Anda di halaman 1dari 20

PERTANGGUNGJAWABAN PERDATA BENDAHARA GAJI DALAM

PENERBITAN SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA (SP2D)


BELANJA PEGAWAI GAJI INDUK DI KANTOR PELAYANAN
PERBENDAHARAAN NEGARA PADANG

JURNAL SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk


Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

IWAN DARMAWAN
NPM : 08.1000.5600.005

Program Studi : Ilmu Hukum

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TAMANSISWA
PADANG
2013

1
PERTANGGUNGJAWABAN PERDATA BENDAHARA GAJI DALAM
PENERBITAN SURAT PERINTAH PENCAIRAN DANA (SP2D)
BELANJA PEGAWAI GAJI INDUK DI KANTOR PELAYANAN
PERBENDAHARAAN NEGARA PADANG

Oleh :

(Iwan Darmawan, NPM. 08.1000.5600.005, Fakultas Hukum Universitas


Tamansiswa Padang, 64 Halaman, Tahun 2013 )

ABSTRAK

Di dalam pelaksanaan penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)


belanja pegawai gaji induk masih terdapatnya beberapa satuan kerja yang kurang
memahami mekanisme penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) belanja
pegawai gaji induk, sehingga menyebabkan terganggunya kelancaran dan
terjadinya kelebihan pembayaran belanja pegawai gaji induk di Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara Padang yang menyebabkan kerugian negara dan dapat
dipertanggungjawabkan secara perdata. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui mekanisme pembayaran belanja pegawai gaji induk di Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara Padang, permasalahan serta pemecahan
masalah dalam penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) belanja pegawai
gaji induk di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Padang dan
pertanggungjawaban perdata dalam dalam penerbitan Surat Perintah Pencairan
Dana (SP2D) belanja pegawai gaji induk di Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara Padang. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan masalah
yuridis sosiologis. Sifat penelitian ini adalah deskriptif. Subjek penelitian ini
adalah pegawai Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Padang. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan analisis data kualitatif. Data diperoleh melalui
studi pustaka, studi dokumen, wawancara, dan observasi. Hasil penelitian ini
adalah tentang pertanggungjawaban perdata dalam pelaksanaan penerbitan Surat
Perintah Pencairan Dana (SP2D) belanja pegawai gaji induk di Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara Padang. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan
bahwa masih ada beberapa sumber daya manusia dari masing-masing satuan kerja
yang kurang memahami mekanisne penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana
(SP2D) belanja pegawai gaji induk di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
Padang. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara Padang harus melakukan sosialisasi tentang belanja
pegawai gaji induk dan setiap terjadi kelebihan pembayaran wajib dilakukan
pengembalian atas kelebihan pembayaran tersebut ke Kas Negara.

2
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah belanja pegawai merupakan hal yang sangat sensitif dan mempunyai

dampak politis yang sangat luas bagi penyelenggaraan pemerintahan. Oleh karena

itu masalah belanja pegawai memerlukan penanganan yang baik, tertib, dan

teratur pada setiap bagian yang terkait, baik pada bagian kepegawaian sebagai

sumber data maupun pada bagian keuangan di lingkungan Satuan Kerja yang

bersangkutan sejalan dengan pelimpahan kewenangan administratif sebagaimana

diamanatkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang perbendaharaan

Negara. Kesalahan dalam melakukan pembayaran belanja pegawai gaji induk

dapat berakibat tuntutan ganti rugi atau perdata oleh pihak-pihak yang dirugikan.

Diterimanya Surat Perintah Membayar (SPM) dan dokumen pendukung

berikut Arsip Data Komputer dari satuan kerja oleh Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara Padang, maka Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

Padang berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memprosesnya lebih lanjut

menjadi Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) dengan membebani dana DIPA

satuan kerja terkait, ini berarti telah timbul perikatan antara Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara dengan satuan kerja pembuat SPM berdasarkan undang-

undang yang telah ditetapkan, seperti Undang-undang Keuangan Negara dan

peraturan-peraturan yang terkait (Peraturan Menteri Keuangan, Peraturan

Direktorat Jenderal Perbendaharaan), sesuai dengan ketentuan Pasal 1352 KUH

Perdata.

3
Kesalahan dan kelalaian yang dilakukan satuan kerja dalam pengajuan SPM

ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Padang juga dapat berakibat

tuntutan ganti rugi atau perdata terhadap pihak-pihak yang dirugikan, dan ini

merupakan suatu perbuatan melanggar hukum.

Dalam pelaksanaan ketentuan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004


tentang pemeriksaan dan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara,
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah menetapkan peraturan BPK Nomor
3 Tahun 2007 terhadap bendahara yang mengatur tentang cara penyelesaian
ganti kerugian Negara terhadap bendahara di lingkungan instansi
pemerintah/lembaga Negara dan bendahara lainnya yang mengelola keuangan
Negara.1 Menurut pasal 1365 KUHPerdata, maka yang dimaksud dengan
perbuatan melanggar hukum adalah perbuatan yang melawan hukum yang
dilakukan oleh seseorang yang karena salahnya telah menimbulkan kerugian
bagi orang lain. Perbuatan melawan hukum (onrechmatige daad) diartikan
suatu perbuatan atau kealpaan, yang atau bertentangan dengan hak orang lain,
atau bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku atau bertentangan, baik
dengan kesusilaan baik, pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda,
sedang barang siapa karena salahnya sebagai akibat dari perbuatannya itu
telah mendatangkan kerugian pada orang lain, berkewajiban membayar ganti
kerugian.2

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi

rumusan masalah adalah:

1. Bagaimanakah mekanisme pembayaran belanja pegawai gaji induk di Kantor

Pelayanan Perbendaharaan Negara Padang?

2. Apakah permasalahan serta pemecahan masalah dalam penerbitan Surat

Perintah Pencairan Dana (SP2D) belanja pegawai gaji induk di Kantor

Pelayanan Perbendaharaan Negara Padang?

1
Modul Penyuluhan Perbendaharaan Tentang Pedoman Penyelesaian TGR terhadap Bendahara
.2002. Hal. 1
2
M.A. Moegni Djojodirdjo. Perbuatan Melawan Hukum. cet.2. Pradnya Paramita . Jakarta. 1982.
Hal 25-26.

4
3. Bagaimanakah pertanggungjawaban perdata bendahara gaji dalam penerbitan

Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) belanja pegawai gaji induk di Kantor

Pelayanan Perbendaharaan Negara Padang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang akan menjadi tujuan

penelitian dalam hal ini yaitu untuk mengetahui:

1. Mekanisme pembayaran belanja pegawai gaji induk di Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara Padang.

2. Permasalahan serta pemecahan masalah dalam penerbitan Surat Perintah

Pencairan Dana (SP2D) belanja pegawai gaji induk di Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara Padang.

3. Pertanggungjawaban perdata bendahara gaji dalam penerbitan Surat Perintah

Pencairan Dana (SP2D) belanja pegawai gaji induk di Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara Padang.

5
II. METODOLOGI

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

masalah yuridis sosiologis yaitu penelitian yang dilakukan terhadap permasalahan

dengan memperhatikan norma-norma hukum yang berlaku selanjutnya melihat

bagaimana penerapannya di wilayah kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan

Negara Padang. Hal ini disebabkan karena penulis akan meneliti tentang

Pertanggungjawaban Perdata Bendahara Gaji dalam Penerbitan Surat Perintah

Pencairan Dana (SP2D) Belanja Pegawai Gaji Induk di Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara Padang.

B. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu menggambarkan tentang

pertanggungjawaban perdata bendahara gaji dalam penerbitan Surat Perintah

Pencairan Dana (SP2D) Belanja Pegawai Gaji Induk di Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara Padang.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara Padang.

Sampel yang akan diambil adalah beberapa pegawai Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara Padang dalam penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana

(SP2D) Belanja Pegawai Gaji Induk di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

Padang. Jenis pengambilan sampel yang digunakan yaitu sampel acak atau

random sampling/probability sampling. Probability sampling adalah suatu teknik

6
pengambilan sampel yang didasarkan pada teori probabilitas yaitu bahwa semua

elemen dalam populasi mendapat kesempatan yang sama untuk menjadi sampel.3

D. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini menggunakan bahan atau materi penelitian sebagai

berikut:

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui

wawancara dengan para pegawai Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

Padang. Pengambilan data ini disebut dengan studi lapangan (Field

Research).

b. Data sekunder, data yang sudah diolah dan tersedia yang berbentuk dokumen

(Document Research).

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik antara lain:

a. Data Primer, diperoleh dengan cara:

1) Wawancara, yaitu menanyakan kepada semua pihak yang terkait dengan

penelitian ini. Wawancara ini dilakukan dengan cara semi terstruktur.

2) Observasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan

yang ada di lapangan.

b. Data Sekunder, diperoleh dengan cara:

1) Studi pustaka, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan

sejumlah buku-buku ,majalah, yang berkenaan dengan rumusan masalah

dan tujuan penelitian..

3
Burhan Ashshofa. Metode Penelitian Hukum. Rineka Cipta. Jakarta. 2010. Hal. 80

7
2) Studi dokumen, yaitu mempelajari dokumen atau literature yang

berkaitan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian ini.

F. Pengolahan dan Analisis Data

a. Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, selanjutnya data ini di editing. Editing maksudnya

data diperiksa kembali apakah ada kesalahan atau tidak, apakah sudah lengkap

atau belum. Jika ada kesalahan dipembukuan dan belumlah dilengkapi.

b. Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian, dianalisis dengan menggunakan data

kualitatif. Analisis data kualitatif yaitu yang berhubungan dengan hasil

pengamatan/observasi, pencatatan lapangan, dan wawancara.4

4
Ritawati Mahyudin. 2008. Hand Out Mata Kuliah Metodologi Penelitian Tindakan Kelas.
Padang: PGSD FIP UNP.

8
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Mekanisme Pembayaran Belanja Pegawai Gaji Induk

Mekanisme pembayaran belanja pegawai khususnya gaji induk/bulanan

setelah pengalihan pengelolaan administrasi belanja pegawai diarahkan kepada

pergeseran kewenangan dan tanggung jawab administrasi dan penggunaan

anggaran belanja pegawai dari Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum

Negara kepada Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran sesuai

dengan pembagian kewenangan dalam pelaksanaan anggaran (Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara). Berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan kepada Kepala Seksi Pencairan Dana yaitu pak Iwan

Handoko bahwa proses pengajuan pembayaran gaji induk sendiri di bagi menjadi

3 (tiga) tahapan yaitu:5

1. Prosedur Pengajuan SPP Belanja Pegawai Gaji Induk

Petugas Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai (PPABP) menyiapkan

Surat Permintaan Pembayaran (SPP) Belanja Pegawai Gaji Induk beserta

dokumen pendukungnya untuk diajukan kepada PPK. PPK berkewajiban meneliti

kebenaran setiap dokumen pendukung perubahan data belanja pegawai sebelum

dijadikan lampiran SPP belanja pegawai Gaji Induk dengan ketentuan permintaan

pembayaran Gaji Induk/Gaji Bulanan harus dilengkapi dengan:

a. Daftar gaji, Rekapitulasi Daftar Gaji dan Halaman luar daftar gaji yang telah

ditandatangani oleh Bendahara Pengeluaran, PPABP dan KPA/PPK;

b. Daftar perubahan pegawai yang ditandatangani oleh PPABP.

5
Wawancara dengan Pak Iwan Handoko selaku Kepala Seksi Pencairan Dana KPPN Padang pada
tanggal 7 Januari 2013 jam 10.00 Wib

9
c. Dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah dilegalisasi oleh

Kepala Satuan Kerja/Pejabat yang berwenang;

d. Daftar perubahan potongan;

e. SSP PPh Pasal 21;

f. Dalam hal terdapat pegawai yang mengalami perubahan susunan keluarga

disertai dokumen pendukungnya, berupa:

a. Salinan/copy surat nikah/cerai yang telah dilegalisir untuk perubahan karena

nikah/cerai;

b. Salinan/copy akte kelahiran yang telah dilegalisir untuk perubahan karena

penambahan anak;

c. Salinan/copy Putusan Pengadilan yang telah dilegalisir untuk perubahan

pembayaran seorang anak angkat;

d. Surat Keterangan Kuliah/sekolah, bagi anak yang berumur 21 tahun s.d. 25

tahun dan masih memenuhi syarat untuk dibayarkan tunjangan anak.

e. Salinan/copy surat keterangan kematian anak/isteri/suami yang telah

dilegalisir untuk perubahan pengurangan jumlah jiwa;

g. SPTJM dari Kuasa PA/PPK.

PPABP menyampaikan SSP Belanja Pegawai beserta dokumen

pendukungnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) untuk proses

penandatanganan. Selanjutnya setelah ditandatangani, PPK mengajukan SPP

beserta dokumen pendukung dimaksud kepada Pejabat Penanda Tangan Surat

Pemerintah Membayar (SPM). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan

10
kepada Kepala Seksi Pencairan Dana yaitu pak Iwan Handoko bahwa prosedur

pengujian SPP dan Penerbitan SPM dilakukan sebagai berikut: 6

a. Penerimaan dan pengujian SPP

Petugas penerima SPP memeriksa kelengkapan berkas SPP, mengisi check

list kelengkapan berkas SPP, mencatatnya dalam buku pengawasan penerimaan

SPP dan membuat/menandatangani tanda terima SPP berkenaan. Selanjutnya

petugas penerima SPP menyampaikan SPP dimaksud kepada Pejabat Penanda

Tangan SPM.

b. Pejabat Penanda Tangan SPM melakukan pengujian atas SPP sebagai berikut:

1. Memeriksa secara rinci dokumen pendukung SPP sesuai dengan ketentuan

yang berlaku;

2. Memeriksa kesesuaian antara perhitungan dalam Daftar Permintaan Belanja

Pegawai dengan kelengkapan dan kebenaran dokumen pendukung SPP

Belanja Pegawai;

3. Memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA;

4. Memeriksa kebenaran perhitungan potongan PPh Pasal 21;

5. Memeriksa kebenaran atas hak tagih yang menyangkut antara lain:

a) Pegawai yang menerima pembayaran (nama, NIP, pangkat/golongan,

status pegawai, tanggal lahir, jumlah tanggungan);

b) Kebenaran perhitungan belanja pegawai untuk masing-masing pegawai

dan jumlah keseluruhan perhitungan untuk seluruh pegawai yang

menerima pembayaran pada satker bersangkutan;

6
Ibid

11
2. Prosedur Pengajuan SPM Belanja Pegawai Gaji Induk ke Kantor

Pelayanan Perbendaharaan Negara

Dalam Proses Pengajuan SPM-LS belanja pegawai ke Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara khususnya pembayaran gaji induk, maka SPM harus

dilampiri :

a. Halaman luar Daftar Gaji dan Rekapitulasi Daftar Gaji yang ditandatangani

oleh PPABP, Bendahara Pengeluaran, dan Kuasa PA/PPK;

b. Daftar perubahan data pegawai yang ditandatangani oleh PPABP;

c. Daftar perubahan potongan;

d. Daftar penerimaan gaji bersih dan nomor rekening pegawai untuk

pembayaran gaji yang dilaksanakan secara langsung kepada rekening masing-

masing pegawai yang ditandatangani oleh Pejabat Penanda Tangan SPM;

e. Copy dokumen pendukung perubahan data pegawai yang telah dilegalisasi

oleh Kepala Satuan Kerja/Pejabat yang berwenang;

f. ADK Data Pegawai dan ADK Belanja Pegawai yang telah dimutakhirkan;

g. SSP PPh Pasal 21;

h. SPTJM dari Kuasa PA/PPK.

Selain persyaratan kelengkapan diatas, syarat lain pengajuan SPM Gaji Induk

beserta dokumen pendukungnya dan ADK Belanja Pegawai harus sudah diterima

Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara untuk diterbitkan Surat Perintah

Pencairan Dana (SP2D), paling lambat tanggal 10 sebelum bulan pembayaran.

3. Prosedur Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) Belanja

Pegawai Gaji Induk di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

12
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara melakukan pengujian terhadap

SPM-LS Belanja Pegawai Gaji Induk dan dokumen pendukung, ADK SPM-LS,

dan ADK Belanja Pegawai yang diterima dari Kuasa PA/Pejabat Penanda Tangan

SPM meliputi :

a. Melakukan pengujian substantif:

1. Kesesuaian antara ADK Belanja Pegawai dengan Daftar Perubahan Data

Pegawai, Daftar Perubahan Potongan, Dokumen Pendukung dan

Rekapitulasi Daftar Permintaan Pembayaran yang dibuktikan dengan Surat

Keterangan Rekonsiliasi yang dibuat oleh KPPN melalui Aplikasi GPP

Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara;

2. Kebenaran perhitungan pembayaran dengan cara mencocokan jumlah yang

tercantum dalam Rekapitulasi Daftar Permintaan Pembayaran dengan

jumlah yang tercantum dalam SPM-LS Belanja Pegawai;

3. Ketersediaan dana dalam DIPA yang tercantum pada SPM-LS Belanja

Pegawai.

4. Kesesuaian penulisan jumlah uang dan akun pada SSP PPh Pasal 21

dengan jumlah uang dan akun pada potongan SPM-LS Belanja Pegawai;

5. Kesesuaian antara ADK SPM-LS dengan hardcopy SPM-LS Belanja

Pegawai;

b. Melakukan pengujian formal yang meliputi :

1. Mencocokkan tanda tangan pejabat penandatangan SPM dengan spesimen

tandatangan;

2. Memeriksa cara penulisan/pengisian jumlah uang dalam angka dan huruf;

13
3. Memeriksa kebenaran dalam penulisan, termasuk tidak boleh terdapat

cacat dalam penulisan.

4. Kebenaran penulisan SPM-LS Belanja Pegawai antara lain penulisan

uraian pembayaran, penerima dan kodefikasi.

c. Keputusan hasil pengujian ditindak lanjuti dengan :

1. Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) apabila SPM yang

diajukan memenuhi syarat yang ditentukan;

2. Pengembaliaan SPM kepada penerbit SPM, apabila tidak memenuhi syarat

untuk diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). Pengembalian

SPM Belanja Pegawai Non Gaji Induk dikembalikan paling lambat 1

(satu) hari kerja setelah SPM diterima;

d. Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) wajib diselesaikan oleh

Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara dalam batas waktu sebagai berikut:

Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) untuk Gaji Induk diterbitkan paling

lambat 5 (lima) hari kerja sebelum tanggal pembayaran gaji.

B. Permasalahan serta Pemecahan Masalah dalam Pelaksanaan Penerbitan

Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) Gaji Induk di Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara Padang

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kantor Pelayanan Perbendaharaan

Negara Padang yang dilakukan melalui wawancara dengan Pak Wawan Setiawan

selaku Kepala seksi Bagian Umum,7 maka ditemukan permasalahan dalam

7
Wawancara dengan Pak Wawan Setiawan selaku Kepala Seksi Bagian Umum KPPN Padang
pada tanggal 11 Januari 2013 jam 11.00 Wib

14
pelaksanaan penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) Belanja Pegawai

Gaji Induk yaitu:

1. Umumnya satker kurang mengetahui dasar hukum/peraturan terkait

pengelolaan belanja pegawai.

2. Kurangnya pemahaman satker dalam pengelolaan administrasi belanja

pegawai.

3. Terbatasnya kumpulan data atau arsip dokumen peraturan terkait pengelolaan

belanja pegawai.

4. Terdapatnya Sumber Daya Manusia yang kurang mengerti dengan aplikasi

yang digunakan dalam Belanja Pegawai Gaji Induk.

5. Penyampaian ADK yang tidak lengkap.

6. Update Aplikasi GPP yang sering terlambat.

7. Penyampaian SK kenaikan pangkat yang sering terlambat.

8. Sarana yang dimiliki satker kurang memadai, misalnya laptop/computer.

Maka dari itu pemecahan masalah dalam pelaksanaan penerbitan Surat

Perintah Pencairan Dana (SP2D) Belanja Pegawai Gaji Induk yaitu:

1. Setiap satker harus mengikuti diklat tentang belanja pegawai.

2. Setiap satker harus mengikuti sosialisasi peraturan pengelolaan administrasi

belanja pegawai yang diadakan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

Padang.

3. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Padang harus memfasilitasi

tentang data atau arsip peraturan terkait pengelolaan belanja pegawai.

15
4. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Padang mengadakan pelatihan

mengenai aplikasi yang digunakan dalam belanja pegawai gaji induk.

5. Kesadaran pribadi dari setiap satker agar bekerja lebih teliti.

6. Di samping adanya Aplikasi GPP yang digunakan, maka dari itu setiap satker

harus mempunyai karwas manual.

7. Setiap instansi masing-masing satker agar menyampaikan SK kenaikan

pangkat tepat waktu.

8. Setiap satker harus lebih memperhatikan sarana kerja seperti laptop/computer

yang memiliki kualitas yang bagus.

C. Pertanggungjawaban Perdata Bendahara Gaji dalam Penerbitan

Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) Gaji Induk di Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara Padang

Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Bakhtarrudin selaku Kepala KPPN

padang,8 bahwa di dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara mengatur tuntutan ganti rugi, sebagaimana diatur dalam

Bab XI Penyelesaian kerugian Negara/Daerah mulai dari Pasal 59, pasal 60, pasal

61, pasal 62, pasal 62, pasal 63, pasal 64, pasal 65, pasal 66 dan pasal 67.

Setiap kerugian Negara/Daerah yang disebabkan oleh tindakan melanggar

hukum atau kelalaian seseorang harus segera diselesaikan sesuai denagn ketentuan

Undang-undang yang berlaku. Setiap terjadi kelebihan pembayaran gaji atau

belanja pegawai lainnya, wajib dilakukan pengembalian atas kelebihan

8
Wawancara dengan Pak Bakhtarrudin Loc.it

16
pembayaran tersebut ke Kas Negara. Pengembalian kelebihan pembayaran dapat

dilakukan dengan:

a. Menyetorkan langsung ke Kas Negara menggunakan formulir Surat Setoran

Pengembalian Belanja (SSPB) dengan akun belanja yang sama apabila disetor

pada tahun anggaran berjalan;

b. Menyetorkan langsung ke Kas Negara menggunakan formulir Surat Setoran

Penerimaan Negara Bukan Pajak (SSBP) dengan akun penerimaan kembali

belanja pegawai pusat tahun anggaran yang lalu apabila disetor setelah tutup

tahun anggaran;

c. Diperhitungkan dengan pembayaran gaji pegawai yang bersangkutan setiap

bulannya hingga lunas.

17
IV. KESIMPULAN

Sesuai dengan permasalahan yang dibahas di atas, diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Dari mekanisne penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) belanja

pegawai gaji induk yang telah di uraikan yang sebagaiman mestinya, ternyata

masih ada beberapa satuan kerja yang kurang memahami mekanisme

tersebut. Sehingga menyebabkan terganggunya kelancaran dalam penerbitan

Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) belanja pegawai gaji Induk.

2. Kualitas sumber daya manusia pada satuan kerja yang masih kesulitan dalam

menjalankan aplikasi-aplikasi yang menggunakan teknologi informasi dalam

penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) belanja pegawai gaji induk

menjadi suatu permasalahan yang harus di selesaikan.

3. Setiap terjadi kelebihan pembayaran gaji wajib dilakukan pengembalian atas

kelebihan pembayaran tersebut ke Kas Negara.

18
V. DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Adrian Sutedi. 2010. Hukum Keuangan Negara. Jakarta. Sinar Grafika.

AZ Nasution. 2002. Hukum Perlindungan Konsumen. cet.2. . Jakarta. Diapit


Media.

Burhan Ashshofa. 2010. Metode Penelitian Hukum. Jakarta. Rineka Cipta.

Djaja S. Meliala. 2007. Perkembangan Hukum Perdata tentang Benda dan


Hukum Perikatan. Bandung. Nuansa Aulia

2002. Modul Penyuluhan Perbendaharaan Tentang Pedoman Penyelesaian


TGR terhadap Bendahara.

2002. Modul Penyuluhan Perbendaharaan Tentang Pengelolalaan


Administrasi Belanja Pegawai

M. A. Moegni Djojodirdjo. 1982. Perbuatan Melawan Hukum. cet.2. Jakarta.


Pradnya Paramita.

Subana. 2000. Statistik Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Subekti. 1996. Hukum Perjanjian. Cetakan XVI. Jakarta. PT intermasa.

Subekti. 2002. Hukum Perjanjian. Cetakan XIX. Jakarta. PT intermasa.

Taryana Soenandar. 1993/1994. Masalah Tanggung Gugat dari Perbuatan


Melawan Hukum Bentuk Baru dan Beberapa Aspek Yang
Mengaturnya. BPHTN.

B. Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Udang Negara Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang


Keuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolalaan


dan Tanggungjawab Keuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

19
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomr 58 Tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah.

Peraturan Menteri Keuangan Negara Nomor 193/PMK.01/2009 Tentang


Pedoman Tuntutan Ganti Rugi terhadap Bendahara di kementerian
Keuangan.

Peraturan Menteri Keuangan No. 134/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan


tata kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 134/PMK.06/2005


Tentang Pedoman Pembayaran Dalam Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan Belanja Negara.

Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005


tentang Mekanisme Pelaksanaan Atas Beban Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara.

20

Anda mungkin juga menyukai