Anda di halaman 1dari 16

Lampiran I Surat Edaran Walikota

Nomor : 900/8838/BPKAD
Tanggal : 7 Desember 2016

URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN RKA-SKPD DAN RKA-PPKD

Tahun Anggaran 2016

I. Prinsip Penyusunan RKA-SKPD dan RKA-PPKD

Penyusunan RKA-SKPD dan RKA-PPKD Tahun Anggaran 2017 didasarkan pada


prinsip sebagai berikut:

1. Berpedoman pada KUA-PPAS Tahun Anggaran 2017;

2. Sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan kegiatan;

3. Tepat waktu, sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan;

4. Memperhatikan asas kepatutan dan kewajaran;

II. Prioritas Pembangunan Daerah

Kebijakan Umum APBD Tahun 2017 diarahkan pada :


1. Membangun sektor ketenagakerjaan.
2. Membangun UMKM/koperasi.
3. Meningkatkan pelayanan publik.
4. Mengembangkan sentra in-dustri kreatif/perdagangan UMKM.
5. Membangun infrastruktur penunjang ekonomi.
6. Melakukan penataan ruang.
7. Membangun pendidikan berbasis link and match dengan industri.
8. Membangun database ekonomi.
9. Meningkatkan investasi dan perekonomian daerah.

III. Kebijakan Penyusunan RKA-SKPD dan RKA-PPKD

1. Kebijakan Pendapatan Daerah

a. Rencana Pendapatan memuat kelompok, jenis, objek dan rincian objek


pendapatan daerah yang dipungut/dikelola/diterima oleh SKPD sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi ditetapkan berdasarkan perundang-
udangan;

Lampiran Surat Edaran Pedoman Penyusunan RKA SKPD dan RKA PPKD 1
b. Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan
yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber
pendapatan, terdiri dari :

1) Pendapatan Asli Daerah

a) Dalam upaya peningkatan penerimaan pendapatan asli daerah, agar


tidak memberatkan dunia usaha dan masyarakat. Oleh karena itu
SKPD perlu melakukan penyerderhanaan system dan prosedur
administrasi pemungutan pajak dan retribusi daerah, law
enforcement dalam upaya membangun ketaatan wajib pajak dan
wajib retribusi daerah serta peningkatan pengendalian dan
pengawasan atas pemungutan pendapatan asli daerah;

b) Melakukan upaya peningkatan penerimaan bagian laba/deviden atas


penyertaan modal atau investasi daerah lainnya melalui
inventarisasi, menata dan mengevaluasi nilai kekayaan daerah yang
dipisahkan serta mendayagunakan kekayaan daerah yang belum
dipisahkan dan belum dimanfaatkan untuk dikelola atau
dikerjasamakan dengan pihak ketiga sehingga menghasilkan
pendapatan;

c) Pendapatan Asli Daerah, berupa :

(1) Pajak Daerah;

- Penghitungan pajak daerah agar berpedoman pada


Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah

- Perkiraan pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2017 yang


berpotensi terhadap target pendapatan pajak daerah serta
realisasi penerimaan pajak daerah tahun sebelumnya

(2) Retribusi daerah;

- Perkiraan pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2017 yang


berpotensi terhadap target pendapatan pajak daerah serta
realisasi penerimaan pajak daerah tahun sebelumnya

(3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;

- Penganggaran hasil pengelolaan kekayaan daerah yang


dipisahkan memperhatikan rasionalitas dengan
memperhitungkan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan
dan memperhatikan perolehan manfaat ekonomi, sosial

Lampiran Surat Edaran Pedoman Penyusunan RKA SKPD dan RKA PPKD 2
dan/atau menfaat lainnya dalam jangka waktu tertentu,
dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 52 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengelolaan
Investasi Daerah.

(4) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

(a) Pendapatan hasil pengelolaan dana bergulir sebagai salah


satu bentuk investasi jangka panjang non permanen,
dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis
Lain-lain PAD yang sah, obyek Hasil Pengelolaan Dana
Bergulir, rincian obyek Hasil Pengelolaan Dana Bergulir dari
Kelompok Masyarakat Penerima.

(b) Pendapatan Bunga atau jasa giro dari dana idle cash,
dianggarkan pada akun pendapatan, kelompok PAD, jenis
lain-lain PAD yang sah, obyek Bunga atau Jasa Giro Dana
idle cash, rincian obyek Bunga atau Jasa Giro Dana idle
cash sesuai peruntukannya.

(c) Pendapatan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional


pada Fasilitas kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) milik
pemerintah daerah yang belum menerapkan PPK-BLUD
mempedomani Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014
tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan dana Kapitasi
Jaminan Kesehatan nasional pada FKTP Milik Pemerintah
Daerah dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor
900/2280/SJ tanggal 5 mei 2014 Hal Petunjuk Teknis
Penganggaran, Pelaksanaan dan Penatausahaan serta
Pertanggungjawaban Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan
Nasional pada FKTP Milik Pemerintah Daerah.

(d) uraian rincian obyek pendapatan agar diformulasikan sesuai


dengan objek penerimaannya.

2) Dana Perimbangan

Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari pendapatan


perimbangan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Penganggaran Dana Bagi Hasil (DBH):

Lampiran Surat Edaran Pedoman Penyusunan RKA SKPD dan RKA PPKD 3
Mengingat Peraturan Presiden tentang Alokasi DBH bagi
Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2017 belum diterbitkan dan belum
ada informasi resmi dari Kementerian Keuangan, maka target
pendapatan DBH didasarkan pada target pendapatan tahun 2016.

b) Dana Alokasi Umum (DAU);

Mengingat Peraturan Presiden tentang Alokasi DAU bagi


Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2017 belum diterbitkan, maka
target pendapatan DAU didasarkan pada Penetapan Alokasi DAU
yang telah disetujui oleh DPR-RI sebagaimana yang tertuang dalam
website resmi Kementerian Keuangan,
http://www.djpk.kemenkeu.go.id.

c) Dana Alokasi Khusus (DAK);

Mengingat Peraturan Presiden tentang Alokasi DAK bagi


Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2017 belum diterbitkan, maka
target pendapatan DAK didasarkan pada Penetapan Alokasi DAK
yang telah disetujui oleh DPR-RI sebagaimana yang tertuang dalam
website resmi Kementerian Keuangan,
http://www.djpk.kemenkeu.go.id.

3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah :

Penganggaran pendapatan daerah yang bersumber dari Lain-Lain


Pendapatan Daerah Yang Sah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Dana Penyesuaian

Mengingat Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun


Anggaran 2017 atau Peraturan Menteri keuangan mengenai
Pedoman Umum dan Alokasi Tunjangan Profesi Guru dan Pegawai
Negeri Sipil Daerah Tahun Anggaran 2017 belum ditetapkan, maka
target pendapatan dan penyesuaian untuk tunjangan profesi guru
didasarkan pada alokasi dana tunjangan profesi guru Tahun
Anggaran 2016.

b) Dana Bagi Hasil Pajak Bukan Pajak Provinsi Jawa Barat

Penganggaran Target pendapatan Bagi Hasil Pajak bukan Pajak


Provinsi didasarkan pada alokasi Belanja Bagi Hasil Pajak bukan
Pajak dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2016.

Lampiran Surat Edaran Pedoman Penyusunan RKA SKPD dan RKA PPKD 4
2. Kebijakan Belanja Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, belanja daerah


digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang menjadi
kewenangan daerah yang terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan
pemerintahan pilihan.

Belanja daerah tersebut diprioritaskan untuk mendanai urusan pemerintahan


wajib terkait pelayanan dasar yang ditetapkan dengan standar pelayanan
minimal serta berpedoman pada standar teknis dan harga satuan regional
sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

Belanja daerah untuk urusan pemerintahan wajib yang tidak terkait dengan
pelayanan dasar dan urusan pemerintahan pilihan berpedoman pada analisis
standar belanja dan standar harga satuan regional.

Program dan kegiatan harus memberikan informasi yang jelas dan terukur
serta memiliki korelasi langsung dengan keluaran yang diharapkan dari
program dan kegiatan dimaksud ditinjau dari aspek indikator, tolok ukur dan
target kinerjanya.

1) Kebijakan Belanja Tidak Langsung

1) Kebijakan Belanja Tidak Langsung SKPD

a) Besarnya penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan PNSD


dihitung berdasarkan pemutakhiran data pegawai per bulan Juni
2016, dengan memperhitungkan pemberian gaji ketiga belas dan
keempat belas.

b) Penganggaran belanja pegawai untuk kebutuhan kenaikan gaji


berkala, kenaikan pangkat, tunjangan keluarga dan mutasi pegawai
dengan memperhitungkan acress yang besarnya maksimum 2,5%
(dua koma lima per seratus) dari jumlah belanja pegawai untuk gaji
pokok dan tunjangan.

c) Penganggaran belanja pegawai untuk peningkatan status CPNSD


ke PNSD dari gaji 80% menjadi 100% untuk 461 orang
dianggarkan pada Pos Anggaran BPKAD, mengingat sampai saat
ini gaji CPNSD masih di Pos Anggaran BPKAD;

d) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Kepala


Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD serta
PNSD dibebankan pada APBD Tahun Anggaran 2017 dengan
mempedomani Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang

Lampiran Surat Edaran Pedoman Penyusunan RKA SKPD dan RKA PPKD 5
Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan sebagaimana diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 111 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
Terkait dengan hal tersebut, penyediaan anggaran untuk
pengembangan cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi
Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota
DPRD serta PNSD di luar cakupan penyelenggaraan jaminan
kesehatan yang disediakan oleh BPJS, tidak diperkenankan
dianggarkan dalam APBD.

e) Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dan


kematian bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan
Anggota DPRD serta PNSD dibebankan pada APBD dengan
mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2015
tentang Jaminan Kecelakaan Kerja Dan Jaminan Kematian Bagi
Pegawai Aparatur Sipil Negara.

f) Penganggaran Tambahan Penghasilan PNSD mengacu pada


persetujuan DPRD sebagaimana tertuang dalam Kebijakan Umum
APBD dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (KUA PPAS)
Tahun Anggaran 2017.

g) Penganggaran Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi


Daerah mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun
2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif
Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu sebesar 5%
dari target pendapatan.

h) Tunjangan profesi guru PNSD dan dana tambahan penghasilan


guru PNSD yang bersumber dari APBN Tahun Anggaran 2017
melalui dana transfer ke daerah dianggarkan dalam APBD pada
jenis belanja pegawai, dan diuraikan ke dalam obyek dan rincian
obyek belanja sesuai dengan kode rekening berkenaan.

Lampiran Surat Edaran Pedoman Penyusunan RKA SKPD dan RKA PPKD 6
2) Kebijakan Belanja Tidak Langsung PPKD

a) Belanja Bunga

Belanja bunga dialokasikan untuk memenuhi kewajiban atas


penerusan pinjaman Program MBUDSP dan Program WJUDSP

b) Belanja Hibah dan Bantuan Sosial

Penganggaran belanja hibah dan bantuan sosial yang bersumber


dari APBD mempedomani Peraturan Walikota nomor 46 Tahun
2011 tentang Tata Cara Penganggaran, Pelaksanaan dan
Penatausahaan, Pertanggungjawaban dan Pelaporan serta
Monitoring dan Evaluasi Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, beserta
perubahannya dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32
Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan
Sosial Yang Bersumber dari APBD, beserta perubahannya, serta
peraturan perundang-undangan lain di bidang hibah dan bantuan
sosial.

Pencantuman nama penerima hibah beserta besarannya dalam


RKA PPKD didasarkan pada hasil rekomendasi SKPD serta
Pertimbangan TAPD atas usulan yang diajukan oleh
Masyarakat/Kelompok Masyarakat.

Dengan diberlakukannya Pasal 298 ayat (4) dan ayat (5) Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
maka untuk calon penerima hibah yang telah direkomendasi oleh
SKPD pengelola hibah pada penyusunan KUA-PPAS Tahun
Anggaran 2017 Terkait dengan Pemberian Hibah dengan ketentuan
sebagai berikut :

(1) SKPD pengelola hibah melakukan verifikasi ulang atas


rekomendasi yang telah diajukan sebelumnya;

(2) Verifikasi dimaksud dilakukan dengan memperhatikan ketentuan


bahwa hibah diberikan kepada Badan, Lembaga dan Organisasi
Kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia;

(3) Yang dimaksud dengan Badan, Lembaga dan Organisasi


Kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia adalah:

Lampiran Surat Edaran Pedoman Penyusunan RKA SKPD dan RKA PPKD 7
(a) Badan dan lembaga kemasyarakatan yang bersifat nirlaba,
sukarela dan sosial yang dibentuk berdasarkan peraturan
perundang-undangan;

(b) Organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum Indonesia


adalah organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum
yayasan atau organisasi kemasyarakatan yang berbadan
hukum perkumpulan yang telah mendapatkan pengesahan
badan hukum dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

c) Belanja Bantuan Keuangan

Bantuan keuangan kepada partai politik dianggarkan pada Pos Anggaran


BPKAD selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah pada jenis belanja
bantuan keuangan, obyek belanja bantuan keuangan kepada partai politik
dan rincian obyek belanja nama partai politik penerima bantuan
keuangan, keuangan kepada partai politik berpedoman pada Keputusan
Walikota Bekasi Nomor 218/Kep.401-Kesbangpol/X/2014 tentang
Pemberian Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik yang mendapatkan
kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bekasi Hasil Pemilu
Tahun 2014 sampai berakhirnya masa jabatan keanggotaan Dewan
Perwakilan Rakyat periode 2014 - 2019

d) Belanja Tidak Terduga

Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk mendanai kegiatan yang


sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan terjadi berulang, seperti
kebutuhan tanggap darurat bencana, penanggulangan bencana alam
dan bencana sosial, yang tidak tertampung dalam bentuk program dan
kegiatan pada Tahun Anggaran 2017, termasuk pengembalian atas
kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya. Tata Cara
Pemberian dan Pertanggungjawaban Belanja Tidak Terduga agar
berpedoman pada Peraturan Walikota Bekasi Nomor 52 Tahun 2012
tentang Tata Cara Pemberian dan Pertanggungjawaban Belanja Tidak
Terduga. Anggaran Belanja Tidak Terduga dialokasikan pada Pos
Anggaran BPKAD selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah.

2) Kebijakan Belanja Langsung

Penganggaran belanja langsung dalam rangka melaksanakan program


dan kegiatan pemerintah daerah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Lampiran Surat Edaran Pedoman Penyusunan RKA SKPD dan RKA PPKD 8
a) Penganggaran honorarium bagi PNSD dan Non PNSD
memperhatikan asas kepatutan, kewajaran dan rasionalitas dalam
pencapaian sasaran program dan kegiatan sesuai dengan kebutuhan
dan waktu pelaksanaan kegiatan;

b) Alokasi untuk pemberian jasa narasumber/tenaga ahli dalam kegiatan


dianggarkan pada Jenis Belanja Barang dan Jasa, objek belanja Jasa
Lainnya, Rincian Objek Belanja Jasa Tenaga Ahli / Instruktur /
Narasumber / Juri / Moderator;

c) Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihak ketiga / masyarakat


hanya diperkenankan dalam rangka pemberian hadiah pada kegiatan
yang bersifat perlombaan atau penghargaan atas suatu prestasi;

d) Penganggaran untuk pengadaan barang yang akan diserahkan


kepada pihak ketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan
dianggarkan sebesar harga beli/bangun barang/jasa yang akan
diserahkan ditambah seluruh belanja yang terkait dengan
pengadaan/pembangunan barang/jasa sampai siap diserahkan;

e) Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangka kunjungan


kerja dan studi banding, baik dalam negeri maupun luar negeri
dilakukan secara selektif, frekuensi dan jumlah harinya dibatasi serta
memperhatikan target kinerja dari perjalanan dinas dimaksud;

f) Dalam rangka memenuhi kaidah-kaidah pengelolaan keuangan


daerah, penganggaran belanja perjalanan dinas harus memperhatikan
aspek pertanggungjawaban sesuai biaya riil atau lumpsum, khususnya
untuk hal-hal sebagai berikut:
(1) Sewa kendaraan dalam kota dibayarkan sesuai dengan biaya riil.
Komponen sewa kendaraan hanya diberikan untuk
Gubernur/Wakil Gubernur, Bupati/Wakil Bupati, Walikota/Wakil
Walikota, Pejabat Pimpinan Tinggi Madya dan pejabat yang
diberikan kedudukan atau hak keuangan dan fasilitas setingkat
Pejabat Pimpinan Tinggi Madya;
(2) Biaya transportasi dibayarkan sesuai dengan biaya riil;
(3) Biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan biaya riil;
(4) Dalam hal pelaksana perjalanan dinas tidak menggunakan fasilitas
hotel atau tempat penginapan lainnya, kepada yang bersangkutan
diberikan biaya penginapan sebesar 30% (tiga puluh per seratus)

Lampiran Surat Edaran Pedoman Penyusunan RKA SKPD dan RKA PPKD 9
dari tarif hotel di kota tempat tujuan sesuai dengan tingkatan
pelaksana perjalanan dinas dan dibayarkan secara lumpsum.
(5) Uang harian dan uang representasi dibayarkan secara lumpsum.

g) Penganggaran untuk pemberian hadiah dalam bentuk barang, dengan


ketentuan sebagai berikut :

(1) Hadiah barang untuk masyarakat / pihak ketiga dialokasikan pada


kode rekening 5.2.2.11. belanja hadiah barang

(2) Hadiah barang untuk SKPD yang memenuhi kriteria asset


dialokasikan pada kode rekening belanja modal berkenaan
sedangkan yang tidak memenuhi kriteria asset dialokasikan pada
kode rekening 5.2.2.8. belanja barang inventaris Non Aset.

h) Penganggaran untuk jasa transportasi dan akomodasi di alokasi pada


kode rekening sebagai berikut :

(1) Belanja jasa transportasi dan akomodasi yang dikelola secara


swakelola menggunakan kode rekening 5.2.2.23. Belanja
Perjalanan Dinas.

(2) Perjalanan Dinas luar negeri dapat dialokasikan pada kode


rekening 5.2.2.23.3. Belanja Perjalanan Dinas Luar Negeri

(3) Belanja jasa transportasi dan akomodasi dengan menggunakan


pihak ketiga dialokasikan pada kode rekening 5.2.2.29.2. Belanja
Jasa Penyelenggaraan acara (Event Organizer) / Jasa Seni dan
Budaya

i) Penganggaran untuk belanja tambah daya listrik gedung dialokasikan


pada kode rekening 5.2.3.49. Belanja Modal Gedung dan Bangunan -
Pengadaan Bangunan Gedung Tempat Kerja sesuai dengan Buletin
Teknis Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 15

j) Penganggaran untuk belanja taman dapat dialokasikan pada kode


rekening 5.2.3.53.2. Belanja Modal Gedung dan Bangunan -
Pengadaan Bangunan Tugu Pembangunan sesuai dengan Buletin
Teknis Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 15

k) Penganggaran untuk menghadiri pendidikan dan pelatihan, bimbingan


teknis atau sejenisnya yang terkait dengan pengembangan sumber
daya manusia yang tempat penyelenggaraannya di luar Kota Bekasi
harus dilakukan secara selektif dengan mempertimbangkan aspek-

Lampiran Surat Edaran Pedoman Penyusunan RKA SKPD dan RKA PPKD 10
aspek urgensi dan kompetensi serta manfaat yang akan diperoleh dari
kegiatan dimaksud;

l) Pembelian barang melalui e-catalogue agar mengalokasikan


anggaran sampai barang tersebut dapat digunakan, contoh :
menambah jasa instalasi, jasa pengiriman, pembelian kabel jaringan
dll.

m) Penganggaran untuk penyelenggaraan kegiatan rapat, pendidikan dan


pelatihan, bimbingan teknis atau sejenisnya diprioritaskan untuk
menggunakan fasilitas asset daerah, seperti ruang rapat atau aula
yang sudah tersedia milik Pemerintah Kota Bekasi.

n) Kegiatan rapat, pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis atau


sejenisnya dapat menggunakan fasilitas diluar kantor apabila tidak
tersedia fasilitas ruang pertemuan dilingkungan Pemerintah Kota
bekasi atau instansi pemerintah di wilayah Kota Bekasi yang
memadai;

o) Penganggaran Kit (Perlengkapan) peserta untuk kegiatan pendidikan


dan pelatihan (Diklat), Bimbingan Teknis (Bimtek) atau sejenisnya
tidak diperkenankan kecuali dilaksanakan lebih dari 3 hari;

p) Penganggaran Pengadaan Alat Tulis Kantor (ATK) untuk semua


kegiatan dialokasikan pada Belanja Langsung Penunjang Urusan yaitu
pada Kegiatan Pelaksanaan Administrasi Perkantoran.

q) Penganggaran untuk barang milik daerah dilakukan sesuai dengan


kemampuan keuangan dan kebutuhan berdasarkan prinsip efisiensi,
efektifitas, ekonomis dan transparansi dengan mengutamakan produk-
produk dalam negeri.

r) Penganggaran pengadaan dan pemeliharaan barang milik daerah


didasarkan pada perencanaan kebutuhan barang milik daerah yang
disusun dengan memperhatikan kebutuhan pelaksanaan tugas dan
fungsi SKPD serta ketersediaan barang milik daerah yang ada.
Selanjutnya, perencanaan kebutuhan barang milik daerah merupakan
salah satu dasar bagi SKPD dalam pengusulan anggaran untuk
kebutuhan barang milik daerah yang baru (new initiative) dan angka
dasar (baseline) serta penyusunan RKA-SKPD. Perencanaan
kebutuhan barang milik daerah dimaksud berpedoman pada standar
barang, standar kebutuhan dan/atau standar harga.

Lampiran Surat Edaran Pedoman Penyusunan RKA SKPD dan RKA PPKD 11
s) Penganggaran pengadaan tanah untuk kepentingan umum
mempedomani Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2015 tentang Perubahan
Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72
Tahun 2012 tentang Biaya Operasional dan Biaya Pendukung
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum Yang Bersumber Dari APBD.

t) Penganggaran belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang


dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan aset tetap dan aset
lainnya (aset tak berwujud) yang mempunyai masa manfaat lebih dari
12 (dua belas) bulan, digunakan dalam kegiatan pemerintahan dan
memenuhi nilai batas minimal kapitalisasi aset (capitalization
threshold) sebagaimana diatur dalam Peraturan Walikota Bekasi
Nomor 49 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Walikota
Bekasi Nomor 38 Tahun 2013 tentang Kebijakan akuntansi
Pemerintah Kota Bekasi.

Nilai aset tetap dan aset lainnya yang dianggarkan dalam belanja
modal tersebut adalah sebesar harga beli/bangun asset ditambah
seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset
sampai aset tersebut siap digunakan.

u) Segala biaya yang dikeluarkan setelah perolehan awal aset tetap


(biaya rehabilitasi/renovasi) sepanjang memenuhi nilai batas minimal
kapitalisasi aset (capitalization threshold), dan dapat memperpanjang
masa manfaat atau yang dapat memberikan manfaat ekonomi dimasa
yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, atau
peningkatan mutu produksi atau peningkatan kinerja dianggarkan
dalam belanja modal.

3. Kebijakan Pembiayaan Daerah

a. Penerimaan Pembiayaan

Penganggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya


(SiLPA) dilakukan dengan mempertimbangkan perkiraan realisasi anggaran

Lampiran Surat Edaran Pedoman Penyusunan RKA SKPD dan RKA PPKD 12
pendapatan maupun belanja Tahun Anggaran 2016 serta tidak melebihi
alokasi SiLPA tahun anggaran 2016.

b. Pengeluaran Pembiayaan
1) Penyertaan modal pada PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk didasarkan
surat Gubernur Jawa Barat nomor 524/2005/inves & BMD tanggal 28
April 2015 hal rencana penyertaan modal Pemerintah Daerah pada PT
BPD Jawa Barat dan Banten Tbk.
2) Penyertaan modal kepada PDAM Tirta Patriot dan Tirta Bhagasasi
dimaksudkan untuk meningkatkan target pelayanan air perpipaan
sebesar 80% (delapan puluh persen) sesuai target Sustainable
Development Goal’s (SDG’s) Tahun 2025.
3) Pembayaran pokok hutang dalam pengeluaran pembiayaan
diperuntukkan bagi penerusan pinjaman dari Pemerintah Pusat berupa
Program MB-UDSP dan Program WJ-UDSP.

A. Teknis Penyusunan RKA-SKPD dan RKA-PPKD

1. RKA-SKPD memuat rincian anggaran pendapatan, rincian anggaran belanja


tidak langsung SKPD (gaji pokok dan tunjangan pegawai, tambahan
penghasilan, khusus pada SKPD Sekretariat DPRD dianggarkan juga Belanja
Penunjang Operasional Pimpinan DPRD), rincian anggaran belanja langsung
menurut program dan kegiatan SKPD;

2. RKA-SKPD disusun berdasarkan kerangka logis dan lembar kerja penyusunan


kegiatan (format terlampir);

3. RKA-SKPD terdiri dari :

a. RKA-SKPD, yaitu Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

b. RKA-SKPD 1, yaitu Rincian Anggaran Pendapatan Satuan Kerja Perangkat


Daerah

c. RKA-SKPD 2.1, yaitu Rincian Anggaran Belanja Tidak Langsung Satuan


Kerja Perangkat Daerah

d. RKA-SKPD 2.2, yaitu Rekapitulasi Rincian Anggaran Belanja Langsung


menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah

e. RKA-SKPD 2.2.1, yaitu Rincian Anggaran Belanja Langsung menurut


Program dan per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah

Lampiran Surat Edaran Pedoman Penyusunan RKA SKPD dan RKA PPKD 13
4. RKA-PPKD memuat rincian pendapatan yang berasal dari dana perimbangan
dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah, belanja tidak langsung terdiri dari
belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja
bagi hasil, belanja bantuan keuangan dan belanja tidak terduga, rincian
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan

5. RKA-PPKD terdiri dari:

a. RKA PPKD, adalah RKA yang berisi Ringkasan Anggaran Pendapatan,


Belanja dan Pembiayaan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah;

b. RKA PPKD 1, adalah RKA yang berisi Rincian Anggaran Pendapatan


Pejabat Pengelola Keuangan Daerah;

c. RKA PPKD 2.1, adalah RKA yang berisi Rincian Anggaran Belanja Tidak
Langsung Pejabat Pengelola Keuangan Daerah;

d. RKA PPKD 3.1, adalah RKA yang berisi Rincian Penerimaan Pembiayaan
Daerah;

e. RKA PPKD 3.2, adalah RKA yang berisi Rincian Pengeluaran Pembiayaan
Daerah;

6. Format RKA-SKPD dan RKA-PPKD beserta cara pengisiannya sebagaimana


dimaksud angka 2 dan 4 di atas, dapat dilihat dalam lampiran surat edaran ini;

7. Penyusunan RKA-SKPD dan RKA-PPKD dimaksud dilakukan melalui system


aplikasi SIMDA, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. RKA-SKPD 1 proses input dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah;

b. RKA-SKPD 2.1 proses input data dilakukan oleh admin SIMDA;

c. RKA-SKPD 2.2.1 dan RKA-SKPD 2.2 proses input data dilakukan oleh
operator SKPD;

d. RKA-PPKD 1, RKA-PPKD 2.1, RKA-PPKD 3.1 dan RKA-PPKD 3.2 proses


input data dilakukan oleh admin SIMDA.

8. Bagi RSUD yang telah menerapkan PPK-BLUD agar :

a. Penyusunan RKA dalam APBD menggunakan format Rencana Bisnis dan


Anggaran (RBA);

b. untuk kegiatan yang sumber dananya berasal dari pendapatan dan surplus
BLUD, dirinci dalam 1 (satu) Program, 1 (satu) Kegiatan, 1 (satu) output
dan jenis belanja sesuai dengan pasal 11 ayat (3a) Peraturan Pemerintah

Lampiran Surat Edaran Pedoman Penyusunan RKA SKPD dan RKA PPKD 14
Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;

c. Tahapan dan jadwal penyusunan RKA/RBA mengikuti tahapan dan jadwal


penyusunan APBD.

B. Batas akhir penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD

Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran diminta untuk menyusun RKA-SKPD


dan Kepala BPKAD selaku PPKD menyusun RKA-PPKD

RKA-SKPD terdiri dari RKA-SKPD, RKA-SKPD 1, RKA-SKPD 2.1, RKA-SKPD 2.2,


RKA-SKPD 2.2.1 yang telah ditandatangani oleh pengguna anggaran serta RKA-
PPKD terdiri dari RKA-PPKD, RKA-PPKD 1, RKA-PPKD 2.1, RKA-PPKD 3.1, RKA-
PPKD 3.2 yang telah ditandatangani oleh PPKD disampaikan kepada Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) dalam hal ini Kepala BPKAD paling lambat
tanggal 8 Desember 2016.

C. Tahapan dan Jadwal Proses Penyusunan RKA-SKPD dan RKA-PPKD sampai


dengan Penetapan APBD

No URAIAN WAKTU

1. Penerbitan Surat Edaran Kepala Paling lambat 1 hari setelah Kesepakatan


Daerah perihal Pedoman antara Kepala Daerah dan DPRD atas
Penyusunan RKA-SKPD, RKA- Rancangan KUA dan Rancangan PPAS
PPKD serta Penyusunan
Rancangan APBD.

2. Input RKA-SKPD dan RKA-PPKD Paling lambat 3 hari setelah Penerbitan


ke dalam Aplikasi Simda Keuangan Surat Edaran Pedoman Penyusunan
RKA-SKPD dan RKA-PPKD

3. Penyampaian Rancangan Perda Paling lambat 3 hari kerja setelah


tentang APBD dan Rancangan Kesepakatan antara Kepala Daerah dan
Perkada tentang Penjabaran DPRD atas Rancangan KUA dan
APBD ke Gubernur Jawa Barat Rancangan PPAS

4. Penyempurnaan RKA-SKPD dan Paling lambat 7 hari setelah hasil evaluasi


RKA-PPKD hasil Evaluasi Rancangan Perda tentang APBD dan
Gubernur Jawa Barat Rancangan Perkada tentang Penjabaran
APBD disetujui oleh DPRD Kota Bekasi

Lampiran Surat Edaran Pedoman Penyusunan RKA SKPD dan RKA PPKD 15
D. Alokasi plafon anggaran sementara untuk setiap program dan kegiatan SKPD
(Belanja Langsung Penunjang Urusan)

Daftar terlampir

WALIKOTA BEKASI

Dr. RAHMAT EFFENDI

Lampiran Surat Edaran Pedoman Penyusunan RKA SKPD dan RKA PPKD 16

Anda mungkin juga menyukai