Anda di halaman 1dari 3

Pengertian, klasifikasi, Faktor dan

Pengukuran Nyeri
Pengertian Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan
perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan
beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan
lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun (Smeltzer, 2001).

Intensitas nyeri gambaran seberapa parah nyeri ysng dirasakan individu. Pengukuran intensitas
nyeri sangat subyektif dan individual, dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama
dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan
obyektif yang paling mungkin adalah menggunkan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu
sendiri (Tamsuri, 2006).

Klasifikasi Nyeri

Menurut Smeltzer (2001), nyeri dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Nyeri akut

Nyeri akut biasanya awitannya tiba- tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri
akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. Hal ini menarik perhatian pada
kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi
serupa yang secara potensial menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada
penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadi penyembuhan; nyeri ini
umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Untuk tujuan
definisi, nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga
enam bulan.

b. Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu.
Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat
dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan
yang ditetapkan dengan tetap dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak
memberikan respons terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Meski nyeri akut
dapat menjadi signal yang sangat penting bahwa sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya,
nyeri kronis biasanya menjadi masalah dengan sendirinya.

Mekanisme Neurofisiologik nyeri


Struktur spesifik dalam sistem syaraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri.
Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai sistem noniseptik.
Sensivitas dari komponen sistem noniseptik dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan berbeda
diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami
intensitas nyeri yang sama. Sensasi yang sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak
terasa bagi orang lain. Lebih jauh lagi, suatu stimulus dapat mengakibatkan nyeri pada suatu
waktu tetapi tidak pada waktu lain. Sebagai contoh, nyeri akibat artritis kronis dan nyeri
pascaoperatif sering terasa lebih parah pada malam hari (Smeltzer, 2002).

Salah satu neuromodulator nyeri adalah endorfin (morfin endogen), merupakan substansi sejenis
morfin yang disuplai oleh tubuh yang terdapat pada otak, spinal dan traktus gastrointestinal yang
memberi efek analgesik, pada saat neuron nyeri perifer mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi
sinapsis antara nyeri perifer dan neuron yang menuju ke otak tempat seharusnya untuk substansi
nyeri, pada saat tersebut endorfin akan memblokir lepasnya substansi nyeri tersebut (Tamsuri,
2007).

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan atau menurunkan sensivitas Nyeri

Menurut Smeltzer, (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri adalah :

a. Pengalaman masa lalu

Individu yang mempunyai pengalaman yang multiple dan berkepanjangan dengan nyeri akan
lebih sedikit gelisah dan lebih toleran terhadap nyeri dibanding dengan orang yang hanya
mengalami sedikit nyeri. Bagi kebanyakan orang, bagaimanapun, hal ini tidak selalu benar.
Sering kali, lebih berpengalaman individu dengan nyeri yang dialami, makin takut individu
tersebut terhadap peristiwa yang menyakitkan yang akan diakibatkan.

b. Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali meningkatkan
persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Pola bangkitan
otonom adalah sama dalam nyeri dan ansietas. Sulit untuk memisahkan suatu sensasi. Paice
(1991) melaporkan suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan bagian limbik yang
diyanikini mengendalikan emosi seseorang, khususnya ansietas. Sistem limbik dapat memproses
reaksi emosi terhadap nyeri, yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri.

c. Budaya

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu
mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini
meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri. Ada perbedaan makna dan sikap dikaitkan dengan
nyeri diberbagai kelompok budaya. Suatu pemahaman tentang nyeri dari segi makna budaya
akan membantu perawat dalam merancang asuhan keperawatan yang relevan untuk klien yang
mengalami nyeri (Potter, 2005).
d. Usia

Usia merupakan faktor penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak dan lansia.
Perkembangan, yang ditemukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana
anak-nak dan lansia bereaksi terhadap nyeri. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan
mengungkapkan dan mengekspresikan nyeri.

e. Efek Plasebo

Plasebo merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk tablet, kapsul, cairan injeksi
dan sebagainya. Plasebo umumnya terdiri atas gula,larutan salin normal, dan atau air biasa.
Karena plasebo tidak memiliki efek farmakologis, obat ini hanya memberikan efek
dikeluarkannya produk ilmiah (endogen) endorfin dalam sistem kontrol desenden, sehingga
menimbulkan efek penurunan nyeri (Tamsuri, 2006).

Pengukuran Nyeri

Pengukuran nyeri dapat dilihat dari tanda-tanda karakteristik yang ditimbulkan, yaitu:
1. Nyeri ringan umumnya memiliki gejala yang tidak dapat terdeteksi
2. Nyeri sedang atau moderat memiliki karakteristik : Peningkatan frekuensi pernafasan,
Peningkatan tekanan darah, Peningkatan kekuatan otot, dilatasi pupil.
3. Nyeri berat memiliki karakteristik : Muka pucat, Otot mengeras, Penurunan frekuensi
nafas dan tekanan darah, Kelelahan dan keletihan.

Daftar Pustaka

 Potter, Patricia A. 2005. Buku ajar Fundamental : Konsep, proses dan praktek. Edisi 4 .
Jakarta. EGC.
 Smeltzer, Suzanne C . 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart. Edisi
8, Vol 2. Jakarta : Buku kedokteran
 Smeltzer, Suzanne C . 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddart. Edisi
8, Vol 2. Jakarta : Buku kedokteran
 Tamsuri Anas. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai