Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Harvey Pratama Putra (22)
Kelas :
XI RPL 3
2018 / 2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat pada waktunya. Adapun judul makalah yang
penulis ajukan adalah “KERAJAAN WANGSA ISYANA”
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah
Indonesia. Dalam mempersiapkan, menyusun, dan menyelesaikan makalah ini, penulis tidak lepas dari
berbagai kesulitan dan hambatan yang dihadapi.
Penulis menyadari bahwa di dalam makalah ini masih banyak terdapat kelemahan dan
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran, kritik, serta masukannya yang bersifat membangun
tentunya demi perbaikan dan pengembangan di dalam menyusun makalah di masa mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.................................................................................. 13
3.2 Saran........................................................................................... 13
DAFTAR PUSAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah Isyana berasal dari nama Sri Isyana Wikramadharmottunggadewa, yaitu gelar Mpu Sindok
setelah menjadi raja Medang (929–947). Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa.
Berdasarkan agama yang dianut, Mpu Sindok diduga merupakan keturunan Sanjaya, pendiri Kerajaan
Medang periode Jawa Tengah. Salah satu pendapat menyebutkan bahwa Mpu Sindok adalah cucu
Mpu Daksa yang memerintah sekitar tahun 910–an. Mpu Daksa sendiri memperkenalkan pemakaian
Sanjayawarsa (kalender Sanjaya) untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah keturunan asli Sanjaya.
Kedudukan Mpu Sindok dalam kelurga raja-raja yang memerintah di Mataram itu memang di
permasalahkan. Seperti yang telah dikemukakan, Mpu sindok pernah memangku jabatan Rakai Halu
dan Rakryan Mahapatih i Hino, yang menunjukkan bahwa ia pewaris takhta kerajaan yang sah,
siapapun ayahnya. Jadi ia tidak perlu kawin dengan putri mahkota untuk dapat menjadi raja.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk membantu mempermudah pembelajaran, serta melengkapi pematerian
1.3.2 Kita bisa mengenal dan mengetahui sejarah Kerajaan Wangsa Isyana.
BAB II
PEMBAHASAN
Pusat pemerintahan dinasti ini terletak di Watuguluh, antara gunung Sumeru dan gunung
Wilis.Empu sindok beragama Hindu syiwa. Jadi, kerajaan mpu Sindok termasuk kerajaan yang
bercorak Hindu. Namun, pada saat itu agama Budha Tantrayana juga berkembang baik. Hal itu
membuktikan adanya toleransi agama sejak dahulu. Pada zamannya disusun sebuah kitab suci agama
Budha Tantrayana yang berjudul Sang Hyang Kamahayanikan.
1. Berita Asing
Berita asing tentang keberadaan Kerajaan Mataram di Jawa Timur dapat
diketahui melalui berita dari India dan Cina. Berita dari India mengatakan bahwa
Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan persahabatan dengan Kerajaan Chola untuk
membendung dan menghalangi kemajuan Kerajaan Mataram pada masa pemerintahan
Raja Dharmawangsa.
Berita Cina berasal dari catatan-catatan yang ditulis pada zaman Dinasti Sung.
Catatan-catatan Kerajaan Sung itu menyatakan bahwa antara kerajaan yang berada di
Jawa dan Kerajaan Sriwijaya sedang terjadi permusuhan, sehingga ketika Duta Sriwijaya
pulang dari Cina (tahun 990 M), terpaksa harus tinggal dulu di Campa sampai
peperangan itu reda. Pada tahun 992 M, pasukan dari Jawa telah meninggalkan
Sriwijaya dan Kerajaan Mataram dapat memajukan pelayaran dan perdagangan. Di
samping itu, tahun 992 M tercatat pada catatan-catatan negeri Cina tentang datangnya
duta persahabatan dari Jawa.
2. Berita Prasasti
Beberapa prasasti yang mengungkapkan Kerajaan Mataram antara lain:
Prasasti dari Mpu Sindok, dari Desa Tangeran (daerah Jombang) tahun 933 M
menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok memerintah bersama permaisurinya Sri
Wardhani Pu Kbin.
Prasasti Mpu Sindok dari daerah Bangil menyatakan bahwa Raja Mpu Sindok
memerintah pembuatan satu candi sebagai tempat pendharmaan ayahnya dari
permaisurinya yang bernama Rakryan Bawang.
Prasasti Mpu Sindok dari Lor (dekat Nganjuk) tahun 939 M menyatakan bahwa
Raja Mpu Sindok memerintah pembuatan candi yang bernama Jayamrata dan
Jayastambho (tugu kemenangan) di Desa Anyok Lodang.
Prasasti Calcuta, prasasti dari Raja Airlangga yang menyebutkan silsilah
keturunan dari Raja Mpu Sindok.
Setelah berhasil meloloskan diri beserta para pengikutnya dari Peristiwa Pralaya. Airlangga
hidup di tengah hutan. Ia hidup bersama para pertapa. Pada tahun 1019, para utusan rakyat datang
menghadap Airlangga. Mereka minta agar Airlangga bersedia naik takhta membangun kembali
Kerajaan Wangsa Isyana. Pada tahun 1019, Airlangga dinobatkan sebagai raja oleh para pendeta
Buddha. Ia kemudian bergelar Sri Maharaja Rake Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga
Anantawikramatunggadewa. Sebagai permaisurinya adalah Anantangwikramatunggadewa.
Sebagai permaisurinya adalah putri dari Dharmawangsa.
Bidang Ekonomi
Usaha yang dilakukan di bidang ekonomi, antara lain sebagai berikut.
o Untuk memajukan kemakmuran rakyat, bidang pertanian dikembangkan. Usaha yang
ditempuhnya adalah memperbaiki irigasi dan membuat Bendungan Waringin Sapta.
o Akibat dibangunnya Bendungan Waringin Sapta, pelayaran dan perdagangan
bertambah ramai. Hal itu disebabkan Sungai Brantas dapat dilayari sampai ke
Pelabuhan Hujung Galung (Surabaya). Selain Pelabuhan Hujung Galuh, Airlangga
juga membuka Pelabuhan Kembang Putih (sekitar Tuban). Kapal dagang luar negeri,
misalnya dari India, Burma, Kampuchea, dan Campa banyak yang singgah di
Pelabuhan Kembang Kembang Putih dan Hujung Galuh itu.
Bidang Agama
Untuk memajukan bidang agama dan sekaligus sebagai penghargaan atas jasa para
pendeta. Airlangga juga membangun pertapaan di Pucangan, lereng Gunung Penanggungan.
Pertapaan Pucangan itu diperuntukkan bagi putrinya, Sri Sanggaramawijaya yang setelah
menjadi pertapa dikenal dengan sebutan Dwi Kilisuci. Raja Airlangga adalah pemeluk agama
Hindu yang setia. Sekalipun demikian, agama Buddha diberi kesempatan untuk berkembang
baik. Airlangga juga terkenal sebagai pembina toleransi kehidupan beragama.
Setelah pembagian kerajaan selesai, Airlangga turun takhta. Ia hidup sebagai pertapa sampai
wafat pada tahun 1049. Airlangga dimakamkan di lereng sebelah timur Gunung Penanggungan, yang
terkenal dengan nama Candi Belahan. Pada candi itu terdapat patung Airlangga yang diwujudkan
sebagai Dewa Wisnu yang sedang mengendarai garuda.
Pada masa Kerajaan Kediri banyak informasi dari sumberkronik Cina yang menyatakan
tentang Kediri yang menyebutkan Kediri banyak menghasilkan beras, perdagangan yang ramai di
Kediri dengan barang yang diperdagangkan seperti emas, perak, gading, kayu cendana, dan
pinang. Dari keterangan tersebut, kita dapat menilai bahwa masyarakat pada umumnya hidup dari
pertanian dan perdagangan.
Kehidupan Sosial-Budaya.
Pada masa pemerintahan Airlangga tercipta karya sastra Arjunawiwaha yang dikarang
oleh Mpu Kanwa. Begitu pula seni wayang berkembang dengan baik, ceritanya diambil dari
karya sastra Ramayana dan Mahabharata yang ditulis ulang dan dipadukan dengan budaya Jawa.
Raja Airlangga merupakan raja yang peduli pada keadaan masyarakatnya. Hal itu terbukti dengan
dibuatnya tanggul-tanggul dan waduk di beberapa bagian di Sungai Berantas untuk mengatasi
masalah banjir. Pada masa Airlangga banyak dihasilkan karya-karya sastra, hal tersebut salah
satunya disebabkan oleh kebijakan raja yang melindungi para seniman, sastrawan dan para
pujangga,sehingga mereka dengan bebas dapat mengembangkan kreativitas yang merekamiliki.
Pada kronik-kronik Cina tercatat beberapa hal penting tentang Kediri yaitu:
a. Rakyat Kediri pada umumnya telah memiliki tempat tinggal yang baik, layak huni
dan tertata dengan rapi, serta rakyat telah mampu untuk berpakaian dengan baik.
b. Hukuman di Kediri terdapat dua macam yaitu denda dan hukuman matibagi
perampok.
c. Kalau sakit rakyat tidak mencari obat, tetapi cukup dengan memujapara dewa.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Istilah Isyana berasal dari nama Sri Isyana Wikramadharmottunggadewa, yaitu gelar Mpu Sindok
setelah menjadi raja Medang (929–947). Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa.
Berdasarkan agama yang dianut, Mpu Sindok diduga merupakan keturunan Sanjaya, pendiri Kerajaan
Medang periode Jawa Tengah. Salah satu pendapat menyebutkan bahwa Mpu Sindok adalah cucu
Mpu Daksa yang memerintah sekitar tahun 910–an. Mpu Daksa sendiri memperkenalkan pemakaian
Sanjayawarsa (kalender Sanjaya) untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah keturunan asli Sanjaya.
B. Saran
Dari keberadaanya Kerajaan Wangsa Isyana di wilayah kita pada masa yang lalu. Maka kita wajib
mensyukurinya. Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan dalam sikap dan perilaku dengan hati yang tulus
serta di dorong rasa tanggung jawab yang tinggi untuk melestarikan dan memelihara budaya nenek
moyang kita. Jika kita ikut berpartisipasi dalam menjamin kelestariannya berarti kita ikut mengangkat
derajat dan jati diri bangsa. Oleh karena itu marilah kita bersama – sama menjaga dan memelihara
peninggalan budaya bangsa yang menjadi kebanggaan kita semua
DAFTAR PUSTAKA
http://aditya-hidayatullah.blogspot.co.id/2013/11/kerajaan-mataram-di-jawa-timur-isyana-v.html
http://www.artikelsiana.com/2014/11/kekuasaan-wangsa-isyana-sejarah.html
http://sejarahmanusiaaaa.blogspot.co.id/2012/11/dinasty-isyana.html
http://pejoeangk.blogspot.com/2016/09/sejarah-lengkap-kerajaan-wangsa-isyana.html
https://www.sejarahindonesia.web.id/kerajaan-wangsa-isyana-mataram-di-jawa-timur/
https://cyndiiencuss.wordpress.com/2013/04/22/makalah-perkembangan-kerajaan-mataram-jawa-timur-
pada-wangsa-isyana-dan-dharmawangsa-teguh/