Anda di halaman 1dari 16

TUGAS SISTEM NEUROBEHAVIOR

MAKALAH
“HERNIA NUCLEUS PULPOSUS”

Disusun Oleh:

1. Sofia Erfiani (10215002)


2. Mei Nur Fatimah (10215003)
3. Desy Enggar Pravita (10215004)
4. Yoke Rhesma V. Y. (10215006)
5. Kastina Sholihah (10215007)
6. M. Robieth Al-Hady W. (10215008)
7. Efi Rulli Guswati (10215009)
8. Fitriah Nurul H. (10215010)
9. Arifatus Sadiyah (10215011)
10. Selviana Hanif M. (10215012)
11. Oktavia Eka P. (10215013)
12. Riyan Mayasari (10215014)
13. Karunia Wati Susanti (10215015)
14. Yessi Elita Okinawati (10215016)

Program Studi S1 Keperawatan


Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
Tahun Akademik 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Hernia Nucleus
Pulposus” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut serta dalam menyusun makalah ini,
baik dari segi ide, kreatifitas, dan usaha.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami dan juga menambah informasi serta
edukasi bagi kami selaku penyusun serta bagi siapapun yang membacanya. Kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata dan penulisan yang kurang berkenan. Oleh sebab itu,
penyusun berharap adanya kritik dan saran dalam perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Kediri, 21 April 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar ............................................................................................ i

Daftar isi ..................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ................................................................ 1


B. RUMUSAN MASALAH............................................................ 1
C. TUJUAN .................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI ............................................................................. 3
B. KLASIFIKASI ..................................................................... 3
C. ETIOLOGI......................................................................... .. 3
D. PATOFISIOLOGI ................................................................ 4
E. MANIFESTASI KLINIS ..................................................... 4
F. KOMPLIKASI ..................................................................... 6
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.................................... .... 6
H. PENATALAKSANAAN ..................................................... 6
I. PATHWAY .......................................................................... 6
J. ASUHAN KEPERAWATAN ............................................. 7

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ....................................................................... 10
B. SARAN .................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nyeri pungung bawah merupakan suatu keluhan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-
hari bagi penderitanya. Salah satu penyebab terjadinya nyeri pinggang bagian bawah adalah
Hernia Nucleus Pulsosus (HNP), yang sebagian besar kasusnya terjadi pada segmen lumbal.
Nyeri punggung bawah merupakan salah satu penyakit yang sering di jumpai masyarakat.

Nyeri penggung bawah dapat mengenai siapa saja, tanpa mengenal jenis umur dan jenis
kelami. Menurut Purwanto 2003, prevalensi HNP di Indonesia berkisar antara 1-2% dari
populasi. Berdasarkan penelitian di RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA diketahui
perbandingan laki-laki dengan perempuan adalah seimbang, yaitu 1 : 1 (Ramacandran TS et
all, 2003). Usia yang paling sering mengalami HNP adalah pada usia 30-50 tahun (Feske et
all, 2003). HNP lumbalis paling sering 90% mengenai diskus intervertrebalis L5-S1 dan L4-
L5 (Purwanto, 2003).

Nyeri pinggang bawah hanyalah merupakan suatu symptom gejala, maka yang terpenting
adalah mengetahui factor penyebabnya agar dapat diberikan pengobatan yang tepat. Pada
dasarnya timbulnya rasa sakit tersebut karena tekanan susunan saraf tepi daerah pinggang.
Jepitan pada saraf ini dapat terjadi karena gangguan pada otot dan jaringan sekitarnya. Maka
dari itu, dibutuhkan asuhan keperawatan HNP yang sesuai sehingga proses penyembuhan
klien dengan HNP dapat maksimal.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Hernia Nucleus Pulsosus ?
b. Apa saja klasifikasi Hernia Nucleus Pulsosus ?
c. Bagaimana etiologi dari Hernia Nucleus Pulsosus ?
d. Bagaimana manifestasi klinik Hernia Nucleus Pulposa ?
e. Bagaimana patofisiologi Hernia Nucleus Pulposa ?
f. Apa saja komplikasi Hernia Nucleus Pulposa ?
g. Apa saja pemeriksaan diagnostik Hernia Nucleus Pulposa ?
h. Bagaimana penatalaksanaan Hernia Nucleus Pulposa ?
i. Bagaimana pathway Hernia Nucleus Pulposa ?

1
j. Bagaimana asuhan keperawatan yang harus diberikan pada pasien dengan Hernia
Nucleus Pulposa ?

C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
neuro yaitu Hernia Nucleus Pulposa.
2. Tujuan khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
a. Definisi Hernia Nucleus Pulposa
b. Klasifikasi Hernia Nucleus Pulposa
c. Etiologi Hernia Nucleus Pulposa
d. Manifestasi klinis Hernia Nucleus Pulposa
e. Patofisiologi Hernia Nucleus Pulposa
f. Komplikasi Hernia Nucleus Pulposa
g. Pemeriksaan diagnostik Hernia Nucleus Pulposa
h. Penatalaksanaan Hernia Nucleus Pulposa
i. Pathway Hernia Nucleus Pulposa
j. Asuhan keperawatan yang harus diberikan pada pasien dengan Hernia Nucleus
Pulposa

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah terjepitnya saraf tulang belakang yang
menimbulkan nyeri terjadi antara L4 dan L5, menekan akar saraf S1. (Kusuma, dkk.2015)
Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah turunnya kandungan annulus fibrosus dari
diskus intervertebralis lumbal pada spinal canal atau robekan pada annulus fibrosus
dengan tekanan dari nucleus pulposus yang menyebabkan kompresi pada element saraf.
Pada umumnya HNP pada lumbal sering terjadi pada L4-L5 dan L5-S1. Hal ini akan
menyebabkan nyeri dari pantat dan menjalar ketungkai. Kebas dan nyeri menjalar yang
tajam merupakan hal yang sering dirasakan penderita HNP.(Lotke at all, 2008).
HNP merupakan terobeknya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth, 2002)

B. KLASIFIKASI
Pada HNP bisa menimpa ke seluruh tulang belakang, bedanmya pada setiap posisis atau
tempatnya.
1. Hernia Servikalis
Terjepitnya saraf tulang belakang yang menimbulkan nyeri terjadi pada C5 dan C6 dan
diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7.
2. Hernia Torakalis
Terjadinya penonjilan pada sendi invetebral pada toraks. Pada empat torakal paling
bawah atau tempat yang paling sering mengalami trauma jatuh.
3. Hernia Lumbosakralis
Terjepitnya saraf tulang belakang yang menimbulkan nyeri terjadi pada L4 dan L5.

C. ETIOLOGI
a. Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah kandungan air diskus berkurang
seiring bertambahnya usia. Selain itu serat-serat menjadi kasar dan mengalami
hialinisasi yang ikut berperan menimbulkan perubahan yang menyebabkan Hernia
Nucleus Pulposus melalui annulus fibrosus. Annulus fibrosus mengalami perubahan
karena digunakan terus menerus sehingga terjadi degeneratif yang mengakibatkan
kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus. (Moore dan Agur, 2013)
b. Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh karena adanya suatu
trauma akibat jatuh yang mengenai discus intervertebralis sehingga menimbulkan

3
sobeknya annulus fibrosus. Pada kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan
gejala ini disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan
atau bahkan dalam beberapa tahun. Kemudian pada generasi diskus kapsulnya
mendorong ke arah medulla spinalis, atau mungkin ruptur dan memungkinkan nucleus
pulposus terdorong terhadap sakus doral atau terhadap saraf spinal saat muncul dari
kolumna spinal (Helmi, 2012).
c. Penyebab dari Hernia Nucleus Pulposus (HNP) yang lain adalah posisi tubuh yang
salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering tidak disadari oleh
penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang,
seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat
menimbulkan nyeri pinggang, misalnya : pada seseorang yang mengangkat beban pada
saat olahraga tidak dengan posisi kuda-kuda, pada pekerja kantoran yang terbiasa
duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang
mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis
(Bimariotejo, 2009).

D. PATOFISIOLOGI
Pada tahap pertama sobeknya annulus fibrosus bersifat sirkum ferensial. Karena adanya
gaya traumatic yang berulang, sobekan tersebut menjadi lebih besar dan timbul sobekan
radial. Apabila hal ini telah terjadi, maka risiko HNP hanya menunggu waktu dan trauma
berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan sebagai gaya traumatik
ketikahendak menegakkan badan waktu terpeleset, mengangkat benda berat dan
sebagainya.
Menjebolnya (herniasi) nucleus pulposus dapat mencapai ke korpus tulang belakang diatas
atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertebralis. Menjebolnya

4
sebagian nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat dilihat pada foto rontgen polos
dan dikenal sebagai nodus schmorl. Sobekan sirkum ferensial dan radial pada annulus
fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus schmorl merupakan
kelainan yang mendasari low back pain subkronis atau kronis yang kemudian disusul oleh
nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai ischialgia atau siatika. Menjebolnya nucleus
pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus menekan radiks yang
bersama-sama dengan arteria radikularis yang berada dalam lapisan dura. Hal itu terjadi
jika penjebolan berada disisi lateral. Setelah terjadi HNP, sisa discus intervertebralis
mengalami lisis, sehingga dua korpus vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan
(Muttaqin, 2008).

E. MANIFESTASI KLINIS
a. Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai
otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan.
b. Kesemutan atau rasa baal.
c. Pada kasus berat dapat timbul kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon patella dan
achhilles patella.
d. Terjadi gangguan defekasi dan miksi yang mana pengeluaran feses dan urine berkurang
atau tidak maksimal karena HNP, dan fungsi seksual.

F. KOMPLIKASI
a. Kelumpuhan.
b. Kelemahan dan atrofi otot.
c. Trauma serabut ssaraf dan jaringan lain.
d. Kehilangan kontrol otot spinter.
e. Paralis atau ketidakmampuan pergerakan.
f. Perdarahan dan infeksi serta inflamasli.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan klinik, pada punggung, tungkai dan abdomen. Pemeriksaan rektal dan
vaginal untuk menyingkirkan kelainan pelvis.
b. Pemeriksaan radiologis :
 Foto polos

5
Foto polos AP dan lateral dari vetebra lumbal dan panggul (sendi sakroiliaka). Foto
polos bertujuan untuk melihat adanya penyempitan diskus, penyakit degeneratif,
kelainan bawaan dan vetebra yang tidak stabil.
 Pemakaian kontras, foto rontgen dengan memakai zat kontras terutama pada
pemeriksaan miolegrafi, diskografi serta kadang-kadang diperlukan venografi spinal.
 MRI : merupakan pemeriksaan non-invasif, dapat memberikan gambaran secara
seksional pada lapisan melintang dan longitudinal.
 Scanning : scanning tulang dilakukan dengan menggunakan bahan radioisotop (SR
dan F).
c. Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan urine untuk menyingkirkan kelainan-kelainan pada saluran kencing.
 Pemeriksaan darah yaitu laju endap darah dan hitung diferensial untuk
menyingkirkan adanya tumor ganas dan penyakit reumatik.(Kusuma, dkk.2015)

H. PENATALAKSANAAN
a. Tidur selama 1-2 mg diatas kasur yang keras.
b. Exercise digunakan untuk mengurangi tekanan atau kompresi saraf.
c. Terapi kompres air hangat.
d. Imobilisasi atau brancing, dengan menggunakan lumbosacral atau korset.
e. Terapi diet untuk mengurangi berat badan.
f. Traksi lumbal.
g. Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (TENS)
h. Terapi obat-obatan : muscle relaxant, nonsteroid, anti inflamasi drug dan analgetik.
i. Pembedahan
Laminectomy adalah suatu tindakan pembedahan atau pemotongan lamina tulang
belakang dan biasanya untuk memperbaiki luka pada spinal. Laminectomy hanya
dilakukan pada penderita yang mengalami nyeri menetap dan tidak dapat diatasi, terjadi
gejala pada kedua sisi tubuh dan adanya gangguan neurologik utama seperti
inkontinensia usus dan kandung kemih serta foot drop.(Kusuma, dkk.2015)

6
I. PATHWAY
Posisi tubuh yang
Usia Trauma
salah

Cincin konsentrik anulus


fibrosus robek

Nukleus pulposus mengalami


herniasi

Protrusio diskus (intake


menonjol)

HNP

Materi nukleus menyusup


Rencana tindakan keluar dari diskus kedalam
pembedahan kanalis spinalis

Kurangnya
informasi Menjepit akar saraf
ipsilateral

MK: MK : - Perubahan sensasi Gangguan rasa


Ansietas Kurangnya - Penurunan kerja reflek nyaman
pengetahuan

MK : Hambatan MK : Nyeri akut


mobilitas fisik

7
J. ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan :
1. Nyeri akut b.d penjepitan saraf pada diskus intervetebralis.
2. Hambatan mobilitas fisik b.d hemiparese/hemiplegia.
3. Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang penyakit.
4. Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang penyakit dan prosedur tindakan dari operasi.

Dx 1 : nyeri akut b.d penjepitan saraf pada diskus intervetebralis.


Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional
Tujuan : 1. Periksa TTV pasien(TD : 1. Mengetahui keadaan
80/120 mmHg, RR : 16-
1. Setelah dilakukan umum pasien sebelum
24x/menit, Nadi 60-
tindakan keperawatan 100x/menit, T : 36,5 – dilakukan intervensi
37,50C).
1x24 jam nyeri selanjutnya.
2. Lakukan pengkajian
terkontrol. 2. Membantu menentukan
nyeri (lokasi,
2. Pasien rileks. tindakan intervensi yang
karakteristik, durasi,
3. Pasien dapat akan dilakukan
frekuensi, kualitas)
beristirahat. selanjutnya.
3. Ajarkan teknik non
Kriteria Hasil : 3. Membantu pasien untuk
farmakologi :
1. Mampu mengontrol rileks.
 Distraksi, seperti :
nyeri 4. Memaksimalkan tindakan
mendengarkan musik,
2. Mampu mengenali yang diberikan.
seperti musik klasik
nyeri (skala, intensitas,
mozart(Utama, 2011),
frekuensi, tanda nyeri)
menonton TV.
3. Menyatakan rasa
 Relaksasi, seperti : nafas
nyaman setelah nyeri
dalam, kompres air
dapat dikontrol.
hangat, anjurkan pasien
mandi air hangat.
4. Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
terapi.

8
Dx 2 : hambatan mobilitas fisik b.d hemiparese/hemiplegia.
Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional
Tujuan: 1. Periksa TTV pasien(TD : 1. Mengetahui keadaan
80/120 mmHg, RR : 16- umum pasien sebelum
Setelah dilakukan
24x/menit, Nadi 60- dilakukan intervensi
tindakan keperawatan 100x/menit, T : 36,5 – selanjutnya.
37,50C). 2. Menurunkan resiko
1x24 jam pasien mampu
2. Ubah posisi pasien setiap
terjadinya iskimia jaringan
melaksanakan aktivitas
2 jam.
akibat sirkulasi darah yang
fisik sesuai dengan
3. Anjurkan pasien untuk
jelek pada daerah yang
kemampuannnya.
melakukan gerak aktif
tertekan.
Kriteria hasil:
pada ekstrimitas yang
3. Gerakan aktif memberikan
1. Tidak terjadi
tidak sakit.
massa, tonus dan kekuatan
kontraktur sendi
4. Lakukan gerak pasif
otot serta memperbaiki
2. Bertambahnya
pada ekstrimitas yang
fungsi jantung dan
kekuatan otot
sakit.
pernafasan.
3. Pasien menunjukkan
5. Kolaborasi dengan tim
4. Otot volunter akan
tindakan untuk
medis dalam pemberian
kehilangan tonus dan
meningkatkan
terapi.
kekuatannya bila tidak
mobilitas
dilatih.
5. Untuk menghasilkan
terapi yang maksimal.

Dx 3 : Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang penyakit.


Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional
Tujuan: 1. Periksa TTV pasien(TD : 1. Mengetahui keadaan
80/120 mmHg, RR : 16- umum pasien sebelum
Setelah dilakukan
24x/menit, Nadi 60- dilakukan intervensi
tindakan keperawatan 100x/menit, T : 36,5 – selanjutnya.
37,50C). 2. Pengetahuan proses
1x24 jam pasien
2. Diskusikan tentang
penyakit dan harapan
mengetahui perjalanan
pengetahuan proses
dapat memudahkan
penyakit serta
penyakit yang spesifik.
ketaatan pada program
mengetahui perilaku
3. Gambarkan tanda dan
pengobatan.
hidup sehat untuk
gejala yang biasa muncul

9
mempertahankan pada penyakit dengan 3. Memberikan gambaran
keadaanya dengan cara yang tepat. agar pasien tidak panik
optimal. 4. Diskusikan pilihan terapi ketika gejala dirasakan.
Kriteria hasil: dan penanganan. 4. Untuk memaksimalkan
1. Pasien menyatakan intervensi.
pemahaman tentang
penyakit dan
kondisinya.
2. Pasien mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar.

Dx 4 : Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang penyakit dan prosedur tindakan


dari operasi.
Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional
Tujuan: 1. Periksa TTV pasien(TD : 1. Mengetahui keadaan
80/120 mmHg, RR : 16- umum pasien sebelum
Setelah dilakukan
24x/menit, Nadi 60- dilakukan intervensi
tindakan keperawatan 100x/menit, T : 36,5 – selanjutnya.
37,50C). 2. Membantu pasien
1x24 jam dapat diketahui
2. Berikan informasi
memahami prosedur yang
tingkat kecemasan pasien
tentang prosedur dan apa
diberikan.
dan pasien dapat
yang akan terjadi.
3. Mendefinisikan masalah,
mengontrol kecemasan
3. Dorong pasien atau
memberikan kesempatan
pada dirinya.
orang terdekat untuk
untuk menjawab
Kriteria hasil:
menyatakan masalah
pertanyaan dan solusi
1. Pasien mampu
atau perasaan.
pemecahan masalah.
mengidentifikasi dan
4. Identifikasi tingkat
4. Untuk mengetahui tingkat
mengungkapkan
kecemasan dengan skala
kecemasan pasien.
gejala cemas.
HARS(Gabbard GO,
5. Memaksimalkan
2. Mengidentifikasi,
2002.
intervensi yang telah
mengungkapkan dan
5. Kolaborasi dengan tim
dilakukan.
menunjukan tehnik
medis dalam pemberian

10
untuk mengontrol terapi.
cemas.
3. Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh
dan tingkat aktivitas
menunjukan
berkurangnya
kecemasan.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nyeri pinggang bawah hanyalah merupakan suatu symptom gejala, maka yang terpenting
adalah mengetahui factor penyebabnya agar dapat diberikan pengobatan yang tepat. Pada
dasarnya timbulnya rasa sakit tersebut karena tekanan susunan saraf tepi daerah pinggang.
Jepitan pada saraf ini dapat terjadi karena gangguan pada otot dan jaringan sekitarnya. Maka
dari itu, dibutuhkan asuhan keperawatan HNP yang sesuai sehingga proses penyembuhan
klien dengan HNP dapat maksimal.

B. Saran
1. Teori
a. Diharapkan makalah ini sebagai sumber ilmu untuk mempelajari tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan sistem muskuloskletal (HNP).
2. Praktisi
a. Diharapkan makalah ini menambah wawasan untuk menerapkan intervensi di
kehidupan sehari-hari.

12
DAFTAR PUSTAKA
Bimariotejo. 2009. Low Back Pain (LBP). www.backpainforum.com. Dikutip
pada tanggal 20 September 2013.

Doengoes, ME, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2, Jakarta : EGC, 2000.

Eidelson, G Stewart. 2014. Anatomy Thoracic Spine. Diakses 14 juni 2014.


http://www.spineuniverse.com/anatomy/thoracic-spine.

Gabbard GO. Psychoanalysis In: Kaplan H, Saddock B, editors. Comprehensive textbook of


psychiatry vol I. 7th ed. Philadelphia: Lippincot Williams and Wilkins; 2000.p.586-96

Kusuma, dkk. 2005. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
Nic-Noc. (Edisi Revisi Jilid 2). Yogyakarta : Mediaction.

Smeltzer, Suzane C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8 Vol
3, Jakarta : EGC, 2002

Utama, F.(2011), Efetifitas terapi musik mozart terhadap penurunan nyeri. ECG : Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai