Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Ada tiga kategori utama anestesi yaitu anestesi umum, anestesi regional dan anestesi
lokal. Masing-masing memiliki bentuk dan kegunaan. Seorang ahli anestesi akan menentukan
jenis anestesi yang menurutnya terbaik dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian
dari masing-masing tindakannya tersebut.
Anestesi umum adalah suatu keadaan meniadakan nyeri secara sentral yang dihasilkan
ketika pasien diberikan obat-obatan untuk amnesia, analgesia, kelumpuhan otot, dan sedasi.
Pada. Anestesi memungkinkan pasien untuk mentolerir tindakan pembedahan yang dapat
menimbulkan rasa sakit tak tertahankan, yang berpotensi menyebabkan perubahan fisiologis
tubuh yang ekstrim dan menghasilkan keadaan yang tidak menyenangkan.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang rawan sendi rawan sendi, tulang
rawan epifisis, baik bersifat total ataupun parsial. Trauma penyebab fraktur dapat berupa
trauma langsung atau tidak langsung. Penderita trauma yang datang ke rumah sakit tak jarang
dijumpai dengan trauma wajah dan sebagian besar melibatkan mandibula. Trauma yang
melibatkan mandibula disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, olahragawan
dan menyebabkan gangguan fungsi bicara mengunyah dan deformitas wajah. Klinis fraktur
mandibula berupa maloklusi gigi atau pergerakan abnormal dari bagian-bagian mandibula pada
saat buka mulut. Fraktur mandibula dua kali lebih banyak pada kecelakaan lalu lintas.
Penanganan trauma wajah serius sering terlambat oleh karena menunggu stabilnya jalan
napas dan hemodinamik, penanganan trauma serius lainnya seperti trauma kepala, dada dan
skeletal. Hal-hal tersebut masih merupakan masalah dalam penanganan trauma wajah tepat
waktu.
Berikut ini akan dilaporkan kasus pada pasien seorang wanita usia 22 tahun yang
didagnosis dengan yang akan dilakukan tindakan closed reduction dengan pemasangan arch
bar dengan teknik anestesi general di RSUD Undata.
BAB III
TINJAUAN KASUS

1. IDENTITAS PENDERITA
 Nama : Nn. N
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Usia : 22 tahun
 Berat Badan : 62 kg
 Agama : Islam
 Alamat : Jl. Tombolotutu
 Ruangan : Aster
 Tanggal Operasi : 25/ 06/ 2018

2. ANAMNESIS
 Keluhan Utama : Patah pada kedua gigi depan atas dan bawah
 Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien masuk dengan keluhan patah pada
kedua gigi depan atas dan depan bawah. Keluhan tersebut dialami pasien sejak 4
hari yang lalu oleh karena kecelakaan lalu lintas. Selain itu pasien juga
mengalami nyeri pada rahang bawah sebelah kiri terutama pada saat membuka
mulut. Nyeri kepala (-), batuk (-), flu (-). Kejang (-). Mual (-), muntah (-). BAK (+)
biasa. BAB lancar.
 Riwayat Penyakit Sebelumnya
o Riwayat alergi (-)
o Riwayat asthma (-)
o Riwayat penyakit jantung (-)
o Riwayat operasi sebelumnya (-)

3. PEMERIKSAAN FISIK
 Status Generalis
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis (GCS E4 V5 M6)
Berat Badan : 62 kg
Status Gizi : Gizi Baik
 Primary Survey
Airway : Paten
Breathing : Respirasi 22 kali/menit
Circulation : Nadi : 86 kali/menit, regular, kuat angkat,

 Secondary Survey
Kepala :
- Bentuk : Normocephal (+)
- Rambut : Warna hitam, rontok (-)
- Wajah : Simetris, bengkak pada rahang sebelah kiri disertai nyeri tekan,
malposisi incicivus atas kanan dan kiri serta malposisi incicivus bawah
kanan dan kiri disertai laserasi gusi di sekitarnya
- Kulit : Sianosis (-), massa (-), turgor < 2 detik.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),palpebra edema (-), ptosis (-),
kalazion (-)
Pupil : Bentuk isokor, bulat, diameter ± 3mm/3mm, refleks cahaya
langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+).
Mulut &Faring : Bibir : Sianosis (-), pucat (-)
Lidah : Deviasi lidah (-), lidah kotor (-), tremor (-)
Malampati : 2
Leher :Inspeksi : Jaringan parut (-), massa (-)
Palpasi : Pembengkakan kelenjar limfe dan tiroid (-)
` Trakhea : Deviasi trakhea (-)
Thorax
 Inspeksi : Normochest, retraksi (-), massa (-), cicatrix (+)
 Palpasi : Ekspansi paru simetris kiri dan kanan, fremitus taktil kesan normal.
 Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
 Auskultasi : Vesicular +/+, bunyi tambahan (-).
Jantung
 Inspeksi : lctus cordis tidak tampak
 Palpasi : lctus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula (s)
 Perkusi : Batas atas : SIC II linea parasternal dextra et sinistra
Batas kanan : SIC V linea parasternal dextra
Batas kiri : SIC V linea midclavicula sinistra
 Auskultasi : Bunyi jantung I/II reguler murni, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
 Inspeksi : Bentuk cembung, massa (+).
 Auskultasi : Peristaltik (↓) kesan abnormal,
 Perkusi : Timpani (+) diseluruh kuadran abdomen.
 Palpasi : massa (-), Nyeri tekan (+)
Genitalia : Dalam batas normal.
Ekstremitas :
Atas : Edema (-), Akral dingin (-/-), refleks fisiologis normal, kekuatan 5/5,
tonus normal.
Bawah : Edema (-), Akral dingin (-/-), refleks fisiologis normal, kekuatan 5/5, tonus
normal.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Parameter Hasil Satuan Range Normal
RBC 5,01 106/mm3 3,80-5,20
Hemoglobin (Hb) 10,7 g/dL 11,7-15,5
Hematokrit 38,1 % 37,0-47,0
PLT 398 103/mm3 150-500
WBC 9,0 103/mm3 4,0-10,0
CT 7’ Menit 4-10
BT 2’3’’ Menit 1-5
HbsAg Non Reaktif Non Reaktif

 Foto Rontgen Kepala posisi AP dan Lateral


Kesan fraktur angulus dan dento alveolar mandibula

5. DIAGNOSIS
Fraktur Multiple Os Mandibula

6. PENATALAKSANAAN
- Jalan nafas (airway) , pernafasan (breathing), sirkulasi darah termasuk penanganan
syok (circulaation)
- Terapi definitif cleosed reduction dengan pemasangan arc bar dan wire
Dilakukan operasi dengan general anestesi dengan status ASA II

7. KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka:
Diagnosis Pre Operatif : Fraktur Multiple Os Mandibula
Status Operatif : ASA II, Mallampati 2
Jenis Operasi : circumferential wiring
Jenis Anastesi : General Anastesi

8. LAPORAN ANESTESI
1) Diagnosis Pra Bedah
Fraktur Multiple Os Mandibula
2) Diagnosis Pasca Bedah
Fraktur Multiple Os Mandibula
3) Penatalaksanaan Preoperasi
Infus RL 350 cc
4) Penatalaksanaan Anestesi
a. Jenis Pembedahan : Circumferential wiring
b. Jenis Anestesi :General Anestesi
c. Teknik Anestesi : General Anastesi dengan tekhnik semi closed circuit
system dengan menggunakan ETT Ø ukuran 6.0
d. Mulai Anestesi : 26 Juli 2018, pukul 11.30 WITA
e. Mulai Operasi : 26 Juli 2018, pukul 11.35 WITA
f. Premedikasi : Midazolam 2 mg, Dexamethasone 5 mg,
g. Induksi : Fentanyl 4mg, Propofol 100mg, Rocuronium 25 mg
h. Maintanance : O2 2 lt, N2O 2 lt ,Sevofluran 2 lt
i. Intubasi : Endotracheal TubeØukuran 6
j. Respirasi : Pernapasan spontan
k. Posisi : Supinasi
l. Cairan Durante Operasi : RL 500 ml
m. Pemantauan Tekanan Darah dan HR : Terlampir
n. Selesai operasi : 12.35 WITA

9. PLANNING
 PRE-OPERATIF
Anamnesis Pre Operasi (25/6/2017) : Alloanamnesis pada pasien.
 Allergies : Pasien tidak mempunyai riwayat alergi makanan dan obat-obatan.
Pasien memiiki riwayat asma
 Medications : -
Pemeriksaan Fisik Pre Operasi:
 B1 (Breath):Airway : bebas, gurgling/snoring/crowing:-/-/-, RR: 22 x/mnt,
Mallampati : 2, JMH: 4 cm, , Riwayat asma (+) alergi (-), batuk (-), sesak (-)
leher pendek (-), gerak leher bebas, tonsil (T1-T1), faring hiperemis (-),
pernapasan bronkovesikular (+/+), suara pernapasan tambahan ronchi (-/-),
wheezing (-/-)
 B2 (Blood):Akral : Hangat, mmHg, HR : 86 x/mnt, reguler, masalah pada sistem
cardiovaskuler (-).
 B3 (Brain):kesadaran : CM, Pupil: isokor Ø 2 mm / 2mm, RC +/+
 B4 (Bladder):BAK (+), frekuensi 5-6 kali sehari warna : kuning jernih
 B5 (bowel) Abdomen: peristaltik (+), Mual (-), muntah (+). Nyeri tekan (+)
 B6 Back & Bone : edema pretibial (-)
 Mallampati :2
 ASA : II
Di Ruangan :
Surat persetujuan operasi (+), surat persetujuan tindakan anestesi (+), site mark (+)
 Puasa: (+) 8 jam preop
 IVFD RL 20 tpm selama puasa

Di Kamar Operasi :
Hal-hal yang perlu dipersiapkan di kamar operasi antara lain adalah:
 Meja operasi dengan asesoris yang diperlukan
 Mesin anestesi dengan sistem aliran gasnya
 Alat-alat resusitasi (STATICS)
 Obat-obat anestesia yang diperlukan.
 Obat-obat resusitasi, misalnya; adrenalin, atropine, aminofilin, natrium bikarbonat
dan lain-lainnya.
 Tiang infus, plaster dan lain-lainnya.
 Alat pantau tekanan darah, nadi dan saturasi oksigen.
 Alat-alat pantau yang lain dipasang sesuai dengan indikasi, misalnya; “Pulse
Oxymeter” dan “Capnograf”.
 Kartu catatan medic anestesia
 Selimut penghangat khusus untuk bayi dan orang tua.

 INTRA OPERATIF
Laporan Anestesi Durante Operatif
1. Jenis anestesi : Anestesi umum (General Anestesi)
2. Teknik anestesi : Intubasi Endotrakeal
3. Obat : Sevoflurane
4. E.T.T No. : 6.0
5. Lama anestesi : 11.30 – 12.40 ( 65 menit)
6. Lama operasi : 11.35 – 12.35 ( 60 menit)
7. Anestesiologi : dr. Sofyan Bulango, Sp.An
8. Ahli Bedah : dr. Ghazali, Sp.BM
9. Infus : 1 line di tangan kanan

Laporan Monitoring Anestesi


Frekuensi
Saturasi
Jam denyut Terapi
oksigen
nadi

11.30 131 Midazolam 2 mg,


100
Dexamethasone 5 mg
Fentanyl 4 mg, Propofol 50
11.35 148 100 mg
Pemasangan ETT no..6 ,
11.40 129 100 Rocuronium 25 mg,
sevoflurane 4 %
11.45 157 100

11.50 126 100

11.55 150 100

12.00 141 100

12.05 120 100

12.10 132 100

12.15 158 100

12.20 127 100

12.25 132 100

12.30 139 100

13.35 153 100

12.40 141 100

12.45 138 100


Monitoring Anastesi
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
11.30 11.35 11.40 11.45 11.50 11.55 12.00 12.05 12.10 12.15 12.20 12.25 12.30 13.35 12.40 12.45

NADI

Keterangan :
: Mulai anestesi
: Mulai operasi
: Operasi selesai
: Anestesi selesai (sign out)

 TERAPI CAIRAN :
BB : 62 kg
EBV : 65 cc/kg BB x 62 kg = 4030 cc
Jumlah perdarahan : ± 100 cc
Pemberian Cairan
 Cairan masuk :
- Pre operatif : Kristaloid RL 350 cc
- Durante operatif:
o Kristaloid RL 1000
Total input cairan : 1350 cc
 Cairan keluar :
Durante operatif
- Perdarahan ± 100 cc
- Urin 100cc
Total output cairan :± 200 cc

PERHITUNGAN CAIRAN
a. Input yang diperlukan selama operasi
1. Cairan Maintanance (M) : 100 ml x 62 kg = 6200 ml/24 jam = 258,5ml/jam
2. Cairan defisit pengganti puasa (P) : lama puasa x maintenance = 8 x 258,5 =
2068 ml – 350 ml (cairan yang masuk saat puasa) = 1718ml
3. Stress Operasi Besar : 8 cc x 62 kg = 496 cc
4. Cairan defisit darah selama operasi ( Darah = 100 ml x 3 = 300 ml )

Total kebutuhan cairan selama 60 menit operasi = (258,5 x 1 ) +300 + 496 =


1054,5 ml
b. Cairan masuk :
Kristaloid : 1000 ml
Whole blood : -
Total cairan masuk : 1000 ml
c. Keseimbangan kebutuhan:
Cairan masuk – cairan dibutuhkan = 1000 ml – 1054,5 ml = -54,5 ml
d. Perhitungan cairan pengganti darah :
Untuk mengganti kehilangan darah 100 cc diperlukan ± 300 cairan kristaloid.

 POST OPERATIF
1. Nadi, pernapasan, aktivitas motorik.
2. Memasang O2 2 L/menit nasal kanul.
3. Memberikan antibiotik profilaksis, antiemetik, H2 reseptor bloker dan analgetik.
Nadi : 80 x/menit
RR: 22 x/menit
GCS E4V5M6, KU baik
Skor pemulihan pasca anestesi
Steward score
Pergerakan = Gerak bertujuan (2)
Pernafasan = Batuk (2)
Kesadaran = Menangis (2)
Skor steward = 6
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada dasarnya baik pada anak maupun dewasa tujuan anestesi adalah sama, yaitu
menghilangkan rasa sakit dan membuat nyaman pasien selama operasi berlangsung dan
setelahnya. General anesthesia merupakan jenis anestesi yang sering digunakan untuk pasien
yang akan menjalani operasi. Selama operasi berlangsung, tanda vital akan dipantau melalui
monitor fungsi tubuh secara umum yaitu denyut nadi, nafas, dan saturasi oksigen. Selain itu,
intubasi diperlukan untuk membuka jalan nafas pada anestesi umum.
Anastesi yang digunakan pada kasus ini adalah dengan general anastesi dimana lebih
menguntungkan pada kasus ini. Sedangkan tekniknya dengan menggunakan intubasi
endotrakeal, Teknik anestesinya semi closed inhalasi dengan pemasangan endotrakheal tube Ø
ukuran 6. karena dengan teknik ini saturasi oksigen bisa ditingkatkan, jalan napas terjaga bebas,
dan dosis obat anestesi dapat dikontrol dengan mudah.
Sebelum dilakukan operasi, pasien diperiksa terlebih dahulu, meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang untuk menentukan status fisik (ASA), serta
ditentukan rencana jenis anestesi yang akan dilakukan yaitu general anestesi dengan intubasi.
Setelah dilakukan pemeriksaan tentang keadaan umum Pada pasien ini, pemeriksaan fisik
ataupun laboratorium tidak menunjukkan adanya gangguan yang dapat menjadi kontraindikasi
dilakukannya tindakan dan pasien tergolong dalam status fisik ASA II
Sebelum dilakukan operasi pasien diberikan cairan RL 350 CC. Pemberian cairan pre
operatif ini bertujuan untuk mengganti hilangnya cairan selama 8 jam puasa yang dilakukan
sebelum operasi.Pemberian maintenance cairan sesuai dengan berat badan pasien yaitu 6200
cc/24 jam, sehingga kebutuhan cairan maintenance pasien selama operasi adalah sekitar 258,5
cc. Sebelum dilakukan operasi pasien dipuasakan selama 8 jam.Tujuan puasa untuk mencegah
terjadinya aspirasi isi lambung karena regurgitasi atau muntah pada saat dilakukannya tindakan
anestesi akibat efek samping dari obat-obat anastesi yang diberikan sehingga refleks laring
mengalami penurunan selama anestesia. Penggantian puasa juga harus dihitung dalam terapi
cairan ini yaitu 8 x maintenance. Sehingga kebutuhan cairan yang harus dipenuhi selama 8
jam ini adalah 2068 cc/8jam.
Pemberian tampon setelah intubasi untuk menghindari pendarahan dan serpihan tulang
masuk ke jalan nafas. Premedikasi yang diberikan pada pasien ini bergantung pada kondisi dan
riwayat penyakit pasien dari anamnesis diketahui bahwa pasien memiliki riwayat asma,
olehnya itu sedapat mungkin dihindari pemberian premedikasi yang dapat merangsang
bronkokonstriksi.
Pada pasien ini tidak diberikan Petidine pada premedikasi karena diketahui Petidine
dapat merangsang bronkokonstriksi. Persiapan sebelum operasi pada pasien ini diberikan
premedikasi berupa midazolam 2 mg (0,05-0,1 mg/kgBB) intravena dan fentanyl 50 mcg.
Kemudian ditambahkan pemberian injeksi dexamethasone intravena 5mg untuk mencegah
mengurangi kejadian timbulnya reaksi alergi selama dilakukan anestesi dan pembedahan
karena pasien memiliki riwayat asma.
Pada kasus ini, obat obatan medikasi tambahan yang diberikan adalah Midazolam 2 mg
untuk efek sedatif. Midazolam merupakan golongan benzodiazepin merupakan agen obat
antiansietas yang bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor di beberapa tempat di sistem
saraf pusat termasuk sistem limbik dan formatio retikularis, menghasilkan efek sedasi yang
dimediasi oleh sistem reseptor GABA, meningkatkan permeabilitas membran neuron yaitu
pertukaran ion Cl- sehingga menghambat efek inhibisi GABA. Kemudian pasien diberikan
Fentanil 4 mg intravena digunakan sebagai analgesi opioid. Fentanil adalah analgesik narkotik
yang poten, bisa digunakan sebagai tambahan untuk general anastesi yang memiliki kerja cepat
dan efek durasi kerja kurang lebih 30 menit setelah dosis tunggal.
Induksi anastesia dilakukan dengan pemberian propofol 100 mg (2-2,5 mg/kgBB)
(intravena), setelah refleks bulu mata menghilang segera dilakukan pemasangan ETT no.6
setelah itu tambahkan rocuronium (roculax) 25mg, (0,6-1,2 mg/kgBB) sebagai pelumpu otot
untuk mempermudah intubasi endotrakea dan memberikan relaksasi otot rangka selama
pembedahan.
Pemeliharaan atau maintanance adalah tahapan dimana pembedahan dapat berlangsung
dengan baik (untuk para ahli bedah). Yang digunakan adalah anestesi inhalasi sebab eksresinya
melalui sistem respirasi sehingga dengan adanya gangguan fungsi ginjal tidak akan merubah
obat-obat tersebut, obat-obat yang bisa dipakai antara lain isoflouran, halotan, desfluran, dan
sevofluran. Pada pasien ini digunakan pemeliharaan dengan Isofluran. Isofluran adalah obat
anestesi isomer dari enfluran, merupakan cairan tidak berwarna dan berbau tajam,
menimbulkan iritasi jalan nafas jika dipakai dengan konsentrasi tinggi menggunakan sungkup
muka. Tidak mudah terbakar, tidak terpengaruh cahaya dan proses induksi dan pemulihannya
relatif cepat dibandingkan dengan obat-obat anestesi inhalasi yang ada pada saat ini tapi masih
lebih lambat dibandingkan dengan sevofluran.
Efek depresinya terhadap SSP sesuai dengan dosis yang diberikan. Pada dosis anestesi
tidak menimbulkan vasodilatasi dan perubahan sirkulasi serebrum serta mekanisme
autoregulasi aliran darah otak tetap stabil. Kelebihan lain yang dimiliki oleh isofluran adalah
penurunan konsumsi oksigen otak. Sehingga dengan demikian isofluran merupakan obat
pilihan untuk anestesi pada kraniotomi, karena tidak berperngaruh pada tekanan intrakranial,
mempunyai efek proteksi serebral dan efek metaboliknya yang menguntungkan pada tekhnik
hipotensi kendali.
Sebelum dilakukan intubasi diberikan pelumpuh otot terlebih dahulu yakni bisa
digunakan golongan non depolarisasi seperti yang diberikan pada pasien ini yaitu tramus 2 mg,
non-depolarising agent bekerja antagonis terhadap neurotransmitter asetilkolin melalui ikatan
reseptor site pada motor-end-plate. Dapat digunakan pada berbagai tindakan bedah dan untuk
memfasilitasi ventilasi terkendali. Intubasi endotrakeal biasanya sudah dapat dilakukan dalam
90 detik setelah injeksi intravena 0,5 – 0,6 mg/kg.
Setelah pelumpuh otot bekerja barulah dilakukan intubasi dengan laringoskop blade
lengkung yang disesuaikan dengan anatomis leher pasien dengan metode chin-lift dan jaw-trust
yang berfungsi untuk meluruskan jalan nafas antara mulut dengan trakea. Setelah jalan nafas
dalam keadaan lurus barulah dimasukkan pipa endotrakeal. Pada pasien ini digunakan ETT
dengan cuff nomor 6.0. Pemasangan ETT pada pasien ini 1 kali dilakukan.
Setelah ETT terfiksasi dilaksanakan pembedahan yang diikuti dengan rumatan atau
yang biasa dikenal dengan maintenance menggunakan O2 + Sevoflurane ditambah dengan
pemberian cairan parenteral yakni kristaloid untuk mensubstitusi cairan, baik darah maupun
cairan tubuh lainnya, yang keluar selama pembedahan.
Beberapa saat setelah pasien dikeluarkan dari ruang operasi, didapatkan pada
pemeriksaan fisik nadi 80 x/menit, dan laju respirasi 22 x/menit.
BAB V
KESIMPULAN

Pemeriksaan pra anestesi memegang peranan penting pada setiap operasi yang melibatkan
anestesi.Pemeriksaan yang teliti memungkinkan kita mengetahui kondisi pasien dan
memperkirakan masalah yang mungkin timbul sehingga dapat mengantisipasinya.
Pada kasus ini dilakukan penatalaksanaan anestesi umum dengan teknik intubasi
endotrakeal dengan ETTØ ukuran 6.0 pada operasi fraktur os.mandibula pada pasien
perempuan, usia 22 tahun, status fisik ASA II. Indikasi dilakukannya teknik intubasi adalah
untuk patensi jalan napas, menjamin ventilasi, oksigenasi yang adekuat dan menjamin
keutuhan jalan napas.
Untuk mencapai hasil maksimal dari anestesi seharusnya permasalahan yang ada
diantisipasi terlebih dahulu sehingga kemungkinan timbulnya komplikasi anestesi dapat
ditekan seminimal mungkin.
Dalam kasus ini selama operasi berlangsung tidak ada hambatan yang berarti baik dari segi
anestesi maupun dari tindakan operasinya.Selama di ruang pemulihan juga tidak terjadi hal
yang memerlukan penanganan serius.Secara umum pelaksanaan operasi dan penanganan
anestesi berlangsung dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. GwinnuETT CL. 2014. Catatan Kuliah Anestesi Klinis Edisi 3. Penerbit EGC: Jakarta
2. Dobson MB. 2012. Penuntun Praktis Anestesi. Penerbit EGC: Jakarta
3. Karjadi W. 2000. Anestesiologi dan Reanimasi Modul Dasar Untuk Pendidikan
Kedokteran. DIKTI: Jakarta
4. Orebaugh SL. 2007. Atlas Of Airway Management Techniques and Tools.
Philadelphia: LippincoETT, Williams, and Wilkins.
5. Morgan GE et al. Clinical Anesthesiology. 4th edition. New York: Lange Medical Book.
2006.

Anda mungkin juga menyukai