Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN HASIL PERJALANAN DINAS

1 Kegiatan Yang dilaksanakan : Mengikuti Workshop Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien dari
Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)
2 Lamanya Perjalanan : 2 ( Dua ) Hari
3 Tanggal Perjalanan : 27-28 April 2017
4 Tempat yang dikunjungi : J.S Luwansa Hotel Jakarta
5 Pejabat yang dikunjungi :
:
Hasil yang didapat

Hari ke-1
1. Laporan Ketua Panitia
 acara akan dilaksanakan selama 2 hari dengan peserta terdiri dari unsur perumah sakitan
kurang lebih 230 peserta, dan dengan metode presentasi, diskusi dan tanya jawab.
 Sambutan Ketua Eksekutif Komisi Akreditasi RS, dr. Sutoto,M.Kes
 Saat penilaian akreditasi PMKP, MKI, dan PPK memiliki penilaian yang rendah.
 Kegiatan workshop bertujuan meningkatkan pemahaman tentang PMKP
 Standar akreditasi akan direvisi dan segera di launching bulan Agustus, serta
diimplemantasikan di tahun2018. Untuk PMKP tidak banyak perubahan, hanya ada
perubahan dalam penggunana bahasa Indonesia yang lebih mudah.
2. Sambutan dan pengarahan dari Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes, dr. Bambang W, Sp.OG,
Mars
 Implementasi peningkatan pelayanan kesehatan dengan adanya peningkatan mutu di RS.
 Saat ini sudah 929 Rumah Sakit yang terakreditasi, dan untuk yang belum diharapkan
terakreditasi karena per Januari 2019 BPJS mensyaratkan untuk bekerja sama dengan RS
yang sudah terakreditasi.
 Keterbatasan sarana dan prasarana serta alat kesehatan di RS menjadi kendala, saat ini baru
ada 798 RS Pemerintah
 Kunjungan ke Rumah Sakit Tinggi, namun beban RS juga besar, sehingga Promotif dan
preventif di tingkatkan untuk mencegah penyakit katastropik.
 Penguatan pelayanan kesehatan salah satunya dengan mewajibkan pengabdian oleh dokter
spesialis, serta pemanfaatan tekhnologi informasi untuk peningkatan mutu.
 Peningkatan mutu kaitannya dengan efisiensi dan keselamatan pasien RS. Contohnya,
penggunan antibiotik tanpa indikasi sebanyak 22 – 92 % dan memicu resistensi sebanyak 1 –
4% menyebabkan lama rawat lebih panjang menjadi tidak efisien.
 12 indikator mutu pelayanan RS
3. Diskusi dan tanya jawab :
 Kendala di RS Jayapura kesulitan dalam pengadaan obat
 Perencanaan dan pengadaan yang lebih baik serta kerjasama dengan apotik terdekat.
 Mutu Rumah Sakit tidak ada karena tidak ada sehingga tidak terlaporkan.
 Biaya akreditasi yang cukup tinggi
 Kebiasaan di bawah standar saat diterapkan sesuai standar terasa biaya lebih tinggi, padahal
sebenarnya kerugian akibat mutu yang rendah sebenarnya lebih besar dibanding biaya
akreditasi.
4. Perubahan Paradigma Standar Akreditasi Ver. 2012 Berbasis PMKP oleh dr. Sutoto,M.Kes
 Tujuannya adalah peningkatan mutu dan keselamatan pasien dengan berfokus pada pasien (
contohnya kolaborasi di CPPT ) dan direktur berperan penting sehingga harus melakukan
presentasi saat penilaian akreditasi.
 Akreditasi meminta bukti penerapan standar berupa kepatuhan terhadap SPO.
 Ketidak patuhan terhadap SPO dapat “ membunuh pasien “ seperti kasus salah pemberian
pantoprazole dengan pancuronium karena tidak melakukan “ tulbakon’ ( tulis, baca ulang,
konfirmasi), atau ketidak patuhan cuci tangan dapat menyebabkan penularan bakteri
berbahaya yang menyebabkan kematian.
 Untuk dokumen akreditasi berlaku selama 2 tahun, sehingga harus ada revisi dan RS
menyediakan sarana untuk pelatihan dan pengembangan staf berkelanjutan.
 Standar akreditasi baru terdiri dari 323 standar dan 1043 elemen penilaian terdiri dari 4
kelompok ( pelayanan berfokus pada pasien, manajemen RS, keselamatan pasien RS, MDGs )
 Harvey Picker menyatakan bahwa RS tidak sensitif terhadap kenyamanan pasien  harus
Patient Centered Care. Konsep intinya adalah penghormatan dan martabat, berbagi
informasi, partisipasi, dan kolaborasi.
 Metode penilaian berupa telusur ( telusur langsung ke pasien, lingkungan RS, dan data )
5. Sasaran Keselamatan Pasien oleh dr. Sutoto, M.Kes
 SKP I : Kebijakan identifikasi pasien  dapat berupa gelang ( biru untuk laki-laki, merah muda
untuk perempuan, berisi dua identitas ( nama pasien sesuai e-ktp, tanggal lahir dan no RM ).
Petugas melakukan identifikasi saat pemberian obat, darah/produk darah, pengambilan
darah dan spesimen, sebelum memberikan pengobatan, sebelum memberikan tindakan.
contoh indikator PMKP misalnya kesalahan dalam pemberian obat.
 SKP II : Peningkatan komunikasi efektif  perintah lisan / lewat telpon harus dilakukan
TULBAKON dan ditulis di formulir.
Contoh indikator PMKP : Kepatuhan terhadap tulbakon, hasil pemeriksaan hasil kritis < 1 jam.
 SKP III : keamanan obat High Alert  kesalahan dapat menjadikan KTD/ sentinel.
Obat High-alert harus dilakukan double check dan yang melakukan menuliskan catatan dan
nama.
Contoh indikator : kepatuhan terhadap double check pada obat high alert
 SKP IV : tepat sasaran  Surgical Safety Check List
Contoh indikator : kepatuhan terhadap Surgical Safety Check List, jumlah insrumen yang
tertinggal, jumlah kejadian salah orang /salah lokasi.
 SKP V : mengurangi resiko infeksi  RS harus memiliki angka resiko infeksi
Contoh indikator : kepatuhan terhadap hand hygiene, angka resiko infeksi di ICU.
 SKP VI : resiko pasien jatuh  dinilai angka resiko
Contoh indikator : jumlah pasien terjatuh di rawat inap, angka kepatuhan penilaian faktor
resiko jatuh.
 Diskusi
- Indikator yang ditetapkan berapa lama berlaku  dievaluasi 1 tahun dan dilihat apakah
tidak ada / tidak terlaporkan
- Untuk nama apakah harus dengan nama ayah  cukup single identity dengan nama di e -
ktp
- Assesmen pasien jatuh berapa lama bila da perubahan kondisi pasien misalnya
diberikan infus.
- Reaksi alergi obat apakah masuk ke dalam SKP  jika dikarenakan medical error maka
masuk ke SKP, tapi bila karena efek medis obat dilaporkan ke tim farmasi.
6. Penilaian Kinerja Dokter oleh dr. Sutoto,M.Kes
 Monitoring dan evaluasi berkelanjutan terhadap staf medis  KPS 11
 Harus dilakukan kredensialing kepada dokter kemudian dibuat Surat Penugasan Klinis (SPK)
dan Rincian Kewenangan Klinis (RKK) sesuai kompetensi nya.
 Penilaian kinerja dokter dulu dengan Bad Apple Theory bahwa staf yang buruk akan
berpengaruh ke staf lain sehingga harus disingkirkan, padahal 85 % kesalahan karena sistem.
 Saat ini penilaian dengan Performance Pyramic Model.
 Evaluasi praktek profesioanal berkelanjutan ( OPPE dan FPPE ) memiliki beberapa kriteria dan
membutuhkan kolaborasi dari Direktur medis, komite medis, mitra bestari, ketua KSM,
dengan metodelogi evaluasi
 Jangka waktu FPPE dapat ditetapkan periode tertentu dengan menentukan triger dari tiap
indikator yang tidak sesuai SPM. Indikator nya dipilih oleh masing-masing KSM.
 OPPE merupakan area kompetensi yang saat ini dinilai cukup dengan sesama sejawat, tapi
kedepannya juga dengan survey kepada pasien, dan atasaan.
7. Penilaian Kinerja Perawat dan Staf Lainnya oleh Dr.dr. Sutoto, M.Kes
 Penilaian terhadap perawat ( KPS 14 )
 Jenjang karir perawat dari PK I – V yang ditetapkan asesor.
 Perawat dilakukan kredensialing  Perawat klinis sesuai kompetensi nya diberi kewenangan
klinis  RS membuat uraian tugas dimana dia bertugas  Penilaian kerja berbasis uraian
tugas oleh supervisor perawat ( 1 tingkat di atasnya )
 Tenaga Kesehatan profesional lainnya ( KPS 17 )
 Bila belum ada standar RS boleh membuat sendiri, dan tidak perlu dirinci kewenangan klinis
kecuali apoteker yang sudah ada 9 standar dan 23 sub. Namun lebih baik dirinci
kewenangannya karena ada beberapa yang perlu kompetensi lebih dan perlu pelatihan.
 Diskusi :
- Perbedaan OPPE dengan KPI ( Key Performer Indicator ) ? OPPE untuk penilaian kinerja
klinis dengan rekredensial, KPI untuk remunerasi
- OPPE masuk ke fie kepegawaian? File kredensial di Komite medik dan hasilnya
diserahkan ke kepegawaian\
- Peer group dalam bentuk seperti apa? Dokter-dokter yang terkait menilai dan
memperbaiki sistem bukan blaming. Peer group ditentukan oleh RS.
- Bagaimana bila kewenangan dokter dilakukan perawat ? 1. Pendelegasian tugas dan
tanggung jawab oleh perawat sesuai kompetensi yang ditetapkan direktur.
8. Standar Pelayanan Kedokteran oleh dr. Djoti Atmodjo,Sp.A, MARS
 Tata klinis yang baik  penerapan fungsi manajemen klinis meliputi kepemimpinan
klinik,audit klinis, data klinis, risiko klinis berbasis bukti, peningkatan kinerja, pengelolaan
keluhan, mekanisme monitor hasil pelayanan, pengembangan profesional dan akreditasi RS.
 Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di RS harus bekerja sesuai dengan standar profesi,
standar pelayan RS, SPO yang berlaku.
 Standar pelayanan di RS sesuai dengan penyakit yang ada di RS dan kondisi RS dibuat
Panduan Praktik Klinis merupakan landasan untuk membuat Clinical Pathway.
 PPK dibuat sebanyak diagnosis yang ada di RS.
 Standar Prosedur Operasional ( SPO ) wajib dibuat oleh fasilitas layanan kesehatan sebagai
panduan bagi seluruh tenaga kesehatan. SPO dapat dalam bentuk PPK, algoritme, protokol,
prosedur, standing order.
 Mutu merupakan kepatuhan terhadap standar. Tools nya berupa : 1. Structure, proses,
outcome ( pendekatan bonapade ), 2. Analisa masalah dengan diagram fishbone 3. PDSA
 PMKP 2.1  pengukuran klinis dengan Clinical Pathway / protokol karena dapat dinilai
kepatuhannya.
 Audit medik dilakukan dengan mengumpulkan pasien yang sudah pulang kemudian
mebandingkan dengan CP / protokol.

9. Manajemen Risiko oleh dr.Nico A. Lumenta,K.Nefro,MM,MH.Kes


 Tata kelola RS menurut akreditasi adalah hubungan antara sistem pelayanan klinis – sistem
manajemen yang dijembatani oleh sistem komunikasi informasi, dengan memberikan
kualitas dan keselamatan bagi pasien, didukung oleh standar-standar dalam akreditasi dan
regulasi di RS. Sehingga terwujud good patient care, good, clinical governence, dan good
hospital governance.
 Dalam budaya mutu dan safety risiko merupakan bagian. Risiko adalah potensi terjadinya
kerugian yang terjadi karena proses saat ini atau kejadian akan datang.
 Risiko yang dapat terjadi di RS  Risiko klinis, non klinis / corporate, manajemen risiko RS.
 Risiko-risiko dapat muncul dari setiap bab dan standar yang ada di akreditasi.
 Manajemen risiko  pendekatan proaktif menilai prioritas risiko, agar meminimalkan
dampak.
 Paling sering digunakan adalah Risk Management Process Overview
 Tools untuk penilaian risiko dengan Risk Matrix Grading, Root Cause Analysis, dan Failure
Mode Effect Analysis.
 Matriks Grading Risiko paling sering dipakai karena mudah dimengerti. Berupa grading
rendah (biru), moderat ( hijau), tinggi (kuning), dan ekstrim (merah).

10. Sistem Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien oleh dr. Nico A. Lumenta
 Konsep dasar dari akreditasi RS adalah proses pembelajaran berkesinambungan yang
merupakan suatu siklus dari self assesment, self improvement dengan PDCA untuk
peningkatab kualitas dan keamanan disertai evaluasi eksternal melalui akreditasi.
 Keselamatan pasien merupakan hal penting dalam akreditasi karena seiring dengan
peningkatan iptek dan populasi juga meningkatkan resiko klinis, dan keselamatan pasien
menurun
 Permenkes 1691/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien RS menyebutkan keharusan RS
melakukan pelaporan insiden kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien RS.
 Setiap insiden harus dilaporkan internal kepada tim KPRS dalam waktu 2 x 24 jam.
 Keselamatan Pasien RS adalah suatu sisen dimana RS membuat asuhan pasien lebih aman.
 Insiden Keselamatan Pasien yang dilaporkan misalnya ;
- KTD ( Kejadian Tidak Diharapkan  mengakibatkan pasien cedera
- Pengertian Sentinel  Kematian atau cedera yang lebih serius
- KNC ( Kejadian Nyaris Cedera)  belum sampai terpapar ke pasien
- KTC ( Kejadia Tidak Cedera )  sudah terpapar ke pasien tapi tidak cedera
 Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien berdasarkan “ Pedoman pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit 2015 “
 Pelaporan IKP dapat dengan E-Reporting melalui situs Dirjen Pelayanan Kesehatan
 Apabila sudah dilakukan FMEA tapi resiko tetap terjadi mungkin karena desainnya tidak
berhasil
 Risk Register harus dibuat di setiap unit.

HARI KE-2
1. Overview PMKP oleh dr. Luwiharsih
 Tujuan PMKP  meningkatkan mutu dan mengurangi risiko.
 Kepemimpinan dan perencanaan  program mutu merupakan program pemimpin RS
dengan melakukan perencanaan, pelaksanaan, RTL ke pemilik, dan monitoring yang
diterapkan dalam kebijakan RS
 Kegiatan PMKP meliputi :
- Prioritas kegiatan yang dievaluasi
- Sosialisasi
- Diklat PMKP
- PPK – CP
- Indikator mutu kunci
- Indikator mutu unit
- Penilaian kinerja
- Monitoring pelaksanaan PPI
 PMKP 1.1  kolaborasi pimpinan RS, buktinya tindak lanjut pimpinan RS dalam perbaikan
indikator
PMKP 1.2  proses yang dijadikan prioritas, prioritas dapat diganti tiap tahun
PMKP 1.3 bantuan tekhnologi
PMKP 1.4  diinformasikan ke staf
PMKP 1.5  pelatihan program diklat dan dapat dilakukan pelatihan internal
 PMKP 2. Rancangan proses Klinis & manajerial  rancangan baru dan melakukan modifikasi
dari sistem
PMKP 2.1  Pedoman Praktik Klinis (PPK ) dan Clinical Pathway dengan lima area prioritas
untuk memantau kepatuhan DPJP
 PMKP 3. Pemilihan Indikator dan Pengumpulan Data  menetapkan indikator kunci
PMKP 3.1  11 indikator kunci area klinis, dan setiap area klinis minimal 1 indikator, dan 5
dari 11 indikator harus dipilih sesuai international library.
Regulasi nya berupa profil indikator.
 PMKP 3.2  indikator kunci untuk area manajerial.
PMKP 3.3  indikator kunci sasaran keselamatan pasien.
 PMKP 4. Validasi dan analisis data dari data penilaian
PMKP 4.1  frekuensi validasi dan analisis data ada di regulasi berupa profil indikator
PMKP 4.2  membandingkan dengan Rumah Sakit lain
 PMKP 5. Proses internal untuk validasi data
Validasi data diperlukan untuk indikator baru, ingin dipublikasikan, ada perubahan indikator,
perubahan sumber data atau subyek dari pengumpulan data.
 PMKP 6. Identifikasi dan pengelolaan kejadian sentinel
Definisi kejadian sentinel minimal 4 yang dimasukan dalam panduan / kebijakan
Melakukan RCA bila terjadi sentinel dan dianalisis  bukti analisis  tindak lanjut.
 PMKP 7. Analisa data reaksi transfusi, reaksi obat yang tidak diharapkan serius, kesalahan
obat, ketidakcocokan pre dan post operasi
 PMKP 8. Menetapkan definisi KNC, cara pelaporan dan prosesnya, serta analisis data.
 Mencapai dan mempertahankan peningkatan :
 PMKP 9  membuat rencana dan melaksanakan peningkatan mutu
 PMKP 10  perbaikan mutu dan keselamatan pasien di semua area prioritas dengan
PDSA, dan adanya
data capaian indikator
 PMKP 11  program manajemen risiko, FMEA, RTL
 Metode telusur untuk PMKP
- Survei presentasi Direktur utama
- Presentasi IKP, RCA, FMEA oleh tim KPRS
- Presentasi PPK-CP dan audit
- Telusur data
- Wawancara kepada penanggung jawab pengumpul data
2. Penetapan Prioritas Kegiatan PMKP oleh dr. Luwiharsih
 Prioritas kepada yang kritikal, risiko tinggi, cenderung bermasalah yang berhubungan dengan
mutu dan keamanan
 Penetapan prioritas dilakukan oleh sekelompok orang dengan metode tertentu secara
kualitatif dan kuantitatif.
 Cara pemilihan prioritas:
- Scoring technique : Metode Bryant
- Non- Scoring Technique : Metode Delbeq ; Metode Delphi,
 Langkah-langkah penetapan prioritas
- Identifikasi masalah di pelayanan
- Tetapkan yang ingin diperbaiki
- Lakukan penetapan prioritas masalah
- Tetapkan kegiatan PMKP PPk-CP, IAK, IAM, SKP
- Buat SK Penerapan Prioritas
4. Pemilihan Indikator Mutu oleh dr. Luwiharsih
 Karena SDM terbatas maka harus dipilih indikator mutu untuk melaksifikukan pengukuran
yang biasanya dipilih berdasarkan high volume, high risk, dan high prone.
 Indikator mutu  cara untuk mengukur mutu suatu kegiatan. Kriteria indikator yang baik :
valid, reliable, sensitif, spesifik.
 Alur pemilihan indikator : identifikasi masalah  pilih masalah yang ingin diperbaiki  lihat
di standar akreditasi & SPM standar mutunya  profil indikator  uji coba pengumpulan
data ( dalam bentuk cek list ) uji coba masalah  tetapkan indikator bila tidak ada
masalah  PIC data, latih dan kumpulkan data
 Pemilihan indikator biasanya berdasarkan area yang High Risk, High Volume, High Problem
Prone.
 Indikator Area Manajemen (IAM)  setiap area min. 1 indikator kunci, jadi jumlah min. 9
IAM
- IAM 1. Pengadaan rutin alkes dan obat penting untuk memenuhi kebutuhan pasien
- IAM 2. Pelaporan aktivitas yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan
- IAM3. Manajemen Risiko
- IAM 4. Manajemen Penggunaan Sumber Daya
- IAM 5. Harapan dan kepuasan pasien dan keluarga
- IAM 6. Harapan dan kepuasan staf
- IAM 7. Demografi Pasien dan diagnosa klinis
- IAM 8. Manajemen keuangan
- IAM 9. Pencegahan dan pengendalian dari kejadian yang dapat menimbulkan masalah
bagi keselamatan pasien, keluarga pasien dan staf
 Indikator Sasaran Keselamatan Pasien
- SKP 1. Ketepatan memasang gelang identitas pasien
- SKP 2. Ketepatan melakukan Tubak saat meneriman instruksi verbal
- SKP 3. Kepatuhan penyimpanan elektrolit pekat
- SKP 4. Marking Surgical Check List
- SKP 5. Kepatuhan cuci tangan
- SKP 6. Angka pasien jatuh di IGD / Ruang Perawatan
 Indikator mutu di PMKP dilakukan siklus PDSA (Plan, Do, Study, Action )
 Indikator Unit kerja  mengambil indikator dari SPM RS
4. Analisa dan validasi Indikator mutu oleh dr. Luwiharsih, Msc
 Alurnya : pengumpulan data  analisa  validasi  valid / tidak valid  koreksi dan
kembali ke pengumpulan data bila tidak valid
 Validasi data : tindakan pembuktian
- Yang dilakukan validasi adalah area klinis
- Validator bukan pengumpul data
- Dilakukan bila merupakan indikator baru, atau ada perubahan.
 Analisa Data : mengubah data menjadi informasi
- Data yang harus dianalisa  Data indikator kunci, hasil evaluasi PPK-CP, Surveilance PPI,
IKP, dari Bab
MPO
- Analisa data dilakukan dengan metode statisitik kemudian dapat dibandingkan dari
waktu ke waktu,
dengan RS lain, dengan standar, dengan praktek yang baik.
- Analisa data dengan grafik ( Run chart, Control Chart, Histogram, Pareto Chart ) agar
terlihat
perubahannya.
5. Root Cause Analysis ( RCA ) oleh Prof. Dr.dr. Herkurtanto,Sp.F (K)
 RCA dilakukan untuk meyelesaikan permasalahan bukan untuk mencari orang yang
disalahkan
 RCA dilakukan apabila suatu laporan insiden masuk kejadian sentinel.
 Dari 21 tahap RCA dari JCI  7 kelompok langkah JCI
1. Inisiasi dan rumuskan masalah
2. Menyusun tim RCA
3. Perumusan masalah  what, when, where, significance
4. Tetapkan peristiwa sentinel  mencari fakta di lapangan dan membuat kronologis
kejadian, membuat hipotesis terlebih dulu
5. Tetapkan critical event  mencari kejadian yang dianggap kritis / primary effect sebagai
titik awal untuk RCA.
6. Tetapkan akar masalah  dengan cara mencari aksi dan kondisi. RCA mencari masalah
dengan cara deduktif. Fishbone hanya sebagai alat bantu.
7. Tetapkan upaya penanggulangan risiko  agar masalah tidak terjadi dengan
menentukan barrier
8. Uji coba upaya penanggulangan risiko  cari yang paling tepat
9. Uji coba upaya implementasi upaya penanggulangan risiko  penerapan, monitoring
dan evaluasi
 Hasil akhir dari RCA adalah laporan RCA kepada direksi RS.
6. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) oleh Prof. Dr.dr. Herkurtanto,Sp.F (K)
 FMEA identifikasi dan mencegah potensi kegagalan yang belum terjadi dengan membuat
prosedur (SOP), contoh kejadian tertukarnya kantong darah di kulkas.
 Delapan langkah FMEA
1. Tetapkan topik FMEA dan bentuk tim  topik yang high risk, high volume, high cost
2. Gambar alur proses
3. Identifikasi hazard analysis
4. Identifikasi prioritas modus kegagalan  analisis hazard level dampak / probabilitas,
atau hazard score
5. Identifikasi akar penyebab modus kegagalan
6. Desain ulang proses
7. Analisis dan tes proses baru
8. Implementasi dan monitor proses baru  PDSA

Cirebon, 29 April 2017


Pembuat Laporan

dr. Rr. Endang Noersita D, MPH


NIP.19590525 199002 2 001
Mengetahu ; Cirebon, 11 April 2017
Kepala Sub. Bagian tata Usaha, Pelaksana Perjalanan Dinas.
Nama : Siman, SE
NIP : 196311051984111001
Hj. Sri Kasti Maryati, S.Kep,Ners,M.Si
NIP.1966604171986032004 Tandatangan……………………………………….

Kepala Seksi Pelayanan Medik Nama : dr. Hari Mulyanto


NIP : 198503292015031001

dr. Yoga Pamadia Tandatangan……………………………………….


NIP. 196812042005011008

LAPORAN HASIL PERJALANAN DINAS

1 Kegiatan Yang dilaksanakan : Menyampaikan Dokumen Keuangan ke Badan Pemeriksa


Keuangan ( BPK )
2 Lamanya Perjalanan : 1 ( satu ) Hari
3 Tanggal Perjalanan : Tanggal 07 April 2017 )
4 Tempat yang dikunjungi : Sekretariar Daerah Provinsi Jawa Barat
5 Pejabat yang dikunjungi : Kepala Sub. Bagian Tatausaha dan Kepegawaian Provinsi
Jawa Barat
Hasil yang didapat :
Dokumen di serahkan kepada Bapak Iksan yang mewakili Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK )
dengan bukti pendukung dokumen :
1 Daftar Nominatif tanda terima dari masing-masing tenaga honorer
2 Pemotongan Pajak dan Penyetoran dengan E-Bilingnya.
3 Pemotongan dan Penyetoran Iuran BPJS Kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan
4 Dasar Pembayaran dengan terdapatnya Surat Perjanjian Kontrak.
Dokumen Usulan Tunjangan Kompensasi dan BBM Struktural disampaikan ke Bendahara
Pengeluaran Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, dengan rekomendasi diantaranya :
1 Diterimanya usulan Tunjangan Kompensasi PNS Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat
bulan Maret 2017 dan Tunjangan BBM Struktural Bulan April 2017
2 Masalah Tunjangan Penambahan Penghasilan ( TPP ) Insentif berbasis Kinerja ( IBK )
untuk bulan Februari 2017 baru masuk dari Rumah Sakit Jiwa dan Rumah Sakit Paru untuk
segera mengusulkan, dengan catatan:
a. Penilaian Kinerja bulan Januari 2017 yang sudah diverifikasi oleh BKD.
b. Pakai SBB tahun Anggaran 2016 dan harus disesuaikan dengan Jabatannya, terutama
Jabatan Fungsional Tertentu dan Jabatan Fungsional Umum.
c. Apabila Penilaian kinerja bulan Februari 2017 sudah ada, bisa diusulkan secepatnya

Cirebon, 10 April 2017


Pelaksana Perjalanan Dinas.
Nama : Siman, SE
NIP : 196311051984111001
Tandatangan……………………………………….
Nama : Cecep Abdul Kodir, S.Ip.
NIP : 197708112009011001
Mengetahui Atasan Langsung Tandatangan……………………………………….
Kepala Sub. Bagian tata Usaha, Nama : Tedi Sunandar
NIP. 1979302008011006
Tandatangan ………………………………………
Nama : Suhery, S.Ap.
Hj. Sri Kasti Maryati, S.Kep,Ners,M.Si NIP : 1964122819871003
NIP.1966604171986032004 Tandatangan……………………………………….

LAPORAN HASIL PERJALANAN DINAS

1 Kegiatan Yang dilaksanakan : Mengikuti Bimbingan Teknis Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Daerah
2 Lamanya Perjalanan : 1 ( Satu ) Hari
3 Tanggal Perjalanan : Tanggal 26 April 2017 )
4 Tempat yang dikunjungi : Hotel Stan Raja Soreang Bandung
5 Pejabat yang dikunjungi : Sales Executive Sutan Raja Hotel
Hasil yang didapat :
Pembukaan oleh Ibu Kepala BPKAD Provinsi Jawa Barat yang diwakili oleh Ibu Kepala Bagian
Akuntansi dan Pelaporan, dengan arahan sebagai berikut :
1 Laporan Keuangan Tahun 2016 masih dalam Proses Audited, dengan dibuktikan banyak OPD
yang diminta klarifikasi, tanda bukti dan dll oleh Pihak BPK.
2 Apabila BPK meminta Klarifikasi, data dll, untuk segera direalisasi dan direspon, sehingga tidak
ada kesan tanda bukti dadakan.
3 Laporan Keuangan harus pakai Aplikasi SIPKD, kecuali Anggaran BLUD pakai juga LRA Manual.
4 Mudah-mudahan Laporan Keuangan tahun 2016 menjadikan penilaian kinerja Provinsi Jawa
Barat dengan nilai WTP yang ke 6 kalinya secara berturut-turut.
Nara sumber Bapa Dindin, memberikan materi sebagai berikut :
1 Kebijakan Akuntansi dan Sistem Akutansi Pemerintah Daerah, yaitu Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010 dan Permendagri Nomor 64 Tahun 2014.
2 Siklus Akuntansi-- Transaksi Jurnal  ( Posting ) Buku Besar  Laporan Keuangan 
Neraca.
3. Laporan Keuangan yang harus dibuat oleh OPD :
a. Laporan Realisasi Anggaran ( LRA )
1. Pendapatan
2. Belanja
b. Laporan Operasional.
1. Pendapatan
2. Beban
c. Laporan Pnambahan Ekuitas
1. RA.PPKD
d. Neraca
1. Kas & Setara Kas
2. Piuang
3. Persediaan
4. Aset Tetap dan Penyusutan
5. Aset Lainnya dan Penyusutan
6. Kewajiban
7. Koreksi kesalahan
e. CALK
1. Penjelasan semua akun
Nara Sumber Ibu Siti , memberikan materi sebagai berikut :
1 Analisa Transaksi dan Penjurnalan
2 Laporan Realisasi Anggaran
3 Laporan Operasional
4 Laporan Penambahan Ekuitas.
5 Neraca
6 Contoh soal untuk Bintek
a. Bagaimana menganalisa Transaksi sehingga semua belanja/beban dapat digolongkan
kepada Belanja/Beban Pegawai, Jasa, Persediaan.
b. Masukan ke Jurnal Umum hasil dari analisa transaksi tersebut berdasakan akun-akunya.
c. Buatlah jurnal Penyesuaiannya, jurnal penutup sampai dengan terciptanya Neraca yang
baik dan benar.

Mengetahui; Cirebon, 27 April 2017


Kepala Sub. Bagian Tata Usaha, Pelaksana Perjalanan Dinas.
Nama : Sumiyati, S Sos
NIP : 197006151992032013
Tandatangan ………………………………………..
Hj. Sri Kasti Maryati, S.Kep,Ners,M.Si
NIP.1966604171986032004 Nama : Siman, SE
NIP : 196311051984111001
Tandatangan ………………………………………..

Nama : Cecep Abdul Kodir, S.Ip


NIP : 197708112009011001
Tandatangan ……………………………………….

Nama : Tedi Sunardar


NIP : 197911302008011006

Tandatangan……………………………………….

LAPORAN HASIL PERJALANAN DINAS


1 Kegiatan Yang dilaksanakan : Menghadiri Undangan Rekonsiliasi Penerimaan Pendapatan
Daerah Triwulan I Tahun Anggaran 2017
2 Lamanya Perjalanan : 1 ( satu ) Hari
3 Tanggal Perjalanan : Tanggal 10 April 2017 )
4 Tempat yang dikunjungi : Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat
5 Pejabat yang dikunjungi : Kepala Sub. Bidang Pendapatan dan Penerimaan III Badan
Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat
Hasil yang didapat :
Pelaksanaan Rekonsiliasi Penerimaan Pendapatan dilaksanakan oleh Tim, berdasarkan tingkat
kehadiran. Dan Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat berada dalam urutan ke 5.
1 Jumlah Surat Tanda Setoran ( STS ) dan Laporan Bulanan sampai dengan triwulan I tahun
anggaran 2017 dari Bendahara Penerimaan Pembantu sama dengan Berita Acara dari Bapenda
dan Keuangan.
2 Penerimaan dan Penyetotan Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat sampai dengan 31 Maret
2017, sebagaimana dibawah ini:
Bulan Retribusi Pelayanan Kesehatan Retribusi Kekayaan Daerah
Bulan Januari 2017 113.006.821,00 708.000,00
Bulan Februari 2017 101.846.321,00 659.000,00
Bulan Maret 2017 130.978.194,00 908.000,00
JUMLAH 345.831.336,00 2.275.000,00
TOTAL JUMLAH 348.106.336,00
3 Berita Acara Rekonsiliasi Penerimaan Pendapatan Triwulan I Tahun Anggaran 2017
ditandatangan oleh Bendahara Penerima Pembantu dan di paraf oleh Ibu Kasubag Tata Usaha
serta ditandatangani oleh Ibu Direktur Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat sebagai legalitas
dokumen.

Mengetahu ; Cirebon, 11 April 2017


Kepala Sub. Bagian tata Usaha, Pelaksana Perjalanan Dinas.
Nama : Siman, SE
NIP : 196311051984111001
Tandatangan……………………………………….
Hj. Sri Kasti Maryati, S.Kep,Ners,M.Si
NIP.1966604171986032004 Nama : Diding Sukardi,SE
NIP. 197206042007011014
Tandatangan ………………………………………

Anda mungkin juga menyukai