BAB I
PENDAHULUAN
sendiri yang sulit di kontrol oleh penderita. Oleh karna itu, sebagai tenaga kesehatan dalam
mengenai kasus ini memerlukan penanganan yang tepat salah satunya kompres dingin.
(Rahmawati, R. 2015)
Sebagai perawat kita harus bisa mencegah dan mengatasi nyeri berujung
ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh tekanan darah itu sendiri. Kita juga bisa
memberikan analgesik untuk mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan oleh tekanan darah,
penanggulangan nyeri bisa dilakukan dengan cara non farmakologi dan juga bisa dilakukan
dengan teknik relaksasi, selain itu bisa juga mengontrolkan diri ketika terjadi
ketidaknyamanan pada nyeri. Relaksasi merupakan tindakan yang eksternal karna
mempengaruhi respon internal terhadap nyeri. (Darmawan, 2013)
Dari permasalahan di atas, maka penulis memilih judul “Asuhan Keperawatan pada
Klien yang mengalami hipertensi dengan Gangguan Rasa Nyaman di RSUD Kepanjen
Kabupaten Malang”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu:
1) Hipertensi primer atau esensial yang tidak diketahui penyebabnya, disebut
juga hipertensiidiopatic. Terdapat sekitar 90% -95% kasus. Penderita
hipertensi ini banyak dipengaruhi oleh pola hidup, misalnya makanan yang
tidak sehat dan kurang gerak.
2) Hipertensi sekunder terdapat sekitar 5% - 10% kasus. Penyebab spesifiknya
diketahui, seperti penyakit ginjal, syndrome chusing, koarktasio aorta
(Mansjoer,2005).
2. Klasifikasi
1) Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII)
klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
prehipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (Chobanian, 2003).
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC VII
b) Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya,
jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi
dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus
ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan
hati mulai menurun, karena itu dosis obat yang diberikan harus benar-benar
tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus, hipertensi banyak terjadi pada usia
lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun. Hal
ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause.
Wolff (2008),menyatakan bahwa hipertensi makin meningkat
dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah
di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung,pembuluh darah dan
hormon.Hipertensi dengan usia kurang dari 35 tahun akan
menaikkanpenyakit arteri koroner dan kematian prematur.
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar
sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 %
dengan kematian sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan
elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada
umur 50-60 tahun. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko
hipertensi (Marliani, 2007).
c) Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan
dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi
8
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada
orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu
didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi
dalam keluarga (Anggraini,et al., 2009). Seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya
adalah penderita hipertensi (Marliani, 2007).
Menurut Rohaendi (2008),tekanan darah tinggi cenderung
diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari orang tua ada yang
mengidap tekanan darah tinggi, makaberpeluang sebesar 25% untuk
mewarisinya selama hidup. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan darah
tinggi maka peluanguntuk terkena penyakit ini akan meningkat menjadi
60%.
IMT = -----------------------------------------------
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
b) Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak
menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan
perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan
melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus
melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu.
Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena
bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif
cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka
harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering
10
c) Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat
dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan
risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.
Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari
Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek
yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok,
36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok
perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek
terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam
penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek
dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari (Rahyani, 2007).
e) Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak
jantung dan organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum
alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor risiko hipertensi (Marliani,
2007).
f) Minum kopi
Faktor kebiasaan minum kopi di dapatkan dari satu cangkir kopi
mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut
berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 -10 mmHg.
g) Pil KB
Risiko meninggi dengan lamanya pemakaian (± 12 tahun berturut-
turut).
h) Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas
saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara
intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum
terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi
dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota
(Rohaendi, 2008). Menurut Anggraini,et al.,(2009),stress akan
meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini
dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan
karakteristik personal.
4. Patofisiologi
Peningkatan tekanan darah di dalam arteri terjadi melalui beberápa cara
yaitu :
12
1) Jantung memompa lebih kuat sehingga melahirkan lebih bayak cairan pada
setiap detiknya.
2) Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Karena itu darah dipaksa melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya
dan menyebabkan naiknya tekanan darah. Kondisi inilah yang terjadi pada
usia lanjut, dinding arterinya telah menebal dan kaku karena hormone
sclerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat
terjadi vasokontriksi arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengerut
karena rangsangan saraf atau hormon di dalam darah (hormon adrenalin)
3) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi dapat menyebabkan meningkatnya
tekanan darah, hal ini terjadi jika dapat kelainan fungsi ginjal, sehingga tidak
mampu membuang sejumlah garam dan air di dalam tubuh. Akibatnya volume
darah juga meningkat.
(Anies, 2006).
5. Manifestasi Klinis
Penyakit ini sebagian besar diderita oleh seseorang tanpa merasakan
gejala-gejala hipertensi walaupun sudah dalam tahap serius. Dari beberapa
penelitian, ada beberapa gejala yang dirasakan oleh seseorang. Gejala-gejala
tersebut bervariasi antara lain :
1) Pusing
2) Rasa berat ditengkuk
3) Sukar tidur
4) Berdebar atau detak jantung terasa cepat
5) Cepat marah
6) Mata berkunang-kunang
7) Lemah dan lelah
8) Muka pucat
(Cahyono, 2008)
13
6. Komplikasi
Penderita hipertensi berisiko terserang penyakit lain yang timbul
kemudian. Beberapa penyakit yang timbul sebagai akibat hipertensi diantaranya
sebagai berikut:
1) Stroke
2) Gagal jantung
3) Gagal ginjal
4) Penyakit Arteri Koroner
(Rusdi, et al., 2009).
7. Penatalaksanaan
1) Pencegahan
Tujuan deteksi penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko
penyakit kardiovaskuler dan mortalitas yang terkait. Tujuan terapi adalah
mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan
tekanan diastolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini
dicapai dengan modifikasi gaya hidup atau dengan obat anti
hipertensi.Modifikasi gaya hidup yang dianjurkan :
a) Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (Indeks Masa Tubuh >
27).
b) Meningkatkan aktivitas fisik (aerobic 30 – 45 menit / hari).
c) Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol
dalam makanan.
(Anies, 2006).
2) Pengobatan
a) Non Farmakologis
Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan
merokok, menurunkan beratbadan berlebih, konsumsi alkohol berlebih,
asupan garam dan asupan lemak, latihan fisik serta meningkatkan
konsumsi buah dan sayur.
14
(1) Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih Peningkatan berat
badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan
darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting
dalam mengontrol hipertensi.
(2) Meningkatkan aktifitas fisik
Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi
30-50% dari pada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik
(misalnya senam aerobik dan jalan cepat) antara 30-45 menit
sebanyak 3-4 kali seminggu penting sebagai pencegahan primer dari
hipertensi.
(3) Mengurangi asupan natrium
Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu
pemberian obat anti hipertensi oleh dokter.
(4) Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol
Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara
konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan
risiko hipertensi(Rusdi, et al., 2009).
b) Farmakologis
Pengobatan hipertensi biasanya dikombinasikan dengan beberapa
obat :
1) Diuretic Tablet Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix
(Furosemide).Merupakan golongan obat hipertensi dengan proses
pengeluaran cairan tubuh via urine. Tetapi karena potasium
berkemungkinan terbuang dalam cairan urine, maka pengontrolan
konsumsi potasium harus dilakukan.
2) Beta-blockers Atenolol (Tenorim), Capoten (Captopril).Merupakan
obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui
proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar (vasodilatasi)
pembuluh darah.
3) Calcium channel blockers Norvasc (amlopidine), Angiotensin
converting enzyme (ACE). Merupakan salah satu obat yang biasa
dipakai dalam pengontrolan darah tinggi atau Hipertensi melalui
15
8. Pencegahan
Perubahan gaya hidup dapat membantu mengendalikan tekanan darah tinggi :
1. Mengurangi konsumsi makanan tinggi garam
2. Tidak merokok
Upaya pencegahan hipertensi meliputi
1. Pencegahan Primodial, yaitu pencegahan munculnya faktor predisposisi
terhadap hipertensi terhadap suatu wilayah dimana belum tampak adanya
faktor yang menjadi resiko hipertensi.
2. Promosi kesehatan terkait dengan Hipertensi
3. Proteksi spesifiknya kini dengan kurangi mengkonsumsi garam sebagai
salah satu faktor resiko.
2. Etiologi
Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan kedalam 2 golongan yaitu
1. penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan
psikis.
Secara fisik misalnya penyebab adalah trauma ( mekanik, thermal,
kimiawi, maupun elektrik )
a. Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung – ujung saraf bebas
mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan, ataupun luka.
b. Trauma thermal menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor
mendapat rangsangan akibat panas atau dingin
c. Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat
d. Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran
listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri.
2. Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau
keerusakan jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga terikan,
jepitan atau metaphase.
a. Peradangan adalah nyeri yang diakibatkan karena adanya kerusakan
ujung-ujung saraf reseptor akibatpembengkakan.
b. Gangguan sirkulasi dan kelainan pembuluh darah, biasanya pada pasien
infark miokard dengan tanda nyeri pada dada yang khas.
3. Manifestasi klinis
1. Vakolasi
a. Mengaduh
b. Menangis
c. Sesak nafas
d. Mendengkur
2. Ekspresi Wajah
a. Meringis
b. Mengelutuk gigi
c. Mengenyit dahi
d. Menutup mata, mulut dengan rapat
e. Menggigit bibir
17
3. Gerakan Tubuh
a. Gelisah
b. Immobilisasi
c. Ketegangan otot
d. Peningkatan gerakan jari dan tangan
e. Gerakan ritmik atau gerakanmenggosok
f. Gerakan melindungi bagian tubuh
4. Interaksi Sosial
a. Menghindari percakapan
b. Focus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan nyeri
c. Menghindari kontak sosial
d. Penurunan rentang perhatian
D. Patofisiologi
Ada empat proses yang terjadi pada perjalanan nyeri, yaitu transduksi,
transmisi, modulasi dan persepsi.
1. Tranduksi
Rangsangan (stimulus) yang membahayakan memicu pelepasan mediator
biokimia (misalnya histamin, bradikinin, prostaglandin, dan substansi P).
Mediator ini kemudian mensensitisasi nosiseptor.
2. Transmisi
proses penyaluran impuls listrik yang dihasilkan oleh proses transduksi
sepanjang jalur nyeri, dimana molekul-molekul dicelah sinaptik
mentrasmisi informasi dari satu neuron ke neuron berikutnya.
3. Persepsi
Individu mulai menyadari adanya nyeri dan tampaknya persepsi nyeri
tersebut terjadi di struktur korteks sehingga memungkinkan timbulnya
berbagai strategi perilaku kognitif untuk mengurangi komponen sensorik
dan afektif nyeri.
4. Modulasi atau sistem desenden
Neuron dibatang otak mengirimkan sinyal-sinyal kembali ke tanduk
dorsal medula spinalis yang terkonduksi dengan nosiseptor impuls
supresif.
18
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar dapatmengetahui
apakah ada perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang
dapat menyebabkan timbulnya rasa nyeri seperti :
1. Melakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi
2. Menggunakan skala nyeri
a. Ringan = Skala nyeri 1-3 : Secara objektif pasien masih
dapat berkomunikasi dengan baik
b. Sedang = Skala nyeri 4-6 : Secara objektif pasien dapat
menunjukkan lokasi nyeri, masih merespon dan dapat
mengikuti instruksi yang diberikan
c. Berat = Skala nyeri 7-9 : Secara objektif pasien masih
bisa merespon, namun terkadang klien tidak mengikuti
instruksi yang diberikan.Nyeri sangat berat = Skala 10 : Secara
objektif pasien tidak mampu berkomunikasi dan klien
merespon dengan cara memukul.
G. Komplikasi
1. Hipovolemik
2. Hipertermi
3. Masalah Mobilisasi
4. Hipertensi
5. Edema Pulmonal
6. Kejang
H. Penatalaksanaan
1. Relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan
stress. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi
rasa tidak nyaman atau nyeri stress fisik dan emosi pada nyeri. Dalam
imajinasi terbimbing klien menciptakan kesan dalam pikiran,
berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara bertahap klien dapat
mengurangi rasa nyerinya.
19
2.3.3 Intervensi
DIAGNOSA
NOC NIC
KEPERAWATAN
Mampu mengontrol
Perubahan rasa nyamam Lakukan pengkajian
nyeri (tahu
(nyeri kepala akut) nyeri secara
penyebab nyeri,
berhubungan dengan komprehensif
mampu
peningkatan tekanan termasuk lokasi,
menggunakan teknik
vaskuler otak. karakteristik, durasi,
non farmakologi
frekuensi, kualitas dan
untuk mengurangi
faktor presipitasi.
nyeri.
Melaporkan bahwa
Observasi reaksi non
nyeri berkurang
verbal dari
denan menggunakan
ketidaknyamanan
manajemen nyeri.
Mampu mengenali
Kontrol lingkungan
nyeri (skala,
yang fapat
intensitas, frekuensi,
mempengaruhi nyeri
dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa
Evaluasi keefektifan
nyaman setelah
kontrol nyeri
nyeri berkurang
2.3.4 Implementasi
Merupakan pelaksanaan rencana intervensi keperawatan
• Terdiri semua aktivitas yang dilakukan oleh perawat dan klien untuk
merubah efek dari masalah dilakukan oleh :
a. Perawat
b. Perawat dan klien
c. Perawat dan keluarga
d. Perawat, klien dan keluarga
e. Tenaga non keperawatan lain
• Dan kegiatan yang dilakukan :
1. Melanjutkan pengumpulan data dan pengkajian. Pada saat
melakukan kegiatan perawat tetap menjalankan pengkajian dan
pengumpulan data
2. Melaksanakan intervensi keperawatan
3. Mendokumentasikan asuhan keperawatan
4. Memberikan laporan keperawatan secara verbal
5. Mempertahankan rencana asuhan
• Tujuan Dokumentasi Pelaksanaan
1. Mengevaluasi kondisi kesehatan pasien dalam periode yang singkat
(evaluasi formatif) setelah tindakan dilakukan.
2. Mengetahui jumlah tenaga/jenis tenaga kesehatan yang terlihat
langsung memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien.
3. Mengetahui jenis tindakan keperawatan yang telah diberikan.
4. Mengetahui pendidikan kesehatan yang telah diberikan.
5. Dokumentasi legal intervensi keperawatan yang telah diberikan
kepada klien dan keluarganya
• Hal-hal yang perlu didokumentasikan pada tahap implementasi :
1. Mencatat waktu dan tanggal pelaksanaan.
2. Mencatat diagnosa keperawatan nomor berapa yang dilakukan
intervensi tersebut
3. Mencatat semua jenis intervensi keperawatan termasuk hasilnya
23
4. Berikan tanda tangan dan nama jelas perawat satu tim kesehatan
yang telah melakukan intervensi.
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan
sekumpulan informasi yang sistematik berkenaan dengan program kerja dan
efektifitas dari serangkaian program yang digunakan terkait program kegiatan,
karakteristik dari hasil yang telah dicapai.