Gangguan Pemusatan Perhatian
Gangguan Pemusatan Perhatian
(GPPH)
Irwanto, Ahmad Suryawan, Moersintowarti B.Narendra
BATASAN
PATOFISIOLOGI/ETIOLOGI
Faktor genetik dan lingkungan sangat berperan timbulnya GPPH, selain itu beberapa
neurotransmiter : norepinefrin/noadrenergik, dopamin dan serotonin juga berpengaruh
terhadap timbulnya GPPH serta didapatkan kelainan morfologi
dan fungsi otak berupa corpus callosum, basal ganglia dan lobus frontalis berukuran
kecil, dan hipoperfusi dari frontal-striatal dopamine pathway.
GEJALA KLINIS
Impulsivitas motor berupa anak selalu berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas
lain. Impulsivitas verbal atau kognitif terlihat berupa sikap terlalu cepat mengambil
kesimpulan sebelum mendapat informasi.
c. Hiperaktivas
DIAGNOSIS
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan fisik.
c. Pemeriksaan Neuropsychologic.
e. Behavior Rating scales yang diperoleh dari beberapa sumber (guru dan orang
tua).
DIAGNOSIS BANDING
1. Penyakit kronis.
3. Depresi.
4. Gangguan kecemasan.
5. Obsessive-compulsive disorders.
PENYULIT
PENATALAKSANAAN
1. Terapi Farmakologis :
Metilfenidat :
Amfetamin :
DAFTAR PUSTAKA
3. Polaha, J., Cooper, S.L., Meadows, T., Kratochvil, C.J. (2005), ”The Assessment of
Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder in Rural Primary Care : The Portability of
American Academy of Pediatrics Guidelines to ”Real World”, Pediatrics, vol 115,
no 2, h. 120-126.
Autisme
Irwanto, Ahmad Suryawan, Moersintowarti B.Narendra
BATASAN
Suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks, yang secara klinis ditandai oleh
adanya 3 gejala utama berupa : kualitas yang kurang dalam kemampuan interaksi sosial
dan emosional, kualitas yang kurang dalam kemampuan komunikasi timbal balik, dan
minat yang terbatas, perilaku tak wajar, disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan
(stereotipik). Selain itu tampak pula adanya respon tak wajar terhadap pengalaman
sensorik, yang terlihat sebelum usia 3 tahun.
PATOFISIOLOGI/ETIOLOGI
Banyak faktor sebagai penyebab Autisme. Faktor genetik sangat autisme, diduga
merupakan gangguan genetik yang kompleks dan disebabkan kombinasi dari efek
kerentanan gen-gen yang multipel dengan faktor lingkungan dan faktor lain yang bukan
genetik. Banyak penelitian yang melaporkan kelainan pada hampir semua struktur otak
tetapi saat ini masih jadi perdebatan. Selain itu diduga : dopamin, katekolamine dan
serotonin juga berperan timbulnya autisme.
GEJALA KLINIS
- Menghadap ke orang-orang.
- Babbling.
- Respon yang tidak lazim terhadap rangsang sentuhan, atau tidak sensitif
terhadap nyeri.
- Gerakan repetitif.
DIAGNOSIS
A. Enam atau lebih gejala dari (1), (2) dan (3) dengan paling sedikit 2 dari (1) dan 1
dari masing-masing (2) dan (3).
1. Gangguan kualitatif interaksi sosial, yang terlihat sebagai paling sedikit 2 dari
gejala berikut :
iii. Tidak berbagi kesenangan, minat atau kemampuan mencapai sesuatu hal
dengan orang lain.
2. Gangguan kualitatif komunikasi yang terlihat sebagai paling tidak satu dari
gejala berikut :
iii. Penggunaan bahasa yang stereotipik dan berulang, atau bahasa yang
tidak dapat dimengerti.
iv. Tidak adanya cara bermain yang bervariasi dan spontan, atau bermain
menirukan secara sosial yang sesuai dengan umur perkembangannya.
3. Pola perilaku, minat dan aktivitas yang terbatas, berulang dan tidak berubah
(stereotipik), yang ditunjukkan dengan adanya 2 dari gejala berikut :
ii. Keterikatan pada ritual yang spesifik tetapi tidak fungsional secara kaku
dan tidak fleksibel.
1. Interaksi sosial.
DIAGNOSA BANDING
2. Rett’s Disorder.
4. Asperger’s Disorder.
PENYULIT
1. Child Abuse dan Neglect
PENATALAKSANAAN
5. Immunomodulator
7. Oral Immunoglobulin
9. Terapi perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
1. Candless, J.M. (2003), Children with Strarving Brains, dalam : Candless, J.M.
Children with Strarving Brains, edisi ke-2, Grasindo, Jakarta, h. 3-312.
2. Dalton, R., Forman, M.A., Boris, N.W. (2004), Pervasive Development Disorder
and Childhood Psychosis, dalam : Behrman, R.E., Kliegman, R.M., Jenson, H.B.
(penyunting) Nelson Textbook of Pediatrics, edisi ke-17, W.B.Saunders Co,
Philadelphia, h. 93-95.