Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

Percobaan 3: Isolasi Flavonoid dari Temu Kunci (Boesenbergia pandurata)

DISUSUN OLEH :

Nama : Vedy Trikuncahyo

NIM : 1606067126

Golongan :B

Kelas :4C

Dosen Pembimbing : Fara Azzahra, M. Farm.,Apt

LABORATORIUM FITOKIMIA

AKADEMI FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA


2018
HALAMAN PENGESAHAN DAN PERNYATAAN

Laporan praktikum fitokimia percobaan ke- dengan judul Isolasi flavonoid dari temu kunci adalah
benar sesuai dengan hasil praktikum yang telah dilaksanakan. Laporan ini saya susun sendiri berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan.

Yogyakarta, 2018
Dosen Pembimbing Mahasiswa

(Vedy Trikuncahyo)
Data Laporan

Hari, Tanggal Praktikum Hari, Tanggal Pengumpulan Laporan

Nilai Laporan
No Aspek Penilaian Nilai
1 Ketepatan waktu pengumpulan (10)
2 Kesesuaian laporan dengan format (5)
3 Kelengkapan dasar teori (15)
4 Skematika kerja (10)
5 Penyajian hasil (15)
6 Pembahasan (20)

7 Kesimpulan (10)

8 Penulisan daftar pustaka (5)

9 Upload data via blog/wordpress/scribd/academia.edu (10)

Total
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA
PERCOBAAN III
ISOLASI FLAVONOID DARI TEMU KUNCI
(Boesenbergia pandurata)

A. Tujuan Praktikum
Mengetahui langkah-langkah isolasi, mampu melakukan isolasi pinostrobin dari
temu kunci dan mengidentifikasi isolat yang diperoleh.
B. Dasar Teori
Salah satu ekstrak tanaman yang banyak dimanfaatkan dalam dunia kedokteran dan
industri yaitu tanaman temu kunci (Boesenbergia pandurata). Menurut Muhlisah rimpang
temu kunci memiliki kegunaan sebagai pengurang rasa sakit, anti radang, obat sariawan,
dan obat batuk kering (Muhlisah, 1999). Rimpang B.pandurata merupakan spesies dari
family Zingiberaceae yang hidup menahun dengan ketinggian 30-100 cm. Rimpang dari
tumbuhan ini tumbuh dibawah permukaan tanah secara mendatar, beruas, sedikit keras,
berbau khas minyak atsiri (sineol, kamfer, d-borneol, d-pinen, seskuiterpen izingiberen,
nurkumin, zedoarin )( Muhlisah, 1999).
Metabolit sekunder yang telah diteliti pada famili Zingiberaceae yaitu minyak
atsiri, monoterpen, seskuiterpen pada Curcuma heyneana dan Curcuma aeruginosa
(Jaipeteh,1982). Pada rimpang temu kunci ekstrak n-hexan dihasilkan senyawa flavonoid
jenis flafagon yaitu 5-hidroksi-7-metoksiflavanon (Johansyah, 2002) dan 5-hidroksi-7,4’-
dimetoksiflavon ; 5,7,4’- trimetoksiflavon ; 5-hidroksi -3,7,4’-tetrametoksiflavon
(Soegihardjo, 1984). Sebagai anti mutagen dari fraksi dietil eter rimpang temu kunci
menghasilkan senyawa 2’,4’,6’-trihidroksi kalkon; 2,4,-dihidroksi-6-metoksikalkon
(Trakoonti Vakorn, 2001).
Salah satu metabolit sekunder yang memiliki bioaktivitas adalah flavonoid. Banyak
senyawa flavonoid yang mudah larut dalam air sehingga pengektraksian kembali larutan
dalam air tersebut dapat dilakukan dengan pelarut organik yang tidak bercampur dengan
air tetapi agak polar. Pemilihan pelarut organik yang pengekstraksian kembali senyawa
flavonoid yang terlarut dalam air umumnya menggunakan kloroform, dietileter, etilacetat,
dan n-butanol (Mulianingsih,2004). Pengekstraksian kembali seenyawa flavonoid yang
terlarut dalam air menggunakan etil acetat tidak hanya berasal dari tumbuhan suku
Zingiberaceae tetapi juga terdapat pada suku Compositae yang dibuktikan bahwa dalam
pemeriksaan kandungan flavonoid sebagai obat penyakit hati dari tumbuhan Sonchus
olemceus L. menunjukan bahwa fraksi etil acetat lebih banyak menggandung senyawa
flavonoid yang memiliki efek anti hepatotoksi lebih tinggi bila dibandingkan dengan fraksi
n-butanol dan fraksi air dari ekstrak total dalam methanol (Ahmad, 1986)
Pinostrobin merupakan senyawa flavonoid yang terdapat pada tanaman temu kunci
(Hyun dkk, 2006 ; Karyantini, 2008 ; Suyatno dkk, 2012 ; Tanjung dkk ; 2013)
Senyawa ini memiliki rumus struktur C16 H14 O4 dengan titik lebur 112-113 oC (100-101oC
). Senyawa ini diisolasi dari tanaman Boesenbergia pandurata, Myricapensylvanoca,
Piper sp, Prunu cerasus, dan Populus sp (Chapman dan Hall, 1994). Pinostrobin merupakan
flavonoid utama dalam Boesenbergia pandurata (Anonim,2010) Pinostrobin diketahui
memiliki khasiat sebagai anti oksidan (Fahey dan Stephson, 2005) dan memiliki khasiat
yang sama , dengan obat depresan dengan cara memblokir kanal natrium (Nicholson, dkk,
2010). Secara umum, senyawa golongan flavonoid memiliki khasiat sebagai anti inflamasi,
anti alergi, anti viral, dan anti karsinogenik (Fahey dan Stephson, 2005).
Maserasi merupakan proses penyarian yang paling sederhana dan banyak
digunakan untuk menyaring bahan obat yang berupa serbuk simplisia halus (Voight, 1994).
Teknik penyarian dengan metode maserasi dilakukan dengan merendam simplisia dengan
cairan penyari tertentu. Karena perbedaan konsentrasi di luar dan di dalam sel, cairan
penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan larut dank arena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif
di dalam sel dan di luar sel, maka larutan yang didesak keluar. Peristiwa ini terjadi berulang
sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel
(Depkes RI, 1986).
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan
yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian cara maserasi adalah
pengerjaan yang lama dan penyariannya kurang sempurna (Depkes RI, 1986). Proses
maserasi selesai bila keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel
dengan yang masuk ke dalam cairan telah tercapai maka proses difusi segera berakhir.
Semakin besar perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi akan semakin banyak
hasil yang diperoleh (Voight, 1994).
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu.
Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan 2 fase yaitu fase tetap dan fase
gerak, pemisahan tergantung pada gerakan relative dari 2 fase tersebut (Erma, dan Wijaya,
2018). Kromatografi lapis tipis digunakan untuk pemisahan senyawa secara cepat, dengan
menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dipaliskan serta rata pada lempeng
kaca. Lempeng yang dilapis dapat dianggap sebagai kolom krometografi terbuka dan
pemisahan dapat didasarkan pada penyerapan, pembagian atau gabungannya, tergantung
dari jenis zat penyerap dan cara pembuatan lapisan zat penyerap dan jenis pelarut.
Kromatografi lapis tipis dengan penyerap penukar ion dapat digunakan untuk pemisahan
senyawa polar. Harga Rf yang diperoleh pada kromatografi lapis tipis tidak tetap jika
dibandingkan dengan yang diperoleh pada kromatografi kertas. Oleh karena itu, pada
lempeng yang sama disamping kromatogram zat yang diuji perlu dibuat kromatogram zat
pembanding kimia, lebih baik dengan kadar yang berbeda beda (Dirjen POM, 1979).
C. Alat dan Bahan
Alat
Seperangkat alat maserasi
Seperangkat alat KLT
Beaker glass
Stirrer
Rotavapour
Cawan porselin

Bahan
Simplisia temu kunci
Etanol
Etil asetat
n-heksan
Standar pinostrobin

D. Cara Kerja

5g temu kunci + 200 mL alcohol 96%  pengadukan 1 jam  disaring  filtrat

evaporasi

Penotolan sampel dan standar  fase gerak etil asetat : n-hexan = 1 :4


Fase diam silica gel GF 254
Deteksi  UV 366 nm
Perhitungan Rf
Penotolan sampel untuk isolasi  pengerokan bercak

Penotolan isolate
E. Hasil Praktikum

Penyarian zat aktif menggunakan maserasi.


1. Serbuk temu kunci 5 gram dengan alcohol 96% 200 mL
2. Diaduk menggunakan alat stirrer selama 1 jam
3. Membuat fase gerak etil asetat : n-hexan 2 mL : 8 mL
4. Penyaringan maserat
5. Filtrat dievaporasi menggunakan rotavapour
6. Hasil evaporasi 65 mL
Dilakukan penotolan

1 cm A

8 cm

4,6 cm 4,7 cm B

1 cm
Standar Sampel Sampel
Rf standar : 4,6cm/8cm = 0,58
Rf sampel : 4,7cm/8cm =0, 59
Bagian berpendar (A) + (B) dikerok menggunakan pipa kapiler kemudian dimasukkan ke
cawan ditambah alcohol 96%. Ditutup aluminium foil ditunggu satu minggu lagi hingga
didapatkan serbu kerokan silica lagi.
Serbuk + alcohol 96%

pinostrobin
isolasi gagal dilakukan karena kesalahan pengerokan

Standar Isolat
F. Pembahasan
Praktikum fitokimia kali ini adalah mengidentifikasi dan mengisolasi senyawa
pinostrobin dari ekstrak kering temu kunci melalui metode Kromatografi Lapis Tipis.
Simplisia ( Ekstrak kering) yang akan disari adalah temu kunci dari familia Zingeberaceae.
Penyarian dilakukan menggunakan metode maserasi.
Maserasi adalah metode penyarian simplisia dengan merendam simplisia dengan
cairan penyari tertentu. Prinsip metode maserasi yakni terjadi perbedaan konsentrasi di luar
dan di dalam sel, cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga
sel yang menembus zat aktif di dalam sel maupun luar sel, maka zat aktif akan terdesak
keluar.
Keuntungan maserasi antara lain, cara pegerjaan dan peralatan yang digunakan
sederhana dan mudah diusahakan akan tetapi penyariannya krang maksimal. Cairan
penyari yang digunakan adalah alcohol 96% sebanyak 200 mL pada serbuk temu kunci 5
gram. Perendaman simplisia dalam alcohol 96% dilakukan, juga perlakuan pengadukan
menggunakan stirrer selama 60 menit. Waktu pengadukan gelas ditutup dengan aluminium
foil agar alcohol penyari tidak menguap. Pengadukan bertujuan mempercepat proses
penyarian zat aktif. Kemudian dilakukan penyaringan menggunakan kertas saring. Filtrate
dievaporasi menggunakan rotary evaporator selama 30 menit.
Dilakukan proses penotolan sampel dan zat pinostrobiin standar. Pemisahan zat
aktif menggunakan fase diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben inert. Fase diam
yang digunakan adalah silca gel GF 254. Artinya akan berpendar pada sinar UV 254 nm.
Akan tetapi deteksi sinar yang digunakan pada percobaan kali ini adalah 366 nm. Silica gel
GF 254 mengandung pengikatt gypsum dan indikator flourosensi timah cadmium sulfide
mangan timah silica aktif. Fase gerak yang digunakan biasanya pelarut organic. Dapat
digunakan satu macam pelarut organic atau pelarut campuran. Bilamana fase gerak
merupakan campuran pelarut organic dengan air maka mekanisme pemisahan adalah
partisi. Pemilihan pelarut organic sangat penting karena akan menentukan keberhasilan
pemisahan. Pendekatan polaritas adalah paling sesuai untuk pemilihan pelarut. Senyawa
polar akan lebih mudah terelusi oleh pelarut polar, sebaliknya senyawa nonpolar akan
mudah terelusi oleh pelarut non polar. Senyawa pinostrobin adalah senyawa semi polar.
Senyawa polar akan mudah terelusi pada larutan polar. Fase gerak yang digunakan adalah
campuran dari etil aseetat dan n-heksan 1:4 masing masing mengambil 2 mL: 8 mL. n-
heksan bersifat nonpolar. Maka Rf nantinya tidak terlalu diatas, tidak terlalu di bawah.
Polaritas pinos trobin tidak lebih polar disbanding fase diam, sehinggan tidak tertahan dan
ikut fase gerak yang sifatnya semipolar.
Selanjutnya dilakukan penotolan. Penotolan dilakukan dengan gelas kapiler (pipa
kapiler). Untuk mempermudah penotolan, diperkirakan garis awal dan garis akhir. Pada
praktikum ini dilakukan 3x penotolan yakni penotolan sampel dan pinostrobin pada satu
silica. Kemudian penotolan sampel pada silica yang lain. Penotolan yang pertama adalah
penotolan sampel dan standar pinostrobin. Masing-masing dilakukan 10x totolan. Tujuan
penotolan ini untu mengetahui Rf dari pinostrobin. Hasil dari Rf standar 0,58 dan Rf
sampel 0,59. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktarianti Pramiastuti,
2017 disana disebutkan nilai Rf pinostrobin 0,56.
Penotolan kedua dilakukan pada silica yakni sampel saja. Penotolan dilakukan
berulang ulang dari tepi silica menuju tepi silica. Kemudian dielusi, dilihat pada sinar UV
366 nm terlihat pendar kunig dan hijau. Kesalahan yang dilakukan pada praktikum ini
adalah bagian yang dikerok adalah bagian yang berpendar, baik pada bagian atas maupun
bawah. Seharusnya yang dikerok hanya yang mendekati Rf dari pinostrobin di ketinggian
4,6-4,8 saja sehingga hasilnya benar-benar murni pinostrobin, timbul satu bercak saja pada
isolasi pinostrobin. Tujuan penotolan yang kedua ini adalah untuk mengisolasi pinostrobin,
akan tetapi karena kesalahan pengerokan maka hasilnya terdapat beberapa titik pendar.
Hasil kerokan tadi direndam dalam alcohol 96% dicawan tertutup, dibiarkan satu
minggu, baru serbuk dilarutkan didalam alcohol 96% dilakukan penotolan ketiga untuk
melihat hasil isolasi, dan hasilnya seperti pada keterangan paragraf sebelumnya terdapat 3
bercak.
G. Kesimpulan
Mahasiswa mengetahui langkah isolasi pinostrobin, yakni dengan menyari temu
kunci secara maserasi pada pelarut alcohol 96%. Maserat di KLT pada silica gel untuk
mengetahui ada tidaknya pinostrobin. Kemudian pada KLT kedua, khusu penotolan sampel
saja untuk mengisolasi pinostrobin. Bagian pendar yang mendekati Rf pinostrobin dikerok,
direndam dalam alcohol 96% ditunggu hingga menjadi serbuk. Serbuk dilarutkan alcohol
96% di KLT. Hasil bercak menunjukkan berhasil tidaknya, seharusnya hanya ada satu
bercak yang berada pada Rf mendekati standar.
H. Daftar Pustaka
Achmad, S. A., 1986, Kimia Organik Bahan Alam. Modul 4-6, Karunia Universitas Terbuka Jakarta

Johansah, S., 2002, Perbandingan Reaksi Demitilasi Pinostrobin Hasil Isolasi Rimpang Temu Kunci
(Boesenbergia pandurata) Dengan Pereaksi HBr dan Lil-KOlidina Serta Asetilasi dan Benzoilasi
PInocembrin Hasil Reaks, Tesis, Universitas Airlangga Surabaya

Jaipetch, T., 1982, Phytochem., 22.

Muhlisah, F., 1999, Temu – temuan dan Empon – emponan, Kanisus Yogyakarta

Mulianingsih, L. 2004. Turunan Flavonoid Dari Nicolaia Speciosa Horan. 167.205.4.4/go.php?id=


2bptitbpp-gdl-52-2004-limulini-1734-26k

Pramiastuti, Oktariani. 2017. IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR PINOSTROBIN DALAM


RIMPANG TEMU KUNCI (Boesenbergia pandurata (Roxb) Schlecht) SECARA KLT-DENSITOMETRI.
Prodi S1 Farmasi STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi

Soegihardjo, C. J. 1984. Pemeriksaan Kandungan Flavonoid Dan Daya Antihepatotoksik Dari


(Sonchus oleraceus L). 167.205.4.4/go.php?id= bptitbpp-gdl=S3-1984.cjsoegihar-1735-29k.

Trakoontivakorn, G., 2001, J. Agric Food Chem. 49, 3046-3050


Yunita, Erma dan Wijaya, Andi. 2018. Modul Praktikum Fitokimia. Yogyakarta. Akademi
Farmasi Indonesia

Anda mungkin juga menyukai