SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Siti Murni Mulyati
NIM 7250406550
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada :
Hari : Kamis
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akutansi,
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan sidang panitia ujian skripsi Fakultas
Hari : Selasa
Penguji Skripsi
Anggota I Anggota II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip
atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi
ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Tak ada rahasia untuk menggapai sukses. Sukses itu dapat terjadi karena
persiapan, kerja keras, dan mau belajar dari kegagalan (Gen. Collin Powell).
Hidup yang tidak teruji adalah hidup yang tanpa makna (Socrates)
PERSEMBAHAN
v
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
4. Dra. Sri Kustini dosen pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan
5. Agung Yulianto S.Pd, M.Si, dosen pembimbing II yang telah membimbing dan
terselesaikan.
6. Drs. Subowo M.Si, dosen penguji yang telah memberikan petunjuk serta arahan
vi
8. Seluruh staf pengajar jurusan Akuntansi yang telah memberikan ilmu selama
9. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga amal dan segala kebaikan mendapat balasan dan rahmat yang
setimpal dari Allah SWT. Akhir kata, semoga karya ini bermanfaat.
Penyusun
vii
SARI
viii
ABSTRACT
Mulyati, Siti Murni. 2011. “Implementation of Good Corporate Governance
Influence Performance Against Corporate Finance (Studies in Manufacturing
Companies listed on the Indonesia Stock Exchange period 2007-2009)”. Thesis.
Department of Accounting, Faculty of Economics. State University of Semarang.
Supervising I. Dra. Sri Kustini. II. Agung Yulianto S.Pd, M.Si.
ix
DAFTAR ISI
x
2.5. KerangkaBerpikir ............................................................................... 51
2.6. Hipotesis ............................................................................................. 55
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian ................................................................................. 57
3.2. Populasi Penelitian ........................................................................... 57
3.3. Sampel Penelitian ............................................................................. 57
3.4. Variabel Penelitian ........................................................................... 59
3.4.1. Variabel Dependen ................................................................. 60
3.4.2. Variabel Independen ............................................................... 60
3.4.2.1. Kepemilikan Institusional ......................................... 60
3.4.2.2. Kepemilikan Manajerial ............................................ 61
3.4.2.3. Komisaris Independen ............................................... 61
3.4.2.4. Komite Audit............................................................. 61
3.5. Teknik Analisis Data ........................................................................ 62
3.5.1. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 62
3.5.2. Metode Pengumpulan Data .................................................... 62
3.6. Metode Analisis Data ....................................................................... 63
3.6.1. Analisis Deskriptif .................................................................. 63
3.6.2. Analisis Regresi ...................................................................... 63
3.6.2.1 Uji Prasyarat (Uji Normalitas) ................................... 63
3.6.3. Uji Asumsi Klasik .................................................................. 64
3.6.3.1. Uji Autokorelasi ........................................................ 64
3.6.3.2. Uji Multikolinearitas ................................................. 65
3.6.3.3. Uji Heteroskedastisitas .............................................. 66
3.6.4. Uji Hipotesis ........................................................................... 67
3.6.4.1. Pengujian dengan Regresi Berganda......................... 67
3.6.4.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) .............................. 67
3.6.4.3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) ............ 68
3.6.4.4. Koefisien Determinasi ............................................... 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian ................................................................................. 70
xi
4.1.1. Hasil Analisis Deskriptif ........................................................ 70
4.1.1.1. Kinerja Keuangan ..................................................... 70
4.1.1.2. Kepemilikan Institusional ......................................... 72
4.1.1.3. Kepemilikan Manajerial ............................................ 73
4.1.1.4. Komisaris Independen ............................................... 75
4.1.1.5. Komite Audit............................................................. 77
4.1.2. Hasil Analisis Regresi ............................................................ 79
4.1.2.1. Hasil Uji Normalitas ................................................. 79
4.1.3. Hasil Uji Asumsi Klasik ......................................................... 81
4.1.3.1. Hasil Uji Autokorelasi............................................... 81
4.1.3.2. Hasil Uji Multikolinearitas ........................................ 82
4.1.3.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas .................................... 82
4.1.4. Hasil Uji Hipotesis.................................................................. 83
4.1.4.1. Hasil Pengujian dengan Regresi Berganda ............... 83
4.1.4.2. Uji F .......................................................................... 85
4.1.4.3. Uji t ........................................................................... 85
4.1.4.4. Koefisien Determinasi ............................................... 87
4.2. Pembahasan ...................................................................................... 88
4.2.1. Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan
Manajerial, Komisaris Independen dan Komite Audit
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan ................................ 88
4.2.2. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan ............................................................. 89
4.2.3. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan ............................................................. 92
4.2.4. Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan ............................................................. 93
4.2.5. Pengaruh Komite Audit Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan............................................................................... 95
BAB V PENUTUP
5.1. Simpulan ........................................................................................... 97
xii
5.2. Saran ................................................................................................ 98
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 100
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 104
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
Tabel 4.14. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis .............................................. 87
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
perusahaan, perlu ditetapkan pernyataan yang jelas tentang tujuan yang akan dicapai
dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan. Laba bukan saja sebagai indikator
didasarkan pada data keuangan yang dipublikasikan yang dibuat sesuai dengan
informasi yang dapat digunakan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan karena
merupakan data paling umum yang tersedia untuk menilai prestasi suatu perusahaan
dalam menghasilkan laba, walaupun seringkali tidak mewakili hasil dan kondisi
1
2
menunjukkan kondisi perusahaan dalam keadaan baik atau buruk. Saat kondisi
keuangan perusahaan dalam keadaan buruk, para stakeholder akan memakai analisis
laporan keuangan untuk menilai kinerja di masa lalu, posisi perusahaan sekarang
serta menilai potensi dan resiko perusahaan di masa mendatang. Apabila kinerja
keuangan suatu perusahaan baik maka investor akan tertarik untuk menginvestasikan
dana yang mereka miliki kepada perusahaan sehingga nilai perusahaan juga akan
organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya,
agar memperoleh tindakan dan hasil yang diinginkan. Selain itu penilaian mengenai
kinerja keuangan perusahaan akan menjadi salah satu informasi yang sangat
mempengaruhi berinventasi.
maupun rasio pasar. Salah satu rasio yang dinilai bisa memberikan informasi yang
paling baik adalah Tobin’s Q. Tobin’s Q digunakan sebagai ukuran penelitian pasar
(Klapper dan Love, 2002 dalam Darmawati, dkk. 2004). Nama Tobin’s Q berasal
3
dari James Tobin dari Yale University setelah dia memperoleh hadiah nobel. Morck,
alasan bahwa dengan Tobin’s Q, maka dapat diketahui nilai pasar perusahaan, yang
prospek pertumbuhan yang baik dan memiliki intangible asset (aktiva tidak
berwujud) yang semakin besar. Hal ini bisa terjadi karena semakin besar nilai pasar
yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut. Brealey dan Myers (2000) dalam
tinggi biasanya memiliki brand image perusahaan yang sangat kuat, sedangkan
perusahaan yang memiliki nilai Tobin’s Q yang rendah umumnya berada pada
sensitif terhadap setiap perubahan kondisi. Selain itu jumlah perusahaan manufaktur
yang cukup besar sehingga motivasi untuk memperoleh sampel yang cukup dalam
penelitian dapat terpenuhi (Tarjo dan Hartono, 2003). Berikut ini deskriptif rata-rata
perusahaan manufaktur yang diukur dengan Tobin’s Q pada tahun 2005 mencapai
dibandingkan pada tahun 2003 yang jauh lebih baik, dimana nilai Tobin’s Q
mendekati 1, artinya rasio pasar pada perusahaan manufaktur cenderung sangat baik
mencapai hingga 100%. Nilai Tobin’s Q pada tahun 2003-2006 kurang dari 1
tinggi pada umumnya berkisar pada hal-hal yang sifatnya fundamental yaitu: (1)
secara efektif dan efisien, yang mencakup seluruh bidang aktivitas (sumber daya
sistem pemisahan antara manajemen dan pemegang saham, sehingga secara praktis
manajemen dan pemegang saham dan (3) Perlunya kemampuan perusahaan untuk
tersebut digunakan secara tepat dan seefisien mungkin serta memastikan bahwa
memiliki suatu sistem pengelolaan perusahaan yang baik, melalui penerapan good
merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang
para pemegang saham dan stakeholder lainnya. GCG juga dapat digunakan untuk
Perilaku manipulasi oleh manajer yang berawal dari konflik kepentingan tersebut
implementasi GCG merupakan bentuk lain penegakan etika bisnis dan etika kerja
GCG akan mengalami perbaikan citra, dan peningkatan nilai perusahaan. Didalam
pemegang saham. Namun di sisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk
ini sering kali menimbulkan masalah yang disebut dengan masalah keagenan.
6
institusional dan kepemilikan manajerial adalah dua mekanisme utama GCG yang
institusi luar negeri, dana perwalian serta institusi lainnya pada akhir tahun (Shien, et
al. 2006 dalam Sabrinna, 2010). Menurut Wening (2009), kepemilikan institusional
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.
saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung
institusi keuangan maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan institusi
yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja keuangan
perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh
atau alat untuk mengurangi konflik keagenan diantara beberapa klaim (claim holder)
manajerial dapat digunakan sebagai cara untuk mengatasi masalah keagenan yang
merupakan keinginan dari para pemegang saham. Ross, et al. (1999) dalam Putri
pemegang saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Kepemilikan saham
saham, sehingga manajer ikut merasakan secara langsung manfaat dari keputusan
yang diambil dan ikut pula menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari
Kepemilikan manajerial yang terlalu tinggi juga tidak baik untuk perusahaan,
manajerial tinggi, mereka memiliki posisi yang kuat untuk melakukan kontrol
terhadap perusahaan dan pihak pemegang saham eksternal akan mengalami kesulitan
untuk mengendalikan tindakan manajer. Hal ini disebabkan tingginya hak voting
Salah satu permasalahan dalam penerapan GCG adalah adanya CEO (Chief
Executive Officer) yang memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan
dewan komisaris. Fungsi dari dewan komisaris ini adalah untuk mengawasi kinerja
dari dewan direksi yang dipimpin oleh CEO tersebut. Efektivitas dewan komisaris
independensi dari dewan komisaris tersebut (Lorsch, 1989; Mizruchi, 1983; Zahra &
8
Pearce, 1989 dalam Wardhani, 2006). Konteks independensi ini menjadi semakin
Pfeffer & Salancik (1978) dalam Wardhani (2006) menyatakan bahwa dengan
dukungan dari luar juga semakin meningkat. Selain itu, Daily & Dalton (1994) dalam
Wardhani (2006) menyatakan bahwa apabila ada resistensi dari CEO untuk
menerapkan strategi yang agresif untuk mengatasi kinerja keuangan perusahaan yang
terus menurun, maka adanya direksi dari luar akan mendorong pengambilan
bahwa semakin tinggi representasi dewan dalam (insider board) maka keterlibatan
direksi dalam pengambilan keputusan yang strategis akan semakin rendah (Judge &
Fama dan Jensen (1983) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007), menyatakan
penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan
sesuai dengan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: 117/M-
dan laporan keuangan, GCG memerintahkan bahwa komite audit harus memiliki
dividen.
Bukti penelitian empiris dalam Jurnal Ekonomi & Bisnis (2009) dalam Purba
antara lain: (1) Penelitian yang dilakukan oleh Ashbaugh, et al. (2004) terhadap 1500
yang signifikan. (2) Penelitian yang dilakukan oleh Alexakis, et al. (2006) terhadap
rata-rata return saham, dan mengalami penurunan risiko yang signifikan. (3)
performance) yang signifikan. (4) Penelitian yang dilakukan oleh Cornett, et al.
Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Brown & Caylor (2004) di
Sanda, et al. (2005) menemukan bukti empiris bahwa (1) Kepemilikan saham
secara signifikan negatif terkait dengan ROA, ROE, Rasio PE, dan Tobin’s Q (2)
Ukuran Dewan menunjukkan ada hubungan yang signifikan dengan ROA, ROE, dan
Rasio PE (3) Ukuran Dewan secara signifikan berhubungan positif dengan Tobin’s Q
(4) Kepemilikan Konsentrasi memiliki efek positif yang signifikan dalam semua
kecuali satu kasus, rasio PE (5) Direktur luar tidak menunjukkan hubungan
signifikan dengan kinerja perusahaan (6) Leverage yang memiliki pengaruh positif
kinerja operasi (ROE) tetapi secara statistik tidak mempengaruhi kinerja pasar
(Tobin’s Q). Wahyudi dan Pawestri (2006) menyatakan bahwa struktur kepemilikan
bahwa bukti empiris tersebut menunjukkan betapa pentingnya penerapan GCG dalam
mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Dalam kaitan ini maka penulis tertarik
dan komite audit berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur
dengan Tobin's Q?
5. Untuk mengetahui pengaruh secara positif antara komite audit terhadap kinerja
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
b. Bagi Investor
Dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai salah satu dasar untuk
dipublikasikan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2003:2). Kinerja keuangan perusahaan merupakan hal penting yang harus dicapai
keputusan individual yang dibuat secara terus-menerus oleh manajemen. Oleh karena
itu dalam menilai kinerja keuangan perusahaan diperlukan analisis dampak keuangan
menggunakan ukuran komparatif. Kinerja keuangan adalah salah satu faktor yang
Efektivitas diukur melalui kemampuan manajemen untuk memilih suatu alat yang
tepat untuk mencapai tujuan. Efisien dapat diartikan sebagai perbandingan antara
informasi yang dapat digunakan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan karena
15
16
merupakan data paling umum yang tersedia untuk menilai prestasi suatu perusahaan
dalam menghasilkan laba, walaupun seringkali tidak mewakili hasil dan kondisi
standar dan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian kinerja keuangan
perusahaan dapat dilihat dari segi analisis laporan keuangan dan dari segi perubahan
harga saham. Tujuan dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam
mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan sebelumnya agar memperoleh tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar
perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan
dalam anggaran.
berapa nilai perusahaan dan nilai ekuitas dari masing-masing perusahaan. Jika
program pemulihan usaha atau restrukturisasi, untuk mengetahui apakah nilai usaha
lebih besar daripada nilai likuiditasnya. Perusahaan yang akan menjual sahamnya
pada umum atau bursa juga harus dinilai dengan penelitian yang wajar untuk
Rasio keuangan merupakan alat utama untuk menganalisa keuangan. Ada dua
kelompok yang menganggap rasio keuangan berguna. Pertama, terdiri dari manajer
sepanjang waktu. Kedua, pengguna rasio keuangan mencakup para analis yang
merupakan pihak eksternal bagi perusahaan. Berikut ini adalah beberapa rasio
a) Rasio Likuiditas
b) Rasio Aktivitas
c) Rasio Profitabilitas
memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, aset maupun laba
19
bagi modal sendiri. Menurut Ang (1997), rasio profitabilitas dibagi menjadi
enam antara lain: Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM),
e) Rasio Pasar
kinerja yang cocok dan layak tergantung pada keadaan unik yang dihadapi peneliti.
Salah satu rasio yang dinilai bisa memberikan informasi yang paling baik adalah
Tobin’s Q. Tobin’s Q digunakan sebagai ukuran penelitian pasar (Klapper dan Love,
2002 dalam Darmawati, dkk. 2004). Nama Tobin’s Q berasal dari James Tobin dari
Yale University setelah dia memperoleh hadiah nobel. Morck, et al. (1988) dan
keuntungan masa depan perusahaan seperti laba saat ini dibandingkan dengan rasio
lain seperti ROA yang hanya dapat melihat laba pada saat itu.
20
Tobin’s Q dapat digunakan sebagai alat ukur dalam menentukan kinerja keuangan
dan Love, 2002; Black, dkk. 2003 dalam Darmawati, dkk. 2004):
dimana,
MVE : harga penutupan saham di akhir tahun buku x banyaknya saham biasa yang
beredar
DEBT : (utang lancar – aktiva lancar) + nilai buku sediaan + utang jangka panjang
TA : total aktiva
prospek pertumbuhan yang baik dan memiliki intangible asset (aktiva tidak
berwujud) yang semakin besar. Hal ini bisa terjadi karena semakin besar nilai pasar
yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut. Brealey dan Myers (2000) dalam
tinggi biasanya memiliki brand image perusahaan yang sangat kuat, sedangkan
perusahaan yang memiliki nilai Tobin’s Q yang rendah umumnya berada pada
menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal perusahaan. Faktor-faktor
tersebut ada yang berada dalam kendali pihak manajemen ada pula yang berada
1) Faktor internal
a) Manajemen personalis
b) Manajemen pemasaran
perusahaan.
c) Manajemen produksi
Berkaitan dengan faktor-faktor produksi agar barang dan jasa yang dihasilkan
d) Manajemen keuangan
2) Faktor eksternal
a) Kondisi perekonomian
b) Kondisi industri
2. Manipulasi laba
1998 ; Du Charme, et al. 2000). Manipulasi yang dikenal dengan istilah earnings
dapat menjadi dasar untuk melihat baik tidaknya kinerja perusahaan. Hal ini
kinerja keuangan adalah penelitian yang dilakukan oleh Midiastuty dan Machfoedz
kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau sering kali dikenal dengan istilah
modal (principal) dengan manajer (agent) adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam
memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau diinvestasikan
dan manajer. GCG merupakan tata kelola perusahaan yang baik, yang menjelaskan
Beberapa konsep tentang GCG antara lain yang dikemukakan oleh Forum for
internal dan eksternal lainnya sehubungan hak-hak dan kewajiban mereka, atau
Nomor KEP-117/M-MBU/2002, definisi dari GCG adalah suatu proses dari struktur
yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
Shleifer and Vishny (1997) dalam Hastuti (2005) yang menyatakan GCG
berkaitan dengan cara atau mekanisme untuk meyakinkan para pemilik modal dalam
memperoleh return yang sesuai dengan investasi yang telah ditanam. Iskandar, dkk.
(1999) dalam Hastuti (2005) menyatakan bahwa GCG merujuk pada kerangka aturan
memaksimalkan nilai dan untuk memperoleh return. Selain itu GCG merupakan alat
untuk menjamin direksi dan manajer agar bertindak yang terbaik bagi kepentingan
prinsipal dengan agen. Jansen dan Meckling (1976), Watts dan Zimmerman (1986)
dalam Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan bahwa laporan keuangan yang
25
agen sebagai pertanggung jawaban kinerjanya, dengan itu prinsipal dapat menilai,
mengukur, dan mengawasi sampai sejauh mana agen tersebut bekerja untuk
Kaen (2003) dalam Siallagan dan Machfoedz (2006) menyatakan GCG pada
kegiatan korporasi. Yang dimaksud dengan ”siapa” adalah para pemegang saham,
Corporate Governance merupakan upaya yang dilakukan oleh semua pihak yang
dengan hak dan kewajibannya masing-masing. Ada dua hal yang ditekankan dalam
konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi
dengan benar (akurat) dan tepat pada waktunya dan, kedua, kewajiban perusahaan
stakeholder.
oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (2006) terdapat 5 prinsip yang harus
1) Transparency (Transparansi)
perusahaan harus menyediakan informasi yang relevan dan material yang mudah
hukum dan regulasi, tetapi juga informasi lain yang dianggap penting bagi
2) Accountability (Akuntabilitas)
berkelanjutan.
Perusahaan harus mematuhi hukum dan aturan dan memenuhi tanggung jawab
4) Independensi (Kemandirian)
secara independen oleh kekuasaan yang seimbang, dimana tidak ada salah satu
organ perusahaan yang mendominasi organ lain dan tidak ada intervensi dari
pihak lain.
27
5) Fairness (Kewajaran)
1) Fairness (Keadilan)
hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin
membuat seluruh aset perusahaan dikelola secara baik dan hati-hati sehingga
undangan yang jelas, tegas, konsisten dan dapat ditegakkan secara baik serta
efektif.
2) Transparency (Transparansi)
3) Accountability (Akuntabilitas)
yang efektif serta menjelaskan fungsi, hak, kewajiban, wewenang dan tanggung
masa depan. Apabila prinsip accountability diterapkan secara efektif maka ada
kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang dan tanggung jawab para pemegang
ditanggung masyarakat.
bisnisnya.
tingkat bunga atas dana dan sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan seiring
perusahaan.
GCG adalah:
kepentingan perusahaan dan bukan atas dasar mencari keuntungan secara pribadi
Publik dalam hal ini dapat berupa mitra baik sebagai investor, pemasok,
kreditur penerapan GCG adalah suatu hal yang dijadikan pertimbangan dalam
kreditnya. Jadi kreditor dan investor akan merasa lebih aman karena perusahaan
30
manajemen dan tidak disibukkan untuk hal-hal yang bukan menjadi sasaran
pencapaian kinerja manajemen. Pada penelitian ini, mekanisme GCG antara lain
memegang saham terbesar dalam suatu perusahaan (Wahyudi dan Pawestri, 2006).
perusahaan. Menurut Itturiaga dan Sanz (2000) dalam Sabrinna (2010), struktur
kepemilikan dapat dijelaskan dari dua sudut pandang yaitu pendekatan keagenan
pasar modal. Jensen dan Meckling (1976) dalam Sabrinna (2010) menyatakan bahwa
institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian
serta institusi lainnya pada akhir tahun (Shien, et al. 2006 dalam Sabrinna, 2010).
dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi
dan kepemilikan institusi lain) yang memiliki kepemilikan saham diatas 5%.
sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap
kinerja manajemen.
32
Brous dan Kini (1994) dalam Sabrinna (2010) menyatakan bahwa ketatnya
besarnya investasi yang dilakukan. Bathala, et al. (1994) dalam Sabrinna (2010) juga
dalam mengontrol agency cost. Semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan
maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan institusi keuangan untuk
mengawasi manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar
akan meningkat.
pemegang saham (Solomon, 2004 dalam Sabrinna, 2010). Menurut Boediono dalam
dapat mengurangi manajemen laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh
manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang di kelola (Boediono, 2005).
yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen (Sujono
satu mekanisme yang dapat dipergunakan agar pengelola melakukan aktivitas sesuai
dapat digunakan sebagai cara untuk mengatasi masalah keagenan. Manajer akan
termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya yang juga merupakan keinginan dari para
pemegang saham. Ross, et al. (1999) dalam Putri (2006) menyatakan bahwa semakin
berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang tidak lain adalah
kepentingan antara manajer dan pemegang saham, sehingga manajer ikut merasakan
secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut pula menanggung
jika kepemilikan manajerial tinggi, mereka memiliki posisi yang kuat untuk
melakukan kontrol terhadap perusahaan dan pihak pemegang saham eksternal akan
34
oleh motivasi manajer perusahaan. Seperti manajer yang juga sekaligus sebagai
pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut
metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang dikelola. Kualitas laba yang
dilaporkan dapat dipengaruhi oleh kepemilikan saham manajerial. Hal ini terjadi
manajerial yang tinggi akan memilih metode akuntansi yang meningkatkan laba yang
yang bersangkutan. Hal tersebut terjadi karena manajer ikut merasakan secara
langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut pula menanggung kerugian
Morck, Shleifer dan Vishny (1997) dalam Siallagan dan Machfoedz (2006)
menemukan bahwa pada level 0-5% terdapat hubungan non linier antara kepemilikan
pada level 25-50% dan berhubungan negatif pada level > 50%.
35
bahwa komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi
pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
perusahaan.
BUMN. Komisaris independen dalam penelitian ini diukur dengan membagi jumlah
dewan komisaris independen dengan jumlah total dewan komisaris (Lai, 2005 dalam
Andayani, 2010).
perihal Peraturan No I-A, tentang Pencatatan Saham dan Efek bersifat Ekuitas selain
saham yang diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat pada butir mengenai ketentuan
yang jumlah proporsionalnya sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh
publik yang tercatat di bursa wajib memiliki beberapa anggota dewan komisaris yang
komisaris dari luar lebih dapat untuk mengurangi kecurangan pelaporan keuangan.
Komposisi individu yang bekerja sebagai anggota dewan komisaris merupakan hal
yang penting dalam memonitor aktivitas manajemen secara efektif. Dewan komisaris
yang berasal dari luar perusahaan akan dipandang lebih baik, karena pihak luar
lebih objektif dibanding perusahaan yang memiliki susunan dewan komisaris yang
kompetensi pribadi, yaitu: memiliki integritas dan kejujuran yang tidak pernah
terhadap strategi bisnis, memahami seluk beluk industri yang digeluti perusahaan,
orang lain, memiliki komitmen dan konsisten dalam melakukan profesinya sebagai
seorang pejabat dari atau dengan cara lain yang berhubungan secara langsung
3. Komisaris independen dalam kurun waktu tiga tahun terakhir tidak dipekerjakan
dalam satu kelompok usaha dan tidak pula dipekerjakan dalam kapasitasnya
signifikan dan berpengaruh dari perusahaan atau perusahaan lainnya yang satu
kelompok, atau dengan cara lain berhubungan secara langsung atau tidak
tersebut.
7. Komisaris independen harus bebas dari kepentingan dan urusan bisnis apapun
atau hubungan lainnya yang dapat, atau secara wajar dapat dianggap sebagai
a. Jumlah minimal komisaris independen adalah 30% dari seluruh anggota dewan
komisaris.
pemegang saham mayoritas atau pemegang saham utama dari perusahaan tercatat
yang bersangkutan.
hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan
f. Komisaris independen harus berasal dari luar emiten atau perusahaan publik.
pasar modal.
yang bukan pemegang saham pengendali dalam Rapat Umum pemegang Saham
(RUPS).
penasehat direksi dapat memastikan bahwa: (1) perusahaan memiliki strategi bisnis
strategi tersebut), (2) memastikan perusahaan memiliki eksekutif dan manajer yang
dan sistem audit yang bekerja dengan baik, (4) memastikan perusahaan mematuhi
perusahaan dalam menjalankan operasinya, (5) memastikan risiko dan potensi krisis
selalu diidentifikasi dan dikelola dengan baik serta (6) memastikan prinsip-prinsip
dan praktek GCG dipatuhi dan diterapkan dengan baik (FCGI, 2003).
mekanisme independen untuk mengawasi dan memberikan petunjuk dan arahan pada
pengelola perusahaan.
Menurut Tugiman (1995) dalam Novi (2010), pengertian komite audit adalah
sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang lebih besar untuk mengerjakan
pekerjaan tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas khusus atau sejumlah anggota
dewan komisaris perusahaan klien yang bertanggung jawab untuk membantu auditor
bahwa pengertian komite audit adalah suatu badan yang berada dibawah komisaris
yang sekurang-kurangnya minimal satu orang anggota komisaris, dan dua orang ahli
yang bukan merupakan pegawai BUMN yang bersangkutan yang bersifat mandiri
langsung kepada komisaris atau dewan pengawas. Hal tersebut senada dengan
komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dalam rangka
Komite audit merupakan organ yang dibentuk oleh dewan komisaris / dewan
pengawas, yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu komisaris dalam
melaksanakan tugasnya. Komite audit biasanya terdiri dari dua hingga tiga orang
anggota yang dipimpin oleh seorang komisaris independen. Seperti komite pada
umumnya, komite audit yang beranggotakan sedikit cenderung dapat bertindak lebih
efisien. Akan tetapi, komite audit beranggota terlalu sedikit juga menyimpan
dan prinsip-prinsip pengawasan internal. Dalam penelitian ini komite audit diukur
dengan jumlah anggota komite audit yang ada dalam perusahaan sampel.
Kep-103/MBU/2002 (bagi BUMN) komite audit sedikitnya terdiri dari tiga orang,
diketuai oleh seorang komisaris independen perusahaan dengan dua orang eksternal
yang independen serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan
keuangan.
Menurut Sarbanes-Oxley act yang dikutip Sutojo dan Aldridge (2005) dalam
Novi (2010) jumlah anggota komite audit perusahaan mengharuskan bahwa: “komite
audit harus beranggotakan lima orang, diangkat untuk masa jabatan lima tahun.
diantara lima orang anggota tersebut pernah menjadi akuntan publik. Tiga orang
anggota yang lain bukan akuntan publik. Ketua komite audit dipegang oleh salah
seorang anggota komite akuntan publik, dengan syarat selama lima tahun terakhir
42
mereka tidak berprofesi sebagai akuntan publik. Ketua dan anggota Komite Audit
uang pensiun”.
1. BUMN maupun emiten atau perusahaan publik wajib membentuk komite audit
yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu komisaris dan dewan
pengawas.
2. Komite audit dipimpin oleh seorang ketua yang bertanggung jawab kepada
audit merupakan komponen baru dalam sistem pengendalian perusahaan. Selain itu
komite audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen. Independensi komite
audit tidak dapat dipisahkan moralitas yang melandasi integeritasnya. Hal ini perlu
disadari karena komite audit dianggap sebagai penghubung antara pemegang saham
pengendalian.
secara menyeluruh. Menurut keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor:
pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan internal.
Komite audit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa laporan yang dibuat
intern serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal.
perusahaan.
2. Bagi eksternal auditor adalah keberadaan komite audit sangat diperlukan sebagai
aktivitas dan kegiatan eksternal auditor dalam hal ini akan mengadakan
seperti yang diutarakan oleh Barol (2004) dalam Novi (2010), yaitu: “Mengaudit
kegiatan manajemen perusahaan dan auditor (intern dan ekstern). Mereka yang
seberapa jauh peraturan telah mematuhi standar dan prinsip akuntansi yang diterima
di Australia”.
dipandang perlu.
Kewenangan komite audit dibatasi oleh fungsi mereka sebagai alat bantu
dewan komisaris sehingga tidak memiliki otoritas eksekusi apapun (hanya sebatas
rekomendasi kepada dewan komisaris) kecuali untuk hal spesifik yang telah
memperoleh hak kuasa eksplisit dari dewan komisaris misalnya mengevaluasi dan
komite audit memiliki wewenang mengakses secara penuh, bebas dan tak terbatas
45
terhadap catatan, karyawan, dana, aset, serta sumber daya perusahaan dalam rangka
Komite audit yang dibentuk dalam perusahaan sebagai sebuah komite khusus
dilakukan oleh dewan komisaris. Kebutuhan akan komite audit disebabkan oleh
berjalan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, komite audit timbul untuk
terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada dewan
melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan tugas dewan komisaris. Selain
itu, menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: 117/M-
internal. Dengan adanya laporan keuangan yang baik maka akan meningkatkan
teori keagenan (agency theory). Teori ini membahas tentang adanya pemisahan
46
antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Jensen dan Meckling (1976) dalam
kepentingan antara prinsipal dan agen karena kemungkinan agen bertindak tidak
cost). Selain itu agen memiliki informasi yang lebih banyak daripada prinsipal
untuk berbuat curang. Sebagai agen, manajer bertanggung jawab secara moral untuk
dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda didalam
Agency problem secara garis besar dapat terjadi ketika manajer membuat
sebuah keputusan yang tidak konsisten dengan tujuan umum dari sebuah perusahaan
ingin mementingkan dirinya sendiri. Eisenhardt (1989) dalam Ujiyanto dan Pramuka
(2007) menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia guna menjelaskan tentang teori
agensi yaitu: (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest),
(2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang
(bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari risiko (risk adverse).
Pramuka, 2007).
Agency cost merupakan pengeluaran waktu dan uang yang dilakukan oleh
(1976) dalam Darmawati, dkk. (2004), agency cost merupakan penjumlahan: (1)
pengeluaran monitoring oleh prinsipal, (2) pengeluaran “bonding” oleh agen, dan (3)
kerugian residual. Semakin besar perusahaan, semakin besar pula agency cost-nya
supaya mengurangi biaya monitoring. Agency cost yang lebih rendah diasosiasikan
antara manajer dengan pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling (1976)
dalam Darmawati, dkk. (2004) ada beberapa cara yang dilakukan untuk mengurangi
oleh manajemen karena dengan hal itu manajer merasakan langsung manfaat dari
keputusan yang diambil. Kedua dengan meningkatkan divident pay-out ratio, dengan
demikian tidak tersedia cukup banyak free cash flow. Ketiga dengan meningkatkan
agents.
48
kinerja dan reaksi pasar. Dalam penelitian tersebut digunakan struktur corporate
diproksi oleh nilai perusahaan (Tobin’s Q) dan kinerja keuangan (ROA & ROE).
adalah transparency dan accountability. Hasil dari penelitian ini adalah tidak
3. Darmawati, dkk. (2004) menggunakan indeks CGPI tahun 2001 dan 2002 dalam
operasi yang diukur dengan menggunakan proksi Return On Equity (ROE) dan
dan variabel dependen, tetapi tidak dapat diamati atau diukur. Hasil dari
keuangan.
50
dari penelitian tersebut yaitu bahwa komite audit dan komposisi komisaris
laba. Kedua, dewan komisaris secara negatif berpengaruh terhadap kualitas laba.
Hasil ini tidak sesuai dengan harapan yang menyatakan bahwa discretionary
Komite audit secara positif berpengaruh terhadap kualitas laba. (2) Kualitas laba
perusahaan.
terbaik bagi semua pihak yang berkaitan dengan perusahaan. Hal tersebut tidak lepas
manajemen yang baik tercermin dari kinerja perusahaannya yang baik pula. Namun,
sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap
kinerja manajemen. Semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka akan
semakin besar kekuatan suara dan dorongan institusi keuangan untuk mengawasi
manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar untuk
meningkat.
masalah keagenan yang kedua. Kinerja keuangan perusahaan sangat ditentukan oleh
dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan
keuangan, karena mereka memiliki posisi yang kuat untuk melakukan kontrol
terhadap perusahaan dan pihak pemegang saham eksternal akan mengalami kesulitan
53
untuk mengendalikan tindakan manajer. Hal ini disebabkan tingginya hak voting
Fama dan Jensen (1983) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan
penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan
monitoring agar tercipta perusahaan yang baik. Hal tersebut dapat dilihat dari fungsi
Semakin besar komite audit maka akan semakin besar pula pengawasan terhadap
keuangan perusahaan sudah banyak dilakukan. Namun, beberapa penelitian ada yang
perusahaan.
perusahaan pada 10 perusahaan BUMN. Penelitian oleh Hidayah (2008) dan Sayidah
(2007) yang melakukan penelitian dengan obyek perusahaan yang masuk 10 besar
perusahaan. Tetapi di lain pihak menyatakan terdapat hubungan positif antara GCG
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Seperti hasil penelitian dari Klapper dan Love
(2002) dalam Sayidah (2007) menemukan adanya hubungan positif yang signifikan
antara GCG dengan kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Return on
Asset (ROA) dan Tobin’s Q. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang
dilakukan Gompers, dkk. (2003) dalam Darmawati, dkk. (2004) yang menunjukan
hubungan positif antara indeks GCG terhadap kinerja keuangan perusahaan jangka
panjang.
55
Kepemilikan Institusional
Ha2
(X1)
Kepemilikan Manajerial
Ha3
(X2) Kinerja Keuangan (Y)
(X3)
(X4)
Ha1
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
2.6 Hipotesis
perusahaan.
perusahaan.
perusahaan.
METODE PENELITIAN
yang diperoleh diwujudkan dalam bentuk angka, skor, dan analisisnya menggunakan
statistik.
57
58
manajerial.
dalam penelitian dan dapat diakses melalui website Bursa Efek Indonesia
Adapun sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Variabel penelitian yaitu obyek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002:91). Adapun variabel yang diteliti dalam
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya tergantung dari nilai variabel
lain. Dalam penelitian ini variabel dependen yang diteliti adalah: kinerja keuangan
Kinerja keuangan diukur dengan data fundamental perusahaan, yaitu data yang
berasal dari laporan keuangan. Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur dengan
Tobin’s Q yang menggunakan rumus sebagai berikut (Klapper dan Love, 2002;
dimana,
MVE : harga penutupan saham diakhir tahun buku x banyaknya saham biasa yang
beredar
DEBT : (utang lancer – aktiva lancar) + nilai buku sediaan + utang jangka panjang
TA : total aktiva
variabel lain. Dalam penelitian ini terdapat empat variabel independen, yaitu
yang dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan
investasi dan kepemilikan institusi lain) yang memiliki kepemilikan saham diatas
61
manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola (Boediono, 2005).
sebagai berikut:
pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
dalam penelitian ini diukur dengan membagi jumlah dewan komisaris independen
dengan jumlah total dewan komisaris (Lai, 2005 dalam Andayani, 2010).
Komite Audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang
lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas
khusus atau sejumlah anggota dewan komisaris perusahaan klien yang bertanggung
62
manajemen (Tugiman, 1995 dalam Novi, 2010). Komite audit diukur dengan jumlah
Data-data yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yang diperoleh dari Pojok BEI Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro dan ICMD
tahun 2007-2009. Data yang diambil adalah data perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI.
Pada penelitian ini untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penulis
a. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
b. Metode kepustakaan
dengan cara membaca buku pustaka, referensi koran, serta hasil penelitian
63
tersebut disajikan dalam bentuk frekuensi absolut yang menyajikan angka rata-rata,
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal
(Ghozali, 2006).
Pengujian normalitas melalui analisis grafik adalah dengan cara menganalisis grafik
normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting
data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Data dapat dikatakan normal
64
jika data atau titik-titik terbesar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya
Mendeteksi normalitas dapat dilakukan juga dengan uji statistika. Uji statistik
sederhana yang sering digunakan untuk menguji asumsi normalitas adalah dengan
tidaknya distribusi data dilakukan dengan melihat nilai signifikansi variabel, jika
probability value > 0,05 maka Ho diterima (berdistribusi normal) dan jika
Secara teoritis model yang digunakan dalam penelitian ini akan menghasilkan
nilai parameter model penduga yang sah bila memenuhi asumsi klasik, yaitu tidak
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-
satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak
regresi linier terdapat korelasi antara pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pada periode t-1 (Ghozali, 2006). Pengujian autokorelasi dengan menggunakan uji
Durbin - Watson, yaitu dengan menghitung nilai d statistik. Nilai d statistik ini
65
dibandingkan dengan nilai d tabel dengan tingkat signifikan 5%. Dasar pengambilan
diantara beberapa atau semua variabel independen dari model yang ada. Akibat dari
adanya multikolinearitas ini adalah koefisien regresi tidak tertentu dan kesalahan
standarnya tak terhingga. Hal ini akan menimbulkan adanya korelasi antar variabel
bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel
lawannya variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap
variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance
mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh
variabel bebas lainnya, jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi
dan menunjukkan adanya kolinieritas yang tinggi. Nilai cut off yang umum dipakai
adalah nilai tolerance lebih dari 0,10 atau sama dengan nilai VIF kurang dari 10.
66
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidak
samaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari
residual satu ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, jika berbeda
disebut heteroskedastisitas.
LnRes2 = + x t + vi
dimana :
= kostanta
= koefisien regresi
xt = variabel bebas
vi = standar erorr
dependen. Apabila hasil uji dibawah level signifikan (p < 0,05), maka terjadi gejala
heteroskedastisitas, apabila diatas level signifikan (p > 0,05), berarti tidak terdapat
gejala heterokedastisitas.
67
Analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau
dengan menentukan nilai Y (sebagai variabel dependen) dan untuk menaksir nilai-
a) Jika nilai signifikan > 0.05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi signifikan).
Ini berarti bahwa secara simultan keempat variabel independen tersebut tidak
b) Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi signifikan).
(Ghozali, 2006).
Kriteria Pengujian:
a) Apabila t hitung lebih besar dari t tabel dengan probabilitas signifikan kurang
b) Apabila t hitung lebih kecil dari t tabel dengan probabilitas signifikan lebih dari
terhadap variabel kinerja keuangan (Tobin’s Q), jika lebih kecil dari 0,05, maka
(Tobin’s Q). Oleh karena itu, hipotesis diterima jika nilai signifikan t ≤ 0,05.
Pengujian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih
terjadi semakin kuat. Sebaliknya jika nilai semakin mendekati 0 maka hubungan
yang terjadi semakin lemah. Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar persentase
sumbangan dari variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat dari
dependen.
koefisien determinasi terletak pada tabel Model Summaryb dan tertulis R Square.
Namun untuk regresi linear berganda sebaiknya menggunakan R Square yang sudah
(R2) yang diperolehnya besarnya mendekati satu (1) maka dapat dikatakan semakin
kuat model tersebut dalam menerangkan variasi variabel bebas terhadap varibel
keuangan juga dijadikan sebagai tolak ukur yang dapat menujukkan kondisi
perusahaan tersebut dalam keadaan baik atau buruk. Kinerja manajemen yang baik
mencerminkan kinerja keuangannya yang baik pula. Kinerja keuangan diukur dengan
data fundamental perusahaan, yaitu data yang berasal dari laporan keuangan. Kinerja
keuangan dalam penelitian ini diukur dengan Tobin’s Q digunakan sebagai ukuran
penelitian pasar yang diukur dengan membandingkan harga penutupan saham diakhir
tahun buku dikali banyaknya saham biasa yang beredar ditambah utang lancar
dikurangi aktiva lancar ditambah nilai buku sediaan ditambah utang jangka panjang
dibagi dengan total aktiva perusahaan. Kondisi kinerja keuangan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009 sangat bervariasi, hal ini dapat
70
71
Pada tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut, pada tahun 2007 diketahui
rata-rata kinerja keuangan sebesar 0,82 sedangkan tahun 2008 sebesar 0,68 atau
mengalami penurunan sebesar 16,8%. Pada tahun 2009 kinerja keuangan yang
Sedangkan secara keseluruhan nilai rata-rata kinerja keuangan dari tahun 2007-2009
sebesar 0,78. Nilai minimum dari kinerja keuangan sebesar -0,14 yang dimiliki
72
perusahaan Sumi Indo Kabel Tbk pada tahun 2008 sedangkan nilai maksimalnya
sebesar 4,70 yang dimiliki oleh perusahaan Astra Otoparts Tbk pada tahun 2009.
institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian
serta institusi lainnya pada akhir tahun. Kondisi kepemilikan institusional pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2009 sangat bervariasi, hal
Pada tabel 4.2 dapat dijelaskan sebagai berikut, pada tahun 2007 diketahui
rata-rata kepemilikan institusional sebesar 67,13%, tahun 2008 sebesar 67,31% atau
yang terdaftar di BEI sebesar 67,61% atau mengalami peningkatan sebesar 0,45%.
perusahaan Metrodata Electronics Tbk dan nilai maksimalnya sebesar 96,46% yang
dimiliki oleh perusahaan Tira Austenite Tbk. Sedangkan secara keseluruhan nilai
karena sudah melebihi 50% dari seluruh kepemilikan saham yang ada pada
Karena semakin besar kepemilikan institusional semakin besar pula kekuatan untuk
perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh
terdaftar di BEI tahun 2007-2009 sangat bervariasi, hal ini dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
74
Pada tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut, pada tahun 2007 diketahui
rata-rata kepemilikan manajerial sebesar 6,74% sedangkan tahun 2008 sebesar 6,58%
atau mengalami penurunan sebesar 2,43%. Pada tahun 2009 kepemilikan manajerial
yang terdaftar di BEI sebesar 7,45% atau mengalami peningkatan sebesar 13,3%.
Nilai minimum dari kepemilikan manajerial sebesar 0,01% yang dimiliki perusahaan
Tira Austenite Tbk pada tahun 2008 dan 2009 dan nilai maksimalnya sebesar 35,14%
yang dimiliki oleh perusahaan Betonjaya Manunggal Tbk pada tahun 2007-2009.
75
karena fungsi ganda manajemen yaitu selain memiliki saham mereka juga memiliki
posisi yang kuat untuk melakukan kontrol terhadap perusahaan dan pihak eksternal
kinerja manjemen tersebut. Sehingga hasil yang didapat kadang tidak sesuai dengan
pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
terdaftar di BEI tahun 2007-2009 sangat bervariasi, hal ini dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
76
DKI (KOM
INDEPENDEN) Rata-
Rata
NO KODE EMITEN 2007 2008 2009
1 AKRA AKR Corporindo Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
2 ASII Astra International Tbk 0.45 0.45 0.45 0.45
3 AUTO Astra Otoparts Tbk 0.43 0.40 0.40 0.41
4 BRAM Indo Kordsa Tbk 0.29 0.29 0.29 0.29
5 BRNA Berlina Tbk 0.50 0.50 0.50 0.50
6 BTON Betonjaya Manunggal Tbk 0.50 0.50 0.50 0.50
7 CTBN Citra Tubindo Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
8 DYNA Dynaplast Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
9 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk 0.20 0.20 0.20 0.20
10 INAF Indofarma (Persero) Tbk 0.50 0.50 0.50 0.50
11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 0.30 0.30 0.30 0.30
12 INTA Intraco Penta Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
13 JPRS Jaya Pari Steel Tbk 0.50 0.50 0.50 0.50
14 KAEF Kimia Farma Tbk 0.60 0.60 0.60 0.60
15 KBLM Kabelindo Murni Tbk 0.50 0.50 0.50 0.50
16 LION Lion Metal Works Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
17 LMPI Langgeng Makmur Plastik Tbk 0.50 0.50 0.50 0.50
18 LMSH Lion Mesh Prima Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
19 LTLS Lautan Luas Tbk 0.25 0.25 0.25 0.25
20 MTDL Metrodata Electronics Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
21 NIPS Nipress Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
22 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
23 PYFA Pyridam Farma Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
24 STTP Siantar TOP Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
25 TCID Mandom Indonesia Tbk 0.40 0.40 0.40 0.40
26 TIRA Tira Austenite Tbk 0.33 0.33 0.25 0.31
27 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
Rata-Rata 0.38 0.38 0.38 0.38
Sumber: data sekunder yang diolah, 2011 (Lampiran 7)
Pada tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut, pada tahun 2007 hingga
tahun 2009 dapat diketahui nilai minimum dari komisaris independen sebesar 0,20
yang dimiliki perusahaan Sumi Indo Kabel Tbk sedangkan nilai maksimalnya
sebesar 0,60 yang dimiliki oleh perusahaan Kimia Farma Tbk. Rata-rata komisaris
77
independen selama 3 tahun sebesar 0,38. Nilai rata-rata tersebut secara keseluruhan
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa 3 sampel atau 11.1% sampel memiliki
proporsi komisaris independen < 30%, sedangkan 24 sampel atau 88.9% memiliki
proporsi komisaris independen diatas atau sama dengan 30%. Dapat disimpulkan
bahwa mayoritas sampel memiliki komisaris independen lebih besar atau sama
dengan 30%, yang berarti mayoritas sampel sudah memiliki komisaris independen
diatas batas minimal dari peraturan yang telah ditetapkan yaitu sekurang-kurangnya
Komite Audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang
lebih besar untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas
khusus atau sejumlah anggota dewan komisaris perusahaan klien yang bertanggung
manajemen. Kondisi komite audit pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
tahun 2007-2009 sangat bervariasi, hal ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
78
Pada tabel 4.6 dapat dijelaskan sebagai berikut, pada tahun 2007 hingga tahun
2009 dapat diketahui nilai minimum dari komite audit sebesar 0, dimana perusahaan
tidak memiliki komite audit yaitu Astra Otoparts Tbk dan Intraco Penta Tbk
komite audit yaitu Citra Tubindo Tbk, Indofood Sukses Makmur Tbk dan Mandom
79
Indonesia Tbk. Rata-rata komite audit selama 3 tahun sebesar 2,89. Nilai rata-rata
secara keseluruhan menunjukkan bahwa komite audit tidak memenuhi standar yang
dianjurkan, bahwa komite audit sedikitnya terdiri dari tiga orang, namun sebagian
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel yang memiliki komite audit < 3
orang hanya berjumlah 2 sampel atau 7.4%, sedangkan 25 sampel atau 92.6%
lainnya adalah yang memiliki komite audit > 3 orang. Dapat disimpulkan bahwa
mayoritas sampel sudah memenuhi peraturan yang ditetapkan yaitu memiliki komite
Uji normalitas betujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Cara untuk melihat adanya
normalitas residual adalah dengan melihat histogram, berikut ini uji normalitas akan
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Gambar 4.1
Diagram Normalitas dengan Diagram P-P Plot
Pada Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa tampilan grafik normal P-Plot terlihat
memenuhi asumsi uji normalitas, karena data menyebar disekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal. Selain itu dapat dilakukan pengujian menggunakan
Unstandardiz
ed Residual
N 81
Normal Parameters a,b Mean .0000000
Std. Deviation .70885886
Most Extreme Absolute .117
Differences Positive .117
Negative -.076
Kolmogorov-Smirnov Z 1.055
Asymp. Sig. (2-tailed) .216
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui nilai asymp sig sebesar 0,216 lebih
besar dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi terdistribusi secara
normal.
81
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada
model regresi maka dilakukan pengujian Durbin – Watson (DW test). Berdasarkan
didapatkan nilai dl sebesar 1,390 dan du sebesar 1,595. Hasil uji dapat dilihat pada
gambar berikut:
Bebas Negatif
Positif Ragu-ragu Ragu-ragu
DL DU 4-DU 4-DL
0
1,390 1,595 1,697 2,405 2,610
Sumber: data sekunder yang diolah, 2011 (Lampiran 9)
Gambar 4.2
Pengujian Autokorelasi
Variance Inflance Faktor (VIF) dan nilai tolerance dari model regresi untuk masing-
masing variabel bebas. Apabila nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih
dari 0,1 maka disimpulkan bahwa variabel bebas tersebut tidak mempunyai masalah
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 KI .634 1.577
KM .653 1.532
DKI .911 1.098
KOMITE .919 1.089
a. Dependent Variable: TOBINSQ
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa nilai VIF seluruh variabel bebas
kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1, sehingga disimpulkan bahwa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -.071 .845 -.084 .934
KI .016 .007 .201 1.161 .085
KM .009 .015 .083 .606 .546
DKI -1.157 1.330 -.101 -.870 .387
KOMITE -.036 .143 -.029 -.249 .804
a. Dependent Variable: lnres2
independen dan komite audit) lebih dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.748 .568 3.079 .003
KI -.002 .005 -.063 -.484 .629
KM -.024 .010 -.305 -2.393 .019
DKI .730 .894 .088 .816 .417
KOMITE .317 .096 .354 3.291 .002
a. Dependent Variable: TOBINSQ
1. Nilai konstanta sebesar 1,748 menyatakan bahwa apabila semua variabel bebas
independen (X3) dan komite audit (X4)) dianggap konstan atau bernilai 0, maka
independen (X3), dan komite audit (X4)) dianggap konstan maka kinerja
5. Koefisien regresi komite audit (X4) sebesar 0,317 menyatakan bahwa apabila
4.1.4.2. Uji F
variabel dependen (Ghozali, 2006). Pengujian dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut:
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 9.683 4 2.421 4.577 .002a
Residual 40.198 76 .529
Total 49.882 80
a. Predictors: (Constant), KOMITE, KM, DKI, KI
b. Dependent Variable: TOBINSQ
Berdasarkan hasil parameter pada tabel diatas diperoleh nilai F hitung sebesar
4,577 sedangkan tingkat signifikansinya adalah 0,002 lebih kecil dari taraf signifikan
yaitu 0,05. Dengan demikian, secara simultan hipotesis alternatif yang menyatakan
komite audit meningkat, maka kinerja keuangan perusahaan juga akan semakin
meningkat.
86
4.1.4.3. Uji t
Berdasarkan hasil parameter pada tabel 4.12 diperoleh nilai t hitung sebesar
0,484 dengan arah negatif sedangkan tingkat signifikansinya adalah 0,629 lebih besar
dari taraf signifikan yaitu 0,05. Dengan demikian, secara parsial hipotesis alternatif
Berdasarkan hasil parameter pada tabel 4.12 diperoleh nilai t hitung sebesar
2,393 dengan arah yang negatif sedangkan tingkat signifikansinya adalah 0,019 lebih
kecil dari taraf signifikan yaitu 0,05. Dengan demikian, secara parsial hipotesis
Berdasarkan hasil parameter pada tabel 4.12 diperoleh nilai t hitung sebesar
0,816 sedangkan tingkat signifikansinya adalah 0,417 lebih besar dari taraf signifikan
yaitu 0,05. Dengan demikian, secara parsial hipotesis altematif Ha4 yang menyatakan
Berdasarkan hasil parameter pada tabel 4.12 diperoleh nilai t hitung sebesar
3,291 sedangkan tingkat signifikansinya adalah 0,002 lebih kecil dari taraf signifikan
yaitu 0,05. Dengan demikian, secara parsial hipotesis altematif Ha5 yang menyatakan
bahwa “Komite audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan
independen dan komite audit terhadap kinerja keuangan perusahaan. Dari hasil
output regresi diperoleh nilai Adjusted R square (R2) sebesar 0,152. Nilai ini
adalah sebesar 0,152 atau 15,2%. Dengan demikian masih ada variabel lain yang
4.2. Pembahasan
hipotesis menunjukkan bahwa dari empat variabel independen, hanya dua variabel
Perusahaan
kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung sebesar 4,577 ,
dengan nilai signifikansi sebesar 0,002. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari
0,05 (0,002 < 0,05) yang berarti bahwa hipotesis pertama diterima.
dan komite audit maka kinerja keuangan perusahaan akan mengalami penurunan.
komisaris independen dan komite audit terhadap kinerja keuangan perusahaan dapat
dilihat dari nilai koefisien determinasi Adjusted R square yang menunjukkan angka
sebesar 15,2% dengan demikian masih ada variabel lain yang turut mempengaruhi
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Darmawati, dkk. (2004), namun
sejalan dengan Siallagan dan Machfoedz (2006) yang menemukan bukti empiris
perusahaan.
90
Perusahaan
kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien sebesar -0,002
dengan nilai t sebesar -0,484 dan nilai signifikansi sebesar 0,629, nilai signifikansi
tersebut lebih besar dari 0,05 (0,629 > 0,05). Koefisien penelitian yang bernilai
negatif dapat diartikan bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional maka kinerja
ditolak.
Hasil penelitian ini kurang sesuai dengan teori yang ada bahwa semakin besar
kepemilikan oleh institusi keuangan maka akan semakin besar kekuatan suara dan
sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap
bahwa manajemen sering mengambil tindakan atau kebijakan yang non-optimal dan
investor institusional dengan pihak manajemen ditanggapi negatif oleh pasar. Hal ini
pemilik sementara (transfer owner) sehingga hanya terfokus pada laba sekarang
memiliki saham dengan jumlah besar, maka jika mereka menarik sahamnya akan
mempengaruhi nilai saham secara keseluruhan. Hal ini berarti bahwa kepemilikan
perusahaan.
(2005), namun sejalan dengan Lastanti (2004), Wahyudi dan Pawestri (2006), dan
92
Perusahaan
keuangan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien sebesar -0,024 dengan
nilai t sebesar -2,393 dan nilai signifikansi sebesar 0,019, nilai signifikansi tersebut
lebih kecil dari 0,05 (0,019 < 0,05) yang berarti bahwa hipotesis ketiga diterima.
Koefisien penelitian yang bernilai negatif dapat diartikan bahwa semakin tinggi
sangat ditentukan oleh motivasi manajer perusahaan. Seperti manajer yang juga
sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang
saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, sebab
dikelola. Kualitas laba yang dilaporkan dapat dipengaruhi oleh kepemilikan saham
manajerial. Hal ini terjadi karena tekanan dari pasar modal menyebabkan perusahaan
dengan kepemilikan manajerial yang tinggi akan memilih metode akuntansi yang
ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan. Hal tersebut terjadi karena manajer ikut
93
merasakan secara langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut pula
pertahanan, yang berarti jika kepemilikan manajerial tinggi, mereka memiliki posisi
yang kuat untuk melakukan kontrol terhadap perusahaan dan pihak pemegang saham
eksternal akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan tindakan manajer. Hal ini
Dengan demikian, hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang
Perusahaan
perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien sebesar 0,730 dengan nilai t
sebesar 0,816 dan nilai signifikansi sebesar 0,417, nilai signifikansi tersebut lebih
besar dari 0,05 (0,417 > 0,05) yang berarti bahwa hipotesis keempat ditolak.
Hasil penelitian ini kurang sesuai dengan teori keagenan, peran komisaris
adalah meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara dewan direksi dengan
pemegang saham. Oleh karena itu dewan komisaris seharusnya dapat mengawasi
dipandang lebih baik dibanding dewan komisaris berasal dari dalam perusahaan
karena dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan akan menetapkan
kebijakan yang berkaitan dengan perusahaan dengan lebih objektif sehingga akan
dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk menegakkan
ditegaskan dari hasil survei Asian Development Bank dalam Gideon (2005) yang
Berdasarkan data yang ada, sebagian besar komisaris independen terdiri dari
pejabat publik ataupun tokoh masyarakat, yang belum tentu memiliki keahlian dalam
ataupun yang masih aktif, biasanya diangkat sebagai anggota Dewan Komisaris suatu
bersangkutan. Dalam hal ini integritas dan kemampuan Dewan Komisaris seringkali
didasarkan pada persentase gaji Dewan Direksi. Kepemilikan saham yang terpusat
dalam satu kelompok atau satu keluarga, dapat menjadi salah satu penyebab
demikian, hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien
sebesar 0,317 dengan nilai t sebesar 3,291 dan nilai signifikansi sebesar 0,002, nilai
signifikansi tersebut kurang dari 0,05 (0,002 > 0,05) sehingga terbukti bahwa adanya
komite audit yang efektif dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan karena
perusahaan diterima.
keuangan perusahaan, terutama dari aspek pengendalian. Pada saat ini adanya komite
audit yang efektif merupakan salah satu aspek dalam implementasi GCG. Hasil
penelitian ini sesuai dengan teori keagenan, yang menyatakan bahwa adanya komite
audit akan dapat mengurangi konflik keagenan yang terjadi antara pemegang saham
dan manajemen. Dengan adanya komite audit yang bertanggung jawab untuk
lain yang merugikan perusahaan dengan cara mengawasi laporan keuangan dan
audit secara efektif, maka kontrol terhadap perusahaan akan lebih baik, sehingga
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Nuryanah (2004), namun
sesuai dengan hasil penelitian Veronica dan Bachtiar (2004) dan Wedari (2004) yang
PENUTUP
5.1. Simpulan
perusahaan.
98
99
5. Hipotesis kelima yang menyatakan bahwa “Komite audit berpengaruh positif dan
5.2. Saran
keterbatasan pada penelitian ini, adapun saran-saran yang dapat diberikan melalui
hasil penelitian ini agar mendapatkan hasil yang lebih baik, yaitu:
Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
penelitian yang lain, selain itu dapat mencoba menggunakan perhitungan kinerja
keuangan yang lebih kompleks untuk melihat konsistensi hasil penelitian dengan
menggunakan harga saham, seperti Economic Value Aded (EVA). Karena dengan
100
adanya penelitian yang baru diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat
101
102
Hastuti, Theresia Dwi. 2005. Hubungan Antara Good Corporate Governance dan
Struktur Kepemilikan dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus pada
Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia). Solo: Simposium Nasional
Akuntansi VIII, IAI, 2005.
Hidayah, Erna. 2008. Pengaruh Kualitas Pengungkapan Informasi terhadap
Hubungan Corporate Governance Dengan Kinerja Perusahaan Di BEJ.
Yogyakarta: Vol 12 No.1 Hal.53-63.
Irfan, Ali. 2002, Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi Dalam Hubungan
Lintas Ekonomi, Volume, XIX No. 2.
KNKG. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia.
http://www.ecgi.org/codes/documents/indonesia_cg_2006_id.pdf. Diakses
tanggal 5 Mei 2010.
Kusumawati, Dwi Novi dan Bambang Riyanto L.S. 2005. Corporate Governance
dan Kinerja: Analisis Compliance Reporting dan Struktur Dewan Terhadap
Kinerja. Solo: Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005.
Lastanti, S. Hexana. 2004. Hubungan Struktur Corporate Governance dengan
Kinerja Perusahaan dan Reaksi Pasar. Jakarta: Prosiding Konvensi Nasional
Akuntansi IV.
Midiastuty, Pratana P. dan Mas’ud Machfoedz. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme
Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Surabaya: Artikel yang
Dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi 6 tanggal 16-17 Oktober
2003.
Ndaruningputri, Wulandari. 2005. Pengaruh Indikator Mekanisme Good Corporate
Governance terhadap Kinerja Perusahaan Publik di Indonesia. Tesis Tidak
Dipublikasikan. Semarang: Program Magister Akuntansi UNDIP.
Novi. 2010. Komite Audit. http://dank26novi.wordpress.com. Diakses tanggal 5 Mei
2010.
Nuryanah, Siti. 2004. Analisa Ketaatan Emiten Terhadap Aturan Board Governance:
Studi Kasus Tahun 2002. Bali: Makalah Simposium Nasional Akuntansi VII.
Permanasari, Wien Ika. 2010. Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan
Institusional, dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan.
Skripsi, Program Sarjana Akuntansi, Semarang: UNDIP.
Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: Media Kom
Purwati, Atiek Sri. 2006. Pengaruh Karakteristik Komite Audit terhadap Ketepatan
Waktu Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Publik yang Tercatat di BEJ.
Tesis, Program Magister Sains Akuntansi, Semarang: UNDIP.
Putri, Winda. 2006. Analisis Pengaruh Corporate Governance dan Jumlah Komisaris
Terhadap Kinerja perusahaan. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Program Studi
Akuntansi Yogyakarta: UII.
Rachmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Makasar: Simposium
Nasional Akuntansi X, IAI, 2007.
Rogers, Matama. 2008. Corporate governance and financial performance of selected
commercial banks in Uganda. Africa: Makerere University Business School.
Sabrinna, Anindhita Ira. 2010. Pengaruh Corporate Governance dan Struktur
Kepemilikan terhadap Kinerja Perusahaan. Skripsi, Program Sarjana
Akuntansi, Semarang: UNDIP.
Sanda, Ahmadu, Aminu S. Mikailu and Tukur Garba. 2005. Corporate governance
mechanisms and firm financial performance in Nigeria. Nigeria: Department
of Economics Usmanu Danfodiyo University.
Sayidah, Nur. 2007. Pengaruh Kualitas Corporate Governance terhadap Kinerja
Perusahaan Publik. Surabaya: Vol.11 No.1.
Siallagan, Hamonagan dan Mas’ud Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate
Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Padang: Simposium
Nasional Akuntansi IX, IAI, 2006.
Siregar, Sylvia Veronica dan Shiddarta Utama. 2005. Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance
terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). Solo: Simposium
Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005.
Siregar, Sylvia Veronica dan Yanivi S. Bachtiar. 2004. Good Corporate Governance,
Information Asymmetry, and Earnings Management. Denpasar Bali:
Simposium Nasional Akuntansi VII, IAI, 2004.
Sucipto. 2003. Penilaian Kinerja Keuangan. Medan: USU Digital Library.
Sukamulja, Sukmawati. 2004. Good Corporate Governance di Sektor Keuangan:
Dampak GCG Terhadap Kinerja Perusahaan (Kasus di Bursa Efek Jakarta).
BENEFIT, Vol.8, No. 1, h. 1-25.
Surya, Indra dan Ivan Yustiavandana. 2006. Penerapan Good Corporate
Governance: Mengesampingkan hak-hak Istimewa Demi Kelangsungan
Usaha. Jakarta: Kencana.
104
LAMPIRAN
106
LAMPIRAN 1
Tahun Tobin’s Q
2003 0,95
2004 0,51
2005 0,61
2006 0,93
107
LAMPIRAN 2
POPULASI PENELITIAN
NO KODE EMITEN
1 ADES Ades Waters Indonesia Tbk
2 ADMG Polychem Indonesia Tbk
3 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
4 AKKU Aneka Kemasindo Utama Tbk
5 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk
6 AKRA AKR Corporindo Tbk
7 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk
8 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
9 APLI Asiaplast Industries Tbk
10 AQUA Aqua Golden Mississippi Tbk
11 ARGO Argo Pantes Tbk
12 ARNA Arwana Citramulia Tbk
13 ASGR Astra Graphia Tbk
14 ASII Astra International Tbk
15 AUTO Astra Otoparts Tbk
16 BATA Sepatu Bata Tbk
17 BATI BAT Indonesia Tbk
18 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk
19 BRAM Indo Kordsa Tbk
20 BRNA Berlina Tbk
21 BRPT Barito Pacific Tbk
22 BTON Betonjaya Manunggal Tbk
23 BUDI Budi Acid Jaya Tbk
24 CEKA Cahaya Kalbar Tbk
25 CLPI Colorpak Indonesia Tbk
26 CNTX Century Textile Industry (Centex) Tbk
27 CTBN Citra Tubindo Tbk
28 DAVO Davomas Abadi Tbk
29 DLTA Delta Djakarta Tbk
30 DOID Delta Dunia Petroindo Tbk
31 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk
32 DSUC Daya Sakti Unggul Corporation Tbk
33 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk
34 DYNA Dynaplast Tbk
108
LAMPIRAN 3
NO KODE EMITEN
1 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
2 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk
3 AKRA AKR Corporindo Tbk
4 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk
5 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
6 ARNA Arwana Citramulia Tbk
7 ASGR Astra Graphia Tbk
8 ASII Astra International Tbk
9 AUTO Astra Otoparts Tbk
10 BATA Sepatu Bata Tbk
11 BRAM Indo Kordsa Tbk
12 BRNA Berlina Tbk
13 BTON Betonjaya Manunggal Tbk
14 BUDI Budi Acid Jaya Tbk
15 CEKA Cahaya Kalbar Tbk
16 CLPI Colorpak Indonesia Tbk
17 CTBN Citra Tubindo Tbk
18 DLTA Delta Djakarta Tbk
19 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk
20 DYNA Dynaplast Tbk
21 EKAD Ekadharma International Tbk
22 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk
23 FAST Fast Food Indonesia Tbk
24 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk
25 GDYR Goodyear Indonesia Tbk
26 GGRM Gudang Garam Tbk
27 HEXA Hexindo Adiperkasa Tbk
28 HMSP HM Sampoerna Tbk
29 IGAR Kageo Igar Jaya Tbk
30 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk
31 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk
32 INAF Indofarma (Persero) Tbk
33 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
34 INDR Indorama Syntetics Tbk
112
LAMPIRAN 3
NO KODE EMITEN
1 ADES Ades Waters Indonesia Tbk
2 ADMG Polychem Indonesia Tbk
3 AKKU Aneka Kemasindo Utama Tbk
4 APLI Asiaplast Industries Tbk
5 AQUA Aqua Golden Mississippi Tbk
6 ARGO Argo Pantes Tbk
7 BATI BAT Indonesia Tbk
8 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk
9 BRPT Barito Pacific Tbk
10 CNTX Century Textile Industry (Centex) Tbk
11 DAVO Davomas Abadi Tbk
12 DOID Delta Dunia Petroindo Tbk
13 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk
14 DSUC Daya Sakti Unggul Corporation Tbk
15 ERTX Eratex Djaja Tbk
16 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk
17 FMII Fortune Mate Indonesia Tbk
18 FPNI Titan Kimia Nusantara Tbk
19 GJTL Gajah Tunggal Tbk
20 HDTX Panasia Indosyntec Tbk
21 IKAI Intikeramik Alamasri Industry Tbk
22 INAI Indal Aluminium Industry Tbk
23 INCI Intanwijaya Internasional Tbk
24 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
25 INRU Toba Pulp Lestari Tbk
26 INTD Inter Delta Tbk
27 ITMA Itamaraya Gold Industri Tbk
28 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk
29 KARW Karwell Indonesia Tbk
30 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk
31 KICI Kedaung Indah Can Tbk
32 KKGI Resource Alam Indonesia Tbk
33 KONI Perdana Bangun Pusaka Tbk
34 LAPD Leyand International Tbk
115
LAMPIRAN 3
NO KODE EMITEN
1 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
2 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk
3 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk
4 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
5 ARNA Arwana Citramulia Tbk
6 ASGR Astra Graphia Tbk
7 BATA Sepatu Bata Tbk
8 BUDI Budi Acid Jaya Tbk
9 CEKA Cahaya Kalbar Tbk
10 CLPI Colorpak Indonesia Tbk
11 DLTA Delta Djakarta Tbk
12 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk
13 EKAD Ekadharma International Tbk
14 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk
15 FAST Fast Food Indonesia Tbk
16 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk
17 GDYR Goodyear Indonesia Tbk
18 GGRM Gudang Garam Tbk
19 HEXA Hexindo Adiperkasa Tbk
20 HMSP HM Sampoerna Tbk
21 IGAR Kageo Igar Jaya Tbk
22 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk
23 INDR Indorama Syntetics Tbk
24 INDS Indospring Tbk
25 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
26 JECC Jembo Cable Company Tbk
27 KBLI GT Kabel Indonesia Tbk
28 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk
29 KLBF Kalbe Farma Tbk
30 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk
31 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk
32 MDRN Modern Internasional Tbk
117
LAMPIRAN 3
NO KODE EMITEN
1 AKRA AKR Corporindo Tbk
2 ASII Astra International Tbk
3 AUTO Astra Otoparts Tbk
4 BRAM Indo Kordsa Tbk
5 BRNA Berlina Tbk
6 BTON Betonjaya Manunggal Tbk
7 CTBN Citra Tubindo Tbk
8 DYNA Dynaplast Tbk
9 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk
10 INAF Indofarma (Persero) Tbk
11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
12 INTA Intraco Penta Tbk
13 JPRS Jaya Pari Steel Tbk
14 KAEF Kimia Farma (Persero) Tbk
15 KBLM Kabelindo Murni Tbk
16 LION Lion Metal Works Tbk
17 LMPI Langgeng Makmur Plastik Industry Ltd Tbk
18 LMSH Lion Mesh Prima Tbk
19 LTLS Lautan Luas Tbk
20 MTDL Metrodata Electronics Tbk
21 NIPS Nipress Tbk
22 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk
23 PYFA Pyridam Farma Tbk
24 STTP Siantar TOP Tbk
25 TCID Mandom Indonesia Tbk
26 TIRA Tira Austenite Tbk
27 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk
119
LAMPIRAN 4
TOBIN’S Q Rata-
NO KODE EMITEN 2007 2008 2009 Rata
1 AKRA AKR Corporindo Tbk 1.38 0.75 0.88 1.00
2 ASII Astra International Tbk 0.88 1.90 2.60 1.80
3 AUTO Astra Otoparts Tbk 3.70 3.39 4.70 3.93
4 BRAM Indo Kordsa Tbk 0.45 0.43 0.34 0.41
5 BRNA Berlina Tbk 0.28 0.25 0.34 0.29
6 BTON Betonjaya Manunggal Tbk 0.37 0.40 0.52 0.43
7 CTBN Citra Tubindo Tbk 1.47 1.26 1.37 1.36
8 DYNA Dynaplast Tbk 0.56 0.53 0.53 0.54
9 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk 0.28 -0.14 0.47 0.20
10 INAF Indofarma (Persero) Tbk 0.65 0.20 0.34 0.40
11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 0.67 1.24 1.48 1.13
12 INTA Intraco Penta Tbk 0.34 0.18 0.37 0.30
13 JPRS Jaya Pari Steel Tbk 0.59 -0.02 0.40 0.32
14 KAEF Kimia Farma Tbk 1.14 0.27 0.44 0.62
15 KBLM Kabelindo Murni Tbk 0.48 0.43 0.55 0.48
16 LION Lion Metal Works Tbk 0.19 0.33 -0.06 0.15
17 LMPI Langgeng Makmur Plastik Industry Ltd Tbk 0.40 0.26 0.45 0.37
18 LMSH Lion Mesh Prima Tbk 0.49 0.58 0.48 0.52
19 LTLS Lautan Luas Tbk 0.49 0.54 0.54 0.53
20 MTDL Metrodata Electronics Tbk 0.29 0.20 0.20 0.23
21 NIPS Nipress Tbk 0.34 0.31 0.39 0.34
22 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk 1.10 0.94 0.75 0.93
23 PYFA Pyridam Farma Tbk 0.34 0.66 0.73 0.58
24 STTP Siantar TOP Tbk 1.06 0.58 0.73 0.79
25 TCID Mandom Indonesia Tbk 1.85 0.90 1.39 1.38
26 TIRA Tira Austenite Tbk 0.81 0.77 0.74 0.77
27 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk 1.58 1.36 1.03 1.32
Rata-Rata 0.82 0.68 0.84 0.78
120
LAMPIRAN 5
KI Rata-
NO KODE EMITEN 2007 2008 2009 Rata
1 AKRA AKR Corporindo Tbk 71.24 71.11 70.82 71.06
2 ASII Astra International Tbk 50.11 50.11 50.11 50.11
3 AUTO Astra Otoparts Tbk 86.72 93.91 95.65 92.09
4 BRAM Indo Kordsa Tbk 89.74 89.74 89.74 89.74
5 BRNA Berlina Tbk 51.42 51.42 51.42 51.42
6 BTON Betonjaya Manunggal Tbk 54.31 54.31 54.31 54.31
7 CTBN Citra Tubindo Tbk 75.29 76.9 80.92 77.70
8 DYNA Dynaplast Tbk 69.2 74.7 74.37 72.76
9 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk 93.06 93.06 93.06 93.06
10 INAF Indofarma (Persero) Tbk 80.66 80.66 80.66 80.66
11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 51.53 50.05 50.05 50.54
12 INTA Intraco Penta Tbk 86.51 86.5 86.5 86.50
13 JPRS Jaya Pari Steel Tbk 67.62 67.62 68.42 67.89
14 KAEF Kimia Farma Tbk 90.03 90.03 90.03 90.03
15 KBLM Kabelindo Murni Tbk 80.99 81.33 81.76 81.36
16 LION Lion Metal Works Tbk 57.7 57.7 57.7 57.70
17 LMPI Langgeng Makmur Plastik Industry Ltd Tbk 77.53 77.53 77.53 77.53
18 LMSH Lion Mesh Prima Tbk 32.2 32.2 32.22 32.21
19 LTLS Lautan Luas Tbk 63.03 63.03 63.03 63.03
20 MTDL Metrodata Electronics Tbk 12.93 12.93 12.93 12.93
21 NIPS Nipress Tbk 37.11 37.11 37.11 37.11
22 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk 94.22 92.22 94.01 93.48
23 PYFA Pyridam Farma Tbk 53.85 53.85 53.85 53.85
24 STTP Siantar TOP Tbk 60.39 56.76 56.76 57.97
25 TCID Mandom Indonesia Tbk 79.5 79.23 79.23 79.32
26 TIRA Tira Austenite Tbk 96.46 96.43 96.43 96.44
27 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk 49.08 46.82 46.82 47.57
Rata-Rata 67.13 67.31 67.61 67.35
121
LAMPIRAN 6
KM Rata-
NO KODE EMITEN 2007 2008 2009 Rata
1 AKRA AKR Corporindo Tbk 0.13 0.24 0.5 0.29
2 ASII Astra International Tbk 0.02 0.03 0.04 0.03
3 AUTO Astra Otoparts Tbk 0.04 0.07 0.04 0.05
4 BRAM Indo Kordsa Tbk 1.48 1.48 1.48 1.48
5 BRNA Berlina Tbk 23.34 23.34 23.34 23.34
6 BTON Betonjaya Manunggal Tbk 35.14 35.14 35.14 35.14
7 CTBN Citra Tubindo Tbk 0.65 0.6 0.03 0.43
8 DYNA Dynaplast Tbk 0.69 0.69 0.69 0.69
9 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk 0.09 0.1 0.1 0.10
10 INAF Indofarma (Persero) Tbk 0.02 0.02 0.02 0.02
11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 0.05 0.06 0.05 0.05
12 INTA Intraco Penta Tbk 3.93 5.43 5.76 5.04
13 JPRS Jaya Pari Steel Tbk 15.53 15.53 15.53 15.53
14 KAEF Kimia Farma Tbk 0.27 0.27 0.27 0.27
15 KBLM Kabelindo Murni Tbk 8.93 8.93 8.93 8.93
16 LION Lion Metal Works Tbk 0.18 0.18 0.23 0.20
17 LMPI Langgeng Makmur Plastik Industry Ltd Tbk 0.02 0.02 0.02 0.02
18 LMSH Lion Mesh Prima Tbk 25.6 25.6 25.61 25.60
19 LTLS Lautan Luas Tbk 3.64 3.64 3.64 3.64
20 MTDL Metrodata Electronics Tbk 1.71 6.42 10.07 6.07
21 NIPS Nipress Tbk 18.35 18.35 24.26 20.32
22 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk 0.13 0.08 0.08 0.10
23 PYFA Pyridam Farma Tbk 23.08 23.08 23.08 23.08
24 STTP Siantar TOP Tbk 12.51 0.02 7.4 6.64
25 TCID Mandom Indonesia Tbk 0.75 0.19 0.18 0.37
26 TIRA Tira Austenite Tbk 0.024 0.012 0.012 0.02
27 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk 5.72 8.08 14.72 9.51
Rata-Rata 6.74 6.58 7.45 6.92
122
LAMPIRAN 7
DKI (KOM
INDEPENDEN) Rata-
Rata
NO KODE EMITEN 2007 2008 2009
1 AKRA AKR Corporindo Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
2 ASII Astra International Tbk 0.45 0.45 0.45 0.45
3 AUTO Astra Otoparts Tbk 0.43 0.40 0.40 0.41
4 BRAM Indo Kordsa Tbk 0.29 0.29 0.29 0.29
5 BRNA Berlina Tbk 0.50 0.50 0.50 0.50
6 BTON Betonjaya Manunggal Tbk 0.50 0.50 0.50 0.50
7 CTBN Citra Tubindo Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
8 DYNA Dynaplast Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
9 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk 0.20 0.20 0.20 0.20
10 INAF Indofarma (Persero) Tbk 0.50 0.50 0.50 0.50
11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 0.30 0.30 0.30 0.30
12 INTA Intraco Penta Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
13 JPRS Jaya Pari Steel Tbk 0.50 0.50 0.50 0.50
14 KAEF Kimia Farma Tbk 0.60 0.60 0.60 0.60
15 KBLM Kabelindo Murni Tbk 0.50 0.50 0.50 0.50
16 LION Lion Metal Works Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
17 LMPI Langgeng Makmur Plastik Industry Ltd Tbk 0.50 0.50 0.50 0.50
18 LMSH Lion Mesh Prima Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
19 LTLS Lautan Luas Tbk 0.25 0.25 0.25 0.25
20 MTDL Metrodata Electronics Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
21 NIPS Nipress Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
22 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
23 PYFA Pyridam Farma Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
24 STTP Siantar TOP Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
25 TCID Mandom Indonesia Tbk 0.40 0.40 0.40 0.40
26 TIRA Tira Austenite Tbk 0.33 0.33 0.25 0.31
27 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk 0.33 0.33 0.33 0.33
Rata-Rata 0.38 0.38 0.38 0.38
123
LAMPIRAN 8
1. Analisis Deskriptif
Descriptive Statistics
2. Analisis Regresi
Uji Normalitas
0.8
Expected Cum Prob
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Unstandardiz
ed Residual
N 81
Normal Parameters a,b Mean .0000000
Std. Deviation .70885886
Most Extreme Absolute .117
Differences Positive .117
Negative -.076
Kolmogorov-Smirnov Z 1.055
Asymp. Sig. (2-tailed) .216
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
125
a. Uji Autokorelasi
Model Summaryb
0 DL DU 4-DU 4-DL
b. Uji Multikolinearitas
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 KI .634 1.577
KM .653 1.532
DKI .911 1.098
KOMITE .919 1.089
a. Dependent Variable: TOBINSQ
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -.071 .845 -.084 .934
KI .016 .007 .201 1.161 .085
KM .009 .015 .083 .606 .546
DKI -1.157 1.330 -.101 -.870 .387
KOMITE -.036 .143 -.029 -.249 .804
a. Dependent Variable: lnres2
126
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1.748 .568 3.079 .003
KI -.002 .005 -.063 -.484 .629
KM -.024 .010 -.305 -2.393 .019
DKI .730 .894 .088 .816 .417
KOMITE .317 .096 .354 3.291 .002
a. Dependent Variable: TOBINSQ
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 9.683 4 2.421 4.577 .002a
Residual 40.198 76 .529
Total 49.882 80
a. Predictors: (Constant), KOMITE, KM, DKI, KI
b. Dependent Variable: TOBINSQ
6. Koefisien Determinasi
Model Summary
KI KM
NO KODE EMITEN 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 AKRA AKR Corporindo Tbk 71.24 71.11 70.82 0.13 0.24 0.5
2 ASII Astra International Tbk 50.11 50.11 50.11 0.02 0.03 0.04
3 AUTO Astra Otoparts Tbk 86.72 93.91 95.65 0.04 0.07 0.04
4 BRAM Indo Kordsa Tbk 89.74 89.74 89.74 1.48 1.48 1.48
5 BRNA Berlina Tbk 51.42 51.42 51.42 23.34 23.34 23.34
6 BTON Betonjaya Manunggal Tbk 54.31 54.31 54.31 35.14 35.14 35.14
7 CTBN Citra Tubindo Tbk 75.29 76.9 80.92 0.65 0.6 0.03
8 DYNA Dynaplast Tbk 69.2 74.7 74.37 0.69 0.69 0.69
9 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk 93.06 93.06 93.06 0.09 0.1 0.1
10 INAF Indofarma (Persero) Tbk 80.66 80.66 80.66 0.02 0.02 0.02
11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 51.53 50.05 50.05 0.05 0.06 0.05
12 INTA Intraco Penta Tbk 86.51 86.5 86.5 3.93 5.43 5.76
13 JPRS Jaya Pari Steel Tbk 67.62 67.62 68.42 15.53 15.53 15.53
14 KAEF Kimia Farma Tbk 90.03 90.03 90.03 0.27 0.27 0.27
15 KBLM Kabelindo Murni Tbk 80.99 81.33 81.76 8.93 8.93 8.93
16 LION Lion Metal Works Tbk 57.7 57.7 57.7 0.18 0.18 0.23
17 LMPI Langgeng Makmur Plastik Industry Ltd Tbk 77.53 77.53 77.53 0.02 0.02 0.02
18 LMSH Lion Mesh Prima Tbk 32.2 32.2 32.22 25.6 25.6 25.61
19 LTLS Lautan Luas Tbk 63.03 63.03 63.03 3.64 3.64 3.64
20 MTDL Metrodata Electronics Tbk 12.93 12.93 12.93 1.71 6.42 10.07
21 NIPS Nipress Tbk 37.11 37.11 37.11 18.35 18.35 24.26
22 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk 94.22 92.22 94.01 0.13 0.08 0.08
23 PYFA Pyridam Farma Tbk 53.85 53.85 53.85 23.08 23.08 23.08
24 STTP Siantar TOP Tbk 60.39 56.76 56.76 12.51 0.02 7.4
25 TCID Mandom Indonesia Tbk 79.5 79.23 79.23 0.75 0.19 0.18
26 TIRA Tira Austenite Tbk 96.46 96.43 96.43 0.024 0.012 0.012
27 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk 49.08 46.82 46.82 5.72 8.08 14.72
128
DKI (KOM
INDEPENDEN) KOMITE AUDIT
NO KODE EMITEN 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 AKRA AKR Corporindo Tbk 0.33 0.33 0.33 3 3 3
2 ASII Astra International Tbk 0.45 0.45 0.45 3 3 3
3 AUTO Astra Otoparts Tbk 0.43 0.40 0.40 0 0 0
4 BRAM Indo Kordsa Tbk 0.29 0.29 0.29 3 3 3
5 BRNA Berlina Tbk 0.50 0.50 0.50 3 3 3
6 BTON Betonjaya Manunggal Tbk 0.50 0.50 0.50 3 3 3
7 CTBN Citra Tubindo Tbk 0.33 0.33 0.33 4 4 4
8 DYNA Dynaplast Tbk 0.33 0.33 0.33 3 3 3
9 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk 0.20 0.20 0.20 3 3 3
10 INAF Indofarma (Persero) Tbk 0.50 0.50 0.50 3 3 3
11 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 0.30 0.30 0.30 4 4 4
12 INTA Intraco Penta Tbk 0.33 0.33 0.33 0 0 0
13 JPRS Jaya Pari Steel Tbk 0.50 0.50 0.50 3 3 3
14 KAEF Kimia Farma Tbk 0.60 0.60 0.60 3 3 3
15 KBLM Kabelindo Murni Tbk 0.50 0.50 0.50 3 3 3
16 LION Lion Metal Works Tbk 0.33 0.33 0.33 3 3 3
17 LMPI Langgeng Makmur Plastik Industry Ltd Tbk 0.50 0.50 0.50 3 3 3
18 LMSH Lion Mesh Prima Tbk 0.33 0.33 0.33 3 3 3
19 LTLS Lautan Luas Tbk 0.25 0.25 0.25 3 3 3
20 MTDL Metrodata Electronics Tbk 0.33 0.33 0.33 3 3 3
21 NIPS Nipress Tbk 0.33 0.33 0.33 3 3 3
22 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk 0.33 0.33 0.33 3 3 3
23 PYFA Pyridam Farma Tbk 0.33 0.33 0.33 3 3 3
24 STTP Siantar TOP Tbk 0.33 0.33 0.33 3 3 3
25 TCID Mandom Indonesia Tbk 0.40 0.40 0.40 4 4 4
26 TIRA Tira Austenite Tbk 0.33 0.33 0.25 3 3 3
27 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk 0.33 0.33 0.33 3 3 3
129
MVE DEBT
NO KODE 2007 2008 2009 2007 2008 2009
1 AKRA 4,080,960 2,130,960 3,460,080 762,942 1,517,046 1,847,654
2 ASII 42,710,149 140,477,929 220,837,782 13,404,522 13,298,000 10,693,000
3 AUTO 12,820,490 13,495,252 22,170,772 -47,637 -1,919 -354,424
4 BRAM 855,000 810,000 652,500 -151,503 -95,088 -194,132
5 BRNA 34,155 44,160 82,800 76,183 63,060 89,396
6 BTON 33,300 60,300 49,500 -16,088 -32,032 -12,952
7 CTBN 2,400,000 2,480,000 2,480,000 -51,332 153,190 75,333
8 DYNA 232,882 204,559 251,764 395,137 447,690 429,018
9 IKBI 351,900 153,000 495,720 -185,537 -242,067 -231,775
10 INAF 635,350 154,963 257,239 24,441 33,484 -9,955
11 INDF 8,783,096 31,170,514 42,804,579 11,078,393 17,895,166 17,049,452
12 INTA 237,603 101,089 298,084 55,218 107,917 87,633
13 JPRS 266,250 124,500 198,750 -108,336 -132,553 -56,374
14 KAEF 1,693,970 422,104 705,358 -112,594 -37,797 -16,169
15 KBLM 134,400 134,400 128,800 71,773 61,511 65,830
16 LION 109,234 159,949 109,234 -68,408 -76,544 -124,791
17 LMPI 161,363 70,596 216,831 52,299 72,240 27,859
18 LMSH 20,160 34,560 23,040 10,807 1,373 11,561
19 LTLS 343,200 413,400 585,000 712,276 1,475,666 1,091,676
20 MTDL 375,714 144,977 177,648 -36,278 110,899 37,634
21 NIPS 37,000 29,800 29,000 59,765 69,769 93,069
22 PICO 287,029 244,401 125,043 213,311 306,233 283,551
23 PYFA 26,754 58,859 67,955 6,060 5,853 5,493
24 STTP 484,700 196,500 327,500 65,838 168,719 70,633
25 TCID 1,520,064 995,280 1,628,640 -178,358 -172,433 -243,792
26 TIRA 94,080 94,080 102,312 98,477 80,868 47,880
27 ULTJ 1,877,448 2,310,706 1,675,262 270,028 61,679 108,363
133