Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang darah serta jaringan yang membentuk
darah. Darah merupakan bagian penting dari sistem transport. Darah merupakan jaringan
yang berbentuk cairan yang terdiri dari 2 bagian besar yaitu plasma darah dan bagian
korpuskuli. Dalam arti lain hematologi juga dikenal sebagai cabang ilmu kedokteran
mengenai sel darah, organ pembentuk darah, dan kelainan yang berhubungan dengan sel serta
organ pembentuk darah. Setiap orang mengetahui bahwa pendarahan pada akhirnya akan
berhenti ketika terjadi luka atau terdapat luka lama yang mengeluarkan darah kembali. Saat
pendarahan berlangsung, gumpalan darah beku akan segera terbentuk dan mengeras, dan luka
pun pulih seketika. Sebuah kejadian yang mungkin tampak sederhana dan biasa saja di mata
Anda, tapi tidak bagi para ahli biokimia.

Penelitian mereka menunjukkan, peristiwa ini terjadi akibat bekerjanya sebuah sistem yang
sangat rumit. Hilangnya satu bagian saja yang membentuk sistem ini, atau kerusakan sekecil
apa pun padanya, akan menjadikan keseluruhan proses tidak berfungsi. Darah harus
membeku pada waktu dan tempat yang tepat, dan ketika keadaannya telah pulih seperti
sediakala, darah beku tersebut harus lenyap. Sistem ini bekerja tanpa kesalahan sedikit pun
hingga bagian-bagiannya yang terkecil. Jika terjadi pendarahan, pembekuan darah harus
segera terjadi demi mencegah kematian. Di samping itu, darah beku tersebut harus menutupi
keseluruhan luka, dan yang lebih penting lagi, harus terbentuk tepat hanya pada lapisan
paling atas yang menutupi luka. Jika pembekuan darah tidak terjadi pada saat dan tempat
yang tepat, maka keseluruhan darah pada makhluk tersebut akan membeku dan berakibat
pada kematian
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hematologi

a. Defenisi

Darah terdiri dari dua komponen utama, yaitu: (1) 55% adalah sel plasma, cairan matriks
ekstraselular yang mengandung zat-zat terlarut, dan 45% adalah unsur yang diedarkan yang
terdiri dari sel dan fragmen- fragmen sel. Pada umumnya, sekitar 99% dari unsur yang
diedarkan merupakan sel darah merah (eritrosit), kurang dari 1% adalah sel darah putih
(leukosit) dan platelet. (Tortora, 2009) Hematologi mempelajari gangguan, diagnosis,
pengobatan, dan pencegahan penyakit yang menyerang darah serta komponen-komponennya.
Meliputi sel darah, protein darah, hemoglobin, trombosit, dan pembuluh darah, serta organ
yang memproduksi darah, yaitu sumsum tulang dan limpa.

b. Penggolongan Hematologi secara umum dibagi atas 3 bagian kecil menurut jenis dan
grup sel darah yang dipelajari.

 Sel darah merah

Anemia
Hemoglobinopati
Bank darah (sel darah merah dan plasma)

 Sel darah putih

Leukemia
Neutropenia
Kelainan mieloproliferatif
Sindrom mielodisplasia
Limfoma dan penyakit limfoproliferatif
Multimieloma

 Plasma darah dan pembekuan darah

Pendarahan dan kelainan pembekuan darah


Trombosis
Trombositopenia dan trombositosis

c. Plasma Darah (Bagian Cair Darah)


Plasma darah adalah salah satu penyusun darah yang berwujud cair serta
mempengaruhi sekitar 5% dari berat badan manusia. Plasma darah memiliki warana
kekuning-kuningan yang didalamnya terdiri dari 90% air, 8% protein, dan 0,9% mineral,
oksigen, enzim, dan antigen. Sisanya berisi bahan organik, seperti lemak, kolestrol, urea,
asam amino, dan glukosa.

Plasma darah merupakan cairan darah yang berfungsi untuk mengangkut dan
mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh bagian tubuh manusia, dan mengangkut zat sisa
metabolisme dari sel-sel tubuh atau dari seluruh jaringan tubuh ke organ pengeluaran.

Di dalam plasma darah terdapat beberapa protein terlarut yaitu:

1. Albumin berfungsi untuk memelihara tekanan osmotik


2. Globulin berfungsi untuk membentuk zat antibodi
3. Fibrinogen adalah sumber fibrin yang berfungsi dalam proses pembekuan darah.

plasma darah terdiri atas serum dan fibrinogen. Seperti yang telah dijelaskan diatas,
fibrinogen adalah sumber fibrin yang berfungsi dalam proses pembekuan darah, sedangkan
serum adalah suatu cairan berwarna kuning. Serum berfungsi sebagai penghasil zat antibodi
yang dapat membunuh bakteri atau benda asing yang masuk ke dalam tubuh kita.

d. Korpuskuler (Bagian Padat Darah)


Korpuskuler terdiri dari tiga bagian:

1. Sel Darah Merah (Eritrosit)


Sel darah merah atau yang juga disebut eritrosit berasal dari bahasa Yunani yaitu,
erythos yang berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel. Eritrosit merupakan bagian
sel darah yang mengandung hemoglobin (Hb). Hemoglobin adalah biomolekul yang
mengikat oksigen. Sedangkan darah yang berwarna merah cerah dipengaruhi oleh oksigen
yang diserap dari paru-paru. Pada saat darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin
melepaskan oksigen ke sel dan mengikat karbondioksida. Jumlah hemoglobin pada orang
dewasa kira-kira 11,5-15 gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-
laki 13,0 mg%. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari asam
amino dan memerlukan pula zat besi, sehinnga diperlukan diet seimbang zat besi. Di dalam
tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin
dalam sel darah merah. Apabila kedua-duanya berkurang maka keadaan ini disebut animea,
yang biasanya disebabkan oleh pendarahan hebat, penyakit yang melisis eritrosit, dan tempat
pembuatan eritrosit terganggu.

Bentuk sel darah merah pada manusia adalah bikonkaf atau berbentuk piringan pipih
seperti donat. Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 µm dan tebalnya
sekitar 2 µm, eritrosit termasuk sel paling kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada
tubuh manusia. Jumlah sel darah merah adalah jumlah yang paling banyak dibandingkan
jumlah sel darah lainnya. Secara normal, di dalam darah seorang laki-laki dewasa terdapat 25
trilliun sel darah merah atau setiap satu milimeter kubik (1 mm3) darah trdapat 5 juta sel
darah merah. Pada perempuan dewasa, jumlah sel darah merah per milimeter kubiknya
sebanyak 4,5 juta.

Sel darah merah hanya mampu bertahan selama 120 hari. Proses dimana eritrosit
diproduksi dimaksud eritropoiesies. Sel darah merah yang rusak akhirnya akan pecah menjadi
partikel-partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar sel yang rusak dihancurkan
oleh limpa dan yang lolos akan dihancurkan oleh hati. Hati menyimpan kandungan zat besi
dari hemoglobin yang kemudian diangkut oleh darah ke sumsum merah tulang untuk
membentuk sel darah merah yang baru. Sumsum merah tulang memproduksi eritrosit, dengan
laju produksi sekitar 2 juta eritrosit per detik. Produksi dapat distimulasi oleh hormon
eritoprotein (EPO) yang disintesa ginjal. Hormon ini sering digunakan para atlet dalam suatu
pertandingan sebagai doping. Saat sebelum dan sesudah meninggalkan sumsum tulang
belakang, sel yang berkembang ini dinamakan retikulosit dan jumlahnya sekitar 1% dari
semua darah yang beredar.

2. Sel Darah Putih (Leukosit)


Sel darah putih (leukosit) jauh lebih besar daripada sel darah merah. Namun jumlah
sel darah putih jauh lebih sedikit daripada sel darah merah. Pada orang dewasa setiap 1 mm3
darah terdapat 6.000-9.000 sel darah putih. Tidak seperti sel darah merah, sel darah putih
memiliki inti (nukleus). Sebagian besar sel darah putih bisa bergerak seperti Amoeba dan
dapat menembus dinding kapiler. Sel darah putih dibuat di dalam sumsum merah, kelenjar
limfa, dan limpa (kura).
Sel darah putih memiliki ciri-ciri, antara lain tidak berwarna (bening), bentuk tidak
tetap (ameboid), berinti, dan ukurannya lebih besar daripada sel darah merah.

Berdasarkan ada tidaknya granula di dalam plasma, leukosit dibagi:

a. Leukosit Bergranula (Granulosit)


Ø Neutrofil adalah sel darah putih yang paling banyak yaitu sekitar 60%. Plasmanya bersifat
netral, inti selnya banyak dengan bentuk yang bermacam-macam dan berwarna merah
kebiruan. Neutrofil bertugas untuk memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki
tubuh. Mula mula bakteri dikepung, lalu butir-butir di dalam sel segera melepaskan zat kimia
untuk mencegah bakteri berkembang biak serta menghancurkannya
Ø Eosinofil adalah leukosit bergranula dan bersifat fagosit. Jumlahnya sekitar 5%. Eosinofil
akan bertambah jumlahnya apabila terjadi infeksi yang disebabkan oleh cacing. Plasmanya
bersifat asam. Itulah sebabnya eosinofil akan menjadi merah tua apabila ditetesi dengan
eosin. Eosinofil memiliki granula kemerahan. Fungsi dari eosinofil adalah untuk memerangi
bakteri, mengatur pelepasan zat kimia, dan membuang sisa-sisa sel yang rusak.
Ø Basofil adalah leukosit bergranula yang berwarna kebiruan. Jumlahnya hanya sekitar 1%.
Plasmanya bersikap basa, itulah sebabnya apabila basofil ditetesi dengan larutan basa, maka
akan berwarna biru. Sel darah putih ini juga bersifat fagositosis. Selain itu, basofil
mengandung zat kimia anti penggumpalan yang disebut heparin.
b. Leukosit Tidak Bergranula (Agranulosit)
Ø Limfosit adalah leukosit yang tidak memiliki bergranula. Intiselnya hampir bundar dan
terdapat dua macam limfosit kecil dan limfosit besar. 20% sampai 30% penyusun sel darah
putih adalah limfosit. Limfosit tidak dapat bergerak dan berinti satu. Berfungsi sebagai
pembentuk antibodi.
Ø Monosit adalah leukosit tidak bergranula. Inti selnya besar dan berbentuk bulat atau bulat
panjang. Diproduksi oleh jaringan limfa dan bersifat fagosit.
Antigen adalah apabila ada benda asing ataupun mikroba masuk ke dalam tubuh,
maka tubuh akan menganggap benda yang masuk tersebut adalah benda asing. Akibatnya
tubuh memproduksi zat antibodi melalu sel darah putih untuk menghancurkan antigen.
Glikoprotein yang terdapat pada hati kita, dapat menjadi antigen bagi orang lain apabila
glikoprotein tersebut disuntikkan kepada orang lain. Hal ini membuktikan bahwa suatu bahan
dapat dianggap sebagai antigen untuk orang lain tetapi belum tentu sebagai antigen untuk diri
kita sendiri. Hal tersebut juga berlaku sebaliknya.

Leukosit yang berperan penting terhadap kekebalan tubuh ada dua macam:
1) Sel Fagosit
Sel fagosit akan menghancurkan benda asing dengan cara menelan (fagositosis). Fagosit
terdiri dari dua macam:

a) Neutrofil, terdapat dalam darah


b) Makrofag, dapat meninggalkan peredaran darah untuk masuk kedalam jaringan atau
rongga tubuh

2) Sel Limfosit
Limfosit terdiri dari:

a) T Limfosit (T sel), yang bergerak ke kelenjar timus (kelenjar limfa di dasar leher)
b) B Limfosit (B Sel)

Keduanya dihasilkan oleh sumsum tulang dan diedarkan ke seluruh tubuh melalui
pembuluh darah, menghasilkan antibodi yang disesuaikan dengan antigen yang masuk ke
dalam tubuh. Seringkali virus memasuki tubuh tidak melalui pembuluh darah tetapi melalui
kulit dan selaput lendir agar terhindar dari lukosit. Namun sel-sel tubuh tersebut tidak
berdiam diri. Sel-sel tersebut akan menghasilkan interferon suatu protein yang dapat
memproduksi zat penghalang terbentuknya virus baru (replikasi). Adanya kemampuan ini
dapat mencengah terjadinya serangan virus.

3. Keping Darah (Trombosit)


Dibandingkan dengan sel darah lainnya, keping darah memiliki ukuran yang paling
kecil, bentuknya tidak teratur, dan tidak memiliki inti sel. Keping darah dibuat di dalam
sumsum merah yang terdapat pada tulang pipih dan tulang pendek. Setiap 1 mm3 darah
terdapat 200.000 – 300.000 butir keping darah. Trombosit yang lebih dari 300.000 disebut
trombositosis, sedangkan apabila kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Trombosit
hanya mampu bertahan 8 hari. Meskipun demikian trombosit mempunyai peranan yang
sangat penting dalam proses pembekuan darah.

Pada saat kita mengalami luka, permukaan luka tersebut akan menjadi kasar. Jika
trombosit menyentuh permukaan luka yang kasar, maka trombosit akan pecah. Pecahnya
trombosit akan menyebabkan keluarnya enzim trombokinase yang terkandung di dalamnya.
Enzim trombokinase dengan bantuan mineral kalsium (Ca) dan vitamin K yang terdapat di
dalam tubuh dapat mengubah protombin menjadi trombin. Selanjutnya, trombin merangsang
fibrinogen untuk membuat fibrin atau benang-benag. Benang-benang fibrin segera
membentuk anyaman untuk menutup luka sehingga darah tidak keluar lagi.

e. Fungsi Darah
Darah memiliki bagian yang cair (plasma darah) dan bagian yang padat (sel darah).
Bagian – bagian tersebut memiliki fungsi tertentu dalam tubuh. Secara garis besar, fungsi
utama darah adalah sebagai berikut:

1. Alat pengangkut zat-zat dalam tubuh, seperti sari-sari makanan, oksigen, zat-zat sisa
metabolisme, hormon, dan air.
2. Menjaga suhu tubuh dengan cara memindahkan panas dari organ tubuh yang aktif ke organ
tubuh yang kurang aktif sehingga suhu tubuh tetap stabil, yaitu berkisar antara 36 – 37oC.
3. Membunuh bibit penyakit atau zat asing yang terdapat dalam tubuh oleh sel darah putih.
4. Pembekuan darah yang dilakukan oleh keping darah (trombosit)

B Patofisiologi pada Gangguan Hematologi


Banyak penyakit serta kelainan yang disebabkan oleh sistem peredaran darah
manusia. Di bawah ini adalah beberapa penyakit ataupun kelainan yang disebabkan oleh sel –
sel darah :

1. Anemia
a.Definisi

Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin
sel darah merah hingga di bawah normal sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen
dalam jumlah yang diperlukan tubuh. Penyakit tersebut dapat disebabkan dari pendarahan
hebat, seperti akibat kecelakaan, berkurangnya pembentukan sel darah merah, dan
meningkatnya penghancuran sel darah merah.

Anemia biasanya banyak diderita oleh kaum perempuan. Hal ini disebabkan karena
setiap satu bulan sekali perempuan mengalami pendarahan yang lumayan banyak yaitu saat
menstruasi. Anemia dapat menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga, dan kepala
terasa melayang.pengobatan yang diberikan pada pasien anemia berupa tranfusi darah. Salah
satu tindakan pencegahannya adalah dengan rajin mengonsumsi makanan yang banyak
mengandung zat besi, misalnya bayam, atau bisa juga dengan mengonsumsi suplemen
penambah darah.
b. Penyabab atau etiologi anemia
1. Perdarahan
2. Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B12, dan asam folat. (Barbara C. Long, 1996 )
3. Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema, dll.
4. Kelainan darah
5. Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah. (Arif Mansjoer, 2001)

c. Klasifikasi
Secara patofisiologi anemia terdiri dari :

1. Penurunan produksi : anemia defisiensi, anemia aplastik.

2. Peningkatan penghancuran : anemia karena perdarahan, anemia hemolitik.

Secara umum anemia dikelompokan menjadi :

1. Anemia mikrositik hipokrom

a. Anemia defisiensi besi

Untuk membuat sel darah merah diperlukan zat besi (Fe). Kebutuhan Fe sekitar 20 mg/hari,
dan hanya kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 2-4 mg, kira-
kira 50 mg/kg BB pada pria dan 35 mg/kg BB pada wanita. Anemia ini umumnya disebabkan
oleh perdarahan kronik. Di Indonesia banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang
(ankilostomiasis), inipun tidak akan menyebabkan anemia bila tidak disertai malnutrisi.
Anemia jenis ini dapat pula disebabkan karena :

· Diet yang tidak mencukupi


· Absorpsi yang menurun
· Kebutuhan yang meningkat pada wanita hamil dan menyusui
· Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah
· Hemoglobinuria
· Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.
b. Anemia penyakit kronik

Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with reticuloendothelial siderosis.
Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi seperti infeksi ginjal, paru
( abses, empiema, dll ).

2. Anemia makrositik
a. Anemia Pernisiosa

Anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik karena gangguan
absorsi yang merupakan penyakit herediter autoimun maupun faktor ekstrinsik karena
kekurangan asupan vitamin B12.

b. Anemia defisiensi asam folat

Anemia ini umumnya berhubungan dengan malnutrisi, namun penurunan absorpsi asam folat
jarang ditemukan karena absorpsi terjadi di seluruh saluran cerna. Asam folat terdapat dalam
daging, susu, dan daun – daun yang hijau.

3. Anemia karena perdarahan

a. Perdarahan akut

Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan penurunan kadar
Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.

b. Perdarahan kronik

Pengeluaran darah biasanya sedikit – sedikit sehingga tidak diketahui pasien. Penyebab yang
sering antara lain ulkus peptikum, menometroragi, perdarahan saluran cerna, dan epistaksis.

4. Anemia hemolitik

Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah ( normal 120 hari ), baik
sementara atau terus menerus. Anemia ini disebabkan karena kelainan membran, kelainan
glikolisis, kelainan enzim, ganguan sistem imun, infeksi, hipersplenisme, dan luka bakar.
Biasanya pasien ikterus dan splenomegali.

5. Anemia aplastik

Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah.


Penyebabnya bisa kongenital, idiopatik, kemoterapi, radioterapi, toksin, dll.

d. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala umum yang sering dijumpai pada pasien anemia antara lain : pucat, lemah,
cepat lelah, keringat dingin, takikardi, hypotensi, palpitasi. (Barbara C. Long, 1996).
Takipnea (saat latihan fisik), perubahan kulit dan mukosa (pada anemia defisiensi Fe).
Anorexia, diare, ikterik sering dijumpai pada pasien anemia pernisiosa (Arif Mansjoer, 2001)

c. Pencegahan Anemia
Banyak jenis anemia tidak dapat dicegah. Namun, Anda dapat membantu menghindari
anemia kekurangan zat besi dan anemia kekurangan vitamin dengan makan yang sehat,
variasi makanan, termasuk:

1. Besi. Sumber terbaik zat besi adalah daging sapi dan daging lainnya. Makanan lain yang
kaya zat besi, termasuk kacang-kacangan, lentil, sereal kaya zat besi, sayuran berdaun
hijau tua, buah kering, selai kacang dan kacang-kacangan.
2. Folat. Gizi ini, dan bentuk sintetik, asam folat, dapat ditemukan di jus jeruk dan buah-
buahan, pisang, sayuran berdaun hijau tua, kacang polong dan dibentengi roti, sereal dan
pasta.
3. Vitamin B-12. Vitamin ini banyak dalam daging dan produk susu.
4. Vitamin C. Makanan yang mengandung vitamin C, seperti jeruk, melon dan beri,
membantu meningkatkan penyerapan zat besi.

Makan banyak makanan yang mengandung zat besi sangat penting bagi orang-orang
yang memiliki kebutuhan besi yang tinggi, seperti anak-anak - besi yang diperlukan
selama ledakan pertumbuhan - dan perempuan hamil dan menstruasi.
d. Penanggulangan Anemia
Tindakan penting yang dilakukan untuk mencegah kekurangan besi antara lain :
1. Konseling untuk membantu memilih bahan makanan dengan kadar besi yang cukup secara
rutin pada usia remaja.
2. Meningkatkan konsumsi besi dari sumber hewani seperti daging, ikan, unggas, makanan
laut disertai minum sari buah yang mengandung vitamin C (asam askorbat) untuk
meningkatkan absorbsi besi dan menghindari atau mengurangi minum kopi, teh, teh es,
minuman ringan yang mengandung karbonat dan minum susu pada saat makan.
3. Suplementasi besi. Merupakan cara untuk menanggulangi ADB di daerah dengan
prevalensi tinggi. Pemberian suplementasi besi pada remaja dosis 1 mg/KgBB/hari.
4. Untuk meningkatkan absorbsi besi, sebaiknya suplementasi besi tidak diberi bersama susu,
kopi, teh, minuman ringan yang mengandung karbonat, multivitamin yang mengandung
phosphate dan kalsium.
5. Skrining anemia. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit masih merupakan pilihan untuk
skrining anemia defisiensi besi .
e. Pengobatan Anemia
Pengobatan anemia tergantung pada penyebabnya:

1. Anemia kekurangan zat besi. Bentuk anemia ini diobati dengan suplemen zat besi, yang
mungkin Anda harus minum selama beberapa bulan atau lebih. Jika penyebab kekurangan
zat besi kehilangan darah - selain dari haid - sumber perdarahan harus diketahui dan
dihentikan. Hal ini mungkin melibatkan operasi.
2. Anemia kekurangan vitamin. Anemia pernisiosa diobati dengan suntikan - yang seringkali
suntikan seumur hidup - vitamin B-12. Anemia karena kekurangan asam folat diobati
dengan suplemen asam folat.
3. Anemia penyakit kronis. Tidak ada pengobatan khusus untuk anemia jenis ini. Suplemen
zat besi dan vitamin umumnya tidak membantu jenis anemia ini . Namun, jika gejala
menjadi parah, transfusi darah atau suntikan eritropoietin sintetis, hormon yang biasanya
dihasilkan oleh ginjal, dapat membantu merangsang produksi sel darah merah dan
mengurangi kelelahan.
4. Aplastic anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup transfusi darah untuk
meningkatkan kadar sel darah merah. Anda mungkin memerlukan transplantasi sumsum
tulang jika sumsum tulang Anda berpenyakit dan tidak dapat membuat sel-sel darah sehat.
Anda mungkin perlu obat penekan kekebalan tubuh untuk mengurangi sistem kekebalan
tubuh Anda dan memberikan kesempatan sumsum tulang ditransplantasikan berespon
untuk mulai berfungsi lagi.
5. Anemia terkait dengan penyakit sumsum tulang. Pengobatan berbagai penyakit dapat
berkisar dari obat yang sederhana hingga kemoterapi untuk transplantasi sumsum tulang.
6. Anemias hemolitik. Mengelola anemia hemolitik termasuk menghindari obat-obatan
tertentu, mengobati infeksi terkait dan menggunakan obat-obatan yang menekan sistem
kekebalan Anda, yang dapat menyerang sel-sel darah merah. Pengobatan singkat dengan
steroid, obat penekan kekebalan atau gamma globulin dapat membantu menekan sistem
kekebalan tubuh menyerang sel-sel darah merah.
7. Sickle cell anemia. Pengobatan untuk anemia ini dapat mencakup pemberian oksigen, obat
menghilangkan rasa sakit, baik oral dan cairan infus untuk mengurangi rasa sakit dan
mencegah komplikasi. Dokter juga biasanya menggunakan transfusi darah, suplemen asam
folat dan antibiotik. Sebuah obat kanker yang disebut hidroksiurea (Droxia, Hydrea) juga
digunakan untuk mengobati anemia sel sabit pada orang dewasa.
2. Leukemia
a. Definisi

Leukemia adalah kanker dari sel-sel darah. Penyakit tersebut disebabkan oleh
pertumbuhan sel-sel darah putih yang tak terkendali. Leukemia terjadi jika proses
pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih dalam sumsum tulang menghasilkan
perubahan ke arah keganasan. Pengobatan yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan
kemoterapi, kemoterapi berguna untuk menghambat pertumbuhan sel-sel kanker. Selain
kemoterapi, penderita leukimia bisa juga melakukan transplantasi sumsum tulang, namun
transplantasi sumsum tulang adalah proses yang cukup rumit karena memerlukan pendonor
sumsum tulang dengan tingkat kecocokan yang cukup tinggi.

b. Tipe2 Leukimia

Dari klasifikasi ini, maka Leukimia dibagi menjadi empat type yaitu :
1. Leukemia Limfositik akut (LLA)
Merupakan tipe Leukimia paling sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat
pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun atau lebih.
2. Leukimia Mielositik akut (LMA)
Ini lebih sering terjadi pada dewasa daripada anak-anak. Tipe ini dahulunya disebut Leukimia
nonlimfositik akut
3. Leukimia Limfositik Kronis (LLK)
Hal ini sering diderita oleh orang dewasa yang berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang
juga diderita oleh dewasa muda, hampir tidak ada pada anak-anak.
4. Leukimia Mielositik Kronis (LMK)
Sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga terjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit.
Diagnose leukemia dapat dipastikan dengan beberapa pemeriksaan,diantaranya adalah
biopsy, pemeriksaan darah complete blood count (CBC) , CT or CAT scan, magnetic
resonance imaging (MRI), X-ray, ultrasound, spinal tap/lumbar puncture.
Leukemia akut dapat didiagnosa melalui bebrapa alat seperti :
1. Pemeriksaan morfologi (darah tepi, aspirasi sumsum tulang, biopsy sumsum tulang)
2. Pewarnaan sitokimia
3. Immunofenotipe
4. Sitogenetika
5. Diagnosis molekuler

c. Tanda-Tanda Penyakit Leukimia (Kanker Darah)


1. Anemia.
Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (sel darah merah dibawah
normal menyebabkan oxygen dalam tubuh kurang, akibatnya penderita bernafas cepat
sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan oxygen dalam tubuh).
2. Perdarahan.
Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar karena didominasi oleh
sel darah putih, maka penderita akan mengalami perdarahan dijaringan kulit (banyaknya
jentik merah lebar/kecil dijaringan kulit).
3. Terserang Infeksi.
Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama melawan penyakit
infeksi. Pada Penderita Leukemia, sel darah putih yang diterbentuk adalah tidak normal
(abnormal) sehingga tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si penderita rentan
terkena infeksi virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan menampakkan keluhan
adanya demam, keluar cairan putih dari hidung (meler) dan batuk.
4. Nyeri Tulang dan Persendian.
Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (bone marrow) mendesak padat oleh
sel darah putih.
5. Nyeri Perut.
Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia, dimana sel leukemia dapat
terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan pembesaran pada
organ-organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya
nafsu makan penderita leukemia.
6. Pembengkakan Kelenjar Lympa.
Penderita kemungkinan besar mengalami pembengkakan pada kelenjar lympa, baik itu yang
dibawah lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar lympa bertugas menyaring darah, sel
leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan pembengkakan.
7. Kesulitan Bernafas (Dyspnea).
Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan bernafas dan nyeri dada, apabila terjadi hal
ini maka harus segera mendapatkan pertolongan medis.
d.Penyebab Leukimia (Kanker Darah)
Untuk penyebab sendiri sampai saat ini masih belum diketahui. Tetapi kebanyakan telah
ditemukan beberapa faktorpenyebabnya. Antara lain:
1. Radiasi
Menurut data, LMA lebih disebabkan karena serangan radiasi. Sedang LLK sendiri jarang
mendapat laporan karena faktor radiasi. Widiw, jadi ada kemungkinan pegawai radiologi bisa
memiliki kemungkinan terkena serangan Leukemia, penderita dengan radioterapi lebih sering
menderita leukimia, Sebenarnya untuk serangan Leukemia pada anak-anak sendiri meningkat
setelah pengeboman Hiroshima dan Nagasaki di Jepang. Semenjak itu, mulai banyak laporan
mengenai anak-anak yang menderita Leukemia ini.
2. Faktor Leukemogenik
Maksudnya disini itu karena faktor zat kimia tertentu. Biasanya Racun lingkungan seperti
benzena, Insektisida, obat-obatan terapi kaya kemoterapi juga akan memungkinkan terjadinya
Leukemia.
3. Virus
Virus ini biasanya sih Virus HTLV penyebab utamanya. HTLV itu T-cell Leukemia Viruses
yang merupakan penyebab utama dari ketidak normalan perkembangan sel darah putih.
Biasanya sih HTLV I atau II. Virus lainnya antara lain retrovirus atau virus leukemia feline.
4. Herediter
Herediter disini maksudnya keturunan. Biasanya orang yang memiliki Sindrom Down lebih
rentan terkena Leukemia dibanding yang tidak. Kemungkinan terkenanya sekitar 20 kali lebih
rentan dibanding yang normal.

e. Komplikasi Penyakit Kanker Darah atau Leukemia


Komplikasi yang terjadi akibat penyakit kanker darah atau leukemia adalah :
1. Leukemia akut
Yang merupakan tanda dari perkembangan kanker darah yang semakin meningkatkan
risikonya karena penyebaran sel-sel kanker darah merusak dan mengganggu organ tubuh
lainnya. Pembentukan dan perkembangan sel darah putih semakin luas.
2. Leukimia kronis
Merupakan perkembangan penyakit yang tidak begitu cepat, namun bagi penderita
leukemia kronis ini memiliki harapan hidup yang lebih lama, karena perawatan dan
pengobatan leukemia jenis ini begitu lamban dan membutuhkan waktu yang lama untuk
proses penyembuhan. Namun jarang sekali penderita leukemia jenis ini bertahan hidup
karena keganasan kanker ini.
f. Pencegahan dan pengobatan penyakit Leukimia
Pencegahan Leukimia (kanker darah)
1. Olahraga yang teratur
Olahraga yang teratur akan membuat tubuh kita menjadi sehat. Sehat berarti bebas
dari penyakit kanker. Menurut American cancer society (ACS), olahraga teratur terbukti
mampu mengurangi risiko kanker. ACS merekomendasikan minimal 30 menit perhari untuk
berolahraga, bisa dilakukan minimal 5 hari perminggu. Ada banyak yang bisa kita lakukan
untuk berolahraga seperti jalan cepat, jogging, latihan kekuatan atau berenang. Olahraga
adalah cara alami mencegah kanker.
2. Diet
Penelitian juga mengatakan bahwa diet yang sehat juga dapat membantu mencegah
perkembangan kanker, termasuk kanker darah. Diet ini bisa dilakukan dengan cara
memperbanyak mengkonsumsi makanan seperti biji-bijian, buah-buahan, sayuran serta
meminimalkan konsumsi lemak. Hindari juga makanan siap saji, karena ini juga berbahaya.
3. Menghindari rokok dan alcohol
Selain olahraga dan diet, rokok juga harus dihindari,baik yang perokok aktif maupum
pasif. Rokok merupakan penyebab sebagian kanker yang terjadi. Rokok selain dapat
menyebabkan kanker darah juga dapat menyebabkan kanker paru dan kanker leher rahim.
Selain rokok, alcohol juga harus dihindari karena alcohol sama berbahayanya dengan rokok.
4. Deteksi dini
Untuk mencegah kanker darah juga bisa dilakukan dengan deteksi dini. Hal ini bisa
dilakukan sehingga bisa mencegah kanker lebih cepat.
5. Konsumsi obat herbal
Selain cara-cara diatas, juga bisa untuk mencegah kanker darah dengamengkonsumsi
obat herbal.
g. Pengobatan Leukimia
Pengobatan Leukemia sendiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1. Kemoterapi dengan obat
Penggunaan ini bersifat menyerang dan menghancurkan sel-sel kanker patologis yang
menyerang akan tubuh. Nah kalau tadi penggunaan kemoterapi dapat mengakibatkan kanker
baru memang benar. Biasanya penggunaan obat ini ditambahkan dengan obat penghambat
munculnya penyakit baru. Biasanya obat yang digunakan adalah hydrea / hydroksiurea,
mercapto purinetol dan myleran. Rosy Periwinkle di hutan madagaskar sering juga digunakan
untuk penyembuhan Leukemia ini. Sayangnya tumbuhan ini terancam punah.
2. Transplantasi Sumsung tulang belakang
Biasanya adalah sumsum tulang belakang dari saudara kandung atau saudara dekat.
Keuntungannya adalah sisem imun tidak akan aktif untuk membunuh sel hasil transplantasi.
Kerugiannya sendiri adalah sel yang akan berfungsi dalam waktu yang sangat lama, tidak
akan berfungsi dengan baik dalam waktu yang singkat.
3. Radioterapi
Untuk menghancurkan dan menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
4. Terapi terfokus
Untuk menyerang bagian-bagian rentan dalam sel-sel kanker.
5. Terapi biologis
Untuk membantu sistem kekebalan tubuh mengenali dan menyerang sel-sel kanker.
3. Hemofilia
Hemofilia adalah penyakit yang bersifat menurun (genetik), maksudnya dapat
diturunkan pada keturunannya. Penderita penyakit ini tidak dapat menghentikan pendarahan
akibat luka karena darahnya sukar membeku. Untuk pengobatan penderita hemofilia
sepertinya agak sulit dilakukan, karena penyakit ini adalah penyakit keturunan. Pada
pendarahan yang cukup serius, misalnya saja mengalami kecelakaan, maka penderita
hemofilia bisa saja mengalami kematian karena darahnya sukar membeku. Sebaiknya para
penderita hemofilia berhati-hati dengan benda-benda tajam ataupun sesuatu yang bisa
menyebabkan mereka mengeluarkan darah. Hemofilia hanya diderita oleh kaum laki-laki,
tetapi gen ini dibawa oleh perempuan.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Darah adalah cairan yang ada pada manusia sebagai alat transportasi berfungsi untuk
mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-
bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau
bakteri.

Darah terdiri dari 55% Plasma Darah (bagian cair darah) dan 45% Korpuskuler
(bagian padat darah).

Plasma Darah (bagian cair darah) terdiri dari plasma.

Korpuskuler (bagian padat darah) terdiri dari :

1. Sel Darah Merah (Eritrosit)


2. Sel Darah Putih (Leukosit)
3. Keping Darah (Trombosit)
Darah didalam tubuh kita mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Alat pengangkut zat-zat dalam tubuh, seperti sari-sari makanan, oksigen, zat-zat sisa
metabolisme, hormon, dan air.
2. Menjaga suhu tubuh dengan cara memindahkan panas dari organ tubuh yang aktif ke
organ tubuh yang kurang aktif sehingga suhu tubuh tetap stabil, yaitu berkisar antara 36 –
37oC.
3. Membunuh bibit penyakit atau zat asing yang terdapat dalam tubuh oleh sel darah putih.
4. Pembekuan darah yang dilakukan oleh keping darah (trombosit)
DAFATAR PUSTAKA

http://ida-diyanti.blogspot.com/2012/01/makalah-darah-hematologi.html (Diakses 30 oktober


2012)
http://anemiadefisiensibesi.blogspot.com/2011/03/makalah-gangguan-sistem-
hematologi.html (Diakses 30 oktober 2012)
http://id.scribd.com/doc/101836134/makalah-hematologi (Diakses 30 oktober 2012)
http://anemiadefisiensibesi.blogspot.com/2011/03/makalah-gangguan-sistem-
hematologi.html (Diakses 30 oktober 2012)

Anda mungkin juga menyukai