Anda di halaman 1dari 5

1.

Definisi
SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah tentang
adanyalesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak
penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri,
hematoma, infark, abses otak dantumor intracranial .Lesi desak ruang (space
occupying lesion/SOL) merupakan lesi yang meluas atau menempati ruang dalam
otak termasuk tumor, hematoma dan abses.

2. Etilogi
Space-occupying lesions (SOL) intrakranial mempunyai beberapa
etiologi,dimana semuanya menimbulkan ekspansi dari volume dari cairan
intrakranialyang kemudian menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial.
Pembengkakan pada otak dapat dibagi dua yaitu diffuse dan fokal.
Pembengkakan diffuse sering terjadi akibat peningkatan umum cairan diotak
diakibatkan oleh vasodilatasi atau edema. Gangguan sistem vasomotor
dapatmenyebabkan vasodilatasi yang kemudian meningkatan aliran darah di
serebrum Hal ini terjadi sebagai respons terhadap hypercapnia dan hipoksia, dan
juga terjadiakibat head injury. Selain itu, edema dapat terjadi dari tiga mekanisme
yaituvasogenik, sitotoksik dan interstisial.
Pada edemavasogenik peningkatan pemeabilitas pembuluh darah serebral
akibat disfungsi sawar otak. Pada edemasitotoksik terjadi jejas terhadap sel endotel,
sel glia dan neuron pada otak. Pembengkakan fokal dapat terjadi akibat abses
serebral, hematoma, atauneoplasma. Lesi menyebar ekstrinsik seperti hematoma
subdural dan meningioma juga meningkatkan tekanan pada aktivitas otak dan
disebut sebagai Space Occupying Lesion.

Pada neoplasma dapat ditemukan faktor-faktor resiko berikut:


1.Riwayat trauma kepala
2.Faktor genetic
3.Paparan zat kimia yang bersifat karsinogen
4.Virus tertentu
5.Defisiensi imunologi
6.Kongenital

3. Klasifikasi
Berdasarkan jenis tumor dapat dibagi menjadi :
1) Jinak
a. Coustic neuroma
b. Meningiomac
c. Pituitary adenomad
d. Astrocytoma
2) Malignana
a. Astrocytoma
b. Oligodendrogliomac
c. Apendymom

4. Gejala Klinis
Gejala klinik umum timbul karena peningkatan tekanan intracranial, meliputi :
1. Nyeri kepala, merupakan gejala awal pada 20% pasien tumor yang kemudian
berkembang menjadi 60% . Nyeri kepala berat juga diperberat dengan oleh
perubahan posisi, batuk, manuever valsava dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan
bersama nyeri kepala pada 50% pasien. Nyeri kepala ipsilateral pada tumor
supratentorial sebanyak 80% dan terutama pada bagian frontal.
2. Muntah tanpa diawali dengan mual, mengindikasikan tumor yang luas dengan efek
massa tumor tersebut juga mengidikasikan adanya pergeseran otak.
3. Kejang dapat merupakan manifestasi pertama tumor otak pada 15% kasu. Dikatakan
bahwa apabila terjadi kejang fokal pada orang berumur dibawah 50 tahun harus
dipikirkan adanya tumor otak, selama penyebab lain belum ditemukan. Dalam hal
terjadinya kejang. Lokasi tumor lebih penting daripada histologinya. Tumor yang
jauh dari korteks mutoris akan jarang menimbulkan kejang.
4. Perubahan status mental, meliputi gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan
kepribadian, perubahan mood dan berkurangnya inisiatif yang terletak pada lobus
frontal atau temporal.
5. Ataksia dan gangguan keseimbangan.
6. Seizure, adalah gejala tumor yang berkembang lambat, paling sering terjadi pada
tumor di lobus frontal kemudian pada tumor lobus parietal dan temporal. Gejala
epilepsi yang muncul pertama kali pada usia pertengahan mengindikasikan adanya
suatu SOL.

5. Patofisiologi
Peningkatan tekanan intracranial dalah suatu mekanisme yang diakibatkan
oleh beberapa kondisi neurologi. Isi dari cranial adalah jaringan otak, pembuluh
darah dan cairan serebrospinal. Bila terjadi peningkatan satu dari isi
cranialmengakibatkan peningkatan tekanan intracranial, sebab ruang cranial
keras, tertutup tidak bisa berkembang. Peningkatan satu dari beberapa isi cranial
biasanya disertai dengan pertukaran timbale balik dalam satu volume yang satu
dengan yang lain. Jaringan otak tidakd apat berkembang, tanpa berepengaruh
serius pada aliran dan jumlah cairan serebrospinal dan sirkulasi serebral.
Space Occupaying Lesion (SOL) menggantikan dan merubah jaringan otak
sebagai suatu peningkatan tekanan. Peningkatan tekanan dapat secara lambat
(sehari/seminggu) atau secara cepat, hal ini tergantung pada penyebabnya. Pada
pertama kali satu hemisphere akan dipengaruhi. Peningkatan tekanan intracranial
dalam ruang kranial pada pertama kali dapat dikompensasi dengan menekan vena
dan pemindahan cairan serebrospinal. Bila tekanan makin lama makin
meningkat, aliran darah ke serebral akan menurun dan perfusi menjadi tidak
adekuat, maka akan meningkatkan PCO2 dan menurunkan PO2 dan PH. Hal ini
akan mnyebabkan vasodilatasi dan edema serebri. Edema lebih lanjut akan
meningkatkan tekanan intracranialyang lebih berat dan akan meyebabkan
kompresi jaringan saraf. Pada saat tekanan melampaui kemampuan otak untuk
berkompensasi, maka untuk meringankan tekanan, otak memindahkan ke
bagian kaudal atau herniasi kebawah. Sebagian akibat dari herniasi, batang
otak akan terkena pada berbagai tingkat, yang mana penekanannya bisa
mengenai pusat vasomotor, arteri serebral posterior, saraf okulomotorik,
traktus kortikospinal, dan serabut-serabut saraf ascending reticular activating
system. Akibatnya akan mengganggu mekanisme kesadaran, pengaturan
tekanan darah, denyut nadi pernafasan dan temperature

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Head CT-Scan
CT-Scan merupakan merupakan alat diagnostik yang penting dalam evaluasi
pasien yang diduga menderita tumor otak. CT-Scan merupakan pemeriksaan yang
mudah, sederhana, non invasif, tidak berbahaya, dan waktu pemeriksaan lebih
singkat. Ketika kita menggunakan CT-Scan dengan kontras, kita dapat
mendeteksi tumor yang ada. CT-Scan tidak hanya dapat mendeteksi tumor, tetapi
dapat menunjukkkan jenis tumor apa, karena setiap tumor intrakranial
menunjukkan gambar yang berbeda pad CT-Scan.Gambaran Scan pada tumor otak,
umumnya tampak sebagai lesi abnormal berupa massa yang mendorong struktur
otak disekitarnya. Biasanya tumor otak dikelilingi jaringan oedem yang terlihat
jelas karena densitasnya lebih rendah. Adanya kalsifikasi, perdarahan atau
invasi mudah dibedakan dengan jaringan sekitarya karena sifatnya hiperdens.
Beberapa jenis tumor akan terlihat lebih nyata bila pada waktu pemeriksaan
CT-Scan disertai dengan pemberian zat kontras. Kekurangan CT-Scan adalah
kurang peka dalam mendeteksi massa Gambaran CT-Scan pada tumor otak,
umumnya tampak sebagai lesi abnormal berupa massa yang mendorong struktur
otak disekitarnya. Biasanya tumor otak dikelilingi jaringan oedem yang terlihat
jelas karena densitasnya lebih rendah. Adanya kalsifikasi, perdarahan atau
invasi mudah dibedakan dengan jaringan sekitarnya karena sifatnya hiperdens.
Beberapa jenis tumor akan terlihat lebih nyata bila pada waktu pemeriksaan
CT-Scan disertai dengan pemberian zat kontras. Kekurangan CT-Scan adalah
kurang peka dalam mendeteksi massa tumor yang kecil, massa yang
berdekatan dengan struktur tulang kranium, maupun massa di batang otak. Pada
subdural akut CTScan kepala (non kontras) tampak sebagai suatu massa
hiperdenz(putih) ekstra-aksial berbentuk bulan sabit sepanjang bagian dalam
(inner table) tengkorak dan paling banyak terdapat pada konveksitas otak
didaerah parietal. Terdapat dalam jumlah yang lebih sedikit didaerah bagian atas
tentorium serebeli.
b. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang paling baik terutama untuk
mendeteksi tumor yang berukuran kecil ataupun tumor yang berada dibasis
kranium, batang otak dan di fossa posterior. MRI juga lebih baik dalam
memberikan gambaran lesi perdarahan, kistik, atau, massa padat tumor intrakranial.
c. Darah Lengkap
Pemeriksaan darah lengkap dapat dijadikan salah satu kunci untuk
menemukan kelainan dalam tubuh. kelainan sitemik biasanya jarang
terjadi,walaupun terkadang padaabses otak sedikit peningkatan leukosit
d. Foto Thoraks
Dilakukan untuk mengetahui apakah ada tumor dibagian tubuh lain,
terutama paru yang merupakan tempat tersering untuk terjadinya metastasis
primer paru. Pada hematoma, mendeteksi perubahan struktur tulang
(fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan /edema), dan fragmen tulang.

7. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Jika hasil CT-Scan didapati adanya tumor, dapat dilakukan pembedahan.
Ada pembedahan total dan parsial, hal ini tergantung jenis tumornya. Pada kasus
abses seperti loculated abscess, pembesran abses walaupun sudah diberi antibiotik
yang sesuai, ataupun terjadi impending herniation. Sedangkan pada
subdural hematoma, operasi dekompresi harus segera dilakukan jika terdapat
subdural hematoma akut dengan middle shift > 5 mm.Operasi juga
direkomendasikan pada subdural hematoma akut dengan ketebalan lebih dari 1 cm.
b. Radioterapi
Ada beberapa jenis tumor yang sensitif terhadap radioterapi, seperti low
grade glioma Selain itu radioterapi juga digunakan sebagai lanjutan terapi
dari pembedahan parsial.
c. Kemoterapi
Terapi utama jenis limpoma adalah kemoterapi. Tetapi untuk
oligodendroglioma dan beberapa astrocytoma yang berat, kemoterapi hanya
digunakan sebagai terapi tambahan.
d. Antikolvusan
Mengontrol kejang merupakan bagian terapi yang penting pada pasien
dengan gejala klinis kejang. Pasien SOL sering mengalami peningkatan
tekanan intrakranial, yang salah satu gejala klinis yang sering terjadi adalah kejang
.Phenytoin (300-400mg/kali) adalah yang paling umum digunakan. Selain itu
dapat juga digunakan carbamazepine (600-1000mg/hari), phenobarbital (90-
150mg/hari) dan asam valproat (750-1500mg/hari).
e. .Antibiotik
Jika dari hasil pemeriksaan diketahui adanya abses, maka
antibiotik merupakan salah satu terapi yang harus diberikan. Berikan antibiotik
intravena, sesuai kultur ataupun sesuai data empiris yang ada. Antibiotik
diberikan 4-6 minggu atau lebih, hal ini disesuaikan dengan hasil pencitraan,
apakah ukuran abses sudah berkurang atau belum. Carbapenem,
fluorokuinolon, aztreonam memiliki penetrasi yang bagus ke sistem saraf pusat,
tetapi harus memperhatikan dosis yang diberikan (tergantung berat badan dan
fungsi ginjal) untuk mencegah toksisitas.
f. Kortikosteroid
Kortikosteroid mengurangi edema peritumoral dan mengurangI
tekana intrakranial. Efeknya mengurangi sakit kepala dengan cepat.
Dexamethasone adalah kortikosteroid yang dipilh karena aktivitas mineralkortikoid
yang minimal. Dosisnya dapat diberikan mulai dari 16mg/hari, tetapi
dosisnya dapat ditambahkan maupun dikurangi untuk mencapai dosis yang
dibutuhkan untuk mengontrol gejala neurologik.

Anda mungkin juga menyukai