A. Pengertian Resusitasi
Resusitasi merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak, jantung
dan organ-organ vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi
pemijatan jantung dan menjamin ventilasi yang adekuat (Rilantono, 2010).
Tindakan ini merupakan tindakan kritis yang dilakukan pada saat terjadi
kegawatdaruratan terutama pada sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler.
Kegawatdaruratan pada kedua sistem tubuh ini dapat menimbulkan kematian
dalam waktu yang singkat (sekitar 4-6 menit).
Tindakan resusitasi merupakan tindakan yang harus dilakukan dengan
segera sebagai upaya untuk menyelamatkan hidup (Hudak dan Gallo, 2011).
Resusitasi pada anak yang mengalami gawat nafas merupakan tindakan kritis
yang harus dilakukan oleh perawat yang kompeten. Perawat harus dapat
membuat keputusan yang tepat pada saat kritis. Kemampuan ini memerlukan
penguasaan pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang unik pada
situasi kritis dan mampu menerapkannya untuk memenuhi kebutuhan pasien
kritis (Hudak dan Gallo, 2011)
1
Jika salah satu dari pertanyaan-pertanyaan itu dijawaban tidak, maka bayi
itu perlu dilakukan resusitasi.
Bagaimana dengan bayi yang lahir prematur? Bayi premature merupakan
kelompok resiko tinggi, karena karakteristik bayi premature berbeda dengan
bayi aterm, perbedaan bayi prematur dengan bayi aterm/cukup bulan adalah:
1. Paru-paru bayi prematur kekurangan surfaktan sehingga lebih sukar
dikembangkan
2. Kulit bayi prematur lebih tipis dan permeable
3. Bayi premature lebih rentan terhadap infeksi
4. Pembuluh darah kapiler otak bayi premature rapuh dan mudah pecah
jika mengalam asfiksia.
2
dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba
arteria secara terus menerus. Dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan
10 = Frekuensi denyut jantung selama 1 menit)
Hasil penilaian:
a. Apabila frekuensi >100 x/menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan
dengan menilai warna kulit
b. Apabila frekuensi <100 x/menit walaupun bayi bernafas spontan
menjadi indikasi untuk dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
3. Warna kulit : setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya
kulit menjadi kemerahan. Jika masih ada sianosis sentral, oksigen tetap
diberikan. Bila terdapat sianosis perifer, oksigen tidak perlu diberikan,
disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban, antara lain karena
sushu ruang bersalin yang dingin.
3
kepala bayi. Tempat resusitasi sebaiknya di dekat sumber pemanas
(misalnya: lampu sorot) dan tidak banyak tiupan angin (jendela atau pintu
yang terbuka). Biasanya digunakan lampu sorot atau bohlam berdaya 60
watt atau lampu gas minyak bumi (petromax). Nyalakan lampu menjelang
kelahiran bayi.
4
e. Kotak alat resusitasi
f. Jam atau pencatat waktu
5. Penilaian Segera
Segera setelah lahir, letakkan bayi di perut bawah ibu atau dekat
perineum (harus bersih dan kering). Cegah kehilangan panas dengan
menutupi tubuh bayi dengan kain/handuk yang telah disiapkan sambil
melakukan penilaian dengan menjawab 2 pertanyaan:
a. Apakah bayi menangis kuat, tidak bernapas atau megap-megap?
b. Apakah bayi lemas
Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa bayi baru lahir
perlu resusitasi, segera lakukan tindakan yang diperlukan. Penundaan
pertolongan dapat memabahayakan keselamatan bayi. Jepit dan potong
tali pusat dan pindahkan bayi ke tempat resusitasi yang telah
disediakan. Lanjutkan dengan langkah awal resusitasi.
6. Penilaian
Sebelum bayi baru lahir, sesudah ketuban pecah: Apakah air ketuban
bercampur mekonium (warna kehijauan) pada presentasi kepala.
Segera setelah bayi lahir:
a. Apakah bayi menangis
b. Apakah bayi dapat bernapas spontan dan teratur
c. Apakah bayi dapat bernapas megap-megap atau tidak bernapas
5
d. Apakah bayi lemas atau lunglai
7. Keputusan
Putuskan perlu dilakukan tindakan resusitasi apabila:
a. Air ketuban bercampur mekonium
b. Bayi tidak bernapas atau bernapas megap-megap
c. Bayi lemas atau lunglai
8. Tindakan
Segera lakukan tindakan apabila: bayi tidak bernapas atau megap-
megap atau lemas.
6
Cara yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Jaga bayi tetap hangat:
1) Letakkan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu atau dekat
perineum
2) Selimuti bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat
3) Pindahkan bayi ke atas kain ke tempat resusitasi
b. Atur posisi bayi
1) Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong
2) Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi
7
c. Isap lendir
8
2) Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini :
9
2. Melakukan Tindakan Ventilasi Tekanan Positif
Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk memasukkan
sejumlah udara ke dalam paru dengan tekanan positif yang memadai untuk
membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur.
VTP dilakukan apabila pada penilaian pasca langkah awal didapatkan
salah satu keadaan berikut:
a. Apnu
b. Frekuensi jantung <100 kali/menit
c. Tetap sianosis sentral walaupun telah diberikan oksigen aliran
bebas
10
b. Ventilasi percobaan (2 kali) : lakukan tiuapan udara dengan tekanan 30
cm air tiupan awal ini sangat penting untuk membuka alveloli paru
agar bayi bisa mulai bernapasan dan sekaligus menguji apakah jalan
napas terbuka atau bebas. Lihat apakah dada bayi mengembang.
11
2) Bila bayi tidak bernapas mengap-mengap, teruskan ventilasi
dengan tekanan 20 cm air, 20x untuk 30 detik berikutnya dan nilai
hasilnya setiap 30 detik. Siapkan rujukan bila bayi belum bernapas
normal sesudah 2 menit diventilasi.
a) Mintalah keluarga untuk membantu persiapan rujukan.
b) Teruskan resusitasi sementara persiapan rujukan dilakukan.
c) Bila bayi tidak bisa dirujuk:
(1) Lanjutkan ventilasi sampai 20 menit.
(2) Pertimbangkan untuk menghentikan tindakan resusitasi
jika setelah 20 menit, upaya ventilasi tidak berhasil. Bayi
yang tidak bernapas normal setelah 20 menit diresusitasi
akan mengalami kerusakan otak sehingga bayi akan
menderita kecacatan yang berat atau meninggal.
3. VTP + Kompresi Dada
12
4. Intubasi
Intubasi endotrakea dilakukan pada keadaan berikut:
a. Ketuban tercampur mekonium dan bayi tidak bugar
b. Jika VTP dengan balon dan sungkup tidak efektif
c. Membantu koordinasi VTP dan kompresi dada
d. Pemberian epinefrin untuk stimulasi jantung
e. Indikasi lain: sangat premature dan hernia diafragmatika
13
5. Obat-Obatan
a. Obat-obatan yang harus disediakan untuk resusitasi bayi baru lahir
adalah epinefrin dan cairan penambah volume plasma.
b. Epinefrin
1) Indikasi : setelah pemberian VTP selama 30 detik dan pemberian
secara terkoordinasi VTP + kompresi dada selama 30 detik,
frekuensi jantung tetap <60 kali/menit.
2) Cara pemberian dan dosis :
a) Persiapan : 1 mL cairan 1:10000 (semprit yang lebih besar
diperlukan utuk pemberian melalui pipa endotrakea)
b) Melalui vena umbilikalis (dianjurkan) : 0,1-0,3 mL/kgBB
c) Melalui pipa endotrakea : 0,3-1,0 mL/kgBB
3) Kecepatan pemberian : secepat mungkin
Cairan penambah volume plasma
Cairan yang dipakai
a) Garam normal (dianjurkan)
b) Ringer laktat
c) Darah O-negatif
Persiapan : dalam semprit besar (50 mL)
Dosis : 10 mL/kgBB
Jalur : vena umbilikalis
Kecepatan : 5-10 menit (hati-hati bayi kurang bulan)
14
6. Penghentian Resusitasi
a. Jika sesudah 10 menit resusitasi yang benar, bayi tidak bernapas dan
tidak ada denyut jantung, pertimbangkan untuk menghentikan
resusiasi.
b. Orang tua perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan, jelaskan
keadaan bayi.
c. Persilahkan ibu memegang bayinya jika ia menginginkan.
15
2. Lakukan Asuhan Bayi Baru Lahir Normal Termasuk :
a. Anjurkan ibu menyusui sambil membelai bayinya.
b. Berikan vitamin K, antibiotic salep mata, imunisasi hepatitis B
3. Lakukan Pemantauan Dengan Seksama Terhadap Bayi Pasca
Resusitasi Selama 2 Jam Pertama :
a. Perhatikan tanda-tanda kesulitan bernapas pada bayi :
1) Tarik interkostal, napas megap-megap, frekuensi napas <> 60x per
menit.
2) Bayi kebiruan atau pucat.
3) Bayi lemas.
b. Pantau juga bayi yang tampak pucat walaupun tampak bernapas
normal.
c. Jaga agar bayi tetap hangat dan kering.
d. Tunda memandikan bayi hingga 6-24 jam setelah lahir (perhatikan
temperatur tubuh telah normal dan stabil).
4. Bayi Perlu Rujukan
Resusitasi tidak/kurang berhasil, bayi perlu rujukan yaitu sesudah
ventilasi 2 menit belum bernapas atau bayi sudah bernapasan tetapi masih
megap-megap atau pada pemantauan ternyata kondisinya makin
memburuk. Bila bayi pascaresusitasi kondisinya memburuk, segera
rujukan.
Tanda-tanda bayi yang memerlukan rujukan sesudah resusitasi
a. Frekuensi pernapasan kurang dari 30 kali permenit atau lebih dari 60
kali per menit
b. Adanya retraksi (tarikan) interkostal
c. Bayi merintih bising napas ekspirasi) atau megap-megap (bising
napas inspirasi)
d. Tubuh bayi pucat atau kebiruan
e. Bayi lemas
Saudara selain sebagai bidan jadilah konselor yang dapat membantu
meringankan beban pasien. Berikan penjelasan dengan kalimat yang
16
mudah dipahami oleh keluarga pasien. Penjelasan apa saja yang harus
disampaikan ?
Konseling
a. Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa bayinya perlu dirujuk. Bayi
dirujuk bersama ibunya dan didampingi oleh saudara. Jawab setiap
pertanyaan yang diajukan ibu atau keluarganya.
b. Meinta keluarga untuk meyiapkan sarana trasportasi secepatnya.
Suami atau salah seorang anggota keluarga juga diminta untuk
menemani ibu dan bayi selama perjalanan rujukan.
c. Beritahukan (bila mungkin) ke tempat rujukan yang dituju tentang
kondisi bayi dan perkiraan waktu tiba. Beritahukan juga ibu baru
melahirkan bayi yang sedang dirujuk.
d. Bawa peralatan resusitasi dan perlengkapan lain yang diperlukan
selama perjalanan ke tempat rujukan.
5. Asuhan Bayi Baru Lahir Yang Dirujuk
a. Periksa keadaan bayi selama perjalanan (pernapasan, warna kulit,
suhu tubuh) dan catatan medik.
b. Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, tutu kepala bayi dan bayi
dalam posisi “metode kangguru” dengan ibunya. Selimuti ibu
bersama bayi dalam satu selimut.
c. Lindungi bayi dari sinar matahari.
d. Jelaskan kepada ibu bahwa sebagainya member ASI segera kepada
bayinya, kecuali pada keadaan gangguan napas, dan kontraindikasi
lainnya.
6. Asuhan Lanjutan
Merencanakan asuhan lanjutan sesudah bayi pulang dari tempat
rujukkan akan sangat membantu pelaksanaan asuhan yang diperlukan oleh
ibu dan bayinya sehingga apabila kemudian timbul masalah maka hal
tersebut dapat dikenali sejak dini dan kesehatan bayi tetap terjaga.
7. Jika Resusitasi Tidak Berhasil
a. Resusitasi gagal : setelah 20 menit di ventilasi bayi gagal bernapas.
17
b. Bila bayi gagal bernapas setelah 20 menit tindakan resusitasi
dilakukan makan hentikan upaya tersebut.
c. Biasanya bayi akan mengalami gangguan yang berat pada susunan
syaraf pusat dan kemudian meninggal.
d. Ibu dan keluarga memerlukan dukungan moral yang adekuat secara
hati-hati dan bijaksana, ajak ibu dan keluarga untuk memahami
masalah dan musibah yang terjadi serta berikan dukungan moral
sesuai adat dan budaya setempat.
Dukungan moral:
a. Bicaralah dengan ibu dan keluarganya bahwa tindakan resusitasi dan
rencana rujukan yang telah didiskusikan sebelumnya ternyata belum
member hasil seperti yang diharapkan.
b. Minta mereka untuk tidak larutan dalam kesedihan sel seluruh
kemampuan dan upaya dari penolong ( dan fasilitas rujukan) telah
diberikan dan hasil yang buruk juga sangat disesalkan bersama, minta
agar ibu dan keluarga untuk tabah dan memikirkan pemulihan kondisi
ibu.
c. Berikan jawaban yang memuaskan terhadap setiap pertanyaan yang
diajukan ibu dan keluarganya.
d. Minta keluarga ikut membantu pemberian asuhan lanjutan bagi ibu
dengan memperhatikan nilai budaya dan kebiasaan setempat.
e. Tunjukan kepedulian atas kebutuhan mereka. Bicarakan apa yang
selanjutnya dapat dilakukan terhadap bayi yang telah meninggal.
f. Ibu mungkin merasa sedih atau bahkan menangis. Perubahan
hormone saat pascapersalinan dapat menyebabkan perasaan ibu
menjadi sangat sensitive, terutama jika bayinya meninggal.
g. Bila ibu ingin mengungkapkan perasaannya, minta ia berbicara
dengan orang paling dekat atau penolong.
h. Jelaskan pada ibu dan keluarganya bahwa ibu perlu beristirahat,
dukungan moral dan makanan bergizi. Sebaiknya ibu tidak mulai
bekerja kembali dalam waktu dekat.
18