Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemilihan Umum merupakan mekanisme terpenting untuk memfasilitasi kompetisi politik secara
damai dan tertib dalam rangka menghasilkan pemerintahan yang memiliki legitimasi. Hali ini
karena pemilu merupakan instrumen politik paling spesifik yang dapat dibentuk dan dimodifikasi
utnuk mencapai tujuan tersebut. Dengan kata lain, pemilu dapat direncanakan sedemikian rupa
untuk mencapai tujuan tertentu, sehingga dapat memberikan ganjaran (reward) bagi tipe
tindakan-tindakan tertentu dan mengekang tindakan-tindakan lainnya.
Indonesia sendiri, prinsip-prinsip pelaksanaan pemilu dituangkan dalam Pasal 22 E Ayat 1 UUD
1945 yang berbunyi “Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, dan rahasia”.
Demikian juga pada Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan UmumAnggota
DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, PemilihanUmum Presiden dan Wakil
Presiden sebagaimana diatur dalam UU Nomor 42 Tahun 2008, serta Pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Walikota sebagaimana diatur dalam Perppu Nomor 1 Tahun 2014. Selain itu
prinsip-prinsip tersebut juga dielaborasi lebih lanjut dalam asas-asas penyelenggara pemilu
seperti yang tertuang pada pasal 2 Undang-undangNomor 15 Tahun 2011 tentang
Penyelenggara Pemilu.
Undang - undang telah memberikan kewenangan besar kepada Pengawas Pemilu dalam
rangka mengawasi pelaksanaan pemilu demi terwujudnya Pemilu demokratis. Akan tetapi
dalam pelaksanaannya masih ditemukan banyaknya pelanggaran - pelanggaran pemilu baik
yang dilakukan oleh Peserta Pemilu, simpatisan peserta pemilu, maupun oleh penyelenggara
pemilu itu sendiri. Selama penyelenggaraan pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD dan Pemilu
Presiden dan Wakil Presiden ditemukan berbagai pelanggaran yang mencederai pemilu itu
sendiri mulai dari tahapan pendaftaran pemilih, penetapan peserta pemilu, kampanye,
pemungutan dan penghitungan suara, maupun dalam tahapan rekapitulasi hasil penghitungan
suara. Pelanggaran-pelanggaran tersebut dapat dikategorikan sebagai pelanggaran serius yang
meliputi: manipulasi data pemilih; pemalsuan identitas pemilih; manipulasi syarat dukungan
peserta pemilu, manipulasi kantor dan kepengurusan peserta pemilu; kampanye diluar jadwal;
pemanfaatan fasilitas Negara untuk kepentingan kampanye; money politik; penyimpangan dana
kampanye; penggunaan hak pilih lebih dari satu kali; penghilangan hak pilih; manipulasi hasil
penghitungan suara; dan lain-lain. Tingginya angka pelanggaran tersebut mengakibatkan
sebagian khalayak mempertanyakan bagaimana kinerja Bawaslu. Tentu hal ini menjadi catatan
bagi bagi Bawaslu dalam rangka mengawasi pelaksanaan Pemilihan Gubernur, bupati, dan
Walikota.
Di usianya yang mulai mengalami perkrmbangan, Provinsi Banten terus menata diri dalam
mewujudkan perkembangan dan kemajuan yang lebih baik. Penataan itu terlihat baik dibidang
ekonomi, pendidikan, keagamaan, sosial dan politik.
Dalam perkembangan selanjutnya Banten tidak lepas dari demokrasi politik yang membuming
dalam persoalan politk yang berkembang di indonesia. Lahirnya para pakar dan ahli politik,
bahkan banyak generasi muda yang mulai terjun ke politik menjadikan Banten semakin
menunjukan perkembangan dalam demokrasi yang ada di Indonesia.
Kalau kita simak secara sekilas, sejarah mencatat bahwa sistem pemerintahan yang ada di
Banten tidak lepas dari monopoli orang-orang yang terdekat dan memiliki ikatan dan keturunan
para bangsawan. Seiring perjalanan politik yang ada dibanten, maka sistem pemerintahan itu
mulai mengalami pembenahan.
Lahirnya pilkada langsung membuat masyarakat Banten mengalami pro dan kontra, banyak
masyarakat yang menyambut baik pilkada dengan alasan kebebasan memilih seorang
pemimpin (Gubernur,Bupati,Walikota) dengan hati nurani, disisi lain banyak masyarakat yang
kurang begitu menyambut pilkada langsung, dengan alasan bahwa pilkada hanya ceremony
panggung sandiwara atau seperti hiburan wayang golek yang dimainkan oleh satu dalang saja,
Bahkan yang lebih miris lagi banyak masyarakat yang acuh dalam menyambut pilkada,
alasannya apakah tidak mengerti atau kurang informasi ? .
Menjadi pengalaman yang sangat penting bagi masyarakat banten, bahwa pilkada ditahun 2011
merupakan pilkada yang kurang baik dalam perhelatan pilkada serentak di indonesia. Inforamsi
melalui media eloktro atau cetak memberikan informasi bahwa banyak kejanggalan-
kejanggalan yang terjadi dipilkada banten tahun 2011. Bahkan pengamat politik asal tangerang
selatan (Bahrudin Muhtadi ) menilai bahwa pemilihan kepala daeran Banten di tahun 2011
merupakan pemilihan yang paling terburuk di Indonesia. Menurutnya, bahwa pesta demokrasi
itu banyak diwarnai kecurangan dan praktek uang secara terstruktur. Kemudian BM
menyampaikan bahwa potret pilkada Banten paling buruk se Indonesia, karena banyak money
politic yang dilakukan secara terang-terangan dn sembunyi-sembunyi, sehingga pilkada ini
berujung pada gugatan ke Mahkamah konstitusi (MK).
Dalam perhelatan berikutnya, ditahun 2015 kemarin Banten menggelar Pilkada serentak di
beberapa daerah Kabupaten/Kota. Pesta demokrasi untuk memilih Bupati/walikota dan Wakil
Bupati/Walikota nampak nya mulai mengalami kemajuan. Kesadaran dan partisipasi dari
masyarakat mulai terlihat, para penyelenggara dan pengawas pilkada yang makin komitmen,
dan para calon yang sudah mulai sportif menunjukan bahwa pilkada di banten sudah mulai
mengalami perubahan.
Disamping itu, kasus-kasus pelanggaran yang ada tidak begitu meluas dan begitu memanas,
sehingga pilkada ditahun 2015 secara sederhana bisa dinilai lumayan baik. Tanpa terkecuali
capaian atau penilaian pilkada tahun 2015 yang mulai membaik tidak terlepas dari komitmen
dan integritas para penyelenggara dan para monitoring.
Diawal tahun 2017, telah dilaksanakan perhelatan akbar pilkada serentak disetiap wilayah di
Indonesia. Tanpa terkecuali Prov.Banten yang ikut dalam perhelatan Pilkada serentak. Setelah
adanya pengumuman dan tahapan pilkada yang digelar 2017, banyak putra-putra Banten yang
mencoba memberanikan diri untuk maju dalam penjaringan bakal calon gubernur dan wakil
gubernur Banten, baik yang nantinya diusung melaui partai politik maupun inpenden, hal ini
menujukan bahwa Banten sudah menujukan perkembangan nya dalam kancah demokrasi dan
politik di Indonesia.
Kemudian dalam perhelatan ini, melalui proses tahapan –tahapan yang sudah dilaksanakan
oleh para penyelenggara , maka pilkada banten yang digelar tanggal 15 februari 2017 lalu
diikuti oleh dua pasangan calon yaitu : Bapak H. Wahidin Halim dan H. Andika Hazrumi dengan
no urut 1, dan Bapak H. Rano Karno dan H.embay Mulya Syarief dengan no urut 2.
Dari latar belakang diatas , maka sebagai lembaga pengawas memiliki maksud dan tujuan yang
dicapai dari hasil proses tahapan-tahapan baik yang sudah dilaksanakan maupun yang belum
dilaksanakan. Adapun maksud dan tujuan nya adalah sebagai berikut:
7. Mengintensifkan kerja sama antar lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan pemilihan;
A. STRUKTUR ORGANISASI
Sebagai sebuah lembaga formal, terdapat beberapa aturan yang menjadi pedoman dan
mekanisme Panwaslu, merujuk pada beberapa peraturan perundangan, antara lain yaitu:
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi
Undang-Undang;
Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2012
Tentang Pembentukan, Pemberhentian, dan Penggantian Antar Waktu Badan Pengawas
Pemilihan Umum Provinsi, Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, Panitia
Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan, Pengawas Pemilihan Umum Lapangan, dan
Pengawas Pemilihan Umum Luar Negeri;
Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 4 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2010 tentang Tata Cara
Pengangkatan Anggota Panitia Pengawas Pemilihan Umum Provinsi, Panitia Pengawas
Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan dan
Pengawas Pemilu Lapangan;
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, Panwaslu Kecamatan Kronjo kabupaten
Tangerang menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan yang mencerminkan adanya
kelemahan dan sekaligus hambatan dari luar yang dapat mengganggu bagi kinerja
lembaga Panwaslu. Selain itu, Panwaslu juga mengenali dan memiliki potensi dan peluang
yang merupakan kapasitas internal dan kondisi eksternal yang kondusif bagi kinerja Panwaslu.
Kemudian dalam proses perjalanan dari panwaslu Kecamatan Kronjo kabupaten Tangerang
selama kurang lebih dari 9 bulan ini, tentunya harus mempersiapkan segala kekuatan dan
kerjasama yang efektif ,sehingga masing – masing dari komisioner, staff, kesekretariatan dan
PPL bersama –sama untuk menguatkan kapasitas dan akuntabilitas dalam melaksakan tugas
dan wewenang nya masing-masing. Oleh karena itu panwaslu Kecamatan Kronjo kabupaten
Tangerang membuat struktur organisasi yang diseseuaikkan dengan rujukan perbawaslu no 2
tahun 2013 sebagai berikut :
STRUKTUR ORGANISASI
2. Pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan dan daftar pemilih sementara
dan daftar pemilih tetap;
11. Proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh KPU provinsi, kabupaten/kota dari seluruh
kecamatan;
12. Pelaksanaan penghitungan suara, pemungutan suara ulang, pemilihan lanjutan , pemilihan
susulan; dan
13. Proses pelaksanaan penetapan hasil pemilihan Bupati dan Wakil Bupati, Walikota dan
Wakil Walikota.
c. Menyelesaikan temuan dan laporan pemilihan dan sengketa pemilihan yang tidak
mengandung unsur tindak pidana;
d. Menyampaikan temuan dan laporan kepada KPU provinsi dan KPU kabupaten/Kota untuk
ditindak lanjuti;
e. Meneruskan temuan dan laporan yang bukan kewenangannya kepda instansi yang
berwenang;
i. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh peraturan dan perundang-
undangan.
1. Pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan dan daftar pemilih sementara
dan daftar pemilih tetap;
2. Pelaksanaan kampanye;
6. Proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh PPK dari seluruh TPS;
b. Mengawasi penyerahan kotak suara tersegel dari PPK kepada KPU kabupaten/Kota;
e. Meneruskan temuan dan laporan yang bukan menjadi kewenangannya kepada instansi
yang berkaitan;
g. Memberikan rekomendasi kepada yang berwenang atas temuan dan laporan mengenai
tindakan yang mengandung unsur tindak pidana pemilihan; dan,
h. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh peraturan dan perundang-
undangan.
1. Pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan dan daftar pemilih sementara
dan daftar pemilih tetap;
2. Pelaksanaan kampanye
d. Menyampaikan temuan dan laporan kepada PPS dan KPPS untuk ditindak lanjuti;
e. Memeberikan rekomendasi kepada yang berwenang atas temuan dan laporan tentang
adanya tidakan yang mengandung unsur tindak pidana pemilu sesuai dengan peraturan
peruundang-undangan;
g. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh panwaslu kecamatan.
C. VISI MISI
1. VISI
2. MISI
a. Membangun aparatur dan kelembagaan pengawas pemilu yang kuat, mandiri dan solid;
1. REKRUTMEN PPL
Proses penjaringan calon Panwas Pemilu Lapangan (PPL) merupakan suatu tahapan setelah
terbentuknya Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang belaku.
PPL adalah ujung tombak terdepan dalam pengawasan di tingkat Desa/Kelurahan pada tiap-
tiap pelaksanaan pemilu di Indonesia sehingga proses penjaringan calon PPL harus benar-
benar berpedoman pada azas-azas penyelenggaraan pemilihan yakni mandiri, transparan, adil,
kepastian hukum, tertib, kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, akuntabilitas,
efisiensi dan efektifitas sehingga akan terpilih calon Panwas Kecamatan yang benar-benar bisa
memikul tanggung jawab pengawasan ditingkat paling bawah tersebut.
Adapun landasan hukum/regulasi dalam penjaringan calon Pangawas Pemilu Lapangan adalah
sebagai berikut :
b) Undang-undang No. 10 Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang
Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota menjadi Undang-
Undang.
Peraturan Bawaslu Nomor 1 Tahun 2016 tentang perubahan keempat Peraturan Bawaslu
Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pembentukan,Pemberhentian, dan Penggantian Antar Waktu
Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi, Panitia Pengawas Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota, Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan, Pengawas Pemilihan Umum
Lapangan dan Pengawas Pemilihan Umum Luar Negeri
NO NAMA JABATAN
1. MK Ulumudin Ketua
2. Sukiar Anggota
3. H.Sukmaja Anggota
4. Mulyadi Anggota
Mengingat waktu yang sedikit, Pokja yang telah terbentuk kemudian bergerak cepat
melaksanakan tugas dalam proses/tahapan selanjutnya, sehingga pelaksanaan pembentukann
Panwas Kecamatan diwilayah Kabupaten Tangerang bisa berjalan sesuai jadwal.
Tahap selanjutnya yakni penelitian berkas administrasi, yang dilaksanakan tanggal 18 Juli s.d.
22 Juli 2016 dan hasil penelitian berkas administrasi ini diumumkan/ditempel pada tanggal 25
Juli 2016 di Kantor Sekertariat Panwaslu Kecamatan Kronjo dan melalui Via SMS, Media Sosial
(Facebook) serta dapat dilihat juga di websitewww.panwaskronjo.blogspot.com
Dari 20 pendaftar yang mengembalikan berkas kepada Pokja Pembentukan PPL Kecamatan
Kronjo, setelah dilakukan penelitian berkas administrasi dinyatakan lolos dan dapat mengikuti
tahapan selanjutnya yakni sejumlah 20 orang.
Tahapan yang tidak kalah penting selanjutnya adalah proses tes wawancara kepada calon PPL
yang dinyatakan lolos administrasi.
Pada tahapan ini terlihat sekali persaingan diantara para pendaftar, pengetahuan tentang
kepengawasan, penyelenggaraan pemilu, netralitas, integritas dan kemampuan diplomasi
menjadi sebagian hal yang ditekankan oleh tim Pokja dalam tes wawancara ini.
Setelah melalui proses ini, akhirnya Pokja memutuskan Pada Tanggal 02 Agustus
2016 pendaftar yang lolos dan ditetapkan sebagai PPL diwilayah Kecamatan Kronjo adalah
sebagai berikut:
DAFTAR PPL SE KECAMATAN KRONJO
2 Apip Blukbuk
3 Madudin Cirumpak
5 H . Mahmud Muncung
8 Satiri Pagenjahan
9 Syafarudin Pasilian
Dengan kerjasama yang baik diantara anggota Pokja yang terdiri dari semua anggota
Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan Kronjo dan anggota Sekertariat sehingga
terlaksana seluruh tahapan dalam perekrutan PPL se-Kecamatan Kronjo.
Kecamatan Kronjo yang terdiri dari 10 Desa pada akhirnya telah terbentuk masing-
masing 1 (Satu) Orang Pengawas Pemilu Lapangan yang diharapkan mempunyai kemampuan
dalam pengawasan di masing-masing wilayahDesa yang menjadi wilayah kerja mereka.
Setelah melaksanakan proses penjaringan , akhirnya PPL di wilayah Kecamatan Kronjo telah
terpenuhi, dari ke-10Desa diwilayah Kecamatan Kronjo telah terjaring masing-masing 1 orang
PPL sehingga tugas pengawasan yang harus segera dilaksanakan di tiap-tiap desa sudah bisa
terlaksana dengan sebaik-baiknya. Selanjutnya Panitia Pengawas Kecamatan Kronjo telah
membuat surat Keputusan kepada PPL se-Kecamatan Kronjo sebanyak 10 orang untuk 10
Desa sesuai jumlah Desa diwilayah Kecamatan Kronjo.
Berdasarkan Surat Keputusan untuk PPL tersebut, kemudian Panitia Pengawas
Pemilihan Umum Kecamatan Kronjomelaksanakan pelantikan terhadap PPL Se- Kecamatan
Kronjo pada hari Jum’at tanggal 05 Agustus 2016.
Pelantikan PPL sebagai dasar untuk segera melaksanakan tugas pengawasan diwilayah
Desamasing-masing.
Kemampuan PPL yang harus terus diasah akan meningkatkan kinerja pengawasan semakin
maksimal, koordinasi yang intensif dengan pemangku pemerintahan, tokoh masyarakat, tokoh
pemuda dan agama, serta tokoh partai politik diwilayah kerja masing-masing akan
menumbuhkan pencegahan terhadap segala kemungkinan pelanggaran pemilu yang akan atau
mungkin dilakukan. Yang penting dilakukan pula adalah koordinasi dengan Panitia Pengawas
Pemilihan Kecamatan Kronjo dan Kabupaten Tangerang setiap kegiatan pengawasan mutlak
dilakukan untuk tetap terjaganya kondusifitas di wilayah Kecamatan Kronjo secara keseluruhan.
Dalam pembekalan terhadap PPL, Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan Kronjo juga
memberikan arahan tentang kewaspadaan terhadap daerah-daerah rawan konflik pemilu,
rawan pelanggaran pemilu, menjaga netralitas dan kesiagaan PPL dalam menjalankan tugas,
karena pengawas bekerja penuh waktu sehingga dalam kondisi apapun harus bisa
melaksanakan tugas pengawasan dengan sebaik-baiknya.
PPL diharapkan tidak hanya sebagai pelengkap demokrasi tetapi berperan betul dalam
melaksanakan tugas pengawasan sesuai dengan tingkat kewenangannya masing-masing.
Pada kesempatan tersebut Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan Kronjo sekaligus
memberikan beberapa masukan dan arahan kepada pendaftar yang lolos sebagai PPL tentang
beban tugas yang langsung mereka hadapi ketika dilantik menjadi PPL yakni melakukan
pengawasan terhadap kinerja Petugas Pemutakiran Data Pemilih (PPDP) yang sudah mulai
melaksanakan tugas pemutakiran data pemilih dimasing-masing Desa.
Seperti kita ketahui bersama bahwa PPDP merupakan ujung tombak KPU dalam melakukan
pemutakiran data pemilih, karena ditangan PPDP-lah akan terjadi baik dan buruknya DPT
Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur Banten tahun 2017. Disinilah peran PPL diperlukan
pada tahapan pertama dan ini sangatlah penting.
2. REKRUTMEN PTPS
Penjaringan calon PTPS se- kecamatan Kronjo merupakan tahapan akhir dalam rekrutmen
panitia pengawas pmilihan umumKecamatan Kronjo yang berdasarkan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
PTPS juga merupakan ujung tombak terdepan dalam proses pengawasan pada pelaksanaan
pilkada serentak di Indonesia tanpa terkecuali di Kecamatan Kronjo khususnya dan umum
nya se Kabupaten Tangerang. Kemudian dalam proses penjaringan PTPS se-kecamatan
kronjo tentunya harus berdasarkan pada azaaz-azaz penyelenggraan yang mandiri, transfaran,
adil, kepastian hukum, tertib, kepentingan umum, keterbukaan, proporsional, akuntabilitas,
efesien, dan efektifitas, sehingga akan terpilih calon PTPS yang benar-benar bisa memikul
tanggung jawab pengawasan di tingkat paling bawah.
Secara umum, proses penjaringan PTPS merupakan tanggung jawab panitia pengawas di
tingkat kecamatan, namun dalam proses pelaksanaannya diberikan kepada panitia pengawas
ditingkat kecamatan melalui panitia pengawas lapangan (PPL), kemudian untuk melaksanakan
kewajiban penjaringan dan penetapan calon PTPS di wilayah kecamatan kronjo, maka
panwaslu kecamatan kronjotelah melaksanakan proses penjaringan PTPS yang disesuaikan
dengan tahapan penjaringan. Adapun Tahapan nya sebagai berikut :
Mengingat waktu yang sangat singkat, setelah melalui proses penjaringan dari tanggal 03
januari sampai dengan tanggal 23 Januari 2017, akhirnya terbentuk PTPS se-Kecamatan
Kronjo dengan jumlah 122 orang PTPS. Selanjutnya, panwascam se kabupaten tangerang
menetapkan calon PTPS yang dinyatakan lulus menjadi PTPS di wilayah kerjanya masing-
masing. Adapun daftar nama-nama PTPS se kecamatan kronjo sebagaimana dalam lampiran.
1 Bakung 15 Terlampir
2 Blukbuk 10 Terlampir
3 Cirumpak 8 Terlampir
4 Kronjo 17 Terlampir
5 Muncung 13 Terlampir
8 Pagenjahan 11 Terlampir
9 Pasilian 15 Terlampir
10 Pasir 6 Terlampir
Dari beberapa tahapan yang sudah dilaksanakan oleh panwaslu kecamatan kronjo pada pilgub
2017, khususnya Koordiv. SDM dan organisasi telah melaksanakan tahapan kegiatan sebagai
berikut :
Untuk mencapai pelaksanaan kegiatan tahapan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Banten tahun 2017, tentunya tidak lepas dari anggaran yang sudah ditentukan oleh Bawaslu
Provinsi yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing panwaslu kabupaten/Kota.
Panwaslu kabupaten Tangerang khusunya divisi SDM menyesuaikan anggarannya sesuai
dengan beberapa tahapan, diantara nya :
Anggaran Tahapan Rekrutmen PPL se-Kecamatan Kronjo sebesar Rp. 1.100.000,- yang
dilaksanakan mulai tanggal 18agustus 2016 sampai 23 agustus 2016.
Anggaran berikutnya adalah pelantikan dan Bimtek PPL yang disesuaikan dengan anggaran
kecamtan sebesar Rp.13.310.000,- yang dilakukan di masing-masing kecamtan secara
serentak.
Selanjutnya anggaran rekrutmen tahap akhir yaitu rekrutmen PTPS sebesar Rp. 131.000.000,-
yang dilaksanakan secara serentak pada tanggl 03 Januari sampai 23 Januari 2017.
BAB V
PENUTUP
Akhirnya penyusunan dan penyampaian laporan akhir Div. SDM dan Organisasi Panwaslu
Kecamatan Kronjo dalam proses melaksanakan tahapan-tahapan mulai dari penjaringan,
pendaftaran sampai dengan pelantikan PPL dan PTPS, dapat terlaksana dengan sebaik-
baiknya.
Berbagai kendala yang dihadapi dalam proses ini ternyata dapat terpecahkan dan menjadi
pengalaman berharga bagi Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan Kronjo dalam
malaksanakan tugas-tugas lain dimasa yang akan datang, karena Panitia Pengawas Pemilihan
Kecamatan Kronjo menyadari bahwa apa yang telah dilakukan jauh dari harapan sempurna
sehingga masih harus terus belajar dan menempa diri dalam menghadapi berbagai
permasalahan dalam menjalankan tugas kepengawasan.
Demikian laporan akhir pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh kordiv.SDM dan Organisasi
Panwaslu Kecamatan Kronjo ini dibuat, ada kurang dan lebihnya mohon ma’af yang sebesar-
besarnya, kami mengharap saran perbaikan demi kemajuan Panitia Pengawas Pemilihan
Kecamatan Kronjo dalam menjalankan tugas-tugas kepengawasan berikutnya.
1. KESIMPULAN
Pada akhirnya semua tahapan dalam pelaksanaan Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur
Banten Tahun 2017 di Kecamatan Kronjo dapat terlaksana dengan baik dan dapat
menghasilkan kinerja yang mudah-mudahan dapat dievaluasi dengan obyektif sehingga di
periode berikutnya semua panwas dijajaran masing –masing mampu mengemban tugas
pengawasan diwilayah kerja masing-masing dengan sebaik-baiknya.
Panwaslu Kecamatan, adalah panitia pengawas yang masih bersifat ad-hoc, sehingga
keberadaannya masih bersifat kurang stabil. PPL dan PTPS adalah Panitia pengawas ujung
tombak yang keberadaannya sangat dibutuhkan dalam peran pengawasan ditingkat paling
bawah.
Harus ada sosialisasi tentang kepemiluan terhadap wilayah-wilayah yang masih kurang dalam
pemahaman pemilu khususnya dalam bidang pengawasan pemilu sehingga animo masyarakat
untuk ikut berpartisipasi menjadi pengawas akan lebih baik.
KECAMATAN KRONJO
KABUPATEN TANGERANG
Ketua Koordiv.