PRINSIP
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat
dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan
tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan penegdalian
mutu.
UMUM
a. Persyaratan “harus”
b. Persyaratan “seharusnya”, atau
c. Persyaratan “dapat”.
MAKSUD
Pedoman CPOB dan CPPOB ini dimaksudkan sebagai acuan umum bagi
industry pembuatan obat dan pengolahan pangan dalam menghasilkan obat dan
produk yang bermutu,berkhasiat dan aman untuk dikonsumsi
TUJUAN
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat
dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai denfan
tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian
mutu.
RUANG LINGKUP
1. Lokasi
2. Bangunan
3. Fasilitas sanitasi
4. Mesin dan peralatan
5. Bahan
6. Pengawasan proses
7. Produk akhir
8. Labolatorium
9. Karyawan
10. Pengemas
11. Label dan keterangan produk
12. Penyimpanan
13. Pemeliharaan dan program sanitasi
14. Pengangkutan
15. Dokumentasi dan pencatatan
16. Pelatihan
17. Penarikan produk ,dan
18. Pelaksanaan pedoman
1. Semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas dikaji secara sistematis
berdasarkan pengalam terbukti mampu secara konsisten menghasilkan obat yang
memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang telah ditetapkan
2. Tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana
penunjang serta perubahannya yang signifikan di validasi
4. Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk intruksi dengan bahasa yang jelas, tidak
bermakana ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana yang tersedia
5. Operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara benar
6. Pencatatan dilakukan secara manual dengan alat pencatat selama pembuatan
menunjukkan bahwa langkah yang dipersyaratkan dalam prosedur dan instruksi yang
ditetapkan benar-benar dilaksanakan dan jumlah serta mutu produk yang dihasilkan
sesuai dengan yang diharapkan. Tiap penyimpangan dicatat secara lengkap dan di
investigasi.
7. Catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan penelusuran riwayat
bets secara lengkap, disimpan secara komprehensif dan dalam bentuk yang mudah di
akses
8. Penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil resiko terhadap mutu obat
9. Tersedia sistem penarikan kmbali bets obat maupun dari peredaran
10. Keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu di investigasi
serta dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan pencegahan penangulangan yang tepat
dan pencegahan pengulangan kembali keluhan.
BAB II
ISI
CPMB sangat berguna bagi kelangsungan hidup industri pangan baik yang
berskala kecil, sedang, maupun yang berskala besar. Melalui CPMB, industri
pangan dapat menghasilkan produk makanan yang bermutu, layak
dikonsumsi, dan aman bagi kesehatan. Dengan menghasilkan produk
makanan yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi, kepercayaan masyarakat
niscaya akan meningkat, dan industri pangan yang bersangkutan akan
berkembang dengan pesat.
Lokasi Pabrik
Secara ideal industri pangan yang baik dan sehat seharusnya berada di lokasi
yang bebas dari pencemaran. Oleh karena itu pada saat membangun pabrik
hendaknya beberapa hal di bawah ini dipertimbangkan dengan matang:
- Pabrik makanan hendaknya jauh dari lokasi industri yang sudah mengalami
polusi yang mungkin dapat menimbulkan pencemaran yang membahayakan
terhadap makanan.
- Pabrik makanan hendaknya jauh dari tempat yang merupakan sarang hama,
khususnya serangga dan binatang mengerat seperti tikus.
Lingkungan
Lingkungan harus selalu dipertahankan dalam keadaan bersih dengan cara-
cara sebagai berikut:
- Sampah dan bahan buangan pabrik lainnya harus, dikumpulkan setiap saat di
tempat khusus dan segera dibuang atau didaur ulang sehingga tidak
menumpuk dan menjadi sarang hama.
- Sistem saluran pembuangan air harus selalu berjalan lancar untuk mencegah
genangan air yang mengundang hama.
Tata letak pabrik harus diatur sedemikian rupa sehingga kegiatan pengolahan
berjalan teratur dan tidak simpang siur. Demikian juga tata letak pabrik harus
menjamin terhindarnya kontaminasi silang pada produk makanan, misalnya
oleh bahan mentah.
Ruang Pengolahan
Ruang pengolahan hendaknya cukup luas untuk menempatkan semua
peralatan dan bahan serta cukup leluasa bagi pergerakan karyawan yang
bekerja di dalamnya. Ruang pengolahan harus dirancang sedemikian rupa
sehingga mudah dipelihara dan mudah dibersihkan. Lantai dan dinding
hendaknya dibuat dari bahan kedap air dan kuat sehingga mudah dibersihkan.
Lantai dan dinding harus selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir dan
kotoran lainnya. Langit-langit ruangan bersih dari debu, sarang laba-labah dan
kotoran lainnya.
Jendela dan lubang angin hendaknya dilengkapi dengan kawat kasa untuk
mencegah masuknya serangga dan binatang mengerat yang dapat mencemari
makanan. Kawat kasa ini hendaknya mudah dicopot dan mudah dibersihkan.
Ruang pengolahan selalu dipelihara dalam keadaan bersih, dan tidak ada
sampah yang berserakan di mana-mana. Sampah selalu dibuang pada
tempatnya, dan tempat sampah selalu dalam keadaan tertutup.
Kelengkapan Ruang Pengolahan
Ruang pengolahan hendaknya dibuat nyaman, misalnya cukup terang,
sehingga karyawan dapat mengerjakan tugasnya dengan penuh perhatian dan
teliti.
Ventilasi dibuat dalam jumlah yang cukup sehingga udara segar selalu
mengalir di ruang pengolahan. Ventilasi ini selalu dijaga tetap bersih, tidak
berdebu dan tidak dipenuhi sarang laba-laba.
Sistem aliran udara hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga udara selalu
mengalir dari tempat yang bersih ke tempat yang kotor dan tidak sebaliknya.
Dengan ventilasi, suhu udara dikendalikan supaya tidak terlalu panas.
Demikian juga dengan ventilasi bau yang mungkin mempengaruhi citarasa
makanan dapat dibuang.
Gudang
Gudang hendaknya tersedia khusus untuk menyimpan bahan-bahan pangan
termasuk bumbu dan bahan tambahan pangan. Bahan baku pangan hendaknya
dipisahkan dalam gudang terpisah dari produk makanan agar tidak terjadi
kontaminasi silang. Bahan-bahan bukan pangan seperti bahan pencuci,
pelumas, oli, dan lain-lain hendaknya disimpan di dalam gudang khusus.
3. Peralatan Pengolahan
Peralatan pengolahan makanan harus dipilih yang mudah dibersihkan dan
dipelihara agar tidak mencemari makanan. Sebaiknya peralatan yang
digunakan mudah dibongkar dan bagian-bagiannya mudah dilepas agar
mudah dibersihkan.
Sedapat mungkin hindari peralatan yang terbuat dari kayu, karena permukaan
kayu yang penuh dengan celah-celah akan sulit dibersihkan. Jika mungkin
gunakan peralatan yang terbuat dari bahan yang kuat dan tidak berkarat
seperti bahan aluminium atau baja tahan karat (stainless steel).
Suplai Air
Suplai air harus berasal dari sumber air yang aman dan jumlahnya cukup
untuk memenuhi seluruh kebutuhan pencucian/pembersihan, pengolahan, dan
penanganan limbah. Sumber dan saluran air untuk keperluan lain seperti
untuk pamadam api, boiler, dan pendinginan harus terpisah dari sumber dan
saluran air untuk pengolahan. Pipa-pipa air yang berbeda ini hendaknya diberi
warna yang berbeda pula untuk membedakan fungsi airnya.
Air yang mengalami kontak langsung dengan makanan harus memenuhi
persyaratan seperti persyaratan pada bahan baku air minum.
Untuk menjamin agar air selalu ada, sarana penampungan air disediakan dan
selalu terisi air dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan.
Fasilitas Pencucian/Pembersihan
Proses pencucian atau pembersihan sarana pengolahan termasuk peralatannya
adalah proses rutin yang sangat penting untuk menjamin mutu dan keamanan
produk makanan yang dihasilkan oleh suatu industri. Oleh karena itu, industri
harus menyediakan fasilitas pencucian/pembersihan yang memadai.
Jumlah toilet yang cukup adalah 1 buah untuk 10 karyawan pertama, dan 1
buah untuk setiap penambahan 25 karyawan. Toilet hendaknya ditempatkan
pada lokasi tidak langsung berhubungan dengan ruang pengolahan.
Penerangan
Sistem penerangan baik melalui penyinaran simor matahari maupun melalui
lampu-lampu harus memenuhi persyaratan yaitu diatur sedemikian rupa
sehingga ruang pengolahan cukup terang dan karyawan dapat mengerjakan
tugasnya dengan teliti dan nyaman.
6. Higiene Karyawan
Karyawan yang dalam pekerjaannya melakukan kontak langsung dengan
makanan dapat merupakan sumber cemaran baik biologis, kimia, maupun
fisik. Oleh karena itu, higiene karyawan merupa-kan salah satu hal yang
sangat penting dalam menghasilkan produk makanan yang bermutu dan aman
untuk dikonsumsi.
Kesehatan Karyawan
Karyawan yang sakit atau diduga masih membawa penyakit (baru sembuh
dari sakit) hendaknya dibebaskan dari pekerjaan yang berhubungan langsung
dengan makanan, karena mikrobanya dapat mencemari makanan. Karyawan
yang memang sakit hendaknya diistirahatkan.
Kebersihan Karyawan
Karyawan yang bekerja di ruangan pengolahan makanan harus selalu dalam
keadaan bersih, mengenakan baju kerja serta penutup kepala dan sepatu.
Perlengkapan seperti baju kerja, penutup kepala, dan sepatu tidak boleh
dibawa keluar dari pabrik.
7. Pengendalian Proses
Dalam menghasilkan produk yang bermutu dan aman, proses pengolahan
hendaknya dikendalikan secara hati-hati dan ketat. Cara-cara yang dapat
dilakukan untuk mengendalikan proses pengolahan makanan antara lain:
- menetapkan persyaratan bahan mentah yang digunakan,
- menetapkan komposisi bahan yang digunakan atau komposisi formulasi,
- menetapkan cara-cara pengolahan yang baku secara tetap,
- menetapkan persyaratan distribusi serta cara transportasi yang baik untuk
melindungi produk makanan yang didistribusikan, menetapkan cara
menyiapkan produk makanan sebelum dikonsumsi (jika ada) agar produk
dalam kondisi puncak mutunya.
Kontaminasi Silang
Bahan makanan yang sedang ditangani selama proses pengolahan mudah sekali
mengalami kontaminasi, baik melalui air, udara, atau melalui kontak langsung dengan
makanan lain atau kontak langsung dengan karyawan. Jika kontaminasi ini terjadi
sebelum bahan makanan mendapatkan proses termal seperti pasteurisasi atau
sterilisasi, dampaknya mungkin tidak akan terlalu besar. Akan tetapi jika kontaminasi
ini terjadi setelah bahan pangan diolah maka yang terjadi adalah kontaminasi silang
yang merugikan. Contoh kontaminasi silang adalah kontaminasi produk makanan
yang telah diolah dengan bahan mentah yang masih kotor, atau kontaminasi produk
makanan oleh peralatan yang masih kotor. Untuk mencegah terjadinya kontaminasi
silang diperlukan tindakan-tindakan sebagai berikut:
- bahan mentah hendaknya disimpan terpisah jauh dari bahan makanan yang telah
diolah atau siap dikonsumsi,
- ruang pengolahan hendaknya diperiksa dengan balk terhadap kotoran-kotoran yang
mungkin menyebabkan kontaminasi silang,
- karyawan yang bekerja di ruang pengolahan hendaknya memakai alat-alat
pelindung seperti baju kerja, topi, sepatu, sarung tangan, serta selalu mencuci tangan
jika hendak masuk dan bekerja di ruang pengolahan,
- permukaan meja kerja, peralatan, dan lantai di ruang pengolahan harus selalu
dibersihkan dan didesinfeksi setiap selesai digunakan untuk mengolah bahan mentah
terutama daging dan ikan.
8. Manajemen dan Pengawasan
Lancar tidaknya kegiatan produksi suatu industri apakah industri dengan
skala kecil, menengah, maupun besar sangat ditentukan oleh
manajemennya. Manajemen yang baik selalu melakukan pengawasan atas
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam industrinya dengan tujuan
mencegah terjadinya penyimpangan yang mungkin terjadi selama kegiatan
itu dilakukan. Demikian juga berhasilnya pelaksanaan produksi di suatu
industri sangat ditentukan oleh manajemen dan pengawasan ini.
Pengertian
Food Additive atau Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau
campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku
pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau
bentuk pangan, antara lain bahan pewarna, pengawet, penyedap rasa, anti
gumpal, pemucat, dan pengental.
Selain BTP yang tercantum dalam Peraturan Menteri tersebut, masih ada beberapa
BTP lainnya yang biasa digunakan dalam makanan, misalnya:
l. Enzim, yaitu BTP yang berasal dari hewan, tanaman atau mikroba, yang dapat
menguraikan secara enzimatis, misalnya membuat makanan menjadi lebih empuk,
lebih larut, dan lain-lain.
2. Penambah gizi, yaitu bahan tambahan berupa asam amino, mineral atau vitamin,
baik tunggal maupun campuran, yang dapat meningkatkan nilai gizi makanan.
3. Humektan, yaitu BTP yang dapat menyerap lembab (uap air) sehingga
mempertahankan kadar air dan makanan.
Pewarna
Penambahan bahan pewarna pada makanan dilakukan untuk beberapa tujuan,
yaitu:
• Memberi kesan menarik bagi konsumen
• Menyeragamkan warna makanan
• Menstabilkan warna
• Menutupi perubahan warna selama proses pengolahan
• Mengatasi pembahan warna selama penyimpanan.
Penggunaan pewarna yang aman pada makanan telah diatur melalui peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88, yang mengatur mengenai
pewarna yang dilarang digunakan dalam makanan, pewarna yang diizinkan serta
batas penggunaannya, termasuk penggunaan bahan pewarna alami. Akan tetapi
masih banyak produsen makanan, tenrtama pengusaha kecil, yang menggunakan
bahan-bahan pewarna yang dilarang dan berbahaya bagi kesehatan, misalnya
pewarna untuk tekstil atau cat. Hal ini disebabkan pewarna tekstil atau cat
umumnya mempunyai warna lebih cerah, lebih stabil selama penyimpanan, serta
harganya lebih murah, dan produsen pangan belum mengetahui dan menyadari
bahaya dari pewarna-pewarna tersebut.
Beberapa pewarna terlarang dan berbahaya yang sering ditemukan pada makanan,
terutama makanan jajanan, adalah Metannil Yellow (kuning metanil) yang berwarna
kuning, dan Rhodamin B yang berwarna merah. Bahan pewarna kuning dan merah
tersebut sering digunakan dalam pembuatan berbagai macam makanan seperti sirup,
kue-kue, agar, tahu, pisang dan tahu goreng, dan lain-lain. Kedua pewarna ini telah
dibuktikan menyebabkan kanker yang gejalanya tidak dapat terlihat langsung
setelah mengkonsumsi, oleh karena itu dilarang digunakan di dalam makanan
walaupun dalam jumlah sedikit
• Karamel, yaitu pewarna alami berwarna coklat yang dapat digunakan untuk
mewarnai jem/jeli (200 mg/kg), acar ketimun dalam botol (300 mg/kg, dan
yogurt beraroma (I50 mg/kg).
• Beta-karoten, yaitu pewarna alami berwarna merah-oranye yang dapat digunakan
untuk mewarnai acar ketimun dalam botol (300 mg/kg), es krim (100 mg/kg),
keju (600 mg/kg), dan lemak dan minyak makan (secukupnya).
• Klorofil, yaitu pewarna alami berwarna hijau yang dapat digunakan untuk mewarnai
jem/jeli (200 mg/kg) atau keju (secukupnya).
• Kurkumin, yaitu pewarna alami berwarna kuning-oranye yang dapat digunakan
untuk mewarnai es krim dan sejenisnya (50 mg/kg), atau lemak dan minyak
makan (secukupnya).
Pemanis Buatan
Pemanis buatan sering ditambahkan ke dalam makanan dan minunan sebagai
pengganti gula karena mempunyai kelebihan dibandingkan dengan pemanis
alami (gula), yaitu:
• Rasanya lebih manis
• Membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis
• Tidak mengandung kalori atau mengandung kalori yang jauh lebih rendah
sehingga cocok untuk penderita penyakit gula (diabetes)
• Harganya lebih manis.
Di Indonesia, siklamat dan sakarin sangat mudah diperoleh dengan harga yang
relatif murah. Hal ini mendorong produsen minuman ringan dan makanan
jajanan untuk menggunakan kedua jenis pemanis buatan tersebut di dalam
produknya. Penggunaan pemanis tersebut terutama didasari pada alasan ekonomi
karena harga gula pasir yang cukup tinggi, sedangkan tingkat kemanisan
pemanis buatan jauh lebih tinggi daripada gula sehingga penggunaannya cukup
dalam jumlah sedikit, yang berarti mengurangi modal.
Batas maksimum penggunaan siklamat adalah 500 mg - 3 g/kg bahan, sedangkan
batas maksimum penggunaan sakarin adalah 50 - 300 mg/kg bahan. Keduanya
hanya boleh digunakan untuk makanan rendah kalori, dan dibatasi tingkat
konsumsinya sebesar 0,5 mg/kg berat badan/hari. Jadi bila berat badan kita 50
kg, maka jumlah maksimum siklamat atau sakarin yang boleh dikonsumsi per
hari adalah 50 x 0,5 mg atau 25 mg. Jika kita mengkonsumsi kue dengan
kandungan siklamat 500 mg/kg bahan, maka dalam satu hari kita hanya boleh
mengkonsumsi 25/500 x l kg atau 50 g kue.
• Siklamat (dan garam natrium dan kalsium siklamat), untuk saus, es lilin,
minuman ringan dan minuman yogurt berkalori rendah (3 g/kg), es krim, es
puter dan sejenisnya serta jem dan jeli berkalori rendah (2 g/kg), permen
berkalori rendah (1 g/kg), dan minuman ringan fermentasi berkalori rendah
(500 mg/kg).
• Sorbitol, untuk kismis (5 g/kg), jem, jeli dan roti (300 mg/kg), dan makanan lain
(120 mg/kg).
• Aspartam.
Pengawet
Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang
mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini dapat menghambat atau
memperlambat proses fermentasi, pengasaman atau peruraian yang disebabkan
oleh mikroba. Tetapi tidak jarang produsen pangan menggunakannya pada
makanan yang relatif awet dengan tujuan untuk memperpanjang masa simpan
atau memperbaiki tekstur.
natrium benzoat atau kalium benzoat yang bersifat lebih mudah larut. Benzoat
sari buah, minuman ringan, saus tomat, saus sambal, jem dan jeli, manisan,
Penggunaan pengawet dalam makanan harus tepat, baik jenis rnaupun dosisnya.
Suatu bahan pengawet mungkin efektif untuk mengawetkan makanan tertentu, tetapi
tidak efektif untuk mengawetkan makanan lainnya karena makanan mempunyai sifat
yang berbeda-beda sehingga mikroba perusak yang akan dihambat pertumbuhannya
juga berbeda. Beberapa bahan pengawet yang umum digunakan dan jenis makanan
serta batas penggunaannya pada makanan diantaranya adalah:
• Benzoat (dalam bentuk asam, atau garam kalium atau natrium benzoat), yaitu bahan
yang digunakan untuk mengawetkan minuman ringan dan kecap (600 mg/kg), serta
sari buah, saos tomat, saus sambal, jem dan jeli, manisan, agar, dan makanan lain (1
g/kg).
• Propionat (dalam bentuk asam, atau garam kalium atau natrium propionat),
yaitu bahan pengawet untuk roti (2 g/kg) dan keju olahan (3 g/kg).
• Nitrit (dalam bentuk garam kalium/natrium nitrit) dan nitrat (dalam bentuk garam
kalium/natrium nitrat), yaitu bahan pengawet untuk daging olahan atau yang
diawetkan seperti sosis (125 mg nitrit/kg atau 500 mg nitrat/kg), korned dalam kaleng
(50 mg nitrit/kg), atau keju (50 mg nitrat/kg).
• Sorbat (dalam bentuk garam kalium atau kalsium sorbat), yaitu bahan pengawet
untuk margarin, pekatan sari buah, dan keju (1 g/k g).
• Sulfit (dalam bentuk garam kalium atau natrium bisulfit atau metabisulfit), yaitu
bahan pengawet untuk potongan kentang goreng (50 mg/kg), udang beku (100
mg/kg), dan pekatan sari nenas (500 mg/kg).
Pada saat ini masih banyak ditemukan penggunaan bahan pengawet yang
dilarang namun digunakan dalam makanan dan berbahaya bagi kesehatan, misalnya
boraks dan formalin. Boraks banyak digunakan dalam berbagai makanan seperti
bakso, mie basah, pisang molen, lemper, buras, siomay, lontong, ketupat, dan pangsit.
Selain bertujuan untuk mengawetkan juga dapat membuat makanan lebih kompak
(kenyal) teksturnya dan memperbaiki penampakan. Akan tetapi boraks sangat
berbahaya bagi kesehatan. Boraks bersifat sebagai antiseptik dan pembunuh kuman,
oleh karena itu banyak digunakan sebagai anti jamur, bahan pengawet kayu, dan
untuk bahan antiseptik pada kosmetik. Penggunaan boraks seringkali tidak disengaja
karena tanpa diketahui terkandung di dalam bahan-bahan tambahan seperti pijer
atau bleng yang sering digunakan dalam pembuatan bakso, mie basah, lontong
dan ketupat.
1. Inpeksi Diri
Inpeksi diri adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai semua aspek, mulai
dari
pengadaan bahan sampai dengan produk jadi dan penetapan tindakan perbaikan yang
akan
dilakukan sehingga seluruh aspek pembuatan Obat Tradisional dalam Industri Obat
tersebut
selalu memenuhiCPOB. Programinspeksidirihendaklahdirancanguntukmendeteksi
kelemahan dalampelaksanaan CPOB
danuntukmenetapkantindakanperbaikanyangdiperlukan. Penyelenggaraan audit mutu
berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutumeliputipemeriksaan dan
penilaiansemuaatau sebagiandari sistem manajemenmutudengan tujuan spesifik untuk
meningkatkan mutu.
2. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan
pengambilansempel,spesifikasidanpengujian,sertadenganorganisasi,dokumentasidanp
rosedurpelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukanaa dan relefan
telah
dilakukandaanbahwabahanyangbelumdiluluskantidakdigunakansertaprodukyangbelu
mdiluluskan tidak dijual atau dipassok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan
memenuhisyarat.
Tujuan pokok dari pengendaian mutu itu sendiri adaah untuk mengetahui
sampaiseberapa jauh proseshasilprodukdan jasayangdibuat sesuai dengan standar
yanagditetapkan perusahaan, agar standar spesifikasi produk yang telah ditetapkan
sebelumnyatercermin dalam hasil produk akhir dan agar biaya desin produk, biaya
inspeksi, dan biayaproses produksi dapat berjalan secara efisien, sehingga produk
yang dihasilkan bermutu baikdengan harga jual yang logis dan daya saing dapat
ditingkatkan.