Hak Mendapatkan Trotoar Yang Layak Untuk Pejalan Kaki
Hak Mendapatkan Trotoar Yang Layak Untuk Pejalan Kaki
Latar Belakang
Banyaknya masyarakat yang menggunakan Transportasi baik umum maupun pribadi
membuat kuota pada jalan raya penuh dan menimbulkan kemacetan sehingga banyak dari
pengguna kendaraan bermotor khususnya roda dua yang menyalahgunakan trotoar , dan para
sopir angkot yang menunggu para penumpang dengan parkir sembarangan hingga trotoar dipakai
menjadi lapaknya, dan tidak hanya itu di trotoar sering kali kita jumpai para pedagang kaki lima
yang menjadikan trotoar menjadi tempat mencari keuntungan karena tempat yang strategis dan
sedikitnya tempat parkir pada tempat pedagang kaki lima tersebut hingga jalan trotoar menjadi
korban tempat parkir dan menimbulkan kemacetan baik bagi para kendaraan dan para pejalan
kaki. Trotoar yang rusak, sempitnya trotoar hingga trotoar yang belum di aspal dan masih berupa
tanah juga membuat para pengguna jalan malas beraktifitas dengan berjalan kaki keluar rumah.
Oleh karena itu artikel disini akan membahas tentang Hak Pejalan kaki mendapatkan Trotoar
yang layak agar dapat mengurangi minat orang untuk berkendara memakai kendaraan dalam hal
berpergian dan dapat mengurangi tingkat kecelakaan pada jalan raya.
PEMBAHASAN
Disini saya akan membahas tentang Hak para pengguna jalan yang selalu disalahgunakan
oleh masyarakat yang menggunakan transportasi umum maupun pribadi, dan juga para pedagang
kaki lima yang mengambil alih atau membuka lapak dagangnya pada trotoar.
Jalan raya adalah akses dimana masyarakat dapat bertransportasi, yang pada jalan raya
tersebut mempunyai fasilitas-fasilitas seperti trotoar, tempat penyebrangan jalan, halte, dan dapat
juga ditemukan jalur khusus sepeda dan fasilitas khusus bagi penyandang cacat dan manusia
yang terdapat dalam pasal 45 ayat (1) Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan (“UU LLAJ”)
Dengan adanya kelengakapan fasilitas yang terdapat jalan raya pastinya setiap
masyarakat dapat memahami serta memaksimalkan pemakaian fasilitas tersebut dan trotoar tidak
akan pernah disalahgunakan.
Penyediaan fasilitas-fasilitas pendukung (termasuk trotoar) di atas diselenggarakan oleh pihak
pemerintah bergantung pada jenis jalan tempat trotoar itu dibangun [Pasal 45 ayat (2) UU
LLAJ]:
a. Untuk jalan nasional, diselenggarakan oleh pemerintah pusat;
b. Untuk jalan provinsi, diselenggarakan oleh pemerintah provinsi;
c. Untuk jalan kabupaten dan jalan desa, diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten;
d. Untuk jalan kota, diselenggarakan oleh pemerintah kota;
e. Untuk jalan tol, diselenggarakan oleh badan usaha jalan tol.
Jika setiap instansi kenegaraan benar-benar serius dalam menangani tertibnya berlalu
lintas khususya fungsi trotoar pastinya setiap masyarakat akan membantu juga dalam penertiban
lalu lintas.
Penting diketahui, ketersediaan fasilitas trotoar merupakan hak pejalan kaki yang telah
disebut dalam Pasal 131 ayat (1) UU LLAJ. Ini artinya, trotoar diperuntukkan untuk pejalan kaki,
bukan untuk orang pribadi. Dan Masih berkaitan dengan trotoar sebagai perlengkapan jalan,
berdasarkan Pasal 28 ayat (2) UU LLAJ, setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang
mengakibatkan gangguan pada fungsi perlengkapan jalan.
Pribadi dan perbuatan yang dimaksud adalah kita sebagai masyarakat tidak boleh
menggunakan trotoar secara individualisme atau dengan ego kita, seperti memarkir sembarangan
dan membuka lapak dagangan.
Ada 2 (dua) macam sanksi yang dapat dikenakan pada orang yang menggunakan trotoar
sebagai milik pribadi dan mengganggu pejalan kaki:
1. Ancaman pidana bagi setiap orang yang mengakibatkan gangguan pada fungsi
perlengkapan jalan adalah dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda
paling banyak Rp24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah) (Pasal 274 ayat (2) UU LLAJ); atau
2. Setiap orang yang melakukan perbuatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi
Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, fasilitas Pejalan Kaki, dan alat
pengaman Pengguna Jalan, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau
denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) (Pasal 275 ayat (1) UU LLAJ).
Sanksi yang tegas juga harus dapat dilaksanakan agar jeranya para pedagang kaki lima
dan pengguna motor yang menyalagunakan jalan trotoar sehingga fungsi trotoar dapat dipakai
sebaik mungkin dan tidak ada penyalahgunaan.
KESIMPULAN
Trotoar adalah fasilitas yang selalu ada disetiap jalan raya .Oleh karena itu perlu adanya
pehatian khusus oleh pemerintah-pemerintah setempat dan suara masyarakat yang membela hak
pengguna jalan, jika memang keseimbangan perhatian tersebut kurang, sangatlah berat untuk
menghilangkan kebiasaan menyalahgunakan fungsi trotoar dan banyaknya para pengendara
bermotor, sopir angkutan atau mobil, dan para pedagang kaki lima yang masih membuat trotoar
tersebut hanya hiasan semata tidak dilihat dari fungsinya.
Aturan tidaklah salah karena memang dapat dilanggar tetapi diamnya orang yang benar
dan jujur membuat aturan tersebut selalu dilanggar oleh orang yang selalu membenarkan aturan.