Anda di halaman 1dari 16

Pasar Tradisional : Studi Kasus Pasar Wisata 46… (Ali Gufron) 269

PASAR TRADISIONAL:
STUDI KASUS PASAR WISATA 46
DAN PASAR WISATA CIBIRU,
KELURAHAN CIPADUNG, KECAMATAN CIBIRU
THE TRADITIONAL MARKET:
CASE STUDY OF PASAR WISATA 46 AND PASAR WISATA CIBIRU
IN CIPADUNG DISTRICT OF CIBIRU SUBDISTRICT

Ali Gufron
Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung
Jl. Cinambo 136 Ujungberung, Bandung
e-mail: pepeng_79@yahoo.co.id

Naskah Diterima:27 Februari 2014 Naskah Direvisi:25 Maret 2014 Naskah Disetujui:24 April 2014

Abstrak
Di Kelurahan Cipadung ada dua pasar tradisional, yaitu Pasar Wisata 46 dan Pasar Wisata
Cibiru. Pasar Wisata Cibiru didirikan untuk menampung para pedagang Pasar Wisata 46. Namun,
yang menarik adalah para pedagang Pasar Wisata 46 sebagian besar enggan beralih ke Pasar
Wisata Cibiru, sehingga perlu dilakukan penelitian dengan pokok masalah mengapa mereka
sebagian besar tetap berjualan di Pasar Wisata 46. Padahal, secara fisik bangunan Pasar Wisata
Cibiru lebih permanen, lebih bersih, dan fasilitasnya lebih lengkap daripada Pasar Wisata 46.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Adapun teknik yang digunakan
untuk menjaring data dan informasi adalah wawancara dan observasi. Hasilnya ada beberapa
faktor yang membuat sebagian besar para pedagang Pasar Wisata 46 enggan pindah ke Pasar
Wisata Cibiru, yaitu: lokasi pasar dinilai kurang strategis, kios relatif kecil, biaya sewa relatif
mahal, retribusi juga relatif mahal, status pedagang termasuk dalam kategori sektor informal, dan
sebagian pedagang menganggap bahwa berjualan di Pasar Wisata 46 hanya merupakan pekerjaan
sambilan dan atau sebagai uji coba untuk merintis usaha baru.

Kata kunci: pasar tradisional, pedagang kaki lima, sektor informal.

Abstract
In Cipadung regency established two traditional markets. There are Pasar Wisata 46 and
Pasar Wisata Cibiru. The reason of building up Pasar Wisata Cibiru is to intercept seller from
Pasar Wisata 46. The interesting one is most of the seller in Pasar Wisata 46 unwilling to move to
Pasar Wisata Cibiru, so it needs to do a research to find out the reason behind it.Whereas, the
building material and other facilities better than the Pasar Wisata 46. The method used in this
research is qualitative method. The technique in collecting the data and other information are
interview and observation. The result, why they won’t move to Pasar Wisata Cibiru is because of
the location seem not in the strategic area, the size of the kiosk is too small, the rent and
retributions payment is more expensive, the status of the seller is in the informal category and they
feel what that they sell in Pasar Wisata 46 only part-time activity or as a trial.
Keywords: the traditional market, informal seller, informal sector.
270 Patanjala Vol. 6 No. 2, Juni 2014: 269-284

A. PENDAHULUAN hypermarket). Keberadaan pasar modern


Pasar dalam suatu masyarakat, yang menjamur itu dikhawatirkan akan
baik di perkotaan maupun pedesaan, menggeser peranan pasar tradisional
mempunyai peranan yang penting sebagai (Sumintarsih, dkk., 2011:3). Menurut
tempat mencari kebutuhan sehari-hari yang penulis, menjamurnya tempat-tempat
tidak dihasilkan sendiri. Sedikitnya ada perbelanjaan modern tidak terlalu menjadi
tiga versi mengenai definisi pasar. Versi sesuatu yang merisaukan. Sebab,
pertama berasal dari Ginanjar (1980) yang tingkat/kelas ekonomi masyarakat kita
menyatakan bahwa pasar adalah tempat tidak sama (ada kelas bawah, kelas
untuk menjual dan memasarkan barang menengah, dan kelas atas) dan masing-
atau sebagai bentuk penampungan aktivitas masing mempunyai pangsa pasar
perdagangan. Versi kedua mendefinisikan tersendiri. Di Bandung misalnya, Pasar
pasar sebagai tempat pembeli bertemu Caringin, Pasar Ujungberung, dan Pasar
dengan penjual, dimana terdapat barang- Gedebage tetap ada pengunjungnya.
barang atau jasa-jasa yang ditawarkan Demikian juga pasar yang berada di
untuk dijual dan kemudian terjadi Kelurahan Cipadung, Kecamatan Cibiru,
pemindahan hak milik (Stanton, 1996). Kota Bandung, yaitu Pasar Wisata 46 yang
Sedangkan, berdasarkan Keputusan mulai ada sekitar tahun 2004 dan Pasar
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Wisata Cibiru yang dibangun tahun 2012
Nomor 23/MPP/KEP/1/1998, pasar untuk merelokasi para pedagang Pasar
didefinisikan sebagai tempat bertemunya Wisata 46.
pihak penjual dan pembeli untuk Pasar Wisata 46 dan Pasar Wisata
melaksanakan transaksi di mana proses Cibiru merupakan salah satu jenis pasar
jual beli terbentuk. tradisional. Namun demikian, apabila
Apabila dilihat menurut kelas ditinjau menurut waktu
pelayanannya, pasar dapat digolongkan keberlangsungannya, Pasar Wisata Cibiru
menjadi dua, yaitu pasar tradisional dan merupakan pasar harian atau pasar yang
pasar modern. Pasar tradisional adalah buka setiap hari. Sedangkan, Pasar Wisata
pasar yang dibangun oleh pemerintah, 46 dapat dikategorikan sebagai pasar
swasta, koperasi atau swadaya masyarakat mingguan atau lebih dikenal dengan nama
dengan tempat usaha berupa toko, kios, los “pasar kaget” yang hanya ada setiap satu
dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh minggu sekali. Pasar kaget adalah salah
pedagang kecil dan menengah atau satu jenis pasar tradisional dengan kegiatan
koperasi dengan usaha skala kecil dan pasar yang sifatnya sementara dengan
modal kecil dan dengan proses jual beli wadah berjualan yang tersedia tidak
melalui tawar menawar. Pasar ini permanen atau semi permanen dan
umumnya tumbuh secara spontan aktivitasnya hanya untuk waktu-waktu
berdasarkan kebutuhan dari masyarakat tertentu selama beberapa jam saja, baik
dan menggunakan lokasi yang tidak pada pagi hari ataupun sore hari (Putra
semestinya diperuntukkan sebagai pasar. 2010: 1).
Sebaliknya, pasar modern merupakan Sesuai dengan sifatnya yang hanya
sebuah pasar yang menyuguhkan barang- sementara, mayoritas pedagang di pasar
barang kebutuhan dengan harga pasti wisata 46 adalah pedagang kaki lima
(tidak ada proses tawar menawar) (Putra, (PKL) dengan wadah berjualan yang tidak
2010: 1). permanen atau semi permanen. Widjajanti
Dewasa ini, terutama di perkotaan, (2009), mendefinisikan pedagang kaki
khususnya kota-kota besar, seperti: Jakarta, lima (PKL) sebagai sekelompok orang
Surabaya, Yogyakarta, Semarang, dan yang menawarkan barang dan jasa untuk
Bandung bermunculan pasar-pasar modern dijual di atas trotoar atau di tepi jalan, di
(minimarket, supermarket, mall, plaza, dan sekitar pusat perbelanjaan/pertokoan,
Pasar Tradisional : Studi Kasus Pasar Wisata 46… (Ali Gufron) 271

pasar, pusat rekreasi/hiburan, pusat bumi, pedagang, pengelola pasar, tukang


perkantoran dan pusat pendidikan, baik parkir, buruh angkut, dan sebagainya yang
secara menetap atau setengah menetap, kehidupannya bertumpu pada keberadaan
berstatus tidak resmi atau setengah resmi pasar. Oleh karena itu, keberadaan pasar
dan dilakukan baik pagi, siang, sore, tradisional harus dilestarikan (dilindungi,
maupun malam hari. dikembangkan, dan dimanfaatkan).
Satu hal yang menarik, walau telah Simpulan yang sama juga diketengahkan
diberikan tempat yang relatif lebih nyaman oleh Sadilah dkk., melalui penelitiannya
dan bersih, tidak serta merta mengubah yang berjudul “Eksistensi Pasar
pendirian para pedagang Pasar Wisata 46 Tradisional: Relasi dan Jaringan Pasar
untuk beralih ke Pasar Wisata Cibiru. Tradisional di Kota Semarang, Jawa
Sebagian besar tetap memilih berjualan Tengah”.
sebagai pedagang kaki lima di sepanjang Penelitian Pasar Wisata 46 dan
Jalan Cigagak hingga Jalan Kelurahan Pasar Wisata Cibiru juga tentang pasar
Cipadung. Oleh karena itu, penelitian tradisional. Meskipun demikian,
tentang kedua pasar tradisional tersebut penekanannya berbeda. Dalam hal ini, jika
perlu dilakukan dengan masalah: Sumintarsih, dkk. dan Sadilah, dkk. lebih
Bagaimana bentuk Pasar Wisata 46 dan menekankan pada aspek relasi dan
Pasar Wisata Cibiru serta mengapa jaringannya, maka penelitian Pasar Wisata
pedagang lebih memilih berjualan di Pasar 46 dan Pasar Wisata Cibiru lebih
Wisata 46 daripada Pasar Wisata Cibiru. menekankan pada persoalan mengapa
Adapun tujuannya adalah untuk pedagang Pasar Wisata 46 enggan beralih
menggambarkan bentuk Pasar Wisata 46 ke Pasar Wisata Cibiru yang dibangun
dan Pasar Wisata Cibiru serta mengetahui secara permanen.
sebab-sebab mengapa para pedagang lebih
memilih berjualan di Pasar Wisata 46 B. METODE PENELITIAN
daripada Pasar Wisata Cibiru. Adapun Penelitian ini bersifat deskriptif-
materi yang akan dibahas meliputi: bentuk analisis dengan pendekatan kualitatif, yaitu
dan kondisi Pasar Wisata 46 serta Pasar penggambaran sesuatu peristiwa yang
Wisata Cibiru, para pedagang di kedua sedang terjadi, kemudian mengaitkan
pasar, jenis-jenis barang dan jasa yang antara variabel yang satu dengan lainnya
dijual, pengelola pasar, dan aturan-aturan tanpa mempergunakan pengujian statistik.
yang diberlakukan terhadap pengelola Teknik pengumpulan data yang digunakan
maupun pedagang. adalah wawancara yang bebas tetapi
Penelitian tentang pasar sebagai mendalam dan observasi (pengamatan).
tempat bertemunya antara penjual dan Wawancara ditujukan kepada tokoh formal
pembeli untuk mengadakan tukar-menukar (lurah), pengelola pasar, pedagang, dan
(transaksi) barang dan jasa sebenarnya pembeli. Melalui para informan tersebut
sudah banyak dilakukan orang, antara lain diperoleh data dan informasi berupa: (1)
Sumintarsih, dkk (2011) dan Sadilah, dkk Data sekunder berkenaan dengan
(2011). Penelitian Sumintarsih dkk., yang Kelurahan Cipadung; (2) Asal usul Pasar
berjudul “Eksistensi Pasar Tradisional: Wisata 46 dan Pasar Wisata Cibiru; (3)
Relasi dan Jaringan Pasar Tradisional di Waktu, tempat, jenis dagangan, dan aturan
Kota Surabaya, Jawa Timur” yang berlaku di pasar; dan (4) Penilaian
menyimpulkan bahwa keberadaan pasar terhadap Pasar Wisata 46 jika
tradisional sangat diperlukan oleh mereka dibandingkan dengan Pasar Wisata Cibiru.
yang ada di segmen menengah ke bawah. Lalu, dengan observasi di samping akan
Selain itu, pasar tradisional mempunyai diperoleh data-data yang berkenaan dengan
peran yang sangat penting terhadap kondisi fisik pasar, juga aktivitas
kehidupan orang banyak (pemasok hasil
272 Patanjala Vol. 6 No. 2, Juni 2014: 269-284

masyarakat yang berkaitan dengan Pasar beraturan, di wilayah Kelurahan Cipadung


Wisata 46 dan Pasar Wisata Cibiru. juga terdapat perumahan yang dibangun
Selain metode beserta teknik- oleh pengembang perumahan swasta.
teknik di atas, studi literatur (kepustakaan Perumahan yang bentuk dan ukurannya
dan atau dokumentasi) juga dilakukan sama itu terdapat di hampir seluruh
dalam kegiatan ini. Studi literatur wilayah kelurahan, termasuk di wilayah
dilakukan dalam rangka memperoleh Rukun Warga 15, yaitu Perumahan Griya
pengertian-pengertian atau konsep-konsep Cipadung Asri. Di depan Perumahan Griya
yang berkenaan dengan pasar, pasar Cipadung Asri ini terdapat Pasar Wisata 46
tradisional, pasar modern, pasar kaget, dan dan Pasar Wisata Cibiru yang
pedagang kaki lima. menyediakan segala macam barang
kebutuhan hidup.
C. HASIL DAN BAHASAN
2. Pasar Wisata 46
1. Sekilas tentang Kelurahan Cipadung
a. Letak Pasar Wisata 46
Kelurahan Cipadung secara
Pasar Wisata 46 terletak di
administratif termasuk dalam wilayah
sepanjang Jalan Cigagak hingga Jalan
Kecamatan Cibiru, Kota Bandung dengan
Kelurahan Cipadung. Pada awal
batas-batas: sebelah utara dengan
berdirinya, sekitar pertengahan tahun 2004,
Kelurahan Palasari, sebelah selatan dengan
pasar yang beroperasi setiap hari Minggu
Kelurahan Cipadung Wetan, sebelah barat
ini hanya terdiri atas beberapa orang
dengan Kelurahan Palasari, dan sebelah
pedagang makanan dan minuman.
timur berbatasan dengan Kelurahan
Tujuannya adalah untuk memenuhi
Pasirbiru. Kelurahan yang memiliki luas
kebutuhan bagi warga perumahan Griya
sekitar 105 hektar ini dihuni oleh 12.167
Cipadung Asri dan siswa-siswi penghuni
jiwa atau 388 kepala keluarga (KK) yang
asrama Krida Nusantara yang sedang
terdiri atas 6.518 laki-laki (53,57%) dan
berolahraga di sepanjang Jalan Cigagak,
5.649 perempuan (46,43%). Jika dilihat
serta para orang tua yang datang
berdasarkan golongan usia, penduduk yang
menjenguk putra-putri mereka yang
berusia 0-12 tahun ada 4.312 jiwa
bersekolah di Yayasan Pendidikan Krida
(35,44%), kemudian yang berusia 13-50
Nusantara.
tahun ada 6.302 (51,80%), dan yang
Seiring berjalannya waktu, jumlah
berusia 51 tahun ke atas 953 jiwa (7,83%).
orang yang berolahraga serta para orang
Jenis mata pencaharian yang
tua yang datang menjenguk anaknya
digeluti oleh warga masyarakat Kelurahan
semakin bertambah, sehingga membuat
Cipadung sangat beragam, yaitu: pegawai
banyak pedagang di sekitar Kecamatan
negeri di berbagai instansi pemerintah,
Cibiru dan Cileunyi tertarik untuk
(kelurahan, kecamatan, pemerintah daerah,
berjualan di sana. Jenis barang yang
perguruan tinggi, dan lain sebagainya), dan
didagangkan pun semakin beragam. Dalam
yang bekerja di non-pemerintah (karyawan
hal ini tidak hanya makanan dan minuman,
swasta, wiraswasta, pedagang keliling,
tetapi juga kebutuhan lainnya, seperti
perajin, seniman, peternak, tukang, montir,
sandang, peralatan rumah tangga, dan
petani, dan lain sebagainya).
asesories. Bertambahnya para pedagang
Pola pemukiman penduduk
membuat ruas jalan di sekitar Yayasan
umumnya berjajar dengan arah menghadap
Pendidikan Krida Nusantara semakin
ke jalan, baik itu jalan provinsi maupun
menyempit (berkurang). Kehadiran para
kecamatan. Rumah-rumah yang bukan di
pedagang tersebut membuat pihak
pinggir jalan pun arahnya mengikuti yang
pengelola Yayasan Krida Nusantara
berada di pinggir jalan. Selain rumah-
merasa terganggu. Oleh karena itu, pihak
rumah yang dibangun warga secara
pengelola yayasan melarang mereka
perorangan yang cenderung kurang
Pasar Tradisional : Studi Kasus Pasar Wisata 46… (Ali Gufron) 273

berjualan di sekitar jalan yang menuju memang sengaja mencari barang-barang


kawasan pendidikan tersebut. kebutuhan rumah tangga. Para pengunjung
Ketiadaan lahan usaha akibat pun tidak lagi hanya berasal dari Rukun
pelarangan berjualan dimanfaatkan oleh Warga 15, Kelurahan Cipadung dan
pihak pengurus Rukun Warga 15, asrama Krida Nusantara saja, melainkan
Kelurahan Cipadung, untuk mewadahi dari wilayah lain di sekitar Kecamatan
para pedagang. Adapun lokasinya berada Cibiru, seperti: Manisi, Cisurupan,
di Jalan Cigagak, tepatnya di depan SMP Palasari, dan Pasirbiru, Cipadung Kidul,
Negeri 46 Bandung dan Griya Cipadung Cipadung Kulon dan Kecamatan Cileunyi,
Asri. Lokasi yang jaraknya hanya sekitar seperti: Cibiru Wetan, Cibiru Hilir, Cibiru
400 meter dari Yayasan Pendidikan Krida Kulon, Cikoneng, Jadaria, Pamubusan,
Nusantara ini akhirnya menjadi sebuah Cibangkonol, Sindangreret, Warung Gede,
“pasar kaget” yang diberi nama “Pasar Cibiru Tonggoh, Babakan Biru, Cibiru
Wisata 46”. Nama tersebut disesuaikan Indah, Cibiru Raya, Sadang, dan wilayah
dengan lokasinya, yaitu di depan pintu lain di sekitar kaki Gunung Manglayang.
gerbang SMP Negeri 46 Bandung.
Pada awalnya keberadaan Pasar b. Pengelola Pasar Wisata 46
Wisata 46 yang beroperasi setiap hari Pengelola pasar berasal dari Rukun
Minggu (dari pukul 06.00-10.30 WIB) ini Warga 15, Kelurahan Cipadung. Mereka
ada sebagian warga Griya Cipadung Asri terdiri atas: ketua, bendahara, seksi
yang merasa terganggu karena di depan keamanan dan ketertiban, serta seksi
pagar rumah mereka dijadikan sebagai kebersihan. Ketua Pengelola Pasar yang
tempat berjualan. Alasannya, mereka tidak tidak lain adalah Ketua Rukun Warga 15,
dapat leluasa keluar-masuk rumah. Selain dalam menjalankan tugasnya, khususnya
itu, ketenteraman mereka terganggu karena dalam penarikan retribusi, dibantu oleh
adanya keberisikan yang ditimbulkan oleh seorang bendahara. Bendahara setiap
aktivitas para pedagang dan pembeli, minggu bertugas menarik retribusi dari
khususnya ketika sedang bertransaksi. para pedagang. Besarnya retribusi antara
Menyadari hal itu, pada tahun 2005 pihak Rp 2.500,00-Rp 10.000,00, bergantung
pengurus Rukun Warga 15 membentuk dari besar-kecilnya lapak dan harga barang
sebuah organisasi pengelola pasar. yang dijual. Pedagang yang hanya menjual
Organisasi tersebut bertugas menjaga berbagai jenis barang yang harganya relatif
ketertiban dan keamanan pasar serta murah dan berlapak kecil cukup membayar
menarik retribusi dari para pedagang. retribusi antara Rp2.500,00-Rp.3.000,00.
Adanya penarikan retribusi yang Sementara, pedagang yang berlapak agak
digunakan untuk kepentingan masyarakat besar dan menjual berbagai barang dengan
inilah yang kemudian membuat warga harga yang relatif mahal dikenakan
masyarakat Rukun Warga 15 secara retribusi sebesar Rp 4.000,00-Rp
berangsur-angsur dapat memaklumi 10.000,00. Biaya ini belum termasuk
keberadaan Pasar Wisata 46. pembelian air mineral yang berukuran 500
Secara perlahan Pasar Wisata 46 mililiter dengan merek Al Maksoum yang
mengalami perkembangan, baik dari segi dijual oleh bendahara ketika menarik
jumlah pedagang dan jenis-jenis barang retribusi dengan harga sebesar Rp
yang diperdagangkan maupun jumlah 2.000,00.
pengunjung, bahkan fungsi pasar itu Seseorang yang akan berjualan di
sendiri. Dalam hal ini tidak hanya Pasar Wisata 46 harus minta izin ke
berfungsi sebagai penyedia makanan dan pengelola pasar melalui salah seorang
minuman bagi orang-orang sedang satuan pengamanan pasar (hansip). Cara
berolahraga, tetapi juga bagi orang yang mendapatkan izin untuk berjualan cukup
ingin berekreasi bersama keluarga, atau sederhana, yaitu melapor kepada salah
274 Patanjala Vol. 6 No. 2, Juni 2014: 269-284

seorang hansip yang ditempatkan di empat Sementara, tukang parkir berjumlah 7


titik, yaitu: (1) di tempat parkir sepeda orang dengan rincian: 4 orang di jalan
motor, (2) di samping SMP Negeri 46 samping SMPN 46 (sepanjang 200 meter)
Bandung, (3) di Jalan Kelurahan dan 3 orang di lahan kosong milik seorang
Cipadung, dan (4) di jalan masuk menuju warga di Jalan Kelurahan Cipadung. Setiap
perumahan Griya Cipadung Asri dan minggunya, tukang parkir harus
perumahan Dwipa Puri Residence. Hansip menyetorkan uang hasil parkirannya
tersebut kemudian mencari lahan kosong kepada bendahara pasar sebesar Rp
agar pedagang baru dapat menggelar 200.000,00, sedangkan sisanya dibagi
lapaknya (minimal satu minggu setelah secara merata.
pengajuan izin). Seluruh pendapatan, baik dari hasil
Untuk mengontrol keberadaannya, retribusi, pembuatan kartu identitas,
pihak pengelola pasar juga membentuk pembuatan kaos oblong, maupun parkir
sebuah paguyuban agar antarpedagang kendaraan bermotor (roda dua),
dapat lebih mengenal satu sama lain, dikumpulkan dan digunakan untuk
sehingga tidak saling berebut tempat berbagai keperluan, seperti: gaji pengelola
berjualan. Jadi, apabila seorang pedagang pasar, kas Kecamatan Cibiru (sebagai
telah ditempatkan di satu lokasi, pedagang pendapatan asli Kecamatan), dan kas
tersebut hanya boleh berjualan di tempat Rukun Warga 15. Kas rukun warga inilah
itu dan tidak boleh pindah atau menempati yang kemudian digunakan untuk perbaikan
lahan orang lain. Seorang pedagang baru saluran air, perbaikan jalan, serta
boleh menempati lahan pedagang lain pembelian tanah wakaf yang berada di
apabila pemiliknya tidak berjualan serta Dusun Jadaria, Kelurahan Cibiru Wetan,
mendapat izin dari hansip yang sedang Kecamatan Cileunyi (sekitar satu kilometer
bertugas. arah selatan Perumahan Griya Cipadung
Pedagang yang telah menjadi Asri). Tanah wakaf tersebut digunakan
anggota paguyuban, ketika berjualan sebagai pekuburan warga masyarakat
diwajibkan mengenakan kaos oblong yang Rukun Warga 15.
berwarna oranye. Kaos tersebut di bagian Kontribusi pedagang pasar pada
punggungnya bertuliskan “Paguyuban Rukun Warga 15 inilah yang membuat
Pedagang Pasar Wisata 46 Kelurahan warga masyarakat secara berangsur-angsur
Cipadung”. Selain itu, pedagang harus dapat memaklumi keberadaan Pasar
membawa kartu identitas anggota Wisata 46. Mereka tidak hanya merasakan
pedagang pasar. Kedua identitas tersebut manfaat keberadaan pasar yang berupa
(kaos oblong dan kartu anggota) bukan perbaikan sarana umum dan ditiadakannya
dibagikan secara percuma, melainkan iuran wajib bulanan Rukun Warga 15,
harus dibeli dengan harga Rp 20.000,00 tetapi juga dapat dengan mudah membeli
(untuk kaos oblong) dan Rp 25.000,00 barang kebutuhan hidup sehari-hari tanpa
(untuk kartu anggota). Meskipun harus pergi jauh dari rumah.
demikian, dalam kenyataannya hanya
sekitar 10% saja yang tetap mematuhi c. Pedagang Pasar Wisata 46
aturan itu. Sedangkan, sebagian besar Menurut data yang diperoleh dari
(90%) sudah tidak mematuhi lagi dengan pihak pengelola Pasar Wisata 46, setiap
alasan lupa atau kaos oblong sudah tidak minggu tercatat ada sekitar 390 pedagang.
layak pakai. Dari ke-390 pedagang tersebut, hanya
Unsur pengelola pasar lainnya sekitar 2,05% (8 pedagang) yang berjualan
adalah petugas kebersihan dan tukang di toko dan 2 pedagang (0,51%) yang
parkir. Petugas kebersihan berjumlah 6 memanfaatkan halaman rumah warga
orang yang mulai bekerja setelah pasar sebagai tempat usaha (penjual ayam bakar
selesai (dari pukul 11.00-16.00 WIB). dan jasa kereta api mini). Selebihnya
Pasar Tradisional : Studi Kasus Pasar Wisata 46… (Ali Gufron) 275

adalah pedagang kaki lima yang jagung, surawung (kemangi), daun


menggunakan lapak-lapak kecil di singkong, daun pepaya, kunyit, jahe,
sepanjang sisi Jalan Cigagak hingga Jalan lengkuas, salam, sereh, gula merah,
Kelurahan Cipadung. Bentuk, bahan, dan ketumbar, dan kemiri.
ukuran lapak bergantung dari selera dan Pedagang sandang tersebar secara
kemampuan pedagang. Jadi, ada lapak merata mulai dari depan halaman SMP
yang terbuat dari kain terpal plastik yang Negeri 46 hingga ke Perumahan Dwipa
berukuran panjang antara 1-3,5 meter dan Puri Residence (Jalan Kelurahan
lebar 1-2 meter; ada lapak bambu atau Cipadung). Adapun barang yang dijual
aluminium yang dibuat sedemikian rupa meliputi berbagai macam pakaian, seperti:
dengan tinggi antara 1-2 meter; dan ada pakaian anak-anak, daster, jilbab, celana
lapak kombinasi papan kayu dan bambu pendek, celana panjang, training, jaket,
dengan panjang 1-3,5 meter, lebar 1-1,2 kopiah, topi, pakaian dalam, kemeja, kaos
meter, tinggi kaki antara 0,5-1 meter. oblong, dan sweater.
Selain itu, ada pula pedagang yang Pedagang buah-buahan menjual
menggunakan gerobak (pedagang berbagai macam buah (bergantung
makanan), pikulan, kol dolak atau mobil musimnya), seperti: pisang ambon, pisang
bak terbuka (pedagang peralatan rumah tanduk, alpukat, rambutan, durian, salak,
tangga), dan pedagang yang mobile karena jeruk bali, semangka, apel, lengkeng,
dagangannya dapat dibawa kemana-mana pepaya, mangga, jeruk, dan jambu. Untuk
(pedagang balon dan serbet). menggelar dagangannya, mereka ada yang
Apabila diklasifikasikan menggunakan lapak terpal plastik, dan ada
berdasarkan jenis barang yang dijajakan, pula yang menggantungkannya pada
maka sedikitnya ada 14 golongan pikulan yang terbuat dari bambu.
pedagang, yaitu: (1) pedagang sayur-
mayur dan bumbu dapur; (2) pedagang
sandang; (3) pedagang buah-buahan; (4)
pedagang peralatan rumah tangga; (5)
pedagang audio dan video compact disc
bajakan; (6) pedagang aksesoris tubuh; (7)
pedagang aksesoris telepon genggam; (8)
pedagang mainan anak-anak; (9) pedagang
binatang peliharaan; (10) pedagang daging;
(11) pedagang buku dan perlengkapan
sekolah; (12) pedagang tanaman hias; (13)
pedagang kuliner; dan (14) jasa
Gambar 1. Pedagang Sayur mayur.
penyewaan. Sumber: Dokumen Pribadi.
Pedagang sayur-mayur dan bumbu
dapur berada mulai dari bagian samping
SMP Negeri 46 Bandung (batas parkir
kendaraan bermotor) hingga ke perumahan
Dwipa Puri Residence. Adapun jenis
sayur-mayur dan bumbu dapur yang
dijajakan adalah: cabai, wortel, tomat,
mentimun, kol, kelapa parut, kentang,
jengkol, kangkung, tahu, tempe, oncom,
bawang merah, bawang putih, kacang
panjang, brokoli, daun bawang, buncis,
pare, labu siam, petai, burkol, kacang
merah, terong, ketela, pecai, leunca, Gambar 2. Pedagang Sandang.
Sumber: Dokumen Pribadi.
276 Patanjala Vol. 6 No. 2, Juni 2014: 269-284

maupun MP3 tergolong murah, yaitu


antara Rp 4.000,00-Rp 15.000,00.
Pedagang aksesoris tubuh menjual
berbagai barang yang erat kaitannya
dengan bagian-bagian tubuh sehingga
terlihat indah. Barang-barang itu antara
lain: gelang, kalung, cincin, penjepit
rambut, bando, anting-anting, jam tangan,
kacamata, sandal jepit, sepatu, ikat
pinggang, parfum isi ulang, parfum non-
alkohol, hingga tato temporer. Selain
Gambar 3. Pedagang Buah. pedagang aksesoris tubuh, juga ada
Sumber: Dokumen Pribadi. pedagang aksesoris telepon genggam.
Mereka menjual barang-barang seperti:
Pedagang peralatan rumah tangga screen protector atau pelapis anti gores,
menjual peralatan dapur seperti: panci, sticker, penguat sinyal, dompet (wadah
mangkuk, piring, gelas, kompor gas, telepon genggam), chassing, charger,
wajan, pisau, loyang, saringan teh, ceret, earphone, baterai telepon genggam, hingga
cowet dan mutu, serok, katel, langseng); karet atau plastik pelindung bagian bawah
peralatan makan seperti: piring, mangkuk, telepon genggam.
gelas, sendok, garpu; peralatan kebersihan
seperti: kapur barus, cairan pembersih
kaca, cairan pembersih lantai, asbak sapu,
serbet, racun tikus, sabun cuci, sabun
colek; peralatan mandi seperti: sikat gigi,
sabun mandi, wadah plastik tempat
menaruh sikat gigi dan sabun mandi,
shampoo, handuk, ember plastik, gayung;
perkakas pertukangan dan kelistrikan
seperti: palu, tang, paku, meteran, obeng
kembang, obeng plus/minus, gergaji,
gembok, kikir, remote televisi, baterai jam; Gambar 4. Pedagang Peralatan Rumah Tangga.
peralatan perkebunan seperti: cangkul, Sumber: Dokumen Pribadi.
sekop, selang, pot plastik; dan peralatan
rumah tangga lainnya seperti: kursi plastik,
gantungan baju, karpet plastik, sepatu,
semir sepatu, gunting kuku, jerigen, bantal,
guling, bed cover, gunting, hordeng, sisir,
sisir suri, jarum dan benang jahit, jarum
pentul, dan korek kuping.
Pedagang audio-visual (compact
disc) berada di bagian tengah pasar.
Jumlah mereka hanya tiga orang. Adapun
barang yang diperdagangkan berupa video
compact disc (VCD), digital video disc Gambar 5. Pedagang Audio-Visual.
(DVD) dan lagu-lagu yang berformat MP3 Sumber: Dokumen Pribadi.
(MPEG-1 Layer-3 audio). Oleh karena
barang yang dijual berupa barang bajakan,
harga per kepingnya baik VCD, DVD
Pasar Tradisional : Studi Kasus Pasar Wisata 46… (Ali Gufron) 277

Gambar 6. Pedagang Aksesoris Tubuh.


Sumber: Dokumen Pribadi. Gambar 7. Pedagang Mainan Anak.
Sumber: Dokumen Pribadi.
Pedagang mainan anak-anak
menjual berbagai macam permainan anak,
seperti: perahu kecil yang terbuat dari
seng, sticker, poster, balon, pistol air,
mobil-mobilan, motor-motoran, kereta-
keretaan, alat musik (mainan), rumah-
rumahan, kembang api, puzzle, terompet,
kartu gambar, gasing plastik,
bangbarongan, kendang kecil, kuda
lumping, boneka, kapal-kapalan, dan
binatang dari cangkang kerang.
Pedagang binatang peliharaan Gambar 8. Pedagang Binatang Peliharaan.
menjual berbagai binatang seperti: anak Sumber: Dokumen Pribadi.
bebek, anak ayam yang dicelup dengan
laurtan warna sehingga bulunya berwarna-
warni, burung, hamster, ikan hias, dan
kura-kura. Para pedagang ini juga menjual
berbagai macam pakan dan kandang untuk
binatang peliharaan, khususnya untuk anak
ayam, anak bebek, dan hamster. Bahan
kandang ada yang terbuat dari karton dan
anyaman kawat, ada pula yang buatan
pabrik yang berbahan besi dan plastik.
Pedagang daging hanya menjual
daging ayam dan sapi. Sedangkan, ikan Gambar 9. Pedagang Daging.
laut yang dijual oleh pedagang ada dua Sumber: Dokumen Pribadi.
macam, yaitu ikan laut telah diasinkan
(dibungkus dalam plastik kecil), dan ikan Pedagang buku dan perlengkapan
laut segar. Ikan laut tersebut, baik yang sekolah menjual barang-barang seperti:
diasinkan maupun yang masih segar, buku tulis, buku gambar, buku islami,
diperoleh dari nelayan Pangandaran. pensil, pulpen, penghapus, tempat pensil,
penggaris, peraut, tas sekolah, dan lain
sebagainya. Kemudian, pedagang tanaman
hias menjual beberapa tanaman, seperti:
sedap malam, cocor bebek dan lain
sebagainya. Pedagang tanaman hias
jumlahnya hanya seorang. Ia mangkal di
278 Patanjala Vol. 6 No. 2, Juni 2014: 269-284

bagian pangkal Jalan Cigagak, tepatnya


sekitar 50 meter dari gerbang masuk
Perumahan Dwipa Puri Residence. Barang
dagangannya hanya ditempatkan dalam
ember plastik yang berisi air, dan ada pula
yang diikat lalu ditaruh begitu saja di atas
tanah.
Pedagang kuliner menyediakan
makanan dan minuman yang dapat
dikonsumsi di tempat atau dibawa pulang
(sebagai lauk-pauk di rumah). Adapun
makanan dan minuman yang dapat Gambar 10. Pedagang Buku dan Tas Sekolah.
dikonsumsi langsung di tempat, di Sumber: Dokumen Pribadi.
antaranya adalah: surabi, batagor, kupat
tahu, ayam bakar, cilok, bubur ayam,
basreng, nagasari, bugis, cakue, bala-
bala, sate kikil, onde-onde, sop buntut,
nasi timbel, ikan bakar, nasi kuning,
lontong opor ayam, duwegan, bandrek,
kopi, combro, risoles, pisang molen, gehu,
bolu, puding, lemper, kerupuk, dan lain
sebagainya. Sedangkan, kuliner yang
dibawa ke rumah adalah lauk-pauk,
seperti: semur jengkol, semur telur, tempe
kering, ayam goreng, ayam bakar, sate
Gambar 11. Pedagang Tanaman Hias.
telur puyuh, telur dadar, terung bumbu,
Sumber: Dokumen Pribadi.
perkedel, semur cumi-cumi, ayam suwir,
pepes ikan, pepes ayam, pepes tahu,
ulukuteuk leunca, sayur kacang beureum,
dan lain sebagainya. Para pedagang
makanan ini ada yang menggunakan
gerobak, pikulan, lapak plastik dan kayu,
atau menyewa halaman rumah penduduk
untuk disulap menjadi warung.
Pedagang yang menyewa halaman
rumah penduduk untuk dijadikan warung
makan hanya satu orang. Warung tersebut
menyediakan: kupat tahu petis, kupat tahu
sayur, nasi kuning, nasi timbel, ikan dan Gambar 12. Pedagang Kuliner.
ayam bakar, duwegan, bandrek, dan kopi. Sumber: Dokumen Pribadi.
Untuk dapat menggunakan halaman
tersebut pemilik warung harus menyewa Selain pedagang, di sekitar pintu
kepada pemilik rumah sebesar gerbang SMP Negeri 46 Bandung ada tiga
Rp5.000.000,00 per tahun dengan fasilitas orang yang menyewakan odong-odong.
bebas menggunakan listrik serta air. Selain Odong-odong adalah sebuah permainan,
itu, juga harus membayar pada pihak RW khususnya untuk kanak-kanak, yang
15 sebesar Rp10.000,00 sebagai uang bentuknya sedemikian rupa sehingga anak
retribusi. yang naik merasa senang. Tidak jauh dari
odong-odong, ada yang menyewakan
kereta api mini yang berkapasitas delapan
anak (empat gerbong). Sebelum
Pasar Tradisional : Studi Kasus Pasar Wisata 46… (Ali Gufron) 279

beroperasi, pada pertengahan tahun 2011,


pemilik kereta api mini melakukan survei
selama empat bulan dengan cara mencatat
jumlah anak yang berusia sekitar 3-12
tahun yang ikut orang tua mereka
berbelanja di Pasar Wisata 46. Hal ini
didasarkan pada pengalaman sebelumnya
yang selalu merugi ketika membuka jasa
permainan kereta api mini di beberapa
tempat sekitar Kabupaten Bandung, karena
tidak memperhitungkan jumlah
Gambar 13. Odong-odong.
pengunjung dari kalangan kanak-kanak.
Sumber: Dokumen Pribadi.
Bagi anak yang ingin naik kereta
api mini, pemilik mematok harga karcis
sebesar Rp5.000,00 untuk lima menit
bermain. Agar lebih menarik minat orang
tua, apabila berhasil mengumpulkan lima
buah karcis dapat menukarkannya kembali
untuk satu kali bermain secara gratis.
Jasa penyewaan lainnya adalah
kuda tunggangan yang setiap minggunya
berjumlah antara 2 hingga 5 ekor. Kuda-
kuda yang disewakan bukanlah kuda pacu
atau kuda penarik kereta, melainkan kuda-
kuda yang terlatih (dapat menari), Gambar 14. Kereta Api Mini.
sebagaimana kuda dalam pentas kesenian Sumber: Dokumen Pribadi.
kuda renggong. Ketika disewakan, kuda
dilengkapi dengan sela (tempat atau alat
untuk duduk penunggang kuda), seser
(pembalut kepala kuda), sanggawedi
(pijakan kaki bagi penunggang), apis
buntut (tali penahan sela yang
dihubungkan dengan pangkal ekor kuda),
eles (tali kemudi kuda), kadali (besi yang
dipasang pada mulut kuda untuk
mengikatkan tali kendali), ebeg (hiasan
sela), sebrak (lapisan di bawah sela agar
punggung kuda tidak luka/lecet), dan
andong (sabuk yang diikatkan ke bagian Gambar 15. Kuda Tunggangan.
Sumber: Dokumen Pribadi.
perut kuda sebagai penguat sela agar tidak
mudah lepas dari punggung kuda). Harga 3. Pasar Wisata Cibiru
sewanya hanya sebesar Rp3.000,00 untuk a. Letak dan Gagasan Pendirian Pasar
sekali jalan (pergi-pulang sejauh sekitar Wisata Cibiru
200 meter). Jika Pasar Wisata 46 berada di
sepanjang Jalan Cigagak, tepatnya di
depan SMP Negeri 46 Bandung dan Griya
Cipadung Asri, maka Pasar Wisata Cibiru
berada di sebuah lahan tersendiri. Gagasan
awal pendirian Pasar Wisata Cibiru berasal
dari LSM setempat yang bernama Forum
280 Patanjala Vol. 6 No. 2, Juni 2014: 269-284

Komunikasi Pemuda Peduli Lingkungan ditetapkan oleh pihak pengelola pasar


(FKPPL) Kecamatan Cibiru. Gagasan itu karena jumlah penyewa masih sedikit.
bermula dari keberadaan para pedagang Biaya tersebut belum termasuk
yang memanfaatkan pinggiran Jalan pemasangan papan kayu penutup kios atau
Cigagak sebagai tempat berjualan. Adapun rolling dor (pintu penutup yang terbuat
tujuannya adalah agar para pedagang tidak dari besi yang berfungsi sebagai
lagi berjualan di pinggir jalan. Untuk pengaman). Apabila penyewa
mewujudkannya, pada awal tahun 2012 menghendaki pemasangan pengaman kios
FKPPL bekerjasama dengan Bank Rakyat yang terbuat dari papan kayu, ia harus
Indonesia membangun sekitar 250 unit membayar lagi sebesar Rp1.000.000,00.
kios di lahan milik warga bernama Rully Lalu, apabila menghendaki pemasangan
yang letaknya sekitar 200 meter dari SMP pengaman kios yang terbuat dari rolling
Negeri 46 Bandung (Wawan, 2012). door (besi), maka ia harus membayar lagi
Luas Pasar Wisata Cibiru sekitar sebesar Rp 2.000.000,00.
2.000 meter persegi. Pasar ini berisi sekitar
250 buah kios. Setiap kios berukuran c. Pedagang Pasar Wisata Cibiru
panjang 1,5 meter, lebar 2 meter, tinggi 4 Pasar Wisata Cibiru mulai
meter, dan beratap asbes. Antarkios dalam beroperasi sekitar tahun 2012.
satu los hanya dipisahkan oleh triplek yang Sebagaimana telah disinggung,
berukuran lebar 1,5 meter dan tinggi 1,5 pengoperasian pasar ini adalah sebagai
meter. Bagian depan dan sisi kiri pasar antisipasi dari bertambahnya jumlah
berfungsi sebagai areal parkir. Areal pedagang di Pasar Wisata 46 yang
tersebut dapat menampung 40-50 sepeda menimbulkan dambak berupa
motor. Sementara, di sisi kanan menyempitnya ruas di sepanjang Jalan
difungsikan sebagai kantor pemasaran dan Cigagak hingga ke Jalan Desa Cipadung,
sekaligus pengelola pasar. Bagian atau mulai dari SMP Negeri 46 Bandung
berikutnya adalah blok atau los makanan melewati Perumahan Dwipa Puri
dan minuman. Sementara, kios-kios yang Residance hingga mendekati Apotik
ada di los sayuran dan lauk pauk belum Komunitas Sehat. Padahal, menurut
seluruhnya siap untuk ditempati antara2titik.com, pada kesepakatan awal
(pembangunannya belum selesai). antara pedagang dengan pihak pengelola
pasar, mereka hanya diperbolehkan
b. Pengelola Pasar Wisata Cibiru berjualan di depan SMP Negeri 46
Jika pengelola Pasar Wisata 46 Bandung.
adalah Rukun Warga 15, Kelurahan Jumlah pedagang yang berjualan di
Cipadung yang diketuai oleh Ketua Rukun Pasar Wisata Cibiru ini relatif sedikit
Warganya, maka Pasar Wisata Cibiru dibandingkan jumlah pedagang yang ada
dikelola oleh LSM setempat yang bernama di Pasar Wisata 46. Blok atau los yang
“Forum Komunikasi Pemuda Peduli diperuntukkan bagi para pedagang
Lingkungan (FKPPL)” Kecamatan Cibiru. makanan dan minuman misalnya, blok ini
Oleh pengelola, setiap kios di Pasar Wisata hanya diisi oleh beberapa pedagang
Cibiru ini disewakan sebesar Rp makanan, seperti: lotek dan rujak, bakso
8.000.000,00 untuk jangka waktu selama dan mie ayam, nasi kuning, kupat tahu,
10 tahun. Adapun pembayarannya dapat lontong kari, dan asinan. Bahkan, blok
secara kontan atau dengan uang muka pakaian dan peralatan sekolah baru diisi
sebesar Rp 4.000.000,00. Sedangkan, oleh 5 pedagang, dengan rincian: 4
sisanya diangsur per bulan. Untuk saat pedagang pakaian anak dan muslimah, dan
sekarang, besaran dan waktu pembayaran seorang pedagang tas sekolah. Sementara,
angsuran masih bergantung pada kios-kios yang ada di los sayuran dan lauk
kesanggupan penyewa dan belum pauk belum seluruhnya siap untuk
Pasar Tradisional : Studi Kasus Pasar Wisata 46… (Ali Gufron) 281

ditempati (pembangunannya belum 4. Minat Pedagang Pasar Wisata 46


selesai). Selain blok-blok dan kios-kios terhadap Pasar Wisata Cibiru
yang diperuntukkan bagi para pedagang, Apabila ditinjau dari segi
pasar ini juga dilengkapi fasilitas umum kenyamanan dan kebersihan, Pasar Wisata
berupa sebuah musholla dan 10 buah Cibiru jauh lebih nyaman dan bersih
kamar kecil. Kedua fasilitas tersebut juga daripada Pasar Wisata 46. Sebab, Pasar
masih dalam proses penyelesaian. Wisata Cibiru menyediakan kios yang
relatif bersih, terlindung dari sinar
matahari, serta memiliki sarana penunjang
yang berupa musala, area parkir, dan toilet.
Akan tetapi, berdasarkan pengamatan dari
mulai berdirinya Pasar Wisata Cibiru pada
tahun 2012 hingga saat ini hanya beberapa
kios di bagian depan saja yang sudah terisi,
sisanya masih kosong. Pasar Wisata Cibiru
belum sepenuhnya mampu menggantikan
kedudukan Pasar Wisata 46. Hal ini
diperkuat oleh keterangan pihak pengelola
Gambar 16. Pasar Wisata Cibiru. pasar yang mengatakan bahwa dari 250
Sumber: Dokumen Pribadi. buah kios yang tersedia hanya 90 buah
yang terisi. Itu pun, dalam kenyataannya
setiap hari hanya ada 6-10 orang pedagang
saja yang berjualan. Pedagang lainnya ada
yang masih menunggu hingga kondisi
pasar berjalan normal (jumlah pedagang
banyak dan buka setiap hari); mengoper-
kontrakkan lagi kepada orang lain karena
dinilai tidak memiliki prospek cerah; dan
bahkan ada yang ikut berjualan kaki lima
di Pasar Wisata 46 sambil menunggu
kondisi pasar normal.
Gambar 17. Musala. Sepinya pedagang di Pasar Wisata
Sumber: Dokumen Pribadi. Cibiru disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain kurang tanggapnya pengelola
pasar terhadap hasil sosialisasi yang
dilakukannya. Dalam hal ini penulis
sependapat dengan apa yang dikatakan
Wawan (2012) bahwa ketika diadakan
sosialisasi terhadap warga masyarakat RW
15 dan pedagang, hanya warga masyarakat
yang meresponnya dengan baik. Sebab,
dapat mengurangi kepadatan di sepanjang
Jalan Cigagak hingga Jalan Kelurahan
Cipadung. Sementara, para pedagang
Gambar 18. Kamar Kecil. banyak yang kurang setuju dan lebih
Sumber: Dokumen Pribadi. memilih tetap berjualan di Pasar Wisata
46. Adapun faktor-faktor penyebab
kekurangsetujuan para pedagang di
antaranya adalah sebagai berikut.
282 Patanjala Vol. 6 No. 2, Juni 2014: 269-284

a. Lokasi Pasar Cibiru Kurang Strategis c. Status Para Pedagang Pasar Wisata
Bagi sebagian pedagang, lokasi 46
pasar yang berada dalam satu tempat akan Status para pedagang yang ada di
memengaruhi jumlah pengunjung yang Pasar Wisata 46 dapat dikategorikan
berbelanja. Mereka menilai, pengunjung sebagai pedagang kaki lima yang bermodal
sudah terbiasa dengan bentuk Pasar Wisata kecil dan sebagian besar bukan pedagang
46 yang memanjang mengikuti jalan. tetap. Artinya, usaha dagang yang mereka
Apabila tidak seluruh pedagang pindah ke lakukan bukan sebagai mata pencaharian
Pasar Wisata Cibiru, maka akan kalah utama, tetapi sebagai mata pencaharian
bersaing dengan pedagang yang masih sambilan. Apabila tidak sedang berjualan
bertahan di Pasar Wisata 46. Selain itu, sebagian dari mereka ada yang menjadi
tujuan pengunjung bukanlah semata-mata satuan pengamanan (satpam) di beberapa
untuk berbelanja, tetapi juga berekreasi perusahaan, tukang ojeg, petani di sekitar
melepas rutinitas keseharian sambil Gunung Manglayang, buruh pabrik di
menikmati keindahan kaki Gunung daerah Ujungberung dan Rancaekek,
Manglayang. Apabila disamakan dengan pengurus desa di Kecamatan Cileunyi, ibu
pasar tradisional pada umumnya, rumah tangga, dan lain sebagainya. Selain
dikhawatirkan pengunjung akan beralih ke itu, ada juga yang menganggap berdagang
pasar tradisional lain yang lebih lengkap di Pasar Wisata 46 hanya sebagai uji coba
dan sudah lama berdiri di daerah untuk merintis usaha baru dengan segmen
Ujungberung dan Cileunyi karena menengah ke bawah. Jadi, Pasar Wisata 46
fungsinya sama atau bahkan ke pasar digunakan sebagai ajang pengujian diri
swalayan (supermarket dan minimarket) untuk mengetahui layak atau tidaknya
yang biasanya lebih mementingkan menjadi pedagang melalui indikator
kebersihan dan kenyamanan berbelanja. jumlah pengunjung, transaksi jual beli, dan
jenis produk yang diminati. Apabila
b. Ukuran Kios yang Relatif Kecil dan indikator-indikator tersebut menunjukkan
Sewanya Relatif Mahal hal yang positif, maka mereka akan serius
Kios yang ada di Pasar Wisata menekuni usaha tersebut.
Cibiru berukuran relatif kecil (hanya Sementara, pihak pengelola Pasar
1,5x2,0 meter). Kios yang berukuran Wisata Cibiru hanya melihat dari satu sisi
seperti itu hanya cocok bagi pedagang saja. Dalam hal ini apabila pedagang
kecil yang jumlah barang dagangannya beralih ke Pasar Wisata Cibiru, maka tidak
sedikit. Sedangkan, pedagang yang agak akan terjadi lagi kesemrawutan di sekitar
besar membutuhkan kios dengan panjang Jalan Cigagak hingga Jalan Desa
antara 3-4 meter. Oleh karena itu, Cipadung. Selain itu, Pasar Wisata Cibiru
pedagang tersebut harus menyewa lebih juga dapat meningkatkan pendapatan asli
dari satu unit kios. Padahal, harga sewa Kecamatan Cibiru serta membuka
kios relatif mahal, yaitu Rp 8.000.000,00 lapangan kerja baru bagi warga masyarakat
per kios. Selain itu, retribusi yang harus di sekitar Rukun Warga 15. Pengelola
dibayar setiap harinya juga relatif mahal, pasar tidak memperkirakan jika para
yaitu Rp 5.000,00. Sementara, retribusi di pedagang kaki lima telah menempati kios,
Pasar Wisata 46 hanya sekitar Rp 2.500,00 maka mereka akan masuk ke dalam sektor
per minggunya, atau setiap kali berjualan. formal karena telah menjadi pedagang
Biaya sewa kios dan retribusi yang relatif tetap di pasar yang mengorganisasikan
mahal tentu saja akan menimbulkan kegiatannya dengan lebih sistematis dan
masalah tersendiri bagi para pedagang dengan modal usaha yang lebih besar.
Pasar Wisata 46 yang pada umumnya Padahal, pedagang kaki lima, yang hanya
berskala menengah ke bawah. menggunakan sisi jalan untuk menggelar
dagangannya, termasuk dalam usaha sektor
Pasar Tradisional : Studi Kasus Pasar Wisata 46… (Ali Gufron) 283

informal dengan modal berskala kecil dan tercermin dari para pedagang Pasar Wisata
bahkan ada yang mengambil barang 46 yang jumlahnya sekitar 390 orang,
dagangan dari juragan atau tokoh yang hanya 90 orang yang menyewa kios di
menjadi patronnya. Pasar Wisata Cibiru. Itupun, hanya sekitar
Pihak pengelola juga tidak terlalu 10-12 orang yang mau menempati kios dan
rinci mempertimbangkan kondisi dari para berjualan setiap hari di sana. Sedangkan,
pedagang kaki lima dan konsumennya selebihnya ada yang mengoper-kontrakkan
(pembelinya). Mereka hanya berpendapat kembali pada pedagang lain dan ada pula
bahwa apabila dibangun pasar yang lebih yang hanya menyewa kios tetapi tetap
besar, lebih baik, dan lebih megah, maka menjadi pedagang kaki lima sambil
pasar tersebut akan semakin ramai. Dengan menunggu Pasar Wisata Cibiru beroperasi
perkataan lain, pengunjung dan atau secara normal.
pembeli akan datang dengan sendirinya. Adapun faktor-faktor yang
Mereka kurang atau tidak memperhatikan membuat para pedagang enggan untuk
bahwa ada Pasar Wisata 46 yang sudah beralih ke Pasar Wisata Cibiru, di
terlebih dahulu beroperasi dan menarik antaranya adalah: lokasi pasar dinilai
banyak pengunjung. kurang strategis bagi transaksi jual-beli,
ukuran lapak atau kios relatif kecil
D. PENUTUP terutama bagi pedagang yang relatif besar,
Pasar Wisata 46 merupakan “pasar biaya sewa relatif mahal (Rp 8.000.000,00
kaget” yang memanfaatkan sisi Jalan per 10 tahun), retribusi juga relatif mahal
Cigagak hingga Jalan Kelurahan (Rp 5.000,00 per hari, sementara di Pasar
Cipadung. Pasar ini hanya digelar Wisata 46 hanya kurang lebih Rp 2.500,00
seminggu sekali, yaitu pada hari Minggu. per minggu), dan status dari pedagang itu
Para pedagangnya sebagian besar adalah sendiri yang masuk dalam kategori usaha
pedagang kaki lima (sektor informal) yang sektor informal yang bermodal kecil.
bermodal kecil. Sebagian besar dari Selain itu, masih adanya sebagian
mereka menganggap bahwa berdagang di pedagang yang menganggap bahwa
pasar kaget ini bukan merupakan berjualan di Pasar Wisata 46 hanya
matapencaharian pokok, tetapi mata merupakan pekerjaan sambilan dan atau
pencaharian sambilan. Bahkan, ada yang sebagai uji coba untuk merintis usaha baru.
menganggap sebagai sarana uji coba dalam Dari sudut masyarakat sekitarnya,
merintis usaha baru. Sementara, Pasar walaupun keberadaan Pasar Wisata 46
Wisata Cibiru adalah sebuah pasar yang pada awalnya dianggap sebagai pengusik
lokasinya berada di suatu tempat (bukan di ketenteraman, namun dalam
sepanjang jalan) dan menyediakan fasilitas perkembangannya menjadi asset
yang lebih lengkap dan permanen, mulai masyarakat Rukun Warga 15, Kelurahan
dari blok/los, kios, areal perkir, tempat Cigadung. Oleh karena itu, saran penulis
peribatan (musala), sampai kamar kecil. Pasar Wisata 46 perlu dilestarikan karena
Pasar ini didirikan untuk mewadahi para itu merupakan salah satu identitas
pedagang yang ada di Pasar Wisata 46, masyarakat Kelurahan Cigadung,
sehingga mereka tidak memanfaatkan khususnya masyarakat Rukun Warga 15.
Jalan Cigagak dan Jalan Kelurahan Apalagi, pasar ini memiliki kekhasan
Cipadung sebagai tempat untuk berjualan. tersendiri, yaitu digelar seminggu sekali.
Meskipun demikian, Pasar Wisata Sementara, Pasar Wisata Cibiru digelar
Cibiru tidak serta merta menggeser secara setiap hari. Dengan demikian, keduanya
keseluruhan keberadaan Pasar Wisata 46. dapat berjalan secara berdampingan.
Bahkan, sebagian besar (76,92%) para
pedagang Pasar Wisata 46 enggan untuk DAFTAR SUMBER
beralih ke Pasar Wisata Cibiru. Hal itu
284 Patanjala Vol. 6 No. 2, Juni 2014: 269-284

1. Jurnal, Makalah, Laporan


Penelitian, Skripsi, dan Tesis

Widjajanti, Retno. 2009.


"Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki
Lima pada Kawasan Komersial di Pusat
Kota, Studi Kasus: Simpang Lima
Semarang", dalam Jurnal Teknik Vol. 30
No 3. Tahun 2009 Universitas
Diponegoro.
Putra, Wicak Hardhika. 2010.
Keberadaan dan Perkembangan Pasar
Kaget Rawajati Jakarta. Tesis, Program
Pascasarjana Magister Teknik
Pembangunan Wilayah dan Kota
Universitas Diponegoro, Semarang.

2. Buku
Ginanjar, Nugraha Jiwapraja. 1980.
Masalah Ekonomi Mikro. Jakarta: Acro.
Sadilah, Emiliana, Christiyati Aliani, Ismi
Herawati, Moertipto, dan Sukali. 2011.
Eksistensi Pasar Tradisional: Relasi dan
Jaringan Pasar Tradisional di Kota
Semarang, Jawa Tengah, Yogyakarta:
Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai
Tradisional Yogyakarta, Direktorat
Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film,
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata
Stanton, William J. 1996.
Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Sumintarsih, Taryati, Suyani, Dubar Adiyanto,
dan Sujarno. 2011.
Eksistensi Pasar Tradisional: Relasi dan
Jaringan Pasar Tradisional di Kota
Surabaya, Jawa Timur, Yogyakarta: Balai
Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional
Yogyakarta, Direktorat Jenderal Nilai
Budaya, Seni dan Film, Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata

3. Internet
Wawan. 2012. “Rumor di balik Pasar Wisata
Cibiru Bermartabat”, diakses dari
http://maklumat-independen.
com/daerah/jawa/871-rumor-dibalik-
pasar-wisata-cibiru-bermartabat.html,
tanggal 8 Januari 2014, pukul 13.30 WIB.
“Warga Bangun Pasar Tradisional Cibiru”,
diakses dari http://antara2titik.com/
warga-bangun-pasar-tradional-cibiru/,
tanggal 9 Januari 2014, pukul 12.45 WIB.

Anda mungkin juga menyukai