Penerapan Praktik Akuntansi pada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
serta Akses Untuk Mendapatkan Kredit
Oleh:
ARIF DWISANTOSO (W100170022)
MAGISTER AKUNTANSI
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
Pendahuluan
Perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan koperasi
memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini
ditunjukkan oleh keberadaan UMKM dan koperasi yang telah mencerminkan wujud
nyata kehidupan sosial dan ekonomi bagian terbesar dari rakyat Indonesia. Peran
UMKM yang besar ditunjukkan oleh kontribusinya terhadap produksi nasional, jumlah
unit usaha dan pelaku usaha, penyerapan tenaga kerja dan kontribusinya terhadap
perekonomian nasional.
Dibalik prestasi gemilang yang ditunjukkan dengan keberadaan UMKM
tersebut, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang dihadapi oleh UMKM, yaitu
diantaranya adalah masih rendahnya produktivitas UMKM.
Selain rendahnya produktivitas, UMKM juga diperhadapkan pada terbatasnya akses
kepada sumberdaya produktif, terutama terhadap permodalan, teknologi, informasi dan
pasar.
Jika ditelusuri lebih jauh lagi masalah keterbatasan akses kredit UMKM lebih
diakibatkan karena tidak adanya informasi yang dapat digunakan oleh manajemen,
calon investor ataupun kreditor dalam menilai dan memantau perkembangan UMKM
tersebut, sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Nair dan Rittenberg (1982)
dalam Wahdini dan Suhairi (2006) yang menyimpulkan bahwa pihak bank tidak melihat
adanya perbedaan antara usaha besar dengan UMKM, semuanya diwajibkan untuk
memenuhi persyaratan termasuk harus menyediakan laporan keuangan untuk dapat
dijadikan dasar dalam memberikan pinjaman kepada calon debitor.
Praktik Akuntansi
Praktik akuntansi pada suatu entitas ditandai dengan ketersediaan laporan
keuangan pada entitas tersebut yang disusun secara sistematis dan didukung dengan
bukti yang memadai. Untuk menghasilkan laporan keuangan maka berkaitan dengan
ketersediaan sistem informasi akuntansi.
Sistem informasi akuntansi merupakan sebuah susunan dari orang, aktivitas,
data, jaringan dan teknologi yang terintegrasi yang berfungsi untuk mendukung dan
meningkatkan operasi sehari-hari sebuah bisnis, juga menyediakan kebutuhan informasi
untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan oleh manajer. Ada dua tipe
sistem informasi, yaitu single user dan multi user. Sistem informasi single user adalah
sistem informasi yang didesain untuk memenuhi kebutuhan informasi personal dari
seorang pengguna tunggal. Sedangkan sistem informasi multi user didesain untuk
memenuhi kebutuhan informasi dari kelompok kerja (departemen, kantor, divisi,
bagian) atau keseluruhan organisasi. Untuk membangun sistem informasi, baik single
user maupun multi user, haruslah mengkombinasikan secara efektif komponen-
komponen sistem informasi sebagai berikut (Romney & Steinbart 2005) :
a. Sumber Daya Manusia
Sistem informasi akuntansi membutuhkan sumber daya untuk dapat berfungsi. Manusia
merupakan unsur sistem informasi akuntansi yang berperan dalam menjalankan sistem,
pengambilan keputusan dan pengendalian atas jalannya sistem informasi akuntansi.
b. Prosedur
Prosedur merupakan urutan atau langkah-langkah untuk menjalankan suatu pekerjaan,
tugas atau kegiatan. Biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau
lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam atas transaksi perusahaan
yang terjadi berulang-ulang.
c. Data
Data merupakan komponen sistem informasi akuntansi tentang proses-proses bisnis
organisasi. Formulir atau dokumen merupakan unsur pokok data yang digunakan untuk
mencatat semua transaksi yang terjadi. Karena dengan formulir semua peristiwa yang
terjadi dalam organisasi direkam (didokumentasikan) diatas secarik kertas.
d. Software
Software adalah suatu fasilitas yang telah dirancang secara terkomputerisasi dan dipakai
untuk memproses data organisasi dalam suatu perusahaan secara otomatis untuk
menghasilkan laporan/informasi.
e. Infrastruktur Teknologi Informasi
Infrastruktur Tekologi Informasi adalah peralatan yang berbasiskan teknologi untuk
digunakan dalam rangka memproses data, termasuk komputer, peralatan pendukung
(peripheral device) dan peralatan untuk komunikasi jaringan.
Kelima komponen ini secara bersama-sama memungkinkan suatu akuntansi memenuhi
tiga fungsi pentingya dalam organisasi, yaitu:
a. Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan
oleh organisasi, sumber daya yang dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas tersebut, dan
para pelaku yang terlibat dalam berbagai aktivitas tersebut, agar pihak manajemen, para
pegawai, dan pihak-pihak luar yang berkepentingan dapat meninjau ulang (review) hal-
hal yang terjadi.
b. Mengubah data dalam informasi yang berguna bagi pihak manajemen untuk
membuat keputusan dalam aktivitas perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
c. Menyediakan pengendalian yang memadai untuk menjaga aset-aset organisasi,
termasuk data organisasi, untuk memastikan bahwa data tersebut tersedia saat
dibutuhkan, akurat, dan andal.
Pelaku UMKM
Dalam pembangunan ekonomi kerakyatan, UMKM mempunyai peranan yang
penting dan strategis untuk mewujudkan struktur dunia usaha nasional yang kokoh.
Sehubungan dengan hal tersebut maka UMKM perlu ditingkatkan jumlahnya dan
diberdayakan menjadi usaha yang tangguh, mandiri dan unggul, sehingga peranannya
dalam penyerapan tenaga kerja, ekspor dan pembentukan produk domestik bruto
semakin meningkat.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha
Mikro, Kecil Dan Menengah dinyatakan bahwa Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) adalah sebagai berikut:
Kredit UMKM
Untuk meningkatkan kesempatan, kemampuan dan perlindungan terhadap UMKM,
telah ditetapkan berbagai kebijakan tentang pemberdayaan UMKM yang dilakukan
dengan cara:
a. Penumbuhan iklim usaha yang mendukung pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah; dan
b. Pengembangan dan pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan peran serta kelembagaan UMKM
dalam perekonomian nasional, maka pemberdayaan tersebut perlu dilaksanakan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara menyeluruh,
sinergis, dan berkesinambungan.
Sebagaimana diatur pada pasal 7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah, Pemerintah dan Pemerintah Daerah
menumbuhkan Iklim Usaha dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan
kebijakan yang meliputi aspek pendanaan, sarana dan prasarana, informasi usaha,
kemitraan, perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang, dan dukungan
kelembagaan. Sedangkan dunia usaha dan masyarakat berperan serta secara aktif
membantu upaya pemerintah dan pemerintah daerah dalam menumbuhkan iklim usaha
tersebut.
Berkaitan dengan aspek pendanaan, peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang
ditetapkan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus ditujukan untuk:
a. Memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah untuk dapat mengakses kredit perbankan dan lembaga keuangan selain bank;
b. Memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jaringannya sehingga dapat
diakses oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;
c. Memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat, tepat, murah,
dan tidak diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
d. Membantu para pelaku Usaha Mikro dan Usaha Kecil untuk mendapatkan
pembiayaan dan jasa/produk keuangan lainnya yang disediakan oleh perbankan dan
lembaga keuangan bukan bank, baik yang menggunakan sistem konvensional maupun
sistem syariah dengan jaminan yang disediakan oleh Pemerintah.
Pengertian Kredit UMKM menurut Bank Indonesia (BI) adalah semua penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu dalam rupiah dan valuta asing,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank pelapor
dengan bank dan pihak ketiga bukan bank yang memenuhi kriteria usaha sesuai undang-
undang tentang UMKM yang berlaku.
Jenis-jenis Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM), antara lain:
a. Kredit Mikro adalah kredit dengan plafon Rp. 0 sampai dengan maksimum Rp. 50
juta.
b. Kredit Kecil adalah kredit dengan plafon lebih dari Rp.50 juta sampai dengan
maksimum Rp.500 juta.
c. Kredit Menengah adalah kredit dengan plafon lebih dari Rp.500 juta sampai dengan
maksimum Rp.5 miliar.
Termasuk dalam kredit UMKM tersebut adalah kredit dengan penjaminan tertentu.
Kredit Dengan Penjaminan Tertentu adalah kredit/pembiayaan atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara Bank dengan debitur yang dijamin oleh Perusahaan Penjamin dengan kriteria
tertentu, sebagaimana Program Pemerintah mengenai Kredit Usaha Rakyat (KUR).
KUR adalah kredit/pembiayaan modal kerja dan atau investasi kepada Usaha Mikro,
Kecil , Menengah dan Koperasi (UMKMK) di bidang usaha produktif dan layak namun
belum bankable yang dijamin oleh Perusahaan Penjamin sesuai program Pemerintah
mengenai Kredit Usaha Rakyat (KUR), dengan plafon kredit sampai dengan Rp.
500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) untuk KUR yang diberikan secara langsung
kepada debitur, dan plafon kredit sampai dengan Rp. 2.000.000.000,- (dua miliar
rupiah) untuk KUR yang diberikan melalui lembaga linkage pola executing.
Penjaminan Tertentu adalah kegiatan pemberian jaminan atas pemenuhan kewajiban
finansial debitur oleh Perusahaan Penjamin/Asuransi sesuai Surat Edaran
No.13/6/DPNP tanggal 18 Februari 2011 perihal Pedoman Perhitungan Aset
Tertimbang Menurut Risiko untuk Risiko Kredit dengan Menggunakan Pendekatan
Standar. Sumber dana KUR adalah 100% (seratus persen) berasal dari dana Bank
Pelaksana. Seluruh KUR yang diberikan oleh bank dengan prinsip konvensional (non
syariah), baik dalam bentuk penyaluran langsung dari bank pelaksana KUR maupun
melalui lembaga linkage (Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia,
2010).