Disusun Oleh :
Kelompok XI
LABORATORIUM SILVIKULTUR
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
http://adibahri.wordpress.com
1|Kelompok 11
BAB I. PENDAHULUAN
http://adibahri.wordpress.com
2|Kelompok 11
1.2. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1) Mengidentifikasi komponen agroforestri di Perum Perhutani KPH Blitar
2) Menjelaskan fungsi komponen agroforestri di Perum Perhutani KPH Blitar
3) Menjelaskan Persyaratan tumbuh komponen agroforestri di Perum
Perhutani KPH Blitar.
http://adibahri.wordpress.com
3|Kelompok 11
2.1. Agroforestri
Agroforestri adalah sistem penggunaan lahan terpadu (aspek sosial dan
ekologi) yang dilaksanakan melalui pengkombinasian pepohonan dengan tanaman
pertanian dan ternak (hewan), baik secara bersama-sama ataupun bergiliran,
sehingga dari satu unit lahan tercapai hasil total nabati atau hewan yang optimal
secara berkelanjutan (Nair 1993 dalam Rifa’i 2010)
Andayani (2005) dalam Rifa’i (2010) menyatakan bahwa agroforestri
dapat diartikan sebagai suatu bentuk kolektif (collective name) dari sebuah sistem
nilai masyarakat yang berkaitan dengan model-model penggunaan lahan lestari.
Oleh karena itu, agroforestri dalam bentuk implementasinya dapat berbentuk
seperti :
1. Agrisilvicultur, yaitu penggunaan lahan secara sadar dan dengan
pertimbangan yang masak untuk memproduksi sekaligus hasil-hasil
pertanian dari hutan.
2. Sylvopastural, yaitu sistem pengelolaan hutan dimana hutan dikelola
untuk menghasilkan kayu sekaligus juga untuk memelihara ternak.
3. Agrosylvo-pastoral, yaitu sistem dimana lahan dikelola untuk
memproduksi hasil hutan, hasil pertanian secara bersama dan sekaligus
memelihara hewan ternak.
4. Multipurpose forest tree production system, yaitu sistem dimana
berbagai jenis kayu ditanam dan dikelola, tidak saja untuk
menghasilkan kayu tetapi juga dedaunan dan buah-buahan yang dapat
digunakan sebagai bahan makanan manusia maupun dijadikan
makanan ternak.
http://adibahri.wordpress.com
4|Kelompok 11
http://adibahri.wordpress.com
5|Kelompok 11
permintaan akan tanaman jati sangat tinggi baik untuk pasaran domestik maupun
ekspor.
http://adibahri.wordpress.com
6|Kelompok 11
Sampai saat ini vanili dikenal sebagai salah satu komoditas perkebunan
yang banyak dikembangkan petani. Hal ini disebabkan oleh karena komoditas ini
memiliki harga jual yang relatif cukup tinggi dibanding komoditas sejenis. Seiring
dengan perkembangan tersebut namun kurang didukung oleh teknologi seperti
budidaya dan pasca panen. Kedua aspek ini sangat penting untuk diperhatikan
karena dikenal sebagai sumber kelemahan yang bersifat mendasar untuk
diperbaiki.
Teknologi budidaya yang perlu diperbaiki antara lain : pembersihan dan
pengolahan tanah (cara dan frekwensi), pohon pelindung (jenis), stek (sumber,
ukuran, dan umur), penanaman (jarak tanam, metode penjarangan), penyerbukan
(waktu, metode, kwalitas dan kwantitas) pemupukan (metode, bahan, dan
frekwensi), pemberantasan hama/penyakit (jenis, metode, waktu), pemeliharaan
(sanitasi) dan panen (umur, kwantitas, peralatan dan metode)
Sampai saat ini vanili (Vanilla planifolia ANDREWS) merupakan salah
satu komoditas pertanian yang masih cukup prospektif untuk dikembangkan.
Vanili memiliki harga jual yang relatif lebih tinggi dibanding komoditas lain
khususnya di sub sektor perkebunan. Sebagai komoditas bernilai ekonomis tinggi
perkembangannya telah meyebar dihampir seluruh Indonesia. Bali yang lebih
dikenal sebagai sentra produksi selama ini telah digeser oleh Sulawesi Utara.
Panili dapat hidup di iklim tropis, curah hujan 1000-3000 mm/tahun,
cahaya matahari + 30%-50%, suhu udara optimal 200C-250C, kelembaban udara
sekitar 60%-80%, ketinggian tempat 300-800 m dpl. Tanah gembur, ringan yaitu
tipe tanah lempung berpasir (sandy loam) dan lempung berpasir kerikil (gravelly
sandy loam), mudah menyerap air, pH tanah + 5,7 - 7.
http://adibahri.wordpress.com
7|Kelompok 11
http://adibahri.wordpress.com
8|Kelompok 11
http://adibahri.wordpress.com
9|Kelompok 11
3.1. Hasil
Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) antara masyarakat
Kelurahan Jeguk Blitar dan KPH Blitar – Perum Perhutani Unit II Jawa Timur
menggunakan sistem agroforestri dengan tanaman pokok jati (Tectona grandis)
dan jeruk keprok (Citrus reticulata), pepaya (Carica papaya), vanili (Vanilla
planifolia), dan lada (Piper nigrum). Sistem pengelolaan yang lebih dominan dan
telah mempunyai hasil adalah perpaduan antara jati dengan pepaya dan jeruk.
Luasan area yang dimanfaatkan sebagai PHBM dengan sistem agroforestri adalah
sebagai berikut:
http://adibahri.wordpress.com
10 | K e l o m p o k 1 1
*tabel di atas merupakan perhutungan sekali panen dengan asumsi semua luasan area telah masuk
dalam masa panen. Total pendapatan yang diperoleh adalah: Rp 1.322.000.000,00 (jeruk keprok),
dan Rp 32.544.000.000,00 (pepaya dengan perhitungan total siklus panen selama empat tahun)
3.2. Pembahasan
Komponen pokok kehutanan yang menyusun pola agroforestri di KPH
Blitar terdiri atas tegakan campuran tanaman jenis Tectona grandis, sedangkan
komponen pokok pertanian yang diterapkan adalah tanaman vanili (Vanilla
planifolia Andrews), pepaya, nanas, lada, dan jeruk keprok. Dengan
mengkombinasikan antara tanaman kehutanan dan tanaman pertanian seperti yang
diterapkan pada sistem agroforestri di KPH Blitar, turut menghadirkan komponen
– komponen lainnya seperti komponen lingkungan abiotik (abiotic) dan
komponen lingkungan (abiotic) budaya (culture).
Komponen lingkungan abiotik yang ada diantaranya adalah air, tanah,
dan iklim. Sedangkan komponen lingkungan budaya antara lain, teknologi dan
informasi tentang agroforestri, budi daya tanaman pertanian di dalam kawasan
hutan, serta alokasi sumberdaya. Keseluruh komponen tersebut akan saling
bereaksi dan berinteraksi yang akan membentuk satu sistem yang akan
menampilkan suatu respon terhadap suatu kondisi.
Pemilihan sistem agroforestri harus menyesuikan dengan keadaan
lingkungan yang ada. Faktor iklim dan keadaan tanah adalah faktor dominan yang
menentukan komponen atau kombinasi agroforestri yang dibutuhkan. Hasil dari
agroforestri pepaya dan jeruk sebagai kombinasi tumpang sari dengan jati
menunjukkan hasil yang baik. Parameter yang dapat dilihat adalah produksi yang
dihasilkan dapat maksimal.
Secara sosial budaya, adanya program PHBM ini memberikan
kesempatan kepada masyarakat kelurahan Jeguk dalam meningkatkan ketahanan
pangan. Sistem agroforestri memberikan peluang kepada masyarakat untuk
http://adibahri.wordpress.com
11 | K e l o m p o k 1 1
melakukan interaksi yang intensif antara petani satu dengan yang lain dan juga
terhadap pihak perhutani dan pemerintah, dalam hal ini adalah pemerintah daerah.
Pemilihan komponen tanaman pertanian dilakukan melalui musyawarah
para pihak yang terlibat dalam PHBM. Latar belakang dalam pemilihan pepaya
dan jeruk adalah adanya harga jual jeruk dan pepaya yang tinggi. Selanjutnya
terdapat pergeseran paradigma, yaitu bukan sekedar untuk memenuhi kecukupan
pangan dan harian, tetapi pada pertimbangan tanaman yang memiliki nilai
ekonomi dengan harga jual yang tinggi.
Niliai ekonomi yang diperoleh masyarakat cukup tinggi. Dengan
kesempatan yang diperoleh masyarakat dalam pengelolaan hutan sebesar 0.25 Ha
(Tabel 1), petani memperoleh kesempatan dalam meningkatkan penghasilannya.
Nilai ekonomi tersebut didapatkan dari dua sumber, yaitu pengelolaan hutan
dengan agroforestri (sebagai petani pesanggem) dan pendapatan dari partisipasi
(persentasi pembagian hasil) dari penjagaan tanaman hutan jati.
http://adibahri.wordpress.com
12 | K e l o m p o k 1 1
Redaksi Agro Media Pustaka. 2006. Buku pintar Budi Daya Tanaman Buah
Unggul Indonesia. Jakarta: Agromedia pustaka.
http://adibahri.wordpress.com