Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Studi Sosiologi (S1) dan mencapai gelar Sarjana
Sosiologi
Oleh
UMMI BAROKAH
040910302020
PERSEMBAHAN
1. Ibunda Zaitun Raji dan Ayahanda Wasil tercinta, doa yang selalu kau
panjatkan pada Ilahirobbi dan perjuanganmu membuat penulis semangat dan
tegar dalam menjalani kehidupan ini;
2. Suamiku Dwi Harianto, dan Kedua kakakku Zef Rizal, SE.MM beserta
istrinya Mbak Rukmiati dan Ali Basah beserta istrinya Mbak Azizah, tercinta
yang selalu memotivasi penulis untuk tetap semangat menyelesaikan skripsi
ini;
3. Guru-guruku sejak TK sampai Perguruan Tinggi terhormat yang telah
memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh kesabaran.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
MOTTO
PENGESAHAN
Tim Penguji:
Ketua, Sekretaris,
Anggota,
Mengesahkan
Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik,
PERNYATAAN
UMMI BAROKAH
040910302020
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
RINGKASAN
Secara agama Islam meminjamkan uang dengan bunga sangat dilarang karena hal
ini termasuk riba. Namun pada kenyataannya mabudhu’pesse masih dilakukan
oleh penduduk di Desa Branta Pesisir. Oleh karena itu perlu diketahui faktor
penyebab individu bekerja mabudhu’pesse. Tujuan dari penelitian ini Pertama
adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis latar belakang perkembangan
mabudhu’pesse. Kedua untuk mendeskripsikan dan menganalisis aktivitas
mabudhu’pesse dilakukan. Ketiga untuk mendeskripsikan dan menganalisis
tentang faktor-faktor yang menyebabkan pelaku (oreng se maenjham) bekerja
mabudhu’pesse.
Penelitian ini dilakukan di Desa Branta Pesisir yang nantinya data yang diperoleh
akan menjadi data primer, sedangkan penelitian di luar pelaku oreng se maenjham
(orang yang memberi pinjaman) akan menjadi data tambahan. Data tambahan ini
diperoleh melalui informasi dari masyarakat yang ada di sekitarnya yang tidak
bekerja sebagai pelaku mabudhu’pesse seperti : aparatur desa, dan pengada’ serta
oreng se ngenjham (orang yang meminjam). Data diperoleh melalui teknik
purposif sampling. Informan yang dijadikan objek penelitian sudah ditentukan
berdasarkan kebutuhan penelitian. Data-data yang diperoleh melalui observasi
langsung ke lokasi penelitian yaitu Desa Branta Pesisir dan para peminjam (oreng
se ngenjham). Dalam menggali informasi dari para informan, dilakukan dengan
cara wawancara mendalam yaitu melalui percakapan. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif yang bergerak pada aspek pemahaman gejala sosial budaya.
Hasil dari penelitian ini antara lain: Pertama bahwa perkembangan
mabudhu’pesse diawali adanya kebutuhan masyarakat khususnya nelayan akan
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
uang tunai; rumitnya prosedur meminjam ke BKD dan tidak adanya KUD. Kedua,
aktivitas mabudhu’pesse yaitu pelaku meminjamkan dalam bentuk uang dengan
jenis kredit tujuh puluh hari (suku bunga 40%), enam puluh lima hari (suku bunga
30%), lima puluh lima hari (suku bunga 10%), dan waktu yang digunakan pelaku
menagih orang yang meminjam yaitu terjadi pada pagi dan sore hari. Pelaku
mabudhu’pesse yaitu oreng se maenjham (orang yang memberikan pinjaman)
dibantu oleh pengada’ yang berfungsi sebagai perantara dan penagih. Ketiga,
penyebab pelaku (oreng se maenjhem) bekerja mabudhu’pesse disebabkan dua
faktor yaitu faktor ekonomi dan faktor sosial. Faktor ekonomi terdiri dari: 1)
terbatasnya peluang usaha; 2) untuk menambah pendapatan; 3) peluang usaha
yang paling menguntungkan. Sedangkan faktor sosial terdiri dari: 1) nilai
kepercayaan; 2) meniru keberhasilan orang lain.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... ii
HALAMAN MOTTO .................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ v
HALAMAN KATA PENGANTAR .............................................................. vi
HALAMAN RINGKASAN ........................................................................... viii
HALAMAN DAFTAR ISI............................................................................ x
HALAMAN DAFTAR TABEL .................................................................... xii
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ............................................................ xiii
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 5
1.3 Fokus Kajian ................................................................................... 6
1.4 Tujuan dan Manfaat ....................................................................... 7
1.3.1 Tujuan................................................................................... 7
1.3.2 Manfaat................................................................................. 7
BAB 2. METODE PENELITIAN ................................................................. 8
2.1 Lokasi Penelitian .......................................................................... 8
2.2 Desain Penelitian .......................................................................... 8
2.3 Teknik Penentuan Informan ....................................................... 9
2.4 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 11
2.5 Uji Keabsahan Data ..................................................................... 13
2.6 Teknik Analisis Data .................................................................... 14
2.7 Proses Penelitian........................................................................... 16
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
DAFTAR TABEL
BAB 1. PENDAHULUAN
“Sistem ijon merupakan suatu bentuk pinjaman yang dapat dibayar kembali
dengan hasil pertanian. Selain hasil pertanian pinjaman juga bisa dibayar
dengan bahan makanan yang sudah diproses, hasil kerajinan, bahkan tenaga.
Tetapi dalam sistem ini pembayaran yang lebih diutamakan adalah padi.
Sistem uang tunai merupakan suatu bentuk pinjaman yang dibayar kembali
dalam bentuk uang tunai dengan tambahan bunga. Bunga yang ditawarkan
oleh rentenir biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan lembaga keuangan
formal. Sistem uang tunai itu sendiri ada beberapa paket. Paket-paket yang
ditawarkan oleh rentenir antara lain: paket kredit rolasan (dua belas hari),
patlikuran (dua puluh empat hari) telung puluhan (bulanan) swidakkan (dua
bulanan) dan setahunan.”
Pamekasan, baik itu juragan darat, juragan laut dan anak buah kapal. Di samping
fluktuasi musim, naiknya harga bahan bakar minyak yang tidak sebanding dengan
hasil tangkapan juga menjadi salah satu penyebab komunitas nelayan Desa Branta
Pesisir terjerat hutang, juga disebabkan oleh gaya hidup yang ada pada keluarga
nelayan.
Buruknya ekonomi rumah tangga nelayan Desa Branta Pesisir disebabkan
oleh penghasilan yang tidak pasti sedangkan kebutuhan sehari-hari semakin
bertambah merupakan suatu persoalan yang sering dialami nelayan manapun. Untuk
mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat Desa Branta Pesisir
khususnya nelayan dan pedagang kecil muncullah sebuah lembaga keuangan formal
di Desa Branta Pesisir yaitu BKD (Bank Kredit Desa) yang pengawasannya berada di
bawah BRI. BKD sama seperti lembaga keuangan formal lainnya yang juga memiliki
prosedural yang harus dipatuhi oleh peminjam. Oleh karena itu prosedural tersebut
dianggap mempersulit dalam proses pinjaman. Sehingga hal tersebut menyebabkan
para peminjam tidak meminjam kepada BKD. Rumitnya proses pinjaman tersebut
dimanfaatkan oleh individu untuk meminjamkan uangnya kepada orang lain dengan
bunga tanpa proses yang rumit.
Zaman yang semakin modern, kehidupan yang semakin ramai, dimana
semua yang serba cepat dan gesit membuat manusia saling mengejar dan berlomba
untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya yang semakin hari semakin bertambah.
Setiap individu selalu ingin mengalami perubahan hidup dari menjadi orang miskin
menjadi orang yang kaya. Demikian juga halnya dengan penduduk di Desa Branta
Pesisir mereka pada umumnya menginginkan suatu perubahan dalam hidupnya yang
lebih baik. Karena menjadi orang kaya kita bisa membeli apa saja yang kita inginkan.
Sehingga ketika semua kebutuhan hidup terpenuhi maka manusia akan mengalami
suatu kebahagiaan. Banyak manusia berpikiran bahwa kebahagiaan dapat dicapai
apabila harta telah bertumpuk (Hasyim, 1983:21). Oleh sebab itu sebagian penduduk
di Desa Branta Pesisir bekerja mabudhu’pesse.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
tempuh untuk mencapai tujuan itu. Walaupun mereka memiliki cita-cita hidup yang
sama, tetapi cara mereka mewujudkannya seringkali berbeda-beda. Bahkan tidak
jarang saling berlawanan antara satu dengan lainnya. Dalam konteks jenis pencarian
ekonomi, misalnya pedagang, petani, nelayan, guru dan lain sebagainya. Di dunia ini
individu tidak semuanya beruntung dalam hal ekonomi, misalnya ada yang kaya
namun juga ada si miskin. Semua orang ingin mengalami suatu perubahan ke arah
yang lebih baik. Namun hal tersebut tidak bisa dimiliki oleh semua individu hal ini
disebabkan oleh keterbatasan modal.
Munculnya pelaku mabudhu’pesse dengan prosedur peminjaman yang
mudah, menyebabkan individu yang mebutuhkan uang tunai tidak lagi meminjam ke
BKD melainkan meminjam ke pelaku mabudhu’pesse walaupun harus membayar
bunga yang lebih tinggi dari bunga yang ada di BKD. Secara agama Islam kegiatan
memberikan pinjaman dengan bunga pada umumnya dilarang dalam Al-Quran dalam
surat Al-Imran ayat 130-132 karena hal ini termasuk riba. Individu yang bekerja
Mabudhu’pesse bukan dilakukan oleh orang-orang yang memiliki banyak modal atau
orang kelas atas (kaya). Namun sebaliknya pelaku mabudhu’pesse (oreng se
maenjham) berasal dari golongan ekonomi menengah.
Dari uraian di atas maka rumusan masalah yang timbul dari penelitian ini
adalah.
1. Mengapa “Mabudhu Pesse“ berkembang di komunitas nelayan Desa Branta
Pesisir Kecamatan Tlanakan Kabupaten Pamekasan?
2. Bagaimanakah aktivitas “Mabudhu’Pesse” dilakukan di Desa Branta Pesisir
Kecamatan Tlanakan Kabupaten Pamekasan?
3. Faktor-faktor apa yang menyebabkan pelaku (oreng se maenjham) bekerja
mabudhu’pesse?
Dalam penelitian ini untuk nama informan pokok, peneliti memakai nama
samaran. Hal ini peneliti lakukan karena atas permintaan informan pokok sendiri.
Informan pokok pelaku mabudhu’pesse (oreng se maenjham) itu antara lain.
a. Ibu Mawar (bukan nama sebenarnya).
b. Ibu Melati (bukan nama sebenarnya).
c. Ibu Maria (bukan nama sebenarnya).
d. Ibu Mirah (bukan nama sebenarnya).
e. Ibu Kirana (bukan nama sebenarnya).
f. Ibu Dahlia (bukan nama sebenarnya).
g. Ibu Seroja (bukan nama sebenarnya).
orang yang meminjam uang (oreng se ngenjham) mereka cenderung bersifat terbuka
dengan kedatangan peneliti meskipun pada awalnya orang yang meminjam ketakutan,
sehingga waktu wawancara yang hanya dilakukan satu jam.
1.1.3 Dokumentasi
Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau film dan rekaman yang
dipersiapkan karena adanya seorang peneliti. Dokumentasi sudah lama digunakan
dalam penelitian sebagai sumber data. Karena dalam banyak hal dokumen sebagai
sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk
meramalkan.
Dokumentasi di lapangan yang sudah diperoleh oleh peneliti berupa : Peta
Desa Branta Pesisir, Profil Desa Branta Pesisir, aktivitas oreng se maenjham
(pemberi pinjaman) pada waktu menagih oreng se ngenjham (orang yang meminjam).
Dalam penelitian ini peneliti juga menggunakan cross check yaitu melakukan
wawancara pada informan menanyakan masalah yang sama pada informan tersebut
Yuswadi (dalam Bungin 2001:32) dalam penggunaan cross check data maka data
yang diperoleh akan lebih valid. Cross check dilakukan dengan cara mempertanyakan
pertanyaan yang sama pada informan yang berbeda, dengan harapan bahwa informasi
yang diperoleh dapat berkembang dan mencari kemiripan data atau informasi.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
PENGGALIAN DATA
Pemeriksaan
Keabsahan Data
HASIL
ANALISIS DATA
1. Menggelar Data
2. Kategorisasi
3. Reduksi Data (Abtraksi Data) HASIL
4. Analisis
KESIMPULAN
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
dan kondisi keluarga si pelaku. Hal ini dilakukan untuk memudahkan si peneliti
dalam memperoleh data yang dibutuhkan oleh peneliti.
Selain peneliti memperoleh informasi dari pengada’ informasi juga
diperoleh dari sekertaris desa. Namun informasi yang diperoleh dari sekertaris desa
hanya berupa latar belakang munculnya mabudhu’pesse tersebut. Meskipun hanya itu
saja yang peneliti peroleh tapi hal itu juga sangat dibutuhkan oleh peneliti dalam
melengkapi data-data yang dibutuhkan oleh peneliti.
Pada awalnya peneliti melakukan observasi dan wawancara sebanyak dua
kali dalam satu minggu selama satu bulan. Satu bulan itupun peneliti gunakan hanya
untuk wawancara kepada orang yang meminjam. Pertama kali peneliti mendatangi
dan wawancara, para orang yang meminjam merasa asing dan takut. Oleh karena itu
peneliti tidak langsung wawancara melainkan hanya sekedar berkunjung dan
memperkenalkan diri.
Baru minggu kedua peneliti bisa melakukan wawancara terhadap peminjam.
Namun peneliti tidak langsung wawancara sesuai dengan daftar pertanyaan yang
sudah peneliti susun melainkan peneliti bertanya tentang aktivitas sehari-harinya
misalnya pendapatan suami. Akhirnya lama-kelamaan peneliti selipkan dengan
pertanyaan yang sudah peneliti susun, ternyata orang yang meminjam mulai terbuka
dan bercerita panjang lebar akan keterlibatan dalam pinjam-meminjam dengan pelaku
mabudhu’pesse. Para orang yang meminjam bercerita panjang lebar mengenai alasan
mereka meminjam kepada pelaku, besar pinjaman dan kepada siapa mereka pinjam.
Selain peneliti mengetahui sendiri siapa saja pelaku, peneliti juga mengetahui dari
para peminjam (oreng se ngenjham).
Setelah peneliti mengetahui nama-nama pelaku mabudhu’pesse tersebut
namun peneliti tidak langsung wawancara, melainkan mencari waktu yang tepat.
Waktu yang tepat itu dilakukan pada sore hari dan malam hari yaitu pada waktu
istirahat atau setelah pelaku pulang dari menagih para peminjam. Penelitipun juga
melakukan hal yang sama kepada pelaku seperti apa yang dilakukan ke para
peminjam yaitu peneliti hanya sekedar berkunjung dan memperkenalkan diri serta
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
memberi tahu maksud kedatangan peneliti. Pada awalnya pelaku merasa asing dan
takut dengan kedatangan peneliti. Oleh karena itu peneliti tidak langsung wawancara.
Lama kelamaan peneliti mulai akrab dengan pelaku dari sinilah peneliti sedikit demi
sedikit mengajukan pertanyaan yang peneliti butuhkan. Meskipun pelaku sedikit
tertutup namun akhirnya pelaku juga terbuka dan menjawab semua pertanyaan yang
peneliti tanyakan.
Selama penelitian tersebut berlangsung, banyak data yang didapatkan baik
dari hasil wawancara maupun hasil observasi terhadap aktivitas pelaku
mabudhu’pesse serta keadaan desa itu sendiri. Setelah penelitian dilakukan didapatlah
data-data lapangan yang mengungkap tentang fenomena mabudhu’pesse yaitu
penyebab mereka bekerja mabudhu’pesse. Kegiatan penelitian dihentikan ketika data-
data yang didapat sudah mengalami titik jenuh yaitu jawaban atau ungkapan dari para
informan mengalami kesamaan dengan jawaban atau ungkapan informan
sebelumnya, selanjutnya data yang diperoleh dikumpulkan dan kemudian dilakukan
proses analisa data. Dari data-data yang ada mulai tergambar mengenai latar
belakang perkembangan mabudhu’pesse, aktivitas mabudhu’pesse dan faktor
penyebab oreng se maenjham (orang yang memberikan pinjaman) melakukan
pekerjaan mabudhu’pesse.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
Setiap pertukaran yang terjadi baik itu dilakukan dengan individu, individu
dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, tidak lain mempunyai tujuan-tujuan
yang hendak dicapai atau diinginkannya suatu imbalan. Imbalan tersebut tidak hanya
berwujud materi misalnya uang, tetapi imbalan tersebut bisa berwujud nonmateri
seperti kasih sayang, persahabatan, penghargaan dan lain sebagainya. Hal tersebut
sama seperti yang diungkapkan oleh seorang tokoh sosiologi yaitu Homans dan Blau
dalam Poloma (2004:60) yang mengatakan bahwa:
“Hubungan pertukaran dengan orang lain karena dari pertukaran tersebut
kita akan memperoleh suatu imbalan. Dengan kata lain hubungan pertukaran
dengan orang lain akan memberikan suatu imbalan bagi kita”
Di samping itu dalam Poloma juga dijelaskan bahwa teori pertukaran sosial
juga berlandaskan pada prinsip ekonomi. Dimana dalam prinsip ekonomi
menjelaskan bahwa:
“Dengan mengeluarkan biaya yang sedikit berharap memperoleh keuntungan
yang sebanyak-banyaknya”misalnya seorang penjual baju yang membeli
dengan partai dan dijual kembali dengan eceran berharap akan memperoleh
keuntungan yang sebanyak-banyaknya.
ditemukan juga dalam kehidupan sehari-hari dimana terdiri dari perilaku orang yang
telah menemukan ganjaran. Berdasarkan pernyataan Homans di atas sangat relevan
dengan mabudhu’pesse karena para pelaku mabudhu’pesse tersebut si pelaku
memperoleh ganjaran berupa bunga atau keuntungan dari para nasabah tanpa susah
payah bekerja.
Di samping proposisi di atas menurut Homans kurang sempurna sehingga
proposisi tersebut disempurnakan dengan proposisi lain seperti proposisi stimulus.
Dalam proposisi ini Homans dalam Poloma (2004:62) mengatakan bahwa:
“Jika dimasa lalu terjadinya stimulus yang khusus atau seperangkat stimuli,
merupakan peristiwa dimana tindakan seseorang memperoleh ganjaran maka
semakin mirip stimuli yang ada sekarang ini dengan yang lalu, maka akan
semakin mungkin seseorang melakukan tindakan serupa atau yang agak
sama
besar dan lancar bunga yang dibayar peminjam kepada pelaku maka pelaku akan
senang memberikan pinjaman tersebut.
Di samping proposisi di atas ada juga proposisi yang diasumsikan oleh
Homans dalam Poloma (2004:64-65) yang sesuai dengan pelaku mabudhu’pesse
yaitu:
Proposisi Restu Agresi
“Bila tindakan seseorang memperoleh ganjaran yang diharapkannya atau
menerima hukuman yang tidak diinginkannya, maka ia akan marah dan dia
cenderung menunjukkan perilaku agresif dan hasil perilaku demikian
menjadi lebih bernilai baginya, bilamana tindakan tindakan seseorang
memperoleh ganjaran yang lebih besar dari yang diperkirakan maka ia akan
merasa senang: ia akan lebih mungkin melaksanakan perilaku yang
disenanginya dan hasil dari perilaku yang demikian akan menjadi lebih
bernilai baginya”.
Kerja merupakan suatu tujuan pribadi dari setiap orang, kerja tidak
dipandang sebagai kegiatan insidental melainkan sebagai suatu yang melekat pada
manusia. Sedangkan masyarakat kapitalis memandang manusia sebagai pekerja dan
tidak peduli apapun yang menjadi pekerjaan mereka. Hal inilah yang disebut dengan
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
vocational ethics yang merupakan tingkah laku yang menonjol dari spirit kapitalisme
modern. Oleh karena itu meskipun desa ini masih dikatakan desa tradisional namun
penduduknya mempunyai spirit kapitalisme.
Konsep rationaliti muncul karena adanya keinginan-keinginan konsumen
untuk memaksimalkan utility dan produsen memaksimalkan keuntungan berasaskan
pada satu set constrain. Contrain dalam ilmu ekonomi konvensional adalah
terbatasnya sumber-sumber dan pendapatan yang dimiliki oleh manusia dan alam
sedangkan kebutuhan manusia tidak terbatas.
Ilmu konvensional dalam pahamnya rational economics man mengatakan
bahwa tindakan rasional berdasarkan pada kepentingan diri sendiri (self interest) yang
merupakan tujuan satu-satunya bagi seluruh aktivitas yang dilakukannya. Sehingga
para pengikut paham ekonomi konvensional mengabaikan moral dan etika dalam
tindakannya terbatas pada dunia saja dan mengabaikan kepentingan akhirat.
Dalam rasionalisme ekonomi mengatakan bahwa perbuatan manusia sesuai
dengan sifatnya yaitu homo economicus yang mana tindakannya berdasarkan pada
perhitungan yang bertujuan untuk mencapai kesuksesan ekonomi. Kesuksesan
ekonomi tersebut dimaknai sebagai menghasilkan uang sebanyak-banyaknya dan
mengejar kekayaan baik dalam bentuk uang maupun barang merupakan tujuan utama
dalam hidupnya. Demikian halnya dengan individu yang menjadi pelaku
mabudhu’pesse mereka melakukan tindakan tersebut hanya semata-mata untuk
mencapai kesuksesan dalam ekonomi yaitu menghasilkan uang sebanyak-banyaknya
meskipun harus mengabaikan norma-norma agama. Karena tujuan utama dalam
hidupnya yaitu mencari uang sebanyak-banyaknya.
Dalam ekonomi konvensional mengatakan bahwa perilaku rasional dianggap
equivalent dengan memaksimalkan utility. Sedangkan menurut Harsanyi (Nurkholis,
2009) mengatakan bahwa dalam perilaku rasional (theory of rational behavior)
terdapat tiga jenis yaitu.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
a. Utility theory dalam teori ini mengatakan bahwa perilaku yang rasional
mengandung unsur memaksimalkan utility yang diharapkan.
b. Game theory yaitu teori perilaku rasional yang dilakukan oleh dua individu atau
lebih. Namun masing-masing individu menghendaki untuk memaksimalkan
kepentingannya pribadi.
c. Ethics adalah penilaian yang diberikan oleh masyarakat yang melibatkan
pemaksimalan rata-rata tingkat unility dari semua individu dalam masyarakat.
Berdasarkan data di atas makna utang yang terjadi di Desa Branta Pesisir
juga merupakan obat. Karena pada umumnya pada waktu individu mengalami
kesulitan ekonomi ia berhutang kepada keluarga, tetangga, maupun pada pelaku
mabudhu’pesse. Hal ini diumpamakan pada individu yang sakit kepala maka untuk
menghilangkan nyeri tersebut individu tersebut datang ke toko untuk membeli obat
setelah meminum obat yang ia beli pusing tersebut hilang. Hal ini sama dengan orang
yang mengalami kesulitan ekonomi, untuk mengatasinya orang tersebut berhutang
kepada keluarga, tetangga, dan pelaku mabudhu’pesse. Setelah mendapatkan
pinjaman kesulitan ekonominya bisa teratasi namun dibalik ini justru ia memiliki
tanggungan untuk membayar hutang tersebut. Sehingga hal ini sangat relevan dengan
pendapat Damsar yang mengatakan bahwa hutang itu adalah obat yang memiliki
unsur ketagihan dan kecanduan.
b. Hutang sebagai Resiko.
Menurut ekonom resiko dipandang sebagai suatu situasi dimana
kemungkinan untuk mencapai hasil tidak diketahui secara pasti. Sementara sosiolog
melihat resiko sebagai suatu kontruksi sosial. Oleh karena itu resiko merupakan
persepsi yang subyektif. Misalnya yang terjadi pada pihak perbankan yang selalu
mengeluh rendahnya minat menabung pada masyarakat Indonesia. Melalui perspektif
sosiologis hal itu dipahami karena mayoritas masyarakat Indonesia adalah muslim.
Dalam ajaran agama Islam segala sesuatu yang berkaitan dengan bunga adalah
haram. Menabung untuk memperoleh bunga atau memperoleh hutang dengan
memberikan bunga sama-sama dipandang melanggar aturan agama yaitu haram. Dari
sisi ini hal tersebut merupakan resiko yang didasarkan atas rasionalitas nilai.
Sedangkan hutang itu sendiri juga dapat merupakan resiko yang diletakkan atas dasar
rasionalitas nilai. Dengan demikian resiko yang didasarkan atas orientasi rasional
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
nilai tidak hanya berkaitan berkaitan dengan hutang yang berbunga tetapi juga
dampak dari utang apabila tidak bisa mengembalikan.
Berdasarkan penjelasan di atas sangat relevan dengan hutang piutang yang
terjadi di Desa Branta Pesisir. Karena hutang-piutang dimaknai sebagai sebagai suatu
resiko tersebut ditanggung oleh kedua pihak yaitu pelaku dan nasabah. Hutang
piutang atau mabudhu’pesse itu sendiri sudah dilarang oleh agama Islam namun para
pelaku tidak mengindahkan norma tersebut maka resiko yang ditanggungnya yaitu
besok di akhirat sedangkan resiko yang dihadapi oleh peminjam yaitu disamping ia
juga berdosa memakan hasil riba ia juga akan kehilangan harta benda miliknya ketika
ia tidak bisa mengembalikan pinjamannya beserta bunga
kekerabatan dan bahkan hubungan keagamaan. Bahkan tidak jarang rentenir tidak
menarik bunga yang pasti sejauh memperhitungkan kemampuan ekonomi
nasabahnya. Untuk nasabah yang tidak memiliki kemampuan ekonomi misalnya
miskin atau usahanya jatuh bangkrut, memperoleh keringanan dalam mengansur
hutangnya. Bahkan bila kondisinya sangat berat nasabah dapat dibebaskan dari
kewajiban membayar bunganya meskipun bunga yang ditetapkan oleh rentenir rata-
rata sebesar 20 % untuk setiap paket kredit.
Ciri lain dari ekonomi rentenir yang mengakar dalam hubungan-hubungan
sosial adalah perhatiannya terhadap hubungan personal antara rentenir dan sabah.
Nasabah yang sangat dikenal oleh rentenir mungkin dibebaskan dari kewajiban
menyerahkan agunan sebelum memperoleh kredit, pertimbangan tentang kepercayaan
bersama antara rentenir dan nasabah merupakan prakondisi bagi setiap transaksi
pinjam meminjam uang. Nasabah yang dipercaya oleh rentenir justru ditawari kredit
tanpa memintanya jaminan. Jadi transaksi pinjam meminjam uang dengan cara ini
bernuansa hubungan personal sementara kredit resmi yang ditawarkan bank sangat
impersonal.
Rentenir yang ada di Bantul bersandar pada rasionalitas instrumental ketika
berbisnis, namun menggunakan rasionalitas nilai ketika berinteraksi dengan nasabah-
nasabahnya. Beberapa nilai-nilai tradisional yang diinstrumentasi yang berkaitan
dengan pertimbangan sosial oleh rentenir meliputi kepercayaan pada magis (santet)
dan nilai-nilai agama. Mereka menggunakan hal-hal tersebut sebagai mekanisme
kontrol yang akan membuat nasabahnya membayar kembali cicilan dan bunga,
seperti nilai bahwa kewajiban orang yang meminjam harus mengembalikan kalau
tidak akan celaka. Kalau ada nasabah yang terlambat membayar cicilan maka rentenir
akan mengingatkan kewajibannya dengan mengacu pada nilai-nilai agama atau
persepsi magis.
Pekerjaan para rentenir di Bantul dianggap sebagai bisnis keuangan
informal. Meskipun secara umum diketahui bahwa aktivitas mereka bersifat informal,
tetapi masih ada aturan-aturan khusus yang diamati oleh para rentenir dan
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
nasabahnya. Regulasi-regulasi ini tidak tertulis maupun diketahui secara resmi, tetapi
semua orang yang terlibat dalam pinjam meminjam uang. Adapun sejumlah
persyaratan umum yang diterapkan oleh para rentenir bagi nasabah yaitu harus
diketahui dimana mereka (nasabah) tinggal dan tingkat penghasilannya.
Semua persyaratan di atas dilakukan dengan cara informal yaitu tidak ada
paksaan legal. Pinjam meminjam uang ini tidak berdasarkan pada hukum dan
Pemerintah. Para rentenir juga meminta nasabah untuk memberikan fotokopi kartu
identitas (KTP) rentenir di Bantul juga meminta jaminan dalam bentuk barang. Hal
itu dilakukan jika jumlah kredit yang diminta oleh nasabah terlalu tinggi.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
Catatan :Rolasan, Patlikuran, Telung Puluhan, dan Suidakan memiliki bunga 20 % per
paket kredit. Untuk tipe kredit setahunan tingkat bunganya bermacam-macam
antara 6 % hingga 10 % perbulan.
“Kredit tipe rolasan harus dikembalikan dengan dua belas kali cicilan.
Kredit ini kemudian disebut sebagai “kredit harian”. Karena para nasabah
harus membayar cicilan setiap hari dalam periode dua belas hari. Mayoritas
nasabah yang menggunakan kredit rolasan untuk menutupi kebutuhan
konsumsi dasar rumah tangga atau untuk mengisi kembali modal mereka
yang sebelumnya telah dihabiskan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Nasabah yang menggunakan tipe kredit ini terdiri dari pedagang kecil, petani
miskin, dan buruh.”
“Telung puluhan adalah jenis kredit ketiga yang harus dikembalikan dengan
cicilan harian dalam periode tiga puluh hari. Kondisinya identik dengan
kredit tipe patlikuran kecuali untuk kredit yang besarnya bisa mencapai Rp.
100.000, kredit ini pada umumnya digunakan oleh para pedagang skala kecil
dan menengah, anggota masyarakat yang strata rendah seperti tukang becak,
buruh dan petani”.
“Setahunan adalah tipe kredit yang terakhir yang harus dikembalikan dalam
waktu satu tahun dengan cicilan setiap bulan. Nasabah diwajibkan untuk
mengembalikan cicilan dengan bunga tambahan antara 6% sampai 10%.
Persyaratan yang diberikan oleh rentenir meliput barang pribadi sebagai
jaminan seperti sertifikat kepemilikan, emas atau berlian. Kredit tipe ini
paling banyak digunakan oleh para pedagang skala besar dan wiraswasta
untuk memperbesar modal bisnis mereka”.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
Tiga pola yang membedakan antara rentenir yang satu dengan rentenir yang
lain dalam memperoleh modal dalam aktivitas pinjam meminjam uang atara lain.
a. Modal yang berasal dari akumulasi keuntungan yang diperoleh melalui
perdagangan. Hal ini hanya mungkin bagi para rentenir yang memiliki latar
belakang biografis sebagai pedagang.
b. Para rentenir meliputi individu-individu yang tidak bekerja sebagai pedagang
tetapi menyimpan uangnya ketika mereka bekerja pada pekerjaan lain. Tabungan
itu kemudian menjadi modal awal bagi aktivitas pinjam meminjam uang. Motivasi
utama mereka menjadi rentenir adalah untuk memperbaiki situasi ekonomi rumah
tangga, dengan cara menginvestasikan kembali tabungan mereka.
c. Untuk memperoleh modal awal untuk bisnis hutang piutang uang adalah dengan
meminjam uang dari bank atau dari rentenir skala besar, meskipun pada tahap
awal mereka harus memenuhi beberapa persyaratan.
oleh bakul. Hutang uang tetap dibayar dengan uang yang diperoleh dari hasil
penjualan ikan. Keterlibatan masyarakat nelayan setempat dalam praktik hutang
piutang atau kredit tampaknya banyak disebabkan oleh sikap hidup mereka yang
kurang menjangkau masa depan. Bagi mereka apa yang diperoleh sekarang
dihabiskan sekarang juga besok cari lagi”
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh Kusnadi dkk (2005)
dengan judul penelitiannya Institusi Jaminan Sosial Nelayan di Kabupaten Sumenep.
di Desa Pesisir Legung Timur, Kecamatan Pesisir Timur Kabupaten Sumenep. Di
desa ini nelayan meminjam uang kepada rentenir dikenakan bunga tetap pinjaman
sebesar 10% per bulan dari total pinjaman dan dikembalikan dengan angsuran selama
tiga bulan (tiga kali). Sedangkan apabila pinjaman dilakukan secara mendadak dan
dikembalikan dalam waktu singkat maka bunga yang diminta oleh rentenir sebesar
30% dari total pinjaman.
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember