Mangrouve Sesbania Grandiflora (Turi)

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di
atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh
pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi
pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari
gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan
mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang
mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta
mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis
tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan
bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.
Sesbania Grandiflora dapat hidup pada tanah asam dan kadang juga tumbuh
subur di tanah berair. ditemukan juga hidup pada kawasan hutan mangrouve yang
merupakan suatu tumbuhan asosiasi yang biasa hidup di daratan namun juga dapat
tumbuh di kawasan hutan mangrouve. Tumbuhan ini hidup pada zona belakang
kawasan hutan mangrouve yaitu kawasan yang berbatasan dengan hutan darat.

1.2 Rumusan masalah


1 Tumbuhan jenis apakah yang dapat hidup dalam ekosistem mangrouve ?
2 Cirri – cirri dari ekosistem mangrouve ?
3 Tumbuhan jenis apakah sesbania grandiflora ?
4 Apa manfaat tumbuhan tersebut dalam bidang kesehatan dan pangan ?

1.3 Tujuan
1 Mengetahui tumbuhan jenis apa yang dapat hidup dalam ekosistem mangrouve
2 Mengetahui manfaat dari tanaman sesbania grandiflora

Pemanfaatan Sesbania grandiflora . ISTN 2018 | 1


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hutan Mangrouve


Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang
tumbuh di air payau,dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh
khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi
bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun
di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang
dibawanya dari hulu.
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang
mengakibatkan kurangnya abrasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta
mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis
tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini
kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati
proses adaptasi dan evolusi.
Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang
disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara
adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob.
Sumber makanan utama bagi organisme air di daerah mangrove adalah dalam
bentuk partikel bahan organik (detritus) yang dihasilkan dari dekomposisi serasah
mangrove (seperti daun, ranting dan bunga).
Dari sekian banyak jenis mangrove di Indonesia, jenis mangrove yang
banyak ditemukan antara lain adalah jenis api-api (Avicennia sp), bakau
(Rhizophora sp), tancang (Bruguiera sp), dan bogem atau pedada (Sonneratia sp),
merupakan tumbuhan mangrove utama yang banyak dijumpai. Jenis-jenis
mangrove tersebut adalah kelompok mangrove yang menangkap, menahan
endapan dan menstabilkan tanah habitatnya.
Fauna mangrove hampir mewakili semua phylum, meliputi protozoa
sederhana sampai burung, reptilia dan mamalia. Secara garis besar fauna
mangrove dapat dibedakan atas fauna darat (terrestrial), fauna air tawar dan fauna
laut. Fauna darat, misalnya kera ekor panjang (Macaca spp.), Biawak (Varanus
salvator), berbagai jenis burung, dan lain-lain. Sedangkan fauna laut didominasi

Pemanfaatan Sesbania grandiflora . ISTN 2018 | 2


oleh Mollusca dan Crustaceae. Golongan Mollusca umunya didominasi oleh
Gastropoda, sedangkan golongan Crustaceae didominasi oleh Bracyura.

2.2 Ciri – ciri


Ciri-ciri ekosistem mangrove terpenting dari penampakan hutan mangrove,
terlepas dari habitatnya yang unik, adalah :
 memiliki jenis pohon yang relatif sedikit;
 memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti jangkar
melengkung dan menjulang pada bakau Rhizophora spp., serta akar yang
mencuat vertikal seperti pensil pada pidada Sonneratia spp. dan pada api-api
Avicennia spp.
 memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di
pohonnya, khususnya pada Rhizophora;
 memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.

Sedangkan tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat yang unik


dan memiliki ciri-ciri khusus ekosistem mangrove, diantaranya adalah :
 tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya
tergenang pada saat pasang pertama;
 tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat;
 daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat;
 airnya berkadar garam (bersalinitas) payau hingga asin.

2.3 Zonasi hutan mangrouve


Daya adaptasi atau toleransi jenis tumbuhan mangrove terhadap kondisi
lingkungan yang ada mempengaruhi terjadinya zonasi atau permintakatan pada
kawasan hutan mangrove. Permintakatan jenis tumbuhan mangrove dapat dilihat
sebagai proses suksesi dan merupakan hasil reaksi ekosistem dengan kekuatan
yang datang dari luar seperti tipe tanah, salinitas, tingginya ketergenangan air dan
pasang surut.
Pembagian zonasi kawasan mangrove yang dipengaruhi adanya perbedaan
penggenangan atau perbedaan salinitas meliputi :

Pemanfaatan Sesbania grandiflora . ISTN 2018 | 3


2.3.1 Zona garis pantai,
Merupakan kawasan yang berhadapan langsung dengan laut. Lebar
zona ini sekitar 10-75 meter dari garis pantai dan biasanya ditemukan
jenis Rhizophora stylosa, R. mucronata, Avicennia marina dan Sonneratia
alba.
2.3.2 Zona tengah
Merupakan kawasan yang terletak di belakang zona garis pantai
dan memiliki lumpur liat. Biasanya ditemukan jenis Rhizophora
apiculata, Avicennia officinalis, Bruguiera cylindrica, B. gymnorrhiza, B.
parviflora, B. sexangula, Ceriops tagal, Aegiceras corniculatum,
Sonneratia caseolaris dan Lumnitzera littorea.
2.3.3 Zona belakang
Merupakan kawasan yang berbatasan dengan hutan darat. Jenis
tumbuhan yang biasanya muncul antara lain Achantus ebracteatus, A.
ilicifolius, Acrostichum aureum, A. speciosum. Jenis mangrove yang
tumbuh adalah Heritiera littolaris, Xylocarpus granatum, Excoecaria
agalocha, Nypa fruticans, Derris trifolia, Osbornea octodonta dan
beberapa jenis tumbuhan yang biasa berasosiasi dengan mangrove antara
lain Baringtonia asiatica, Cerbera manghas, Hibiscus tiliaceus, Sesbania
grandiflora, Ipomea pes-caprae, Melastoma candidum, Pandanus
tectorius, Pongamia pinnata, Scaevola taccada dan Thespesia populnea.
2.4 Manfaat Hutan Mangrouve
Manfaat dan Fungsi Hutan Magrove dalam kehidupan masyarakat yang
hidup di daerah pesisir sangat banyak sekali. Baik itu langsung dirasakan oleh
penduduk sekitar maupun peranan, manfaat dan fungsi yang tidak langsung dari
hutan mangrove itu sendiri.
 Mencegah intrusi air laut
Intrusi laut merupakan peristiwa perembesan air laut ke tanah daratan.
Intrusi laut dapat menyebabkan air tanah menjadi payau sehingga tidak baik
untuk dikonsumsi. Hutan Mangrove memiliki fungsi mengendapkan lumpur di
akar-akar pohon bakau sehingga dapat mencegah terjadinya Intrusi Air laut ke
daratan. Bayangkan jika air tanah kita menjadi asin, kita pasti akan kesusahan
mencari air untuk dikonsumsi.

Pemanfaatan Sesbania grandiflora . ISTN 2018 | 4


 Mencegah erosi dan abrasi pantai
Erosi merupakan pengikisan permukaan tanah oleh aliran air
sedangkan abrasi merupakan pengikisan permukaan tanah akibat hempasan
ombak laut. Hutan Mangrove memiliki akar yang efisien dalam melindungi
tanah di wilayah pesisir, sehingga dapat menjadi pelindung pengikisan tanah
akibat air.
 Pencegah dan penyaring alami
Jika diperhatikan hutan mangrove biasanya akan dipenuhi akar pohon
bakau dan berlumpur. Akar tersebut dapat mempercepat penguraian limbah
organik yang terbawa ke wilayah pantai. Selain pengurai limbah organik,
hutan mangrove juga dapat membantu mempercepat proses penguraian bahan
kimia yang mencemari laut seperti minyak dan diterjen, dan merupakan
penghalang alami terhadap angin laut yang kencang pada musim tertentu.
 Rumah dan sumber makanan bagi beberapa satwa
Hutan Mangrove adalah tempat tinggal yang cocok bagi banyak hewan
seperti biawak, kura-kura, monyet, burung, ular, dan lain sebagainya.
Beberapa jenis hewan laut seperti ikan, udang, kepiting dan siput juga banyak
tinggal didaerah ini. Akar tongkat pohon mangrove memberi zat makanan dan
menjadi daerah nursery bagi hewan ikan dan invertebrata yang hidup di
sekitarnya. Ikan dan udang yang ditangkap di laut dan di daerah terumbu
karang sebelum dewasa memerlukan perlindungan dari predator dan suplai
nutrisi yang cukup di daerah mangrove ini. Berbagai jenis hewan darat
berlindung atau singgah bertengger dan mencari makan di habitat mangrove.
 Pembentukan pulau dan stabilkan daerah pesisir
Hutan mangrove seringkali dikatakan pembentuk daratan karena
endapan dan tanah yang ditahannya menumbuhkan perkembangan garis pantai
dari waktu ke waktu. Pertumbuhan mangrove memperluas batas pantai dan
memberikan kesempatan bagi tumbuhan terestrial hidup dan berkembang di
wilayah daratan. Sebagai contoh, Buah vivipar yang terbawa air akan menetap
di dasar yang dangkal, dapat berkembang dan menjadi kumpulan mangrove di
habitat yang baru. Dalam kurun waktu yang panjang habitat baru ini dapat
meluas menjadi pulau sendiri.

Pemanfaatan Sesbania grandiflora . ISTN 2018 | 5


2.5 Sesbania Grandiflora ( Turi )
Turi (Sesbaniagrandiflora)merupakan pohon kecil anggota suku Fabaceae.
Tumbuhan dengan banyak kegunaan ini asalnya diduga dari Asia Selatan dan Asia
Tenggara, namun sekarang telah tersebar ke berbagai daerah tropis dunia.
Di banyak daerah, pohon ini dikenal sebagai turi (Jw., Sd., Tern., Tid.,
Hal., Sang., Alor); namun juga toroy (Md.), tuwi (Bl.), turing, suri (Sulut), tuli
(Tal.), palawu (Bima.), gala-gala (Timor), ngganggala, kalala (Rote), suri
(Mongondow.), uliango (Gorontalo.), tanunu (Sumba.), kayu jawa (Baree dan
Mks.), ajatulama (Bgs.). Nama inggrisnya, agathi, dipinjam dari namanya dalam
bahasa Bengali, agati.
Sesbania Grandiflora ditemukan juga hidup pada kawasan hutan
mangrouve yang merupakan suatu tumbuhan asosiasi yang biasa hidup di daratan
namun juga dapat tumbuh di kawasan hutan mangrouve. Tumbuhan ini hidup
pada zona belakang kawasan hutan mangrouve yaitu kawasan yang berbatasan
dengan hutan darat.
Spesies ini tersebar di India Timur sampai Australia. Di Indonesia,
tumbuhan ini ditanam sebagai tumbuhan hias di halaman-halaman rumah dan di
sawah-sawah sebagai tanaman pelindung. Ia dapat pula hidup pada tanah asam
dan kadang juga tumbuh subur di tanah berair. Akan tetapi, turi tidak baik ditanam
pada ketinggian lebih dari 1.500 mdpl. Turi biasanya digunakan sebagai tanaman
pelidung pohon rambatan bagi tanaman lada atau vanila.

2.5.1 Deskripsi
Turi merupakan pohon yang berkayu lunak dan berumur pendek.
Tingginya dapat mencapai 5-12 meter. Akarnya berbintil-bintil yang
gunanya untuk menyuburkan tanah. Bunganya besar dan keluar dari ketiak
daun. dan apabila mekar, berbentuk seperti kupu-kupu. Warna bunganya
ada yang merah dan ada juga yang putih. Ada juga yang berwarna
gabungan kedua-duanya. Letaknya menggantung dengan 2-4 bunga yang
bertangkai, dan kuncupnya berbentuk sabit.
Rantingnya menggantung, kulit luar berwarna kelabu hingga
kecoklatan. Kulit luarnya ini tidak rata dengan alur membujur dan
melintang tidak beraturan dengan lapisan gabus yang mudah terkelupas.
Pada bagian dalam, batangnya berlendir dan berair yang berwarna merah,
Pemanfaatan Sesbania grandiflora . ISTN 2018 | 6
dan rasanya pahit. Percabangan baru keluar apabila sudah panjangnya
sudah 5 meter.
Daunnya majemuk dan tersebar. Memiliki daun penumpu
sepanjang 1/2-1 cm. Anak daunnya bentuknya jorong memanjang, rata,
dan menyirip genap. Panjang daun 20-30 cm. Tangkainya pendek, dan
setiap tangkai berisi 20-40 pasang anak daun, Buahnya berbentuk polong,
meggantung, bersekat, dengan panjang 20-55 cm, sewaktu muda berwarna
hijau, dan sudah tua berwarna kuning keputih-putihan. Sedangkan bijinya
berbentuk bulat panjang, dan berwarna coklat muda.

2.5.2 Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Sesbania
Spesies : Sesbania grandiflora.L

Pemanfaatan Sesbania grandiflora . ISTN 2018 | 7


2.5.3 Manfaat
Turi ditanam untuk berbagai kegunaan diantaranya: peneduh, pagar
hidup, penahan angin, pohon rambatan, pohon hias, dan juga untuk
menghijaukan lahan kritis. Bintil-bintil akar pada turi mengikat nitrogen
dalam tanah, dan dengan demikian memperbaiki kesuburan tanah. Daun-
daun, bunga, dan buah yang berjatuhan menjadi mulsa dan pupuk hijau
yang baik. Karena pertumbuhannya yang cepat, turi sangat baik ditanam
sebagai tanaman untuk memulihkan kesuburan tanah.

Bidang kesehatan
 Pepagannya dapat dipergunakan sebagai obat. Kulit kayu diremas
dalam air atau direbus, dan airnya diminum untuk mengobati sariawan,
disentri, murus darah, atau diare pada umumnya. Namun jika terlalu
banyak dikonsumsi air rebusan akan bekerja sebagai emetikum.
 Kulit kayu yang berwarna merah dijual dengan nama kayu timor.
Karena terdapatnya kandungan tannin yang tinggi, maka dapat
digunakan untuk penyembuhan luka.
 Bunga pohon turi sering digunakan untuk memperlancar keluarnya asi
pada ibu menyusui ( laksativum ).
 Daunnya baik digunakan untuk mengatasi keputihan.

Bidang pangan
 Getah turi berfungsi sebagai penyamak dan pewarna, papagan turi
mengeluarkan getah bening yang akan mengeras menjadi gom, apabila
terkena udara. Gom ini dimanfaatkan sebagai pengganti gom arab, dan
digunakan dalam makanan dan perekat, di karimunjawa lendirnya
digunakan sebagai pewarna.
 Tanaman turi sebagai pakan ternak , daun daun turi juga dapat
dipergunakan untuk pakan ternak dan pupuk hijau.

Pemanfaatan Sesbania grandiflora . ISTN 2018 | 8


A. Menurut penelitian : Nur Wahidah, Muhammad Amir Masruhim, Mirhansyah
Ardana, “AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN TURI (Sesbania
grandiflora L.) TERHADAP MIKROBA Candida albicans dan Staphylococcus
aureus”, Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-2, Samarinda, 24-25
Oktober 2015
Bagian tanaman yang digunakan sebagai obat ialah bunga, daun dan kulit
batang. Bagian daun turi sendiri sering digunakan sebagai obat pereda nyeri, luka
dan keputihan. Menurut Dalimartha (2009), daun turi mengandung saponin, tanin,
glikoside, peroksidase, vitamin A dan B, serta berkhasiat mencairkan bekuan
darah, meredakan nyeri, pencahar ringan, dan meluruhkan kencing (diuretik).
Menurut Widyaningrum (2011), daun turi berkhasiat untuk mengobati
keseleo, memar akibat terpukul (hematoma), luka, keputihan (fluor albus), batuk,
hidung berlendir, sakit kepala, memperbanyak produksi asi, beri-beri, demam
nifas, dan radang tenggorokan. Dari kandungan tanin dan saponin, serta khasiat
pada daun turi sebagai obat luka dan keputihan, maka dilakukan pengujian
aktivitas antimikroba dari bagian daun tanaman turi tersebut.

Pengujian Aktivitas Antimikroba


Pengujian aktivitas antimikroba ekstrak daun turi dilakukan dengan
metode difusi agar menggunakan paper disk. Suspense mikroba sebanyak 0,02
mL dan medium NA sebanyak 10 mL untuk bakteri, medium PDA sebanyak 10
ml untuk jamur dimasukkan ke dalam cawan petri dengan metode tuang. Paper
disk direndam dalam ekstrak daun turi, kontrol negatifnya menggunakan aquades.
Kemudian diinkubasi selama 1x24 jam dengan suhu 37ºC untuk bakteri dan
diinkubasi selama 2x24 jam dengan suhu ruang untuk jamur.
Hasil Dan Pembahasan
Pengujian aktivitas antimikroba ekstrak daun turi terhadap bakteri
Staphylococcus aureus menggunakan konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20%, 25%,
30%, dan 35%. Sedangkan terhadap jamur Candida albicans menggunakan
konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5% dan 10%. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada
Gambar 1 dan Gambar 2.

Pemanfaatan Sesbania grandiflora . ISTN 2018 | 9


Gambar 1 dan Gambar 2 menunjukkan adanya aktivitas antimikroba ekstrak
daun turi yang dapat dilihat terbentuknya zona hambat pada bakteri dan zona bunuh
pada jamur. Dibandingkan dengan kontrol negative berupa aquades yang digunakan
untuk melarutkan ekstrak tidak terbentuk zona hambat ataupun zona bunuh. Hal ini
menyatakan bahwa zona hambat atau zona bunuh yang terbentuk tidak dipengaruhi
oleh pelarut ekstrak, tetapi dari ekstrak daun turi. Diameter zona hambat ataupun zona
bunuh dari aktivitas antimikroba ekstrak daun turi dapat dilihat pada tabel 1 dan 2.

Pemanfaatan Sesbania grandiflora . ISTN 2018 | 10


Aktivitas antimikroba ekstrak daun turi terhadap bakteri Staphylococcus
aureus dan jamur Candida albicans dapat disebabkan oleh adanya metabolit
sekunder seperti tanin, flavonoid dan saponin. Tanin mengkoagulasi protein
dinding sel sehingga aktivitas bakterisida dalam konsentrasi tinggi, sedangkan
saponin mengubah permeabilitas dinding sel sehingga memudahkan masuknya
bahan beracun atau merusak konstituen penting dari sel. Flavonoid merupakan
fenolik di alam, bertindak sebagai racun pada sitoplasma yang menghambat
aktivitas enzim (oyi, 2007).
Hasil konsentrasi terbaik menunjukkan bahwa konsentrasi terbaik ekstrak
daun turi sebagai antimikroba terhadap bakteri Staphylococcus aureus ialah 30%.
Karena pada konsentrasi 30% merupakan konsentrasi yang memberikan
kemampuan terbaik dalam menghambat bakteri Staphylococcus aureus
dibandingkan dengan konsentrasi lainnya.
Konsentrasi ekstrak yang berbeda menimbulkan zona hambat atau zona
bunuh yang berbeda pula. Zona hambat ekstrak daun turi terhadap bakteri
Staphylococcus aureus pada konsentrasi 30% memiliki diameter zona hambat
terbesar kemudian pada konsentrasi 35% menurun, begitu pula dengan zona

Pemanfaatan Sesbania grandiflora . ISTN 2018 | 11


bunuh ekstrak daun turi terhadap jamur pada konsentrasi 10% diameter rata-rata
zona bunuh menurun. Hal ini dapat disebabkan konsistensi bahan ekstrak sudah
hampir padat dan tingkat kelarutan dari ekstrak yang menurun sehingga zat aktif
yang terdapat dalam konsentrasi tersebut tidak efektif berdifusi ke dalam agar
sehingga didapatkan hasil daya hambat yang kurang atau menurun di konsentrasi
tertinggi (Putra, 2015). Menurut Sarjono (2007), dengan variasi konsentrasi yang
digunakan, aktivitas antimikroba awalnya akan meningkat sampai maksimal pada
konsentrasi tertentu, setelah diperoleh hambatan maksimal aktivitasnya akan turun
dan cenderung konstan.

B. Menurut penelitian : Ajeng Aryani, Subandiyono*, Titik Susilowati.


“PEMANFAATAN DAUN TURI (Sesbania grandiflora) YANG
DIFERMENTASI DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN
IKAN MAS (Cyprinus carpio)” Departemen Akuakultur Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro . 2018
Daun turi cukup potensial sebagai bahan pakan ikan alternatif sumber
karbohidrat bagi ikan herbivor maupun omnivor. Daun turi mengandung nutrisi
yang cukup baik yaitu protein kasar 31,29%, lemak kasar 7,57%, serat kasar
27,88%, abu 7,34%, serta bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 28,02%.
Kandungan serat kasar yang tinggi pada daun turi sulit dicerna oleh ikan. Upaya
yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah melalui proses
fermentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan tepung
daun turi yang telah difermentasi kedalam pakan buatan terhadap pertumbuhan
benih ikan mas (Cyprinus carpio).
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali pengulangan.
Perlakuan A, B, C dan D dengan konsentrasi masing-masing 0%, 5%, 10% dan
15%. Data yang diamati meliputi protein efisiensi rasio (PER), dan laju
pertumbuhan relatif (RGR)
Materi dan perlakuan
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian adalah ikan mas (Cyprinus
carpio) yang berasal dari Balai Benih Ikan Air Tawar (BBIAT) Ambarawa,
Kabupaten Semarang. Ikan uji yang digunakan berjumlah 120 ekor dengan bobot
rata-rata 3,57±0,47 g/ekor.
Pemanfaatan Sesbania grandiflora . ISTN 2018 | 12
Pakan uji yang diberikan pada ikan uji selama penelitian adalah pakan
buatan. Metode pemberian pakan adalah at satiation dengan frekuensi pemberian
pakan sebanyak 2 kali sehari yaitu pukul 08.00 dan 16.00. Penelitian ini dilakukan
secara eksperimental, menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan dan 3 kali pengulangan. Adapun perlakuan dalam penelitian adalh
sebagai berikut:
A : Pakan buatan dengan kandungan tepung daun turi yang difermentasi 0%.
B : Pakan buatan dengan kandungan tepung daun turi yang difermentasi 5%.
C : Pakan buatan dengan kandungan tepung daun turi yang difermentasi 10%.
D : Pakan buatan dengan kandungan tepung daun turi yang difermentasi 15%.
Hasil Dan Pembahasan
 Protein Efisiensi Rasio
Protein Efisiensi Ratio (PER) merupakan nilai yang menunjukkan jumlah
bobot ikan yang dihasilkan dari tiap unit berat protein dalam pakan dengan asumsi
bahwa semua protein digunakan untuk pertumbuhan.

Berdasarkan hasil penelitian, nilai PER penambahan fermentasi tepung


daun turi kedalam pakan buatan ikan mas (C. carpio) hasil tertinggi pada
perlakuan D sebesar 1,51% dan hasil terendah pada perlakuan A sebesar 1,12%.
Berdasarkan analisis ragam rasio efisiensi protein berpengaruh nyata
(Fhitung>Ftabel), hal ini diduga disebabkan karena komposisi protein setiap
perlakuan berbeda. Menurut Taqwdasbriliani et al. (2013), nilai PER dipengaruhi

Pemanfaatan Sesbania grandiflora . ISTN 2018 | 13


oleh kemampuan ikan untuk mencerna pakan. Kemampuan ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu komposisi pakan, dimana semakin tinggi protein yang
dimanfaatkan oleh tubuh maka protein yang dimanfaatkan semakin efisien.

 Laju pertumbuhan relative

Hasil laju pertumbuhan relatif tertinggi pada perlakuan D sebesar


3,21%/hari dan hasil laju pertumbuhan relatif terendah pada perlakuan A (tanpa
penambahan fermentasi tepung daun turi) sebesar 2,18%/hari. Hal ini diduga
penambahan fermentasi tepung daun turi dapat meningkatkan nilai RGR pada ikan
mas (C. carpio).
Hal ini diduga karena hasil fermentasi tepung turi pada perlakuan B, C dan
D dapat meningkatkan kandungan protein dan karbohidrat, sehingga dapat di
manfaatkan secara optimal sebagai sumber energi. Menurut Rosmawati (2005),
bahwa karbohidrat yang cukup akan mencegah penggunaan protein untuk energi,
sehingga protein yang ada dapat lebih dimanfaatkan untuk pertumbuhan.
Pertumbuhan ikan yang relatif lambat disebabkan karena adanya kandungan
energi pakan khususnya yang berasal dari karbohidrat dan lemak yang tidak cukup
untuk proses metabolisme.

Pemanfaatan Sesbania grandiflora . ISTN 2018 | 14


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sesbania Grandiflora dapat hidup pada tanah asam dan kadang juga tumbuh subur
di tanah berair. ia ditemukan hidup pada kawasan hutan mangrouve yang merupakan
suatu tumbuhan asosiasi yang biasa hidup di daratan namun juga dapat tumbuh di
kawasan hutan mangrouve. Tumbuhan ini hidup pada zona belakang kawasan hutan
mangrouve yaitu kawasan yang berbatasan dengan hutan darat.
Dilihat dari bidang kesehatan, Ekstrak daun turi memiliki aktivitas antimikroba,
terlihat dari zona hambat yang terbentuk. Konsentrasi terbaik terdapat pada konsentrasi
30% pada bakteri Staphylococcus aureus, dan konsentrasi 5% pada jamur Candida
albicans.
Dilihat dari bidang pangan, Penambahan tepung daun turi (Sesbania grandiflora)
fermentasi pada pakan buatan berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap laju pertumbuhan
relative ikan mas ( C. carpio ). Perlakuan dengan penambahan tepung turi fermentasi 15%
(perlakuan D) memberikan nilai PER dan RGR yang lebih tinggi, dengan nilai masing
masing 1,51% dan 3.21%.

Pemanfaatan Sesbania grandiflora . ISTN 2018 | 15

Anda mungkin juga menyukai