Anda di halaman 1dari 23

Bab 1

A. Latar Belakang
Latar belakang pembuatan makalah tentang kalimat adalah selain untuk
memenuhi tugas
Bahasa Indonesia juga untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai kalimat,
yang bersangkutan dengan pengertiannya, jenis-jenis kalimat dan lain sebagainya.

B. Tujuan
Dalam setiap pekerjaan pasti memiliki tujuan masing-masing, begitu pula dengan
pembuatan makalah ini, memiliki beberapa tujuan, diantaranya :
1. Untuk memenuhi tugas bahasa Indonesia.
2. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

C. Batasan-batasan Masalah
Agar pembahasan tentang kalimat ini tidak berbelit-belit dan akan menuju ke arah
yang tidak berkepentingan, maka diberi lah batasan-batasan masalah, diantaranya
:

1. Pengertian kalimat
2. Jenis-jenis kalimat
BAB II
ISI
A. Pengertian Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang mengandung pikiran lengkap. Sebuah
kalimat paling kurang mengandung subjek dan predikat. Kalimat dalam wujud
lisan diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut,disela jeda, dan
diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat
dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?)
dan tanda seru (!).

B. Pengertian SPOK
Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur
kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat
antara lain SPOK :

a. Subjek / Subyek (S)


Subjek atau pokok kalimat merupakan unsur utama kalimat. Subjek menentukan
kejelasan makna kalimat. Penempatan subjek yang tidak tepat, dapat
mengaburkan makna kalimat. Keberadaan subjek dalam kalimat berfungsi:
(1) membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat majemuk,
(2) memperjelas makna,
(3) menjadi pokok pikiran,
(4) menegaskan makna,
(5) memperjelas pikiran ungkapan,
(6) membentuk kesatuan pikiran.

Ciri-ciri subjek:
1. jawaban apa atau siapa
2. didahului kata bahwa
3. berupa kata atau frasa benda (nomina)
4. disertai dengan kata ini atau itu
5. disertai pewatas yang
6. kata sifat didahului kata si atau sang: si cantik, si hitam, sang perkasa
7. tidak didahului preposisi: di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dari, menurut,
berdasarkan, dan lain-lain.
8. tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat dengan kata bukan.

 Contoh Subjek :
Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa kepada Predikat.
1. Hadi memelihara binatang
Siapa memelihara? Jawab : Hadi. (maka Hadia adalah Subjek (S)

2. Meja itu dibeli oleh paman.


Apa dibeli ? = jawab Meja
3. Biasanya disertai kata itu,ini,dan yang (yang ,ini,dan itu juga sebagai pembatas
antara subyek dan predikat).
Anak itu membawa bukuku
S P
b. Predikat (P)
Predikat adalah bagian yang memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri
sendiri atau subjek itu. Memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri
tentulah menyatakan apa yang dikerjakan atau dalam keadaan apakah subjek itu.
Oleh karena itu, biasanya predikat terjadi dari kata kerja atau kata keadaan .Kita
selalu dapat bertanya dengan memakai kata tanya mengapa, artinya dalam
keadaan apa, bagaimana, atau mengerjakan apa?.
Ciri-ciri predikat:
1. jawaban mengapa, bagaimana
2. dapat diingkarkan dengan tidak atau bukan
3. dapat didahului keterangan aspek: akan, seudah, sedang, selalu, hampir
4. dapat didahului keterangan modalitas: sebaiknya, seharusnya, seyogyanya,
mesti, selayaknya, dan lain-lain
5. tidak didahului kata yang, jika didahului yang predikat berubah fungsi menjadi
perluasan subjek
6. didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni
7. predikat dapat berupa kata benda, kata kerja, kata sifat atau bilangan.
c. Objek (O)
Subjek dan predikat cenderung muncul secara eksplisit dalam kalimat, namun
objek tidaklah demikian halnya. Kehadiran objek dalam kalimat bergantung pada
jenis predikat kalimat serta ciri khas objek itu sendiri. Predikat kalimat yang
berstatus transitif mempunyai objek. Biasanya, predikat ini berupa kata kerja
berkonfiks me-kan, atau me-i, misalnya: mengembalikan, mengumpulkan; me-i,
misalnya: mengambili, melempari, mendekati.
Dalam kalimat, objek berfungsi:
(1) membentuk kalimat dasar pada kalimat berpredikat transitif,
(2) memperjelas makna kalimat
(3) membentuk kesatuan atau kelengkapan pikiran.

Ciri-ciri objek:
1. berupa kata benda
2. tidak didahului kata depan
3. mengikuti secara langsung di belakang predikat transitif
4. jawaban apa atau siapa yang terletak di belakang predikat transitif
5. dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat itu dipasifkan.

d. Keterangan (K)
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut
tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi
tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata,
frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi,
seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk.
Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti
ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga.

 Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.


• Bukan Unsur Utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur
tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat
wajib.

• Tidak Terikat Posisi


Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan
tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di
antara subjek dan predikat.

 Jenis Keterangan
Keterangan dibedakan berdasarkan perannya di dalam kalimat.
1. Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan
yang berupa kata adalah kata-kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin,
besok, sekarang, kini, lusa, siang, dan malam. Keterangan waktu yang berupa
frasa merupakan untaian kata yang menyatakan waktu, seperti kemarin pagi, hari
Senin, 7 Mei, dan minggu depan. Keterangan waktu yang berupa anak kalimat
ditandai oleh konjungtor yang menyatakan waktu, seperti setelah, sesudah,
sebelum, saat, sesaat, sewaktu, dan ketika.
2. Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai
oleh preposisi, seperti di, pada, dan dalam.

3. Keterangan Cara
Keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang
menyatakan cara. Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan
adjektiva. Keterangan cara yang berupa frasa ditandai oleh kata dengan atau
secara. Terakhir, keterangan cara yang berupa anak kalimat ditandai oleh kata
dengan dan dalam.

4. Keterangan Sebab
Keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang
berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantaran yang diikuti oleh nomina atau
frasa nomina. Keterangan sebab yang berupa anak kalimat ditandai oleh
konjungtor karena atau lantaran.

5. Keterangan Tujuan
Keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang
berupa frasa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan
yang berupa anak kalimat ditandai oleh konjungtor supaya, agar, atau untuk.

6. Keterangan Aposisi
Keterangan aposisi memberi penjelasan nomina, misalnya, subjek atau objek. Jika
ditulis, keterangan ini diapit tanda koma, tanda pisah (--), atau tanda kurang.
Perhatikan contoh berikut.
• Dosen saya, Bu Erwin, terpilih sebagai dosen teladan.

7. Keterangan Tambahan
Keterangan tambahan memberi penjelasan nomina (subjek ataupun objek),
tetapi berbeda dari keterangan aposisi. Keterangan aposisi dapat menggantikan
unsur yang diterangkan, sedangkan keterangan tambahan tidak dapat
menggantikan unsur yang diterangkan. Seperti contoh berikut.
• Siswanto, mahasiswa tingkat lima, mendapat beasiswa.
Keterangan tambahan (tercetak miring) itu tidak dapat menggantikan unsur yang
diterangkan yaitu kata Siswanto.

8. Keterangan Pewatas
Keterangan pewatas memberikan pembatas nomina, misalnya, subjek,
predikat, objek, keterangan, atau pelengkap. Jika keterangan tambahan dapat
ditiadakan, keterangan pewatas tidak dapat ditiadakan. Contohnya sebagai
berikut.
• Mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih mendapat beasiswa.
Contoh diatas menjelaskan bahwa bukan semua mahasiswa yang mendapat
beasiswa, melainkan hanya mahasiswa yang mempunyai IP tiga lebih.
e. Pelengkap (Pel)
Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek
dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif,
objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri
pelengkap.
Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat,
sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya
terdapat pada kalimat berikut.
a) Diah mengirimi saya buku baru.
b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan
tidak mendahului predikat.
Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.
Contoh :
a. Pemuda itu bersenjatakan parang.
Kata parang adalah pelengkap.
Bersenjatakan apa ? jawab parang ( maka parang sebagai pelengkap )
b. Budi membaca buku.
Membaca apa ? jawab buku (buku sebagai obyek karena dapat
menempati Subyek)

C. Pola Kalimat Dasar


Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia
adalah sebagai berikut:
1. KB + KK : Mahasiswa berdiskusi.
2. KB + KS : Dosen itu ramah.
3. KB + KBil : Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
4. KB + (KD + KB) : Tinggalnya di Palembang.
5. KB1 + KK + KB2 : Mereka menonton film.
6. KB1 + KK + KB2 + KB3 : Paman mencarikan saya pekerjaan.
7. KB1 + KB2 : Rustam peneliti.
Ketujuh pola kalimat dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan
dan dapat pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi
luas dan kompleks.

D. Jenis-jenis Kalimat
1. Kalimat berdasarkan pengucapan
a) Kalimat langsung adalah kalimat yang secara cermat menirukan
ucapan orang. Kalimat langsung juga dapat diartikan kalimat yang memberitakan
bagaimana ucapan dari orang lain (orang ketiga) dengan lngsung menirukan,
mengutip atau mengulang kembali ujaran dari sumber tersebut. Kalimat ini
biasanya ditandai dengan tanda petik dua (“….”) dan Intonasi dari bagian kutipan
bernada lebih tinggi dari bagian lainnya.
 Ciri-ciri kalimat langsung :
1. Susunan kutipan-pengiring
• Bila kutipan ada di awal kalimat, masukkan tanda petik pembuka dan tulis
kutipannya diawali dengan huruf besar.
• Tambahkan tanda titik, tanda seru atau anda tanya di akhir kutipan. • Masukkan
tanda petik penutup di akhir kutipan.
• Ikuti dengan spasi.
• Masukkan pengiring tanpa diselipkan tanda koma dan huruf besar.
• Akhiri pengiring dengan tanda titik.
 Contoh : “Apa yang harus ku lakukan?” gumam Ratu Gading Mas.
2. Susunan pengiring-kutipan
• Bila kutipan ada di akhir kalimat, tuliskan pengiringnya dulu seperti menulis
kalimat biasa.
• Selipkan tanda koma sebelum menambahkan kutipan.
• Selipkan spasi.
• Masukkan tanda petik pembuka dan awali kutipan dengan huruf besar.
• Tambahkan tanda titik, tanda seru atau anda tanya di akhir kutipan.
• Masukkan tanda petik penutup di akhir kutipan.
 Contoh : Lalu Ratu berkata kepada pengawalnya, “Suruh kedua wanita itu
menghadapku!”

3. Susunan kutipan, pengiring dan kutipan lagi.


• Ulang cara menulis kalimat langsung yang susunannya pengiring-kutipan, tetapi
jangan taruh tanda titik di belakang pengiring.
• Taruh tanda koma di belakang pengiring.
• Selipkan spasi
• Masukkan tanda petik pembuka dan tetapi jangan awali kutipan dengan huruf
besar.
• Tambahkan tanda titik, tanda seru atau anda tanya di akhir kutipan.
• Masukkan tanda petik penutup di akhir kutipan.
 Contoh : “Tunggu!” teriak penasehat ratu, “lebih baik kita selidiki dulu
masalahnya.”

b) Kalimat tak langsung adalah kalimat yang menceritakan kembali ucapan atau
perkataan orang lain. Kalimat tak langsung tidak ditandai lagi dengan tanda petik
dua, berkata tugas(bahwa,agar,sebab,untuk,supaya,tentang,dsb), Intonasi
mendatar dan menurun pada akhir kalimat
 Ciri-ciri Kalimat Tak Langsung
1. kata ganti orang ke-1 menjadi orang ke-3.
Contoh: Ratu Gading Mas tidak tahu apa yang harus dia lakukan

2. kata ganti orang ke-2 menjadi orang ke-1.


Contoh: Ia menyuruh pengawalnya untuk membawa kedua wanita itu masuk.
3. kata ganti orang ke-2 jamak atau kita menjadi kami atau mereka, sesuai dengan
isinya.
Contoh: Penasehat ratu menyuruh pengawal itu untuk menunggu dan
menyarankan agar mereka menanyakan dulu sebabnya.

2. Kalimat berdasarkan jumlah frasa (struktur gramatikalnya)


a) Kalimat tunggal ialah kalimat yang hanya memiliki satu pola (klausa), yang
terdiri dari subjek dan predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang paling
sederhana. Kalimat tunggal yang sederhana ini dapat ditelusuri berdasarkan pola-
pola pembentukannya.
Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut :

KB + KK (kata benda + kata kerja)


Contoh:
Ibu memasak
S P

KB + KS (kata benda + kata sifat)


Contoh:
Anak itu sangat rajin.
S P

KB + KBil (kata benda + kata bilangan)


Contoh:
Apel itu ada dua buah.
S P
Kalimat tunggal terdiri dari 2 jenis, yaitu:
 Kalimat Nominal yaitu jenis kalimat yang pola predikatnya menggunakan kata
benda.
Contoh: Adik perempuan saya ada dua orang.
 Kalimat Verbal yaitu jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai
predikatnya.
Contoh: Saya sedang mandi.
Dua jenis kalimat tunggal diatas dapat dikembangkan dengan menambahkan kata
pada tiap unsur-unsurnya. Dengan adanya penambahan tiap unsur-unsur itu, unsur
utama masih dapat dengan mudah dikenali. Perluasan kalimat tunggal itu terdiri
atas:
1. Keterangan tempat
misalnya: disini, lewat jalan itu, di daerah ini, dll.
Contoh: Rumahnya ada di daerah ini.
2. Keterangan waktu
misalnya: setiap hari, pukul, tahun ini, tahun depan, kemaren, lusa, dll.
Contoh: Aktifitasnya dimulai pukul 08.30 pagi.
3. Keterangan alat
misalnya: dengan baju, dengan sepatu, dengan motor, dll.
Contohnya: Dia pergi dengan sepeda motor.
4. Keterangan cara
misalnya: dengan hati-hati, secepat mungkin, dll.
Contoh: Prakarya itu dibuat dengan hati-hati.
5. Keterangan modalitas
misalnya: harus, mungkin, barangkali, dll.
Contoh: Saya harus giat berlatih.
6. Keterangan aspek
misalnya: akan, sedang, sudah, dan telah.
Contoh: Dia sudah menyelesaikannya.
7. Keterangan tujuan
misalnya: untuk dirinya, untuk semua orang,dll
Contoh: Orang itu membuat dirinya terlihat menawan.
8. Keterangan sebab
misalnya: karena rajin, karena panik, dll.
Contoh: Dia lulus ujian karena rajin belajar.
9. Keterangan tujuan (ket. yang sifatnya menggantikan)
contoh: penerima medali emas, taufik Hidayat.
10. Perluasan kalimat yang menjadi frasa
contoh: orang itu menerima predikat guru teladan.
b) Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari beberapa kalimat dasar.
Struktur kalimat majemuk terdiri dari dua atau lebih kalimat tunggal yang saling
berhubungan baik secara kordinasi maupun subordinasi.

Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis:


 Kalimat Majemuk Setara (KMS) adalah kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih
kalimat tunggal, dan kedudukan tiap kalimat tunggal itu ialah setara baik secara
struktur maupun makna kalimat itu. Struktur kalimat yang di dalamnya terdapat
sekurang-kurangnya dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sebagai
kalimat tunggal.
Contoh: Saya makan; dia minum.
Kalimat tersebut terdiri dari dua kalimat dasar yaitu a) Saya makan dan b)
Dia minum. Jika kalimat a) ditiadakan, kalimat b) masih dapat berdiri sendiri dan
tidak tergantung baik dari segi struktur maupun makna kalimat. Demikian juga,
jika kalimat dasar b) ditiadakan, kalimat dasar b) masih dapat berdiri sendiri
sebagai kalimat tunggal. Kedua kalimat tersebut memiliki kedudukan yang sama
di dalam kalimat majemuk setara.
Hubungan kedua kalimat dasar dalam kalimat majemuk setara tersebut
tidak tampak jelas karena tidak digunakan konjungsi di antara kedua kalimat dasar
tersebut. Hubungan yang paling dekat dengan makna kalimat majemuk setara
tersebut adalah hubungan urutan peristiwa. Konjungsi yang cocok adalah lalu,
lantas, terus, atau kemudian.
1a) Saya makan lalu dia minum.
Jika konjungsi kalimat itu diganti dengan kata tetapi, hubungan kedua kalimat
tersebut akan berubah. Hubungan kalimat yang semula hubungan urutan peristiwa
akan berubah menjadi hubungan pertentangan.
1b) Saya makan, tetapi dia minum.
Jadi, konjungsi mempunyai peranan yang penting dalam kalimat majemuk.
Peranan konjungsi adalah menyatakan hugungan antarkalimat dasar di dalam
kalimat majemuk.
Kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan kedalam beberapa bagian, yaitu:
o Kalimat majemuk setara penggabungan ialah jenis kalimat yang dapat
diidentifikasi dengan adanya kalimat yang dihubungkan dengan kata “dan” atau
“serta”. Contoh: "Aku menulis surat itu dan Dia yang mengirimnya ke kantor
pos.", "Murid-murid membuat prakarya itu serta memajangnya di pameran."
o Kalimat majemuk setara pertentangan ialah jenis kalimat majemuk yang
dihubungkan dengan kata “tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”, “namun”. Contoh:
"Anak itu rajin datang kesekolah, tetapi nilainya selalu merah.", "Ibu memasak
didapur sedangkan saya membersihkan rumah.", "Yang membuat prakarya itu
bukan adiknya melainkan kakaknya yang membuat prakarya itu.", "Dia tidak
membuat makanan itu namun hanya menyiapkannya untuk para tamu."
o Kalimat majemuk setara pemilihan ialah jenis kalimat majemuk yang didalam
kalimatnya dihubungkan dengan kata “atau”. Contoh" "Dia bingung memilih
antara buah apel atau buah anggur."
o Kalimat majemuk setara penguatan ialah jenis kalimat yang mengalami penguatan
dengan menambahkan kata “bahkan”. Contoh: "Dia tidak hanya pandai bermain
alat musik, dia bahkan pandai bernyanyi."

 Kalimat Majemuk Bertingkat(KMB) adalah penggabungan dua kalimat atau


lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk
bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul
akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat. Kalimat majemuk
bertingkat mengandung satu kalimat dasar yang merupakan inti (utama) dan satu
atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi sebagai pengisi salah satu unsur
kalimat itu. Konjungsi yang digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat
adalah ketika, karena, supaya, meskipun, jika, dan sehingga.

o Induk Kalimat dan Anak Kalimat


Perbedaan induk kalimat dan anak kalimat dapat dilihat berdasarkan tiga kategori
.
1) Kemandirian sebagai Kalimat Tunggal
Induk kalimat mempunyai ciri dapat berdiri sendiri sebagai kalimat mandiri,
sedangkan anak kalimat tidak dapat berdiri sebagai kalimat tanpa induk kalimat.
Hal ini tampak pada contoh berikut.
a) Hujan turun selama tiga hari tiada henti-hentinya.
b) Sehingga banjir melanda sawah dan ladang petani desa itu.
Kalimat (a) dapat berdiri sendiri, sedangkan kalimat (b) tidak.

2) Konjungsi
Konjungsi digunakan untuk menghubungkan anak kalimat dengan induk
kalimat. Dengan kata lain, anak kalimat ditandai oleh adanya konjungsi,
sedangkan induk kalimat tidak didahului konjungsi.
Saya membaca buku ketika dia datang.
Jika konjungsi dipindahkan di awal kalimat itu, akan terjadi perubahan baik
struktur maupun informasi.
Ketika saya membaca buku, dia datang.
Setelah dipindahkan ke bagian awal, unsur pertama kalimat tersebut merupakan
anak kalimat dan unsur kedua merupakan induk kalimat.

3) Urutan
Anak kalimat yang berfungsi sebagai keterangan mempunyai kebebasan tempat,
kecuali anak kalimat akibat, didahului kata sehingga. Jika anak kalimat di depan
induk kalimat, anak kalimat itu harus dipisahkan dengan tanda koma dari induk
kalimatnya. Anak kalimat yang menempati posisi di belakang induk kalimat dapat
ditempatkan di depan kalimat tanpa perubahan informasi yang pokok.
Contoh :
- Dia mengajukan permintaan kredit investasi kecil karena ingin meningkatkan
perusahaan.

Kalimat tersebut dapat diubah menjadi berikut.

- Karena ingin meningkatkan perusahaannya, dia mengajukan permintaan kredit


investasi kecil.

o Jenis Anak Kalimat


Berdasarkan perannya, anak kalimat dapat dibedakan atas beberapa jenis.
1) Anak Kalimat Keterangan Waktu
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan waktu seperti ketika,
waktu, kala, tatkala, saat, sebelum, sesudah, dan setelah.
Contoh:
Seorang pengunjung, ketika melihat seorang anak kesakitan, sempat terisak.

2) Anak Kalimat Keterangan Sebab


Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan hubungan sebab,
antara lain, sebab, karena,dan lantaran. Konjungsi ini mengawali bagian anak
kalimat dalam kalimat majemuk bertingkat.
Contoh:
Karena jatuh dari sepeda, Andi tidak masuk kuliah.
3) Anak Kalimat Keterangan Akibat
Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan pertalian akibat.
Konjungsi yang digunakan adalah hingga, sehingga, maka,
akibatnya, dan akhirnya. Anak kalimat keterangan akibat hanya menempati posisi
akhir, terletak di belakang induk kalimat.
Contoh:
Hujan turun berhari-hari sehingga banjir besar melanda kota itu.

4) Anak Kalimat Keterangan Syarat


Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan hubungan syarat.
Konjungsi itu, antara lain,jika, kalau, apabila, andaikata, dan andaikan.
Contoh:
Jika ingin berhasil dengan baik, Andi harus belajar dengan tekun.

5) Anak Kalimat Keterangan Tujuan


Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan hubungan tujuan.
Konjungsi yang digunakan adalah supaya, agar, untuk, guna, dan demi.
Contoh:
Ana belajar dengan tekun agar lulus ujian akhir semester.

6) Anak Kalimat Keterangan Cara


Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi yang menyatakan cara. Konjungsi
tersebut adalah dengan dandalam.
Contoh:
Pemerintah berupaya meningkatkan ekspor nonmigas dalam mengatasi pemasaran
minyak yang terus menurun.

7) Anak Kalimat Keterangan Pewatas


Anak kalimat ini menyertai nomina, baik nomina itu berfungsi sebagai subjek,
predikat, maupun objek. Konjungsi yang digunakan adalah yang atau kata
penunjuk itu. Anak kalimat ini berfungsi sebagai pewatas nomina.
Contoh:
Anak yang berbaju hijau mempunyai dua ekor kucing.

8) Anak Kalimat Pengganti Nomina


Anak kalimat ini ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi
subjek atau objek dalam kalimat transitif.
Contoh:
Ana mengatakan bahwa jeruk itu asam

Berdasarkan kata penghubungnya (konjungsi), kalimat majemuk bertingkat


terdiri dari 10 macam, yakni:
1. Waktu, misal: ketika, sejak, saat ini. Contoh: "Rumah makan itu sudah berdiri
sejak orang tuaku menetap di kota ini.", "Orang tuaku meninggalkan kota ini
ketika umurku beranjak 3 tahun."
2. Sebab, misal: karena, oleh karena itu, sebab, oleh sebab itu. Contoh: "Dia pergi
dari rumah karena bertengkar dengan istrinya."
3. Akibat, misal: hingga, sehingga, maka. Contoh: "Hari ini hujan sangat deras di
Ibukota hingga mampu menggenangi beberapa ruas jalan."
4. Syarat, misal: jika, asalkan, apabila. Contoh: "Dia harus giat belajar jika ingin
nilainya sempurna.", "Tanaman itu bisa tumbuh dengan subur asalkan dirawat
dengan baik."
5. Perlawanan, misal: meskipun, walaupun. Contoh: "Dia ingin masuk ke perguruan
tinggi di Jakarta walaupun nilai kelulusannya tidak memenuhi syarat.", "Dia
selalu pergi kesekolah dengan berjalan kaki meskipun dia tahu kalau jarak antara
rumah dan sekolahnya sangat jauh."
6. Pengandaian, misal: andaikata, seandainya. Contoh: "Tim kita bisa menjadi juara
1 andaikata kita berusaha lebih keras lagi."
7. Tujuan, misal: agar, supaya, untuk. Contoh: "Dia bekerja disini agar
mendapatkan biaya hidup.", "Pria itu membuatkan sebuah rumah di daerah "A"
untuk kedua orangtuanya."
8. Perbandingan, misal: bagai, laksana, ibarat, seperti. Contoh: "Wajah anak itu
bagai bulan kesiangan.","Anaknya yang suka membangkang itu ibarat Malin
Kundang di zaman modern."
9. Pembatasan, misal: kecuali, selain. Contoh: "Dia memiliki bakat menyanyi selain
bakat bermain musik."
10. Alat, misal: (dengan + Kata Benda) dengan mobil, dll. Contoh: "Orang itu pergi
ke kantor dengan mobil."
11. Kesertaan, misal: dengan + orang. Contoh: "Murid-murid sekolah dasar pergi
berdarmawisata dengan para guru."

 Kalimat Majemuk Campuran (KMC) adalah kalimat majemuk yang merupakan


penggabungan antara kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk
bertingkat. Minimal pembentukan kalimatnya terdiri dari 3 kalimat.
Contoh:
1. Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
2. Rina membaca buku dikamar. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
3. Ketika aku datang kerumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan
waktu)
Hasil penggabungan ketiga kalimat diatas.
Toni bermain dengan Kevin dan Rina membaca buku dikamar, ketika aku datang
kerumahnya.
3. Kalimat berdasarkan isi atau fungsinya
a) Kalimat pernyataan (deklaratif) adalah Kalimat pernyataan dipakai jika
penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada
waktu ia ingin menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya,
intonasi menurun;tanda baca titik).
Misalnya:
Positif
1. Presiden Gus Dur mengadakan kunjungan ke luar negeri.
2. Indonesia menggunakan sistem anggaran yang berimbang.
Negatif
1. Tidak semua bank memperoleh kredit lunak.
2. Dalam pameran tersebut para pengunjung tidak mendapat informasi yang
memuaskan tentang bisnis komdominium di kota-kota besar.
b) Kalimat perintah adalah kalimat yang bertujuan untuk memberikan perintah
kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah dalam bentuk lisan
biasanya diakhiri dengan intonasi yang tinggi, sedangkan pada bentuk tulisan
kalimat ini akan diakhiri dengan tanda seru (!).
Ciri-ciri kalimat perintah:
1. Intonasi keras, terutam aperintah biasa dan larangan
2. Menggunakan tanda seru (!) , bila digunakan dalam tulisan
3. Kata kerja yang mendukung kalimat biasanya kata kerja dasar
4. Menggunakan partikel pengeras (lah)
5. Berpola kalimat inversi (PS).

 Beberapa bentuk kalimat perintah :


1. Kalimat perintah permintaan adalah perintah yang halus, orang yang menyuruh
bersikap rendah.
Contoh :
- Tolong, tutup pintu itu!
- Tolong bawa buku itu kesini!
- Harap berdiri!
- Kalau ada waktu, bacalah buku ini!
-
2. Kalimat perintah larangan adalah perintah yang melarang seseorang melakukan
sesuatu hal. Bila larangan itu bersifat umum/resmi digunakan kata dilarang, bila
bersifat khusus/tidak resmi digunakan kata jangan.
contoh:
- Jangan membuang sampah sembarangan!
- Dilarang merokok disini!
3. Kalimat perintah ajakan biasanya didahului kata-kata ajakan.
contoh:
- Marilah kita bersama-sama melestarikan kebudayaan Indonesia!
- Mari kita jaga kebersihan rumah kita!
4. Kalimat perintah sindiran/cemooh adalah perintah yang mengandung ejekan
karena yakin bahwa yang diperintah tidak mampu melaksanakan yang
diperintahkan.
Contoh :
- Kerjakan sendiri, kalau kamu bisa!
- Dekatilah anjing itu, kalau kamu berani!
- Tangakaplah jika engkau berani!

5. Kalimat perintah bersyarat adalah perintah yang mengandung syarat untuk


terpenuhi sesuatu hal.
Contoh:
- Tanyakanlah kepadanya, tentu ia akan menerangkannya kepadamu !
- Bantulah dia, pasti pekerjaannya akan segera selesai!

6. Kalimat perintah mengizinkan adalah perintah biasa yang ditambahkan dengan


pernyataan yang mengungkapkan pemberian izin.
Contoh:
- Makanlah, semampu anda!
- Ambillah buah mangga itu semaumu!
c) Kalimat berita adalah kalimat yang isinya mengabarkan atau menginformasikan
sesuatu. Dalam penulisannya kalimat ini diakhiri dengan tanda titik (.) dan dalam
pelafalannya kalimat ini akan diakhiri dengan intonasi yang menurun. Biasanya
kalimat berita akan berakhir dengan pemberian tanggapan dari pihak yang
mendengar kalimat berita ini.
 Ciri-ciri kalimat berita :
2. intonasinya yang netral, tak ada suatu bagian yang dipentingkan dari yang lain
3. Susunan kalimat tak dapat dijadikan ciri-ciri karena hampir sama saja dengan
kalimat lain.
4. Suatu bagian dari kalimat berita dapat dijadikan pokok pembicaraan. Dalam hal
ini bagian tersebut dapat ditempatkan di depan kalimat, atau bagian tersebut
mendapat intonasi yang lebih keras. Intonasi yang lebih keras yang menyertai
kalimat seperti ini disebut intonasi pementing.
Beberapa bentuk kalimat berita:
1. Kalimat berita positif.
2. Kalimat berita negatif yaitu kalimat yang berisi pengingkaran atau kalimat yang
ditandai dengan kataingkar yaitu menggunakan kata "tidak" dan kata "bukan".

Contoh :
1. Ayahku bukan seorang koruptor. (negatif)
2. Kakekku tidak mau makan daging sapi. (negatif)
3. Rian adalah seorang pembunuh yang sadis. (positif)
4. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan masjid agung di bogor.
(positif)
5. Banyak anggota DPR yang melakukan korupsi. (positif).
c) Kalimat Tanya adalah kalimat yang bertujuan untuk mendapatkan informasi,
biasanya kalimat ini akan diakhiri dengan pemberian tanda tanya (?). Kata Tanya
yang sering digunakan untuk membuat kalimat. Adapun macam kata tanya dan
gunanya adalah :
- Apa : hal, orang, atau barang
- Siapa : orang atau nama orang
- Kapan, bilamana : waktu
- Dimana : tempat
- Mengapa : sebab
- Bagaimana : keadaan, cara, proses.
Contoh :
1. Apa yang dia lakukan disana ?
2. Siapa namamu?
3. Kapan anda pergi ke Banjarmasin?
4. Dimana rumahmu?
5. Bagaimana pemerintah menyelesaikan krisis ekonomi saat ini?
6. Mengapa orang-orang itu berhamburan pergi keluar gedung?

 Beberapa bentuk kalimat tanya:

1. Kalimat Tanya klarifikasi dan konfirmasi


Yang dimaksud kalimat tanya klarifikasi (penegasan) dan kalimat Tanya
konfirmasi (penjernihan) ialah kalimat tanya yang disampaikan kepada orang lain
untuk tujuan mengukuhkan dan memperjelas persoalan yang sebelumnya telah
diketahui oleh penanya. Kalimat tanya ini tidak meminta penjelasan, tapi hanya
membutuhkan jawaban pembenaran atau sebaliknya dalam bentuk ucapan ya atau
tidak dan benar atau tidak benar.

Contoh kalimat Tanya konfirmasi :


a. Apakah engkau ingin pulang hari ini? (ya/tidak)
b. Apakah anda mengambil buku itu? (ya/Tidak)
Contoh kalimat tanya klarifikasi:
a. Benarkah Saudara yang memimpin penelitianmu?
b. Apa benar barang-barang ini milik Anda?

2. kalimat tanya retorik


Kalimat Tanya retorik adalah kalimat Tanya yang tidak menghendaki jawaban
karena penanya jawaban sudah tahu.
Contoh:
i. Apakah anda mau tidak naik kelas?
ii. Apakah saudara mau di jajah kembali?

3. Kalimat tanya tersamar


Kalimat Tanya tersamar adalah kalimat yang tujuannya tidak untuk bertanya
melainkan mempunyai tujuan lain yaitu:
 Tujuanmeminta:
-Bolehkah saya tahu siapa namamu?
- Dapatkah kamu menolong saya?
 Tujuan mengajak:
- Bagaimana kalau kamu ikut dalam perlombaan sains antarsekolah?
- Dapatkah kamu menemaniku ke pesta itu nanti malam?
 Tujuan memohon:
- Apakah kamu bersedia menerima lamaran saya?
- Bersediakah kamu meminjamkan motormu kepadaku?
 Tujuan menyuruh:
- Bagaimana kalau kamu berangkat ke sekolah sekarang?
- Maukah kamu membuatkan kue bolu?
 Tujuan merayu:
- Kapan saya bisa mengajak kamu jalan-jalan?
- Jadi kan kamu traktir saya makan hari ini?
 Tujuan menyindir:
- Apa tidak ada orang yang lebih bodoh dari kamu?
- Begini caranya kamu berterima kasih?
 Tujuan menyanggah:
- Apa dengan cara ini semua persoalan dapat selesai?
- Bagaimana jika kita mencari cara yang lain?
 Tujuan meyakinkan:
- Mestikah saya bersumpah di hadapanmu?
- Apa selama ini kata-kata saya cuma pepesan kosong?
 Tujuan menyetujui:
- Tak ada alasan untuk ditolak, bukan?
- Apa pantas hal ini saya abaikan?

d) Kalimat seruan adalah kalimat yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan


(sakit, marah, terkejut, hairan, sindiran, sedih, takut, terperanjat, hiba, dan
sebagainya). Dalam pelafalan biasanya ditandai dengan intonasi yang tinggi,
sedangkan dalam penulisannya kalimat seruan akan diakhiri dengan tanda seru (!)
atau tanda titik (.).
Adapun macam kalimat seru dan gunanya adalah :

 Aduh, untuk menyatakan perasaan sakit dan kagum


Contoh: - Aduh, sakitnya tangaanku!
- Aduh, besarnya rumahmu!
 Aduhai untuk menyatakan perasaan sedih
Contoh: - Aduhai, sungguh malang nasibku!

 Ah untuk menyatakan tidak setuju atau menolak sesuatu


Contoh : - Ah, saya tetap tidak mengaku bersalah!
- Ah, alasan itu tidak dapat kuterima!

 Amboi/wah untuk menyatakn perasaan heran atau kagum


Contoh : - Amboi, cantik sekali gadis itu!
- Wah, indah sekali pemandangan itu!
 Cis/cih untuk menyatakan perasaan marah dan benci
Contoh : - Cis, berani dia menentang aku!
- Cih, mereka tidak kenal siapa aku!

 Eh untuk menyatakan perasaan terkejut atau heran


Contoh: - Eh, kamu sudah sampai !
- Eh, tadi dia ada disini!

4. Kalimat Berdasarkan Unsur Kalimat


Kalimat yang dilihat dari unsur kalimatnya dapat dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu:
a. Kalimat lengkap adalah kalimat yang setidaknya masih memiliki sebuah subjek
dan sebuah predikat.
Contoh :
-Presiden SBY membeli buku gambar
S P O

- Si Jarwo Pergi
S P
b. kalimat tak lengkap adalah kalimat yang tidak sempurna. Kalimat dengan
bentuk tidak sempurna kadang hanya berupa sebuah subjek saja, atau sebuah
predikat, bahkan ada yang hanya berupa objeknya saja atau keterangannya saja.
Kalimat tidak lengkap ini sering dipakai untuk kalimat semboyan, salam, perintah,
pertanyaan, ajakan, jawaban, seruan, larangan, sapaan, dan kekaguman.
Contoh :
- Jangan dilempar!
- Astaga, indahnya!
- Silakan Masuk!
- Kapan menikah?

5. Kalimat Berdasarkan Susunan Pola Subjek-Predikat


Kalimat yang dilihat dari struktur Subjek & Predikatnya dapat dibagi menjadi 2
jenis, yaitu:
 Kalimat Versi
Kalimat versi adalah kata predikat yang mendahului kata subjek. Kalimat
versi biasanya dipakai untuk penekanan atau ketegasan makna. Kata yang pertama
kali muncul pada kalimat versi merupakan tolak ukur yang akan mempengaruhi
makna kalimat, bahkan kata itu pula yang akan menimbulkan suatu kesan pada
pendengarnya.
Contoh:
- Bawa buku itu kemari!
P S

- Ambilkan koran di atas kursi itu!


P S

- Sepakat kami untuk berkumpul di taman kota.


S P K

 Kalimat Inversi
Kalimat inversi adalah kalimat yang susunan dari unsur-unsur kalimatnya
sesuai dengan pola kalimat dasar bahasa Indonesia (S-P-O-K).
Contoh:
- Penelitian ini dilakukan mereka sejak 2 bulan yang lalu.
S P O K
- Aku dan dia bertemu di cafe ini.
S P K

6. Berdasarkan Bentuk Gaya Penyajiannya (Retorikanya)


 Kalimat Yang Melepas
Kalimat yang melepas akan terwujud jika kalimat tersebut diawali oleh unsur
utama (induk kalimat) dan diikuti oleh unsur tambahan (anak kalimat). Unsur
anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya. Jika unsur anak
kalimat tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Contoh:
- Saya akan dibelikan vespa oleh Ayah jikasaya lulus ujian sarjana.
Induk kalimat/kalimat utama anak kalimat

- Saya akan diizinkan pergi dengan teman-teman jika saya selesai mengerjakan
PR.
Induk kalimat/kalimat utama anak kalimat

 Kalimat yang Klimaks


Kalimat klimaks akan terwujud jika kalimat tersebut diawali oleh anak
kalimat dan diikuti oleh induk kalimat. Kalimat belum dapat dipahami jika hanya
membaca anak kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa masih ada sesuatu
yang ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karen itu, penyajian kalimat ini terasa
berklimaks dan terasa membentuk ketegangan.
Contoh:
- Karena pola makan yang tidak teratur, penyakit Maagnya sering kambuh
. anak kalimat induk kalimat/kalimat utama

 Kalimat Yang Berimbang


Kalimat yang berimbang disusun dalam bentuk kalimat majemuk setara
dan kalimat majemuk campuran, Struktur kalimat ini memperlihatkan kesejajaran
bentuk dan informasinya.
Contoh:
- Bursa saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik
berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
- Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan
dapat beribadat dengan leluasa.
- Harga pangan saat ini makin melonjak, pedagang dan konsumen
mempermasalahkan harga yang semakin naik.

7. Kalimat Berdasarkan Subjeknya


Berdasarkan subjeknya kalimat dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a) Kalimat Aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu
pekerjaan/tindakan. Kalimat ini biasanya memiliki predikat berupa kata kerja
yang berawalan me- dan ber-. Predikat juga dapat berupa kata kerja aus (kata
kerja yang tidak dapat dilekati oleh awalan me–saja), misalnya pergi, tidur,
mandi, dll (kecuali makan dan minum).
Contoh:
- Imbuhan "me-"
Koki itu membuat menu baru untuk restorannya.

- Imbuhan "ber-"

Kami bermain di taman.


Kalimat aktif dapat dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:
 Kalimat Aktif Transitif adalah kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap
dan mempunyai tiga unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan objek. Predikatnya
biasanya berawalam “me-“ dan selalu dapat dirubah kedalam bentuk kalimat pasif
yang predikatnya berawalan “di-“.
Contoh:
Kami membuat kue. (kalimat aktif) dapat dirubah menjadi
Kue dibuat oleh kami. (kalimat pasif).

 Kalimat Aktif Intransitif adalah kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap
dan mempunyai tiga unsur wajib, yakni subjek, predikat, dan objek. Predikat pada
kalimat ini biasanya berawalan “ber-“. Kalimat ini tidak dapat dirubah menjadi
kalimat pasif.
Contoh:
- Kami berjaga diluar rumah.
- Andi berteriak dari dalam kamar mandi.
 Kalimat Semi Transitif adalah jenis kalimat yang tidak dapat dirubah kedalam
bentuk pasif, hal itu dikarenakan adanya unsur pelengkap bukannya objek. Ciri-
cirinya berupa adanya subjek,predikat,pelengkap,dan tanpa atau dengan
keterangan.
Contoh:
- Tata tertib ini berdasarkan keputusan bersama.
S P Pel
- Dia menjadi ketua kelas.
S P Pel
b) Kalimat Pasif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu
pekerjaan/tindakan. Kalimat bentuk ini memiliki predikat berupa kata kerja yang
berawalan “di-“ dan “ter-“ dan diikuti kata depan “oleh”. Kalimat pasif dapat
dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu:
 Kalimat Pasif Biasa adalah kalimat pasif yang terdapat di kalimat aktif transitif.
Untuk predikatnya sendiri selalu berawalan dengan imbuhan “di-“, “ter-“ dan “ke-
an”.
Contoh:
- Sampah dibuang Rina.

- Barang itu dijual paman.


 Kalimat Pasif Zero adalah kalimat yang unsur objek pelaku berdekatan dengan
unsur objek penderita tanpa ada sisipan dari kata yang lain. Ciri lainnya ialah
unsur predikat berakhiran “-kan” sehingga membuat awalan “di-“ menghilang dari
predikat. Predikat juga bisa menggunakan kata dasar yang bersifat kata kerja,
kecuali kata kerja "aus" (kata kerja yang tidak bisa menggunakan awalan “me-“
dan “ber-“).
Contoh:
- akan saya sampaikan pesanmu.
- Saya berikan bukuku.

 Cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif :


1. Subjek pada kalimat aktif dijadikan objek pada kalimat pasif.
2. Awalan me- diganti dengan di-.
3. Tambahkan kata oleh di belakang predikat.
Contoh : Bapak memancing ikan. (aktif)
. Ikan dipancing oleh bapak. (pasif)
4. Jika subjek kalimat akrif berupa kata ganti maka awalan me- pada predikat
dihapus, kemudian subjek dan predikat dirapatkan.
Contoh : Aku harus memngerjakan PR. (aktif)
. PR harus kukerjakan. (pasif)

8. Kalimat Mayor dan Minor


a) Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur
pusat (inti). Kalimat mayor klausanya minimal harus terdiri atas subjek dan
predikat.
misalnya :
- Saya mengantuk.
- Presiden berkunjung ke Australia.
- Susilo pergi
b) Kalimat minor adalah kalimat yang mengandung satu unsur pusat (inti).
Kalimat minor hanya dibentuk oleh subjek atau predika atau objek bahkan
keterangan saja. Meskipun hanya dibentuk dengan satu kata, kalimat minor dapat
dipaham pesannya karena sudah diketahui konteksnya (kalimat,situasi,topic yang
dibicarakan). Kalimat dapat berupa kalimat jawaban-jawaban singkat,seruan,
pertanyaan, salam, dan sapaan.
Contoh :
- pergi!
- mana?
- hai!
-diam!
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian-uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Kalimat adalah satuan bahasa yang mengandung pikiran lengkap. Sebuah kalimat
paling kurang mengandung subjek dan predikat.
2. Kalimat memiliki unsur penyusun kalimat, yaitu Subjek,Predikat,objek,dan
Predikat (SPOK).
3. Pola dasar kalimat adalah :
1. KB + KK
2. KB + KS
3. KB + KBil
4. KB + (KD + KB)
5. KB1 + KK + KB2
6. KB1 + KK + KB2 + KB3
7. KB1 + KB2

4. Jenis-jenis Kalimat :
1. Kalimat berdasarkan pengucapan
2. Kalimat berdasarkan jumlah frasa (struktur gramatikalnya)
3. Kalimat berdasarkan isi atau fungsinya
4. Kalimat berdasarkan unsur kalimat
5. Kalimat Berdasarkan Susunan Pola Subjek-Predikat
6. Kalimat berdasarkan bentuk gaya penyajiannya(retorikanya)
7. Kalimat berdasarkan subjeknya
8. Kalimat Mayor dan Minor
9. Kalimat Efektif

Anda mungkin juga menyukai