii. Postur saat bekerja berdiri dan duduk √

iii. Pekerjaan yang berulang √

5. Faktor Psikososial

i. Sering kontak dengan pasien √

ii. Kerja bergilir √

iii. Kerja berlebih √

Keluhan /penyakit yang dialami

i. system pernapasan √

ii. system percernaan √

iii.. system reproduksi √

iv. system saraf √

v. orthopedi √

vi. system indera √

vii kardiologi √

Alat pelindung diri

1 Tutup kepala √

2 Kacamata √

3 Masker √

4. Celemek √

5. Handscoen √

.6. Sepatu √

Ketersediaan dan kelengkapan kotak obat P3K √


Upaya lain perusahaan tentang K3 √

Memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √


penyuluhan

Tidak memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √


penyuluhan

Konstruksi bangunan

- Lantai √

- Langit-langit √


- Pintu dan jendela

- Ventilasi
Kebakaran

Pencegahan dan pengendalian

1. APAR √

2. Detector √


3. Alarm kebakaran

4. Hydrant

5. Sprinkler
Checklist Walk Through Survey pada bengkel mobil PT hadji kalla - toyota Makassar

4) GUDANG
No. Perkara Ya Tidak Keterangan

Faktor Hazard

m. Faktor fisik
i. Pencahayaan ;

- Apakah ada pencahayaan cukup terang √

- Apakah warna cahaya lampu yang sesuai √


- Apakah warna dinding ruangan yang terang

ii. Apakah ada sumber bising? √

iii. Apakah ada sumber getaran? √

iv. Apakah ada sumber radiasi? √

v. Apakah ada sumber listrik dengan kekuatan √


tinggi?

n. Faktor kimia
i. Desinfektan √

ii. Cytotoxic √

o. Faktor biologi
i. Bakteri √

ii. Virus √

iii. Jamur √

iv. Parasit √
p. Faktor ergonomis
i. Pekerjaan yang dilakukan secara manual √

ii. Postur saat bekerja berdiri dan duduk √

iii. Pekerjaan yang berulang √

5. Faktor Psikososial

i. Sering kontak dengan pasien √

ii. Kerja bergilir √

iii. Kerja berlebih √

Keluhan /penyakit yang dialami

i. system pernapasan √

ii. system percernaan √

iii.. system reproduksi √

iv. system saraf √

v. orthopedic √

vi. system indera √

vii kardiologi √

Alat pelindung diri

1 Tutup kepala √

2 Kacamata √

3 Masker √

4. Celemek √

5. Handscoen √

.6. Sepatu √

Ketersediaan dan kelengkapan kotak obat P3K √

Upaya lain perusahaan tentang K3 √


Memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √
penyuluhan

Tidak memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √


penyuluhan

Konstruksi bangunan

- Lantai √

- Langit-langit √


- Pintu dan jendela

- Ventilasi
Kebakaran

Pencegahan dan pengendalian

6. APAR √

7. Detector √


8. Alarm kebakaran

9. Hydrant

10. Sprinkler
Checklist Walk Through Survey pada bengkel mobil PT hadji kalla - toyota Makassar

5) Ruang pengecekn (Garasi)


No. Perkara Ya Tidak Keterangan

Faktor Hazard

q. Faktor fisik
i. Pencahayaan ;

- Apakah ada pencahayaan cukup terang √

- Apakah warna cahaya lampu yang sesuai √


- Apakah warna dinding ruangan yang terang

ii. Apakah ada sumber bising? √

iii. Apakah ada sumber getaran? √

iv. Apakah ada sumber radiasi? √

v. Apakah ada sumber listrik dengan kekuatan √


tinggi?

r. Faktor kimia
i. Desinfektan √

ii. Cytotoxic √

s. Faktor biologi
i. Bakteri √

ii. Virus √

iii. Jamur √

iv. Parasit √
t. Faktor ergonomis
i. Pekerjaan yang dilakukan secara manual √

ii. Postur saat bekerja berdiri dan duduk √

iii. Pekerjaan yang berulang √

5. Faktor Psikososial

i. Sering kontak dengan pasien √

ii. Kerja bergilir √

iii. Kerja berlebih √

Keluhan /penyakit yang dialami

i. system pernapasan √

ii. system percernaan √

iii.. system reproduksi √

iv. system saraf √

v. orthopedic √

vi. system indera √

vii kardiologi √

Alat pelindung diri

1 Tutup kepala √

2 Kacamata √

3 Masker √

4. Celemek √

5. Handscoen √

.6. Sepatu √

Ketersediaan dan kelengkapan kotak obat P3K √

Upaya lain perusahaan tentang K3 √


Memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √
penyuluhan

Tidak memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √


penyuluhan

Konstruksi bangunan

- Lantai √

- Langit-langit √


- Pintu dan jendela

- Ventilasi
Kebakaran

Pencegahan dan pengendalian

11. APAR √

12. Detector √


13. Alarm kebakaran

14. Hydrant

15. Sprinkler
Checklist Walk Through Survey pada bengkel mobil PT hadji kalla - toyota Makassar

6) Ruang service
No. Perkara Ya Tidak Ket

Faktor Hazard

1. Faktor fisik
i. Pencahayaan ;

- Apakah ada pencahayaan cukup terang √ Cahaya kurang


memadai,
- Apakah warna cahaya lampu yang sesuai √ warna lampu
putih, dinding

- Apakah warna dinding ruangan yang terang putih

ii. Apakah ada sumber bising? √ Alat-alat sekitar


(setrika, dll)
memiliki bising

iii. Apakah ada sumber getaran? √

iv. Apakah ada sumber radiasi? √

v. Apakah ada sumber listrik dengan kekuatan tinggi? √

2. Faktor kimia
i. Kimia Padat √

ii. Kimia Cair √

3. Faktor biologi √

I Bakteri √

ii. Virus √

iii. Jamur √

iv. Parasit √

4. Faktor ergonomis
i. Pekerjaan yang dilakukan secara manual √

ii. Postur saat bekerja berdiri dan duduk √


iii. Pekerjaan yang berulang √

5. Faktor Psikososial

i. Sering kontak dengan pasien √

ii. Kerja bergilir √

iii. Kerja berlebih √

Keluhan /penyakit yang dialami √

i. system pernapasan √

ii. system pencernaan √

iii.. sistem reproduksi √

iv. system saraf √

v. orthopedic √

vi. system indera √

vii kardiologi √

Alat pelindung diri

1 Tutup kepala √

2 Kacamata √

3 Masker √

4. Celemek √

5. Handscoen √

.6. Sepatu √

Ketersediaan dan kelengkapan kotak obat P3K √

Upaya lain perusahaan tentang K3 √

-
Memiliki pengetahuan dan pernah mendapat penyuluhan √
Tidak memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √
penyuluhan

Konstruksi bangunan

- Lantai √
- Langit-langit √
- Pintu dan jendela √
- Ventilasi √

Kebakaran

Pencegahan dan pengendalian

1) APAR √
2) Detector √
3) Alarm kebakaran √
4) Hydran √
5) Sprinkler √
Checklist Walk Through Survey pada bengkel mobil PT hadji kalla - toyota Makassar

7) Ruang Penyerahan Barang


No. Perkara Ya Tidak Keterangan

Faktor Hazard

u. Faktor fisik
i. Pencahayaan ;

- Apakah ada pencahayaan cukup terang √

- Apakah warna cahaya lampu yang sesuai √


- Apakah warna dinding ruangan yang terang

ii. Apakah ada sumber bising? √

iii. Apakah ada sumber getaran? √

iv. Apakah ada sumber radiasi? √

v. Apakah ada sumber listrik dengan kekuatan √


tinggi?

v. Faktor kimia
i. Desinfektan √

ii. Cytotoxic √

w. Faktor biologi
i. Bakteri √

ii. Virus √

iii. Jamur √

iv. Parasit √
x. Faktor ergonomis
i. Pekerjaan yang dilakukan secara manual √

ii. Postur saat bekerja berdiri dan duduk √

iii. Pekerjaan yang berulang √

5. Faktor Psikososial

i. Sering kontak dengan pasien √

ii. Kerja bergilir √

iii. Kerja berlebih √

Keluhan /penyakit yang dialami

i. system pernapasan √

ii. system percernaan √

iii.. system reproduksi √

iv. system saraf √

v. orthopedic √

vi. system indera √

vii kardiologi √

Alat pelindung diri

1 Tutup kepala √

2 Kacamata √

3 Masker √

4. Celemek √

5. Handscoen √

.6. Sepatu √

Ketersediaan dan kelengkapan kotak obat P3K √

Upaya lain perusahaan tentang K3 √


Memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √
penyuluhan

Tidak memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √


penyuluhan

Konstruksi bangunan

- Lantai √

- Langit-langit √


- Pintu dan jendela

- Ventilasi
Kebakaran

Pencegahan dan pengendalian

16. APAR √

17. Detector √


18. Alarm kebakaran

19. Hydrant

20. Sprinkler
Checklist Walk Through Survey pada bengkel mobil PT hadji kalla - toyota Makassar

8) Ruang tunggu
No. Perkara Ya Tidak Keterangan

Faktor Hazard

y. Faktor fisik
i. Pencahayaan ;

- Apakah ada pencahayaan cukup terang √

- Apakah warna cahaya lampu yang sesuai √


- Apakah warna dinding ruangan yang terang

ii. Apakah ada sumber bising? √

iii. Apakah ada sumber getaran? √

iv. Apakah ada sumber radiasi? √

v. Apakah ada sumber listrik dengan kekuatan √


tinggi?

z. Faktor kimia
i. Desinfektan √

ii. Cytotoxic √

aa. Faktor biologi


i. Bakteri √

ii. Virus √

iii. Jamur √

iv. Parasit √
bb. Faktor ergonomis
i. Pekerjaan yang dilakukan secara manual √

ii. Postur saat bekerja berdiri dan duduk √

iii. Pekerjaan yang berulang √

5. Faktor Psikososial

i. Sering kontak dengan pasien √

ii. Kerja bergilir √

iii. Kerja berlebih √

Keluhan /penyakit yang dialami

i. system pernapasan √

ii. system percernaan √

iii.. system reproduksi √

iv. system saraf √

v. orthopedic √

vi. system indera √

vii kardiologi √

Alat pelindung diri

1 Tutup kepala √

2 Kacamata √

3 Masker √

4. Celemek √

5. Handscoen √

.6. Sepatu √

Ketersediaan dan kelengkapan kotak obat P3K √

Upaya lain perusahaan tentang K3 √


Memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √
penyuluhan

Tidak memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √


penyuluhan

Konstruksi bangunan

- Lantai √

- Langit-langit √


- Pintu dan jendela

- Ventilasi
Kebakaran

Pencegahan dan pengendalian

21. APAR √

22. Detector √


23. Alarm kebakaran

24. Hydrant

25. Sprinkler
Checklist Walk Through Survey pada bengkel mobil PT hadji kalla - toyota Makassar

9) Administrasi
No. Perkara Ya Tidak Keterangan

Faktor Hazard

cc. Faktor fisik


i. Pencahayaan ;

- Apakah ada pencahayaan cukup terang √

- Apakah warna cahaya lampu yang sesuai √


- Apakah warna dinding ruangan yang terang

ii. Apakah ada sumber bising? √

iii. Apakah ada sumber getaran? √

iv. Apakah ada sumber radiasi? √

v. Apakah ada sumber listrik dengan kekuatan √


tinggi?

dd. Faktor kimia


i. Desinfektan √

ii. Cytotoxic √

ee. Faktor biologi


i. Bakteri √

ii. Virus √

iii. Jamur √

iv. Parasit √
ff. Faktor ergonomis
i. Pekerjaan yang dilakukan secara manual √

ii. Postur saat bekerja berdiri dan duduk √

iii. Pekerjaan yang berulang √

5. Faktor Psikososial

i. Sering kontak dengan pasien √

ii. Kerja bergilir √

iii. Kerja berlebih √

Keluhan /penyakit yang dialami

i. system pernapasan √

ii. system percernaan √

iii.. system reproduksi √

iv. system saraf √

v. orthopedic √

vi. system indera √

vii kardiologi √

Alat pelindung diri

1 Tutup kepala √

2 Kacamata √

3 Masker √

4. Celemek √

5. Handscoen √

.6. Sepatu √

Ketersediaan dan kelengkapan kotak obat P3K √

Upaya lain perusahaan tentang K3 √


Memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √
penyuluhan

Tidak memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √


penyuluhan

Konstruksi bangunan

- Lantai √

- Langit-langit √


- Pintu dan jendela

- Ventilasi
Kebakaran

Pencegahan dan pengendalian

26. APAR √

27. Detector √


28. Alarm kebakaran

29. Hydrant

30. Sprinkler
Checklist Walk Through Survey pada bengkel mobil PT hadji kalla - toyota Makassar

10) Kantor Keuangan


No. Perkara Ya Tidak Keterangan

Faktor Hazard

gg. Faktor fisik


i. Pencahayaan ;

- Apakah ada pencahayaan cukup terang √

- Apakah warna cahaya lampu yang sesuai √


- Apakah warna dinding ruangan yang terang

ii. Apakah ada sumber bising? √

iii. Apakah ada sumber getaran? √

iv. Apakah ada sumber radiasi? √

v. Apakah ada sumber listrik dengan kekuatan √


tinggi?

hh. Faktor kimia


i. Desinfektan √

ii. Cytotoxic √

ii. Faktor biologi


i. Bakteri √

ii. Virus √

iii. Jamur √

iv. Parasit √
jj. Faktor ergonomis
i. Pekerjaan yang dilakukan secara manual √

ii. Postur saat bekerja berdiri dan duduk √

iii. Pekerjaan yang berulang √

5. Faktor Psikososial

i. Sering kontak dengan pasien √

ii. Kerja bergilir √

iii. Kerja berlebih √

Keluhan /penyakit yang dialami

i. system pernapasan √

ii. system percernaan √

iii.. system reproduksi √

iv. system saraf √

v. orthopedic √

vi. system indera √

vii kardiologi √

Alat pelindung diri

1 Tutup kepala √

2 Kacamata √

3 Masker √

4. Celemek √

5. Handscoen √

.6. Sepatu √

Ketersediaan dan kelengkapan kotak obat P3K √

Upaya lain perusahaan tentang K3 √


Memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √
penyuluhan

Tidak memiliki pengetahuan dan pernah mendapat √


penyuluhan

Konstruksi bangunan

- Lantai √

- Langit-langit √


- Pintu dan jendela

- Ventilasi
Kebakaran

Pencegahan dan pengendalian

31. APAR √

32. Detector √


33. Alarm kebakaran

34. Hydrant

35. Sprinkler
LAMPIRAN FOTO

Promosi

Penerimaan pelanggan

Anda mungkin juga menyukai