DISUSUN OLEH:
NIM :200401084
TAHUN 2013
BAB 1
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Cerebrum terdiri dari dua lapisan yaitu : Corteks cerebri dan medulla cerebri.
Fungsi dari cerebrum ialah pusat motorik, pusat bicara, pusat sensorik, pusat
pendengaran / auditorik, pusat penglihatan / visual, pusat pengecap dan pembau serta
pusat pemikiran.
sehingga tidak berada di corteks cerebri lagi tepi sudah berada di dalam daerah
medulla cerebri. Pada setiap hemisfer cerebri inilah yang disebut sebagai ganglia
basalis.
1) Thalamus
Menerima semua impuls sensorik dari seluruh tubuh, kecuali impuls pembau
yang langsung sampai ke kortex cerebri. Fungsi thalamus terutama penting untuk
integrasi semua impuls sensorik. Thalamus juga merupakan pusat panas dan rasa
nyeri.
2) Hypothalamus
mengatur metabolisme, alat genital, tidur dan bangun, suhu tubuh, rasa lapar dan
haus, saraf otonom dan sebagainya. Bila terjadi gangguan pada tubuh, maka akan
ekstrakranium.
3) Formation Reticularis
Terletak di inferior dari hypothalamus sampai daerah batang otak (superior dan
pons varoli) ia berperan untuk mempengaruhi aktifitas cortex cerebri di mana pada
daerah formatio reticularis ini terjadi stimulasi / rangsangan dan penekanan impuls
b. Serebellum
Merupakan bagian terbesar dari otak belakang yang menempati fossa cranial
posterior. Terletak di superior dan inferior dari cerebrum yang berfungsi sebagai
System saraf tepi (nervus cranialis) adalah saraf yang langsung keluar dari otak
atau batang otak dan mensarafi organ tertentu. Nervus cranialis ada 12 pasang :
1) N. I : Nervus Olfaktorius
2) N. II : Nervus Optikus
4) N. IV : Nervus Troklearis
5) N. V : Nervus Trigeminus
6) N. VI : Nervus Abducen
9) N. IX : Nervus Glossofaringeus
System saraf otonom ini tergantung dari system sistema saraf pusat dan system
saraf otonom dihubungkan dengan urat-urat saraf aferent dan efferent. Menurut
fungsinya system saraf otonom ada 2 di mana keduanya mempunyai serat pre dan
3. Etiologi
Penyebab Febrile Convulsion hingga kini belum diketahui dengan Pasti, demam
sering disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia,
gastroenteritis dan infeksi saluran kemih. Kejang tidak selalu tinbul pada suhu yang
tinggi. Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang
(Mansjoer, 2000).
Kejang dapat terjadi pada setiap orang yang mengalami hipoksemia (penurunan
oksigen dalam darah) berat, hipoglikemia, asodemia, alkalemia, dehidrasi, intoksikasi
air, atau demam tinggi. Kejang yang disebabkan oleh gangguan metabolik bersifat
reversibel apabila stimulus pencetusnya dihilangkan (Corwin, 2001).
4. Patofisiologi
Sel neuron dikelilingi oleh suatu membran. Dalam keadaan normal membran sel
neuron dapat dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium dan sangat sulit dilalui oleh
ion natrium dan ion lain, kecuali ion clorida. Akibatnya konsentrasi natrium menurun
sedangkan di luar sel neuron terjadi keadaan sebaliknya.
Dengan perbedaan jenis konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat
perbedaan potensial yang disebut potensial membran dan ini dapat dirubah dengan
adanya :
b. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik
dari sekitarnya
Pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari
membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion
natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga meluas ke seluruh sel maupun ke
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda, tergantung dari tinggi
rendahnya ambang kejang tersebut. Pada anak dengan ambang kejang rendah, kejang
dapat terjadi pada suhu 38 C, sedang pada ambang kejang tinggi baru terjadi pada
Secara teoritis pada klien dengan Kejang Demam didapatkan data-data antara lain
klien kurang selera makan (anoreksia), klien tampak gelisah, badan klien panas dan
6. Komplikasi
Pada penderita kejang demam yang mengalami kejang lama biasanya terjadi
hemiparesis. Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang terjadi. Mula – mula
Ada beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada klien dengan kejang
demam :
a. Pneumonia aspirasi
b. Asfiksia
c. Retardasi mental
7. Penatalaksanaan / Pengobatan
Bila penderita datang dalam keadaan status convulsion, obat pilihan utama adalah
b. Pengobatan Penunjang
Semua pakaian yang ketat dibuka. Posisi kepala sebaiknya miring untuk
mencegah aspirasi isi lambung, usahakan jalan nafas bebas agar oksigen terjamin,
oksigen. Tanda – tanda vital diobservasi secara ketat, cairan intravena diberikan
dengan monitoring.
c. Pengobatan di rumah
Setelah kejang diatasi harus disusul dengan pengobatan rumah. Pengobatan ini
1) Profilaksis intermitten
anti konvulsan dan anti piretik yang harus diberikan pada anak bila menderita
demam lagi
Gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis terapeutik yang stabil dan cukup di
Penyebab dari kejang demam baik sederhana maupun epilepsy yang diprovokasi
oleh demam, biasanya infeksi traktus respiratorius bagian atas dan otitis medi
B. Asuhan Keperawatan
I. PENGKAJIAN
1. Anamnesia
1. Identitas
Chan (1968) : Angka tertinggi pada usia 2 tahun dan setelah 4 tahun.
• Lamanya serangan
adakah aura yang dapat menimbulkan kejang (rasa lapar / lelah, muntah, sakit perut,
• Frekuensi serangan
kejang demam yang pertama terjadi kurang 1 Tahun dan didapatkan faktor
keturunan
5. Riwayat Imunisasi
• Nelsan : apabila kejang berlangsung > 15 menit dan kejang > penurunan IQ dan
3. Pemeriksaan penunjang
- Darah lengkap
- Elektrolit
- X- Ray
- Transluminasi
- EEG
- CT- scan
obstruksi tracheobronkial
2. defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
III. PERENCANAAN
1. Diagnosa No. 1
Tujuan : Mempertahankan efektivitas pola nafas, nafas yang bersih dan mencegah
aspirasi.
Kriteria hasil :
Rencana tindakan :
2. Letakkan klien ditempat yang datar dan kepala dalam posisi miring.
3. Longgarkan pakaian.
suction.
mengingkatkan kejang.
2. Diagnosa No. 2
Tujuan : Kebutuhan cairan dapat terpenuhi sebagian dalam waktu 2 jam pertama
Kriteria hasil :
Rencana tindakan
Rasional: proses konduksi akan terhambat oleh pakaian yang ketat dan tidak
menyerap keringat.
4. Berikan ekstra caaairan (aair putih, teh, sari buah, atau susu)
7. Kolaborasi dengan tim medis dalam peberian terapi cairan dan anti piretik
IV. PELAKSANAAN
Prinsip-prinsip dalam melaksanakan rencana Askep pada anak dengna kejang demam
adalah :
4. Memberi informasi tentang proses penyakit, prognesis dan tindakan yang harus
dilakukan
V. EVALUASi
Arif Mansjoer, dkk (2008), Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Media Aesculapius, Jakarta
Doenges, Marillyn E, et all (2008), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta
Gaffar, La Ode Jumadi (2007), Pengantar Keperawatan Profesional, EGC, Jakarta
Sylvia A. Price, dkk (1995), Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 4, EGC, Jakarta