Anda di halaman 1dari 41

Sistem Informasi Debitur

Kodiifikasi P
Peratu
uran Baank Ind
donesiaa 

La
ain­Laiin 
 
Sisttem IInforrmassi Deb
biturr 
 
 
 
 
 
 
 
Tim Peny yusun 
Ramlan G Ginting 
Chandra M Murniadi
Siti Asttiyah 
Gantiah Wu uryandanii 
Wahhyu Yuwana Hidayaat 
Komala Dewi 
Wiirza Ayu N Novriana
Anggaayasti Haayu Anind dita 
Riistia Icha Pramesi
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
dan Edukasi Bank Sentraal (PRES) 
Pusat Riset d
Bank Indoneesia 
Telp: 021 29
9817321 
Fax.: 021 23
311580 
email: PRES@@bi.go.id 
Hak Cipta ©
© 2013, Bank Indonesia 
 
2013 
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

DAFTAR ISI

Paragraf Halaman

Daftar Isi Hal. i – iii


Rekam Jejak Regulasi Sistem Informasi Debitur Hal. iv
Dasar Hukum Hal. v
Regulasi Terkait Hal. v
Regulasi Bank Indonesia Hal. v

Sistem Informasi Debitur


Ketentuan Umum Par. 1 Hal. 1 – 2
Tujuan Par. 2 Hal. 2 – 3
Pelapor Par. 3 – 5 Hal. 3 – 6
Laporan Debitur Par. 6 – 9 Hal. 6 – 10
Koreksi Laporan Debitur Par. 10 Hal. 11
Periode Penyampaian Laporan Debitur dan Koreksi Laporan Debitur Par. 11 – 16 Hal. 11 – 14
Prosedur Penyampaian Laporan Debitur dan Koreksi Laporan Debitur Par. 17 – 19 Hal. 14 – 19
Informasi Debitur Par. 20 – 25 Hal. 19 – 24
Pelaksana dan Penanggungjawab Par. 26 Hal. 24 – 25
Pengawasan Par. 27 Hal. 25 – 26
Sanksi Par. 28 – 35 Hal. 26 – 31
Ketentuan Peralihan Par. 36 – 37 Hal. 31 – 32
Ketentuan Penutup Par. 38 – 39 Hal. 32 – 33

Lampiran Hal. 34 – 378


Lampiran 1 : Pedoman Operasional Sistem Informasi Debitur (SID) Hal. 34 – 222
Bank Umum (BU)
I. Penjelasan Umum Hal. 35 – 42
A. Sistem Informasi Debitur Hal. 35 – 38
B. Tujuan Pelaporan Hal. 38
C. Pengisian dan Penyampaian Laporan Hal. 39
D. Jenis Laporan Hal. 39
E. Lain – lain Hal. 39 – 42
II. Daftar Kantor Cabang Hal. 43 – 46
III. Permintaan dan Konfirmasi DIN Hal. 47 – 57
IV. Debitur Hal. 58 – 65
V. Pengurus/Pemilik Hal. 66 – 69
VI. Penyediaan Dana Hal. 70 – 156
A. Penempatan pada Bank Lain Hal. 70 – 80
B. Surat Berharga Hal. 81 – 90
C. Kredit yang Diberikan Hal. 91 – 120
D. Tagihan Lainnya Hal. 121 – 128
E. Penyertaan Hal. 129 – 134
F. Irrevocable L/C yang Masih Berjalan Hal. 135 – 140

i
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

G. Garansi Bank Hal. 141 – 148


H. Penerusan Kredit (Kredit Kelolaan) Hal. 149 – 156
VII. Agunan/Penjaminan Hal. 157 – 165
A. Agunan Hal. 157 – 161
B. Penjamin Hal. 162 – 165
VIII. Kontrol LBU Hal. 166 – 168
IX. Keuangan Debitur Hal. 169 – 171
X. Informasi Debitur Individual (IDI) Hal. 172 – 176
Lampiran Hal. 177 – 222
Lampiran I Daftar Sandi Dati 2 Hal. 177 – 191
Lampiran II Daftar Sandi Negara dan Valuta Hal. 192 – 200
Lampiran III Daftar Sandi Pihak Ketiga Bukan Bank Hal. 201 – 204
Lampiran IV Daftar Sandi Sektor Ekonomi Hal. 205 – 212
Lampiran V Daftar Sandi Hubungan Keterkaitan dengan Bank Hal. 213
Lampiran VI Daftar Sandi Bank Hal. 214 – 218
Lampiran VII Daftar Sandi Kondisi Hal. 219
Lampiran VIII Daftar Sandi Peringkat Hal. 220
Lampiran IX Daftar Sandi Jenis Penggunaan Hal. 221 – 222
Lampiran 2 : Panduan Pelaksanaan SID Bank Umum (BU) Hal. 223 – 231
Lampiran 3 : Pedoman Penyusunan Laporan Debitur bagi BPR Hal. 232 – 293
Kata Pengantar Hal. 233
Daftar Kantor Cabang Hal. 234
I. Penjelasan Umum Hal. 235 – 238
A. Tujuan Pelaporan Hal. 235
B. Kantor Bank Pelapor Hal. 235
C. Cakupan Laporan Hal. 235
D. Pengukuran dalam Mata Uang Hal. 235
E. Pengisian dan Penyampaian Laporan Hal. 235
F. Jenis Laporan Hal. 236
G. Jenis Data Hal. 236
H. Lain – Lain Hal. 237
1. Keabsahan Laporan Hal. 237
2. Laporan Nihil Hal. 237
II. Debitur Hal. 239 – 249
III. Pengurus/Pemilik Hal. 250 – 252
IV. Penyediaan Dana Hal. 253 – 281
IV-A. Penempatan Pada Bank Lain Hal. 253 – 257
IV-B. Surat Berharga Yang Dimiliki Bank Hal. 258 – 259
IV-C. Kredit Yang Diberikan Hal. 260 – 271
IV-D. Tagihan Lainnya Hal. 272
IV-E. Penyertaan Hal.273
IV-F. Irrevocable L/C Yang Masih Berjalan Hal. 274
IV-G. Garansi Bank Hal. 275
IV-H. Penerusan Kredit/Kredit Kelolaan Hal. 276 – 281
V. Agunan/Penjamin Hal. 282 – 288
V-A. Agunan Hal. 282 – 285

ii
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

V-B. Penjamin Hal. 286 – 288


VI. Kontrol LBU Hal. 289 – 290
VII. Laporan Keuangan Debitur Hal. 291 – 293
Lampiran 4 : Lampiran – Lampiran Pedoman Penyusunan Laporan Debitur Hal. 294 – 333
Bagi BPR
Lampiran I Contoh Surat Pemberitahuan Pelaksana dan Penanggung Jawab SID Hal. 295
Lampiran II Daftar Sandi DATI II Hal. 296 – 306
Lampiran III Daftar Sandi Pihak Ketiga Bukan Bank Hal. 307 – 309
Lampiran IV Daftar Sandi Sektor Ekonomi Hal. 310 – 315
Lampiran V Daftar Sandi Bank Hal. 316 – 319
Lampiran VI Daftar Sandi Jenis Penggunaan Hal. 320 – 321
Lampiran VII Daftar Sandi Hubungan Keterkaitan dengan Bank Hal. 322
Lampiran VIII Daftar Sandi Kualitas Aktiva Produktif Hal. 323
Lampiran IX Daftar Sandi Sebab Macet Hal. 324
Lampiran X Daftar Sandi Kondisi Hal. 325
Lampiran XI Daftar Sandi Grup Hal. 326 – 333
Lampiran 5 : Pedoman Penyusunan Laporan Debitur bagi BPR Hal. 334 – 379
Kata Pengantar Hal. 335
Daftar Kantor Cabang Hal. 336
I. Penjelasan Umum Hal. 337 – 339
A. Tujuan Pelaporan Hal. 337
B. Kantor Pelapor Hal. 337
C. Cakupan Laporan Hal. 337
D. Pengukuran dalam Mata Uang Hal. 337
E. Pengisian dan Penyampaian Laporan Hal. 337 – 338
F. Jenis Laporan Hal. 338
G. Jenis Data Hal. 338
H. Lain – Lain Hal. 338 – 339
II. Debitur Hal. 340 – 349
III. Pengurus/Pemilik Hal. 350 – 352
IV. Penyediaan Dana Hal. 353 – 371
IV-A. Penempatan pada Bank Lain Hal. 353 – 355
IV-B. Kredit yang Diberikan Hal. 356 – 366
IV-C. Penerusan Kredit/Kredit Kelolaan Hal. 367 – 371
V. Agunan/Penjamin Hal. 372 – 376
V-A. Agunan Hal. 372 – 374
V-B. Penjamin Hal. 375 – 376
VI. Kontrol LBPR Hal. 377
VII. Laporan Keuangan Debitur Hal. 378 – 379

iii
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Rekam Jejak Regulasi Sistem Informasi Debitur

SE 10/47/DPNP 2008 - 9/15/PBI/2007 Penggunaan Manajemen Risiko


Dalam Penggunaan Teknologi Informasi oleh
Bank Umum
9/14/PBI/2007 - 13/13/PBI/2011 tentang Penilaian Kualitas Aset
Sistem Informasi Debitur Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah

SE 8/6/DPBR 2006
Butir I.1, II, IV.1,
SE 7/63/DPBR 2005 IV.2.c, IX, dan X

SE 7/9/DPNP 2005

7/8/PBI/2005
Sistem Informasi Debitur

1/7/PBI/1999
Sistem Informasi Debitur

28/37/KEP/DIR/1995
Informasi Debitur Bank Umum

27/58/KEP/DIR/1994 Keterangan :
Laporan Perkreditan Bank Umum
Diubah

Dicabut

Terkait
23/90/KEP/DIR/1990
PBI/ KEP DIR
Laporan Mengenai Debitur yang Masih Berlaku
Menerima Pinjaman Luar Negeri PBI/ KEP DIR
dan Aplikan yang Memperoleh Tidak Berlaku
Garansi Bank dalam Rangka
SE Masih Berlaku
Pemenuhan Kewajiban Luar Negeri
SE Tidak Berlaku

Regulasi Terkait

iv
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Dasar Hukum :
- Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998
- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2004

Regulasi Terkait :
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/13/PBI/2011 tentang Penilaian Kualitas Aset Bagi Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah
- Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/15/PBI/2007 tentang Penerapan Manajemen Risiko dalam Penggunaan
Teknologi Informasi oleh Bank Umum
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/10/DPbS 2011 perihal Penilaian Kualitas Aset Bagi Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/30/DPNP 2007 perihal Penerapan Manajemen RIsiko dalam
Penggunaan Teknologi Informasi oleh Bank Umum

Regulasi Bank Indonesia :


- Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/14/PBI/2007 tentang Sistem Informasi Debitur
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/47/DPNP 2008 perihal Sistem Informasi Debitur
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/6/DPBPR 2006 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 7/63/DPBPR 2005 perihal Sistem Informasi Debitur
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/63/DPBPR 2005 perihal Sistem Informasi Debitur

v
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


Perbankan
Lain-Lain
Sistem Informasi Debitur
BAB I Ketentuan Umum
1 Pasal 1 1. Bank Umum adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-
9/14/PBI/2007 Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
Angka 1 – 6 diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, termasuk
kantor cabang bank asing.
2. Bank Perkreditan Rakyat yang selanjutnya disebut BPR adalah Bank
Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
3. Lembaga Keuangan Non Bank adalah lembaga keuangan yang meliputi
asuransi, dana pensiun, sekuritas, modal ventura, dan perusahaan
pembiayaan, serta badan-badan lain yang menyelenggarakan
pengelolaan dana masyarakat.
4. Penyelenggara Kartu Kredit Selain Bank adalah Perusahaan Pembiayaan
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan tentang
Perusahaan Pembiayaan, yang melakukan kegiatan usaha kartu kredit.
5. Koperasi Simpan Pinjam adalah Koperasi yang menjalankan usaha
simpan pinjam sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
6. Pelapor adalah Bank Umum, BPR, Lembaga Keuangan Non Bank,
Penyelenggara Kartu Kredit Selain Bank, dan Koperasi Simpan Pinjam,
yang meliputi kantor-kantor yang melakukan kegiatan operasional,
antara lain:
a. kantor pusat;
b. kantor cabang;
c. unit syariah;
d. kantor cabang bank asing; dan
e. kantor cabang pembantu bank asing,yang menyampaikan laporan
debitur.

SE 8/6/DPBPR Pelapor (BPR) adalah Kantor Pusat dan Kantor Cabang Bank
2006 Perkreditan Rakyat (BPR) yang melakukan kegiatan usaha secara
Romawi I No. 1 konvensional atau berdasarkan prinsip Syariah, yang memenuhi
ketentuan mengenai SID yang berlaku.

Pasal 1 7. Debitur adalah perorangan, perusahaan atau badan yang memperoleh


9/14/PBI/2007 satu atau lebih fasilitas penyediaan dana.
Angka 7 – 17 8. Laporan Debitur adalah informasi yang disajikan dan dilaporkan oleh
Pelapor kepada Bank Indonesia menurut tata cara dan bentuk laporan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
9. Sistem Informasi Debitur adalah sistem yang menyediakan informasi
Debitur yang merupakan hasil olahan dari Laporan Debitur yang
diterima oleh Bank Indonesia.
10. Penyediaan Dana adalah penanaman dana Pelapor baik dalam rupiah
maupun valuta asing, dalam bentuk kredit, surat berharga,
penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, tagihan

1
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


lainnya, dan transaksi rekening administratif, serta bentuk penyediaan
dana lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.
11. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara Pelapor dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga, termasuk:
a. cerukan (overdraft), yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah
yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari;
b. pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang;
c. pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain.
12. Surat Berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, obligasi, sekuritas
kredit, atau setiap derivatifnya, atau kepentingan lain, atau suatu
kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan
dalam pasar modal dan pasar uang.
13. Penempatan adalah penanaman dana Pelapor pada bank lain dalam
bentuk giro, interbank call money, deposito berjangka, sertifikat
deposito, kredit, dan penanaman dana lainnya yang sejenis.
14. Penyertaan Modal adalah penanaman dana Pelapor dalam bentuk
saham pada bank dan/atau perusahaan di bidang keuangan lainnya
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang
berlaku, seperti perusahaan sewa guna usaha, modal ventura,
perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan
penyimpanan, termasuk penanaman dalam bentuk surat utang konversi
(convertible bonds) dengan opsi saham (equity options) atau jenis
transaksi tertentu yang berakibat Pelapor memiliki atau akan memiliki
saham pada bank dan/atau perusahaan yang bergerak di bidang
keuangan lainnya.
15. Penyertaan Modal Sementara adalah Penyertaan Modal oleh Pelapor
dalam perusahaan Debitur untuk mengatasi kegagalan kredit (debt to
equity swap), termasuk penanaman dalam bentuk surat utang konversi
(convertible bonds) dengan opsi saham (equity options) atau jenis
transaksi tertentu yang berakibat Pelapor memiliki atau akan memiliki
saham pada perusahaan Debitur.
16. Tagihan Lainnya adalah tagihan Pelapor kepada pihak lain antara lain
berupa surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reverse
repo), tagihan akseptasi, dan tagihan derivatif.
17. Transaksi Rekening Administratif adalah kewajiban komitmen dan
kontinjensi yang antara lain meliputi penerbitan jaminan, letter of credit
(LC), standby letter of credit (SBLC), dan/atau kewajiban komitmen dan
kontinjensi lain.

BAB II Tujuan
2 Pasal 2 Sistem Informasi Debitur diselenggarakan dalam rangka memperlancar
9/14/PBI/2007 proses Penyediaan Dana, penerapan manajemen risiko, dan identifikasi
kualitas Debitur untuk pemenuhan ketentuan yang berlaku serta
meningkatkan disiplin pasar.

SE 10/47/DPNP 1. Sistem Informasi Debitur (SID) (Bank Umum) diselenggarakan dalam


2008 rangka memperlancar proses Penyediaan Dana, penerapan manajemen
Romawi I No. 1 – 2 risiko, dan identifikasi kualitas Debitur untuk pemenuhan ketentuan yang

2
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


berlaku serta meningkatkan disiplin pasar.
2. Guna mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan agar
SID dapat menghasilkan informasi yang berkualitas serta dapat
diandalkan, Pelapor (Bank Umum) diwajibkan untuk:
a. menyusun dan menyampaikan Laporan Debitur kepada Bank
Indonesia secara lengkap, akurat, terkini, utuh, dan tepat waktu
setiap bulan untuk posisi akhir bulan;
b. menyampaikan koreksi Laporan Debitur kepada Bank Indonesia
dalam hal Laporan Debitur yang telah disampaikan tidak memenuhi
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, baik atas temuan
Pelapor yang bersangkutan dan/atau atas temuan Bank Indonesia;
c. menyampaikan Laporan Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur
secara on-line, namun dalam kondisi tertentu penyampaian Laporan
Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur dapat dilakukan secara
off-line; dan
d. menggunakan dan memberikan informasi Debitur,
sesuai dengan tata cara sebagaimana diatur dalam Ketentuan ini.

SE 7/63/DPBPR 1. Penyelenggaraan SID dimaksudkan untuk membantu Pelapor (BPR)


2005 dalam memperlancar proses penyediaan dana, mempermudah
Romawi I No. 2 – 4 penerapan manajemen risiko, dan melakukan identifikasi kualitas
Debitur untuk memenuhi ketentuan yang berlaku.
2. Guna mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada angka 2 (SE
7/63/DPBPR 2005 Romawi I No. 2) dan agar SID dapat menghasilkan
informasi yang berkualitas, Pelapor (BPR) diwajibkan untuk:
a. menyampaikan Laporan Debitur kepada Bank Indonesia setiap bulan
untuk posisi akhir bulan secara benar, lengkap, terkini dan tepat
waktu;
b. melakukan dan menyampaikan koreksi atas Laporan Debitur kepada
Bank Indonesia dalam hal Laporan Debitur yang telah disampaikan
oleh Pelapor kepada Bank Indonesia tidak memenuhi ketentuan
yang berlaku, baik yang ditemukan oleh Pelapor sendiri, oleh Bank
Indonesia maupun oleh pihak lain;
c. bertanggung jawab atas isi dan ketepatan waktu penyampaian
Laporan Debitur dimaksud.
3. Untuk menciptakan keseragaman dalam penyusunan Laporan Debitur
perlu ditetapkan suatu Pedoman Penyusunan Laporan Debitur bagi BPR
sebagaimana terlampir, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Surat Edaran ini.

BAB III Pelapor


3 Pasal 3 Pihak yang diwajibkan untuk menjadi Pelapor adalah:
9/14/PBI/2007 a. Bank Umum;
Huruf a
SE 10/47/DPNP A. Bank Umum yang wajib menjadi Pelapor dalam SID yang selanjutnya
2008 disebut Pelapor, meliputi kantor-kantor yang melakukan kegiatan
Romawi II. A – B operasional, yaitu antara lain:
1. Kantor Pusat, Kantor Cabang, dan Unit Syariah dari Bank Umum
yang melakukan kegiatan operasional di wilayah Indonesia;

3
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


2. Kantor Cabang dari Bank Umum yang berkantor pusat di
Indonesia yang melakukan kegiatan operasional di luar wilayah
Indonesia; dan
3. Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, dan Unit Syariah dari
bank asing yang melakukan kegiatan operasional di wilayah
Indonesia.
B. Bank Umum Pelapor wajib menyediakan infrastruktur yang
diperlukan dalam SID meliputi hardware dan software antara lain:
1. Personal Computer (PC) beserta software sistem operasi;
2. Modem untuk saluran komunikasi;
3. Media penyimpanan d ata; dan
4. Saluran telepon langsung (telepon tetap kabel/fixed wire line)
yang dapat terhubung dengan jaringan ekstranet Bank Indonesia
untuk keperluan komunikasi.

Pasal 3 b. BPR yang memiliki total aset sebesar Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh


9/14/PBI/2007 miliar rupiah) atau lebih selama 6 (enam) bulan berturut-turut; dan
Huruf b – c c. Penyelenggara Kartu Kredit Selain Bank.

4 Pasal 4 (1) BPR yang tidak memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
9/14/PBI/2007 huruf b (Paragraf 3 huruf b Kodifikasi ini) dapat menjadi Pelapor dalam
Sistem Informasi Debitur setelah mendapat persetujuan Bank Indonesia
dalam hal:
a. memiliki infrastruktur yang memadai; dan
b. terdapat kesesuaian struktur data Debitur yang diperlukan dalam
Sistem Informasi Debitur.

Yang dimaksud dengan “infrastruktur” antara lain adalah perangkat


komputer dan jaringan telekomunikasi yang diperlukan dalam Sistem
Informasi Debitur.
Yang dimaksud dengan “struktur data” antara lain adalah komponen
(field) data yang bersifat wajib (mandatory), tipe data, dan panjang
data.

(2) Tatacara dan persyaratan untuk menjadi Pelapor bagi BPR sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Bank
Indonesia.

SE 8/6/DPBPR Pelapor (BPR) :


2006 1. BPR yang wajib menyampaikan Laporan Debitur dalam
Romawi II SID sebagaimana diatur dalam Surat Edaran ini adalah :
a. BPR yang memiliki total aset sebesar Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah) atau lebih, dan
b. BPR yang memiliki total aset kurang dari
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), yang telah
mendapat persetujuan dari Bank Indonesia sebagai Pelapor.
2. Total aset sebagaimana dimaksud dalam angka 1 adalah total aset
BPR berdasarkan laporan bulanan sejak posisi Januari 2006.
3. Dalam hal BPR sebagaimana dimaksud dalam angka 1 membuka
Kantor Cabang, maka Kantor Cabang dimaksud wajib menjadi

4
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


Pelapor paling lambat 2 (dua) bulan sejak melakukan kegiatan
operasional.
4. Dalam hal total aset BPR meningkat sehingga menjadi sebesar
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) atau lebih maka
Kantor Pusat dan Kantor Cabang BPR wajib menjadi Pelapor paling
lambat 2 (dua) bulan sejak terpenuhinya total aset dimaksud.
5. BPR yang memiliki total aset kurang dari Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah) dapat menjadi Pelapor setelah mendapat
persetujuan dari Bank Indonesia. Permohonan untuk menjadi
Pelapor tersebut, diajukan oleh Kantor Pusat BPR kepada:
a. Direktorat Pengawasan BPR c.q. Tim Pengawasan BPR atau
Direktorat Perbankan Syariah c.q. Tim Pengawasan Bank
Syariah bagi BPR yang berada di wilayah DKI Jakarta Raya,
Provinsi Banten, Bogor, Depok, Karawang dan Bekasi, atau
b. Kantor Bank Indonesia setempat bagi BPR yang berada di luar
wilayah sebagaimana dimaksud pada huruf a. dengan
tembusan kepada Direktorat Perizinan dan Informasi
Perbankan (DPIP), c.q. Pusat Informasi Kredit.
6. BPR sebagaimana dimaksud pada angka 1, termasuk Kantor
Cabangnya, wajib menyampaikan Laporan Debitur paling lambat 2
(dua) bulan sejak tanggal surat persetujuan menjadi Pelapor.
7. BPR yang telah disetujui oleh Bank Indonesia menjadi Pelapor wajib
mengikuti persyaratan dan tata cara pelaporan SID sebagaimana
diatur dalam ketentuan ini.
8. BPR yang telah menjadi Pelapor tidak dapat mengundurkan diri dari
keikutsertaan dalam pelaporan SID.
9. Dalam hal BPR Pelapor melakukan merger atau konsolidasi, maka
BPR Pelapor peserta merger atau konsolidasi tersebut tetap wajib
menyampaikan Laporan Debitur sampai dengan proses merger atau
konsolidasi selesai. Setelah proses merger atau konsolidasi tersebut
selesai, kewajiban penyampaian Laporan Debitur dilakukan oleh
BPR Pelapor hasil merger atau konsolidasi tersebut.

SE 8/6/DPBPR Laporan Debitur disampaikan oleh Kantor Pusat dan Kantor Cabang BPR
2006 yang bersangkutan dan meliputi seluruh Laporan Debitur dan/atau
Romawi IV No. 1 koreksi Laporan Debitur untuk masing-masing kantor.

5 Pasal 5 (1) Lembaga Keuangan Non Bank dan Koperasi Simpan Pinjam dapat
9/14/PBI/2007 menjadi Pelapor dalam Sistem Informasi Debitur dalam hal:
a. memiliki infrastruktur yang memadai; dan
b. terdapat kesesuaian struktur data Debitur yang diperlukan dalam
Sistem Informasi Debitur.

Yang dimaksud dengan “infrastruktur” antara lain adalah perangkat


komputer dan jaringan telekomunikasi yang diperlukan dalam Sistem
Informasi Debitur.

Yang dimaksud dengan “struktur data” antara lain adalah komponen


(field) data yang bersifat wajib (mandatory), tipe data, dan panjang
data.

5
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


(2) Lembaga Keuangan Non Bank dan Koperasi Simpan Pinjam
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi Pelapor dalam Sistem
Informasi Debitur setelah:
a. mendapat persetujuan Bank Indonesia; dan
b. menandatangani Perjanjian Keikutsertaan dalam Sistem Informasi
Debitur.

Perjanjian Keikutsertaan dalam Sistem Informasi Debitur adalah


perikatan antara Pelapor dan Bank Indonesia mengenai keikutsertaan
Pelapor dalam Sistem Informasi Debitur.

BAB IV Laporan Debitur


6 Pasal 6 (1) Pelapor wajib menyampaikan Laporan Debitur kepada Bank Indonesia
9/14/PBI/2007 secara lengkap, akurat, terkini, utuh, dan tepat waktu, setiap bulan
Ayat (1) untuk posisi akhir bulan.

SE 10/47/DPNP Sistem Kontrol Internal (Bank Umum) :


2008 1. Dalam rangka menjamin kebenaran, kelengkapan, kekinian isi
Romawi IV. B laporan, dan ketepatan waktu penyampaian Laporan Debitur serta
keamanan penerimaan informasi Debitur, Pelapor menyusun
kebijakan, sistem, dan prosedur yang dituangkan dalam suatu
pedoman tertulis, yang disetujui oleh Direksi dari Pelapor, yang
paling kurang memuat:
a. wewenang dan tanggung jawab petugas yang melakukan
verifikasi dan menyampaikan Laporan Debitur kepada Bank
Indonesia;
b. wewenang dan tanggung jawab petugas yang diberi akses untuk
mengajukan permintaan dan menerima informasi Debitur dari
Bank Indonesia;
c. langkah-langkah yang dilakukan dalam permintaan informasi
Debitur termasuk memastikan bahwa permintaan hanya
dilakukan untuk keperluan Pelapor sebagaimana diatur dalam
ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai SID;
d. langkah-langkah yang dilakukan dalam penyediaan informasi
Debitur kepada Debitur dari Pelapor yang bersangkutan;
e. langkah-langkah yang dilakukan dalam rangka pemeliharaan
dan pengamanan sistem dan data Debitur; dan
f. langkah-langkah yang dilakukan dalam hal terjadi gangguan
atau keadaan memaksa (force majeure) untuk memastikan
kesinambungan penyampaian Laporan Debitur kepada Bank
Indonesia beserta wewenang dan tanggung jawab petugas yang
ditunjuk.
2. Dalam rangka melakukan pemeliharaan dan pengamanan terhadap
teknologi sistem informasi dan data yang terkait dengan
penyelenggaraan SID, Pelapor wajib melakukan langkah-langkah
pemeliharaan dan pengamanan terhadap sistem dan data Debitur
serta alur/proses pengiriman Laporan Debitur dan penerimaan
informasi Debitur dengan berpedoman pada ketentuan Bank
Indonesia yang mengatur mengenai penggunaan teknologi
informasi. Langkah-langkah tersebut meliputi antara lain

6
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


pelaksanaan back-up data Debitur setelah dilakukan penyampaian
Laporan Debitur atau koreksi Laporan Debitur secara berkala setiap
bulan, melakukan pengkinian antivirus dan pengecekan jaringan
secara berkala, serta penyampaian laporan kepada Bank Indonesia
c.q. Pengawas dari Pelapor yang bersangkutan dalam hal Pelapor
membuat aplikasi pendukung yang bertujuan untuk membantu
penyampaian Laporan Debitur, koreksi Laporan Debitur, dan/atau
permintaan informasi Debitur.

SE 7/63/DPBPR Sistem dan Prosedur Penyampaian laporan dan Penerimaan Informasi


2005 Debitur (BPR) :
Romawi III 1. Dalam rangka menjamin kebenaran, kelengkapan, kekinian isi
Laporan Debitur dan ketepatan waktu penyampaian Laporan
Debitur, serta keamanan penerimaan informasi Debitur, BPR
Pelapor harus memiliki sistem dan prosedur yang dituangkan
dalam suatu pedoman tertulis yang disetujui oleh Direksi dan
diketahui oleh Komisaris BPR Pelapor, yang sekurang-kurangnya
memuat:
a. wewenang dan tanggung jawab petugas yang diberi akses untuk
menyusun Laporan Debitur;
b. wewenang dan tanggung jawab petugas yang diberi akses untuk
melakukan verifikasi atas keabsahan dan kelengkapan Laporan
Debitur yang terkini, sebelum disampaikan kepada Bank
Indonesia;
c. wewenang dan tanggung jawab petugas yang diberi akses untuk
mengajukan permohonan dan menerima informasi Debitur dari
Bank Indonesia.
2. BPR Pelapor harus melakukan pengamanan terhadap sistem dan
teknologi informasi di Kantor Pelapor yang terkait dengan SID di
Bank Indonesia termasuk melakukan langkah-langkah pengamanan
alur/proses pengiriman Laporan Debitur dari sistem komputer
Pelapor ke Bank Indonesia dan penerimaan informasi Debitur dari
Bank Indonesia.

Pasal 6 (2) Laporan Debitur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi antara
9/14/PBI/2007 lain informasi mengenai:
Ayat (2) a. Debitur;

Informasi mengenai Debitur antara lain berisi informasi mengenai


nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak, nomor Kartu Tanda
Penduduk, nama gadis ibu kandung, dan keterkaitan Debitur
dengan Pelapor dari sisi kepengurusan, kepemilikan, dan hubungan
keuangan.

b. pengurus dan pemilik;

Informasi mengenai pengurus dan pemilik antara lain berisi


informasi mengenai nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak,
jabatan, dan pangsa kepemilikan.

7
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


c. fasilitas Penyediaan Dana;

Informasi mengenai fasilitas Penyediaan Dana antara lain berisi


informasi mengenai jenis Penyediaan Dana, jumlah fasilitas yang
diberikan, dan kolektibilitas, termasuk Penyediaan Dana yang
dihapus buku, yang dihapustagih, dan yang diselesaikan dengan
cara pengambilalihan agunan atau penyelesaian melalui
pengadilan.

d. agunan;

Informasi mengenai agunan antara lain berisi informasi mengenai


bukti kepemilikan, nilai agunan, lokasi agunan, dan jenis
pengikatan.

e. penjamin;

Informasi mengenai penjamin antara lain berisi informasi mengenai


nama, alamat, akta pendirian, dan bagian yang dijamin.

f. keuangan Debitur.

Informasi mengenai keuangan Debitur diperoleh dari laporan


keuangan Debitur antara lain berisi informasi mengenai pos-pos
neraca dan laba rugi.

Pasal 6 (3) Laporan Debitur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),
9/14/PBI/2007 wajib disusun sesuai dengan pedoman penyusunan Laporan Debitur
Ayat (3) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

SE 10/47/DPNP Format dan isi Laporan Debitur yang disampaikan Pelapor (Bank Umum)
2008 Romawi III. A kepada Bank Indonesia wajib disusun sesuai dengan format laporan
No. 1 yang diatur dalam Pedoman Penyusunan Laporan Debitur yang
merupakan bagian dari Pedoman Operasional SID sebagaimana
tercantum dalam Lampiran (Lampiran 1 Kodifikasi ini).

SE 7/63/DPBPR Format laporan, tata cara pengisian, dan penyusunan Laporan Debitur
2005 (BPR) berpedoman pada Pedoman Penyusunan Laporan Debitur bagi
Romawi VI BPR yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ketentuan ini
(Lampiran 3, 4, dan 5 Kodifikasi ini).

Pasal 6 (4) Pelapor bertanggung jawab atas Laporan Debitur sebagaimana


9/14/PBI/2007 dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3).
Ayat (4) – (5) (5) Cakupan Laporan Debitur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
lebih lanjut dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

SE 10/47/DPNP Cakupan Laporan Debitur (Bank Umum) meliputi data seluruh Debitur
2008 yang menerima fasilitas Penyediaan Dana termasuk pula Debitur yang
Romawi III. A telah dihapus buku, yang dihapus tagih, yang diselesaikan dengan cara
No. 2 – 3 pengambil alihan agunan atau penyelesaian melalui pengadilan,

8
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


dan/atau yang diserahkan kepada perusahaan penyelesaian aset atau
Badan Urusan Penyelesaian Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) yang
belum pernah dilaporkan ke SID dalam 5 (lima) tahun terakhir sebelum
tanggal 31 Maret 2005, serta Debitur yang menerima penerusan kredit
dan Debitur yang menerima kredit kelolaan.
Laporan Debitur (Bank Umum) wajib disajikan dalam mata uang Rupiah
satuan penuh. Dalam hal terdapat fasilitas Penyediaan Dana yang
diberikan dalam valuta asing, maka nilai tersebut dijabarkan ke dalam
nilai Rupiah dengan berpedoman pada Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) yang berlaku.

SE 7/63/DPBPR Laporan Debitur (BPR) yang disampaikan mencakup:


2005 a. identitas Debitur:
Romawi IV No. 2a – b 1) bagi Debitur perorangan, antara lain berisi nama, nomor
Kartu Tanda Penduduk (KTP), nama gadis ibu kandung,
alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi Debitur
yang diwajibkan menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku;
2) bagi Debitur perusahaan atau badan, antara lain berisi nama,
nomor akta pendirian, NPWP dan informasi keterkaitan
Debitur dari sisi kepengurusan, kepemilikan, dan hubungan
keuangan;
b. informasi pengurus dan pemilik perusahaan atau badan, antara lain
berisi informasi mengenai nama, alamat, NPWP, jabatan pengurus
dan pemilik dan pangsa (persentase) kepemilikan;
SE 8/6/DPBPR c. informasi fasilitas penyediaan dana yang diterima oleh Debitur,
2006 antara lain berisi informasi mengenai jenis penyediaan dana, jumlah
Romawi IV No. 2c fasilitas yang diberikan dan kolektibilitas;
Informasi penyediaan dana tersebut meliputi pula fasilitas
penyediaan dana yang:
1) telah dihapus buku dalam waktu 1 (satu) tahun terakhir
sebelum menjadi Pelapor dan cukup disampaikan satu kali,
yaitu dalam Laporan Debitur yang pertama
2) dihapus tagih dan yang diselesaikan dengan cara
pengambilalihan agunan atau penyelesaian melalui
pengadilan sejak menjadi Pelapor.
SE 7/63/DPBPR d. informasi agunan, antara lain berisi informasi mengenai bukti
2005 (status) kepemilikan, nilai agunan, nama pemilik agunan, lokasi
Romawi IV No. 2d – f agunan, dan jenis pengikatan;
e. informasi penjamin, antara lain berisi identitas penjamin seperti
nama, alamat, dan identitas (Kartu Tanda Penduduk/akte pendirian)
dari penjamin, serta persentase bagian fasilitas penyediaan dana
yang dijamin;
f. informasi keuangan debitur bagi nasabah perusahaan/badan yang
menerima fasilitas sebesar Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
atau lebih. Informasi keuangan debitur antara lain berisi data yang
berasal dari neraca dan laba rugi serta posisi laporan keuangan.

9
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


7 Pasal 7 (1) Informasi mengenai keuangan Debitur sebagaimana dimaksud dalam
9/14/PBI/2007 Pasal 6 ayat (2) huruf f (Paragraf 6 Kodifikasi ini) hanya disampaikan
dalam hal Debitur merupakan perusahaan atau badan yang menerima
satu atau lebih fasilitas Penyediaan Dana dari 1 (satu) Pelapor, dengan
total sebesar Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) atau lebih.
(2) Informasi mengenai keuangan Debitur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (2) huruf f (Paragraf 6 Kodifikasi ini) wajib merupakan
informasi keuangan terkini.

8 Pasal 8 Pelapor wajib menyampaikan Laporan Debitur untuk pertama kalinya paling
9/14/PBI/2007 lambat 3 (tiga) bulan sejak diberikannya user-id dan password Web Sistem
Informasi Debitur.

Yang dimaksud dengan “user-id dan password Web Sistem Informasi


Debitur” adalah identitas bagi Pelapor untuk masuk (log-in) ke dalam
aplikasi Web Sistem Informasi Debitur.

9 Pasal 9 (1) Bank Indonesia dapat melakukan pengkinian data Debitur yang terdapat
9/14/PBI/2007 dalam Sistem Informasi Debitur dalam hal:
a. Pelapor mengalami pencabutan izin usaha atau likuidasi; dan/atau
b. pengkinian data tidak dapat lagi dilakukan oleh Pelapor.

Pengkinian data tidak dapat lagi dilakukan oleh Pelapor antara lain
karena data telah dialihkan kepada pihak lain yang bukan Pelapor
seperti kepada Perusahaan Penyelesaian Aset (PPA)/ Badan Urusan
Penyelesaian Piutang dan Lelang Negara (BUPLN).

(2) Pengkinian data Debitur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
berdasarkan pemberitahuan tertulis dari pihak yang melakukan
pengelolaan data Debitur.

Pihak yang melakukan pengelolaan data Debitur antara lain adalah:


a. Tim Likuidasi, bagi Pelapor yang mengalami pencabutan izin usaha
atau likuidasi;
b. Perusahaan Penyelesaian Aset (PPA) atau Badan Urusan
Penyelesaian Piutang dan Lelang Negara (BUPLN), untuk data yang
telah dialihkan ke pihak lain.
c. Pelapor yang bersangkutan

SE 10/47/DPNP Pemberitahuan tertulis sebagaimana dimaksud pada angka 2 (SE


2008 10/47/DPNP 2008 Romawi IV.C.2) antara lain berisi :
Romawi IV. C No. 3 a. Permintaan kepada Bank Indonesia untuk melakukan pengkinian
data dalam SID; dan
b. Perubahan data Debitur dan/atau data fasilitas Penyediaan Dana
beserta penjelasannya.
Pemberitahuan disampaikan kepada Direktorat Perizinan dan Informasi
Perbankan c.q. Pusat Informasi Kredit, Jl. MH. Thamrin No. 2 Jakarta
10350.

10
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


BAB V Koreksi Laporan Debitur
10 Pasal 10 Pelapor wajib melakukan koreksi Laporan Debitur yang telah disampaikan
9/14/PBI/2007 kepada Bank Indonesia dalam hal Laporan Debitur tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), ayat (2), dan ayat
(3) (Paragraf 6 Kodifikasi ini) atas temuan Pelapor yang bersangkutan
dan/atau atas temuan Bank Indonesia.

SE 10/47/DPNP Koreksi Laporan Debitur (Bank Umum) :


2008 1. Pelapor wajib melakukan koreksi Laporan Debitur dalam hal Laporan
Romawi III. B Debitur yang disampaikan tidak memenuhi ketentuan yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia.
2. Koreksi Laporan Debitur sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan
berdasarkan temuan Pelapor yang bersangkutan atau temuan Bank
Indonesia.
3. Temuan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada angka 2 antara
lain berasal dari hasil pengawasan Bank Indonesia, informasi dari
Debitur, dan/atau informasi dari Pelapor (Bank Umum) lainnya.
4. Hal-hal yang disampaikan oleh Pelapor (Bank Umum) kepada Bank
Indonesia dalam koreksi Laporan Debitur hanya meliputi data yang
mengalami perubahan.

Periode Penyampaian Laporan Debitur dan Koreksi Laporan


BAB VI
Debitur
11 Pasal 11 (1) Pelapor wajib menyampaikan Laporan Debitur sebagaimana dimaksud
9/14/PBI/2007 dalam Pasal 6 ayat (1) (Paragraf 6 Kodifikasi ini) paling lambat tanggal
Ayat (1) 12 (dua belas) setelah bulan Laporan Debitur yang bersangkutan.

Laporan Debitur bulan Februari 2008 wajib disampaikan kepada Bank


Indonesia paling lambat pada tanggal 12 Maret 2008.

SE 10/47/DPNP Laporan Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur secara on-line


2008 wajib disampaikan oleh Pelapor paling lambat tanggal 12 (dua belas)
Romawi IV. A No. 3a setelah bulan Laporan Debitur yang bersangkutan.

Pasal 11 (2) Pelapor dinyatakan telah menyampaikan Laporan Debitur pada tanggal
9/14/PBI/2007 diterimanya Laporan Debitur oleh Bank Indonesia.
Ayat (2)
Apabila Laporan Debitur disampaikan secara on-line, maka tanggal
diterimanya Laporan Debitur oleh Bank Indonesia adalah tanggal yang
tercantum pada tanda terima Laporan Debitur dari Sistem Informasi
Debitur.
Apabila Laporan Debitur disampaikan secara off-line, maka tanggal
diterimanya Laporan Debitur oleh Bank Indonesia adalah tanggal yang
tercantum pada bukti penerimaan Laporan Debitur dari Bank Indonesia.

SE 7/63/DPBPR BPR Pelapor dinyatakan telah menyampaikan Laporan Debitur dan/atau


2005 koreksi atas Laporan Debitur pada tanggal diterimanya Laporan
Romawi VIII No. 3 dan/atau koreksi atas Laporan Debitur oleh Bank Indonesia.
a. Penyampaian secara on line
Apabila Laporan Debitur dan/atau koreksi atas Laporan Debitur

11
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


disampaikan secara on line maka Pelapor akan menerima tanda
bukti penyampaian dan pengkinian Laporan Debitur dan/atau
koreksi atas Laporan Debitur, yang tercetak secara otomatis pada
komputer Pelapor setelah Pelapor selesai menyampaikan dan
mengkinikan Laporan Debitur dan/atau menyampaikan koreksi atas
Laporan Debitur.
b. Penyampaian secara off line
Untuk Laporan Debitur dan/atau koreksi atas Laporan Debitur yang
disampaikan secara off line maka Pelapor akan menerima tanda
bukti penerimaan Laporan Debitur dan/atau koreksi atas Laporan
Debitur dari Bank Indonesia apabila Pelapor menyampaikan secara
langsung, atau tanda bukti penerimaan/cap pos apabila
disampaikan melalui pos.

12 Pasal 12 (1) Pelapor dinyatakan terlambat menyampaikan Laporan Debitur apabila


9/14/PBI/2007 menyampaikan Laporan Debitur melampaui batas waktu sebagaimana
Ayat (1) dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) (Paragraf 11 Kodifikasi ini) sampai
dengan akhir bulan setelah bulan Laporan Debitur yang bersangkutan.

Contoh:
Pelapor dinyatakan terlambat menyampaikan Laporan Debitur bulan
Februari 2008, apabila Pelapor menyampaikan Laporan Debitur pada
tanggal 13 Maret 2008 sampai dengan tanggal 31 Maret 2008.

SE 10/47/DPNP Pelapor (Bank Umum) dinyatakan terlambat menyampaikan Laporan


2008 Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur apabila penyampaiannya
Romawi IV. A No. 3e dilakukan melampaui batas waktu sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, b, c, dan d (SE 10/47/DPNP 2008 Romawi IV. A No. 3a – d) sampai
dengan akhir bulan setelah bulan Laporan Debitur yang bersangkutan.

Pasal 12 (2) Pelapor dinyatakan tidak menyampaikan Laporan Debitur apabila belum
9/14/PBI/2007 menyampaikan atau menyampaikan Laporan Debitur melampaui batas
Ayat (2) waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Contoh:
Pelapor dinyatakan tidak menyampaikan Laporan Debitur bulan
Februari 2008, apabila Pelapor belum menyampaikan atau
menyampaikan Laporan Debitur melampaui tanggal 31 Maret 2008.

SE 10/47/DPNP Pelapor dinyatakan tidak menyampaikan Laporan Debitur apabila belum


2008 menyampaikan atau menyampaikan Laporan Debitur setelah
Romawi IV. A No. 3f melampaui akhir bulan setelah bulan Laporan Debitur yang
bersangkutan.

13 Pasal 13 Dalam hal tanggal berakhirnya penyampaian Laporan Debitur sebagaimana


9/14/PBI/2007 dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dan Pasal 12 (Paragraf 11 dan Paragraf 12
Kodifikasi ini) jatuh pada hari Sabtu, Minggu, atau hari libur maka Laporan
Debitur disampaikan pada hari kerja sebelumnya.

12
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


Yang termasuk hari libur adalah Hari Libur Nasional dan hari libur setempat
yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I.

Yang dimaksud dengan “hari kerja sebelumnya” adalah hari kerja yang
jatuh sebelum hari Sabtu, Minggu, atau hari libur.

Contoh:
Laporan Debitur bulan Maret 2008 yang wajib disampaikan paling lambat
tanggal 12 April 2008 jatuh pada hari Sabtu, maka batas akhir
penyampaian Laporan Debitur bulan Maret 2008 adalah pada hari Jumat
tanggal 11 April 2008.

14 Pasal 14 (1) Pelapor wajib melakukan koreksi Laporan Debitur sebagaimana


9/14/PBI/2007 dimaksud dalam Pasal 10 (Paragraf 10 Kodifikasi ini) :
a. atas dasar temuan Pelapor yang bersangkutan, paling lambat
tanggal 12 (dua belas) setelah bulan Laporan Debitur yang
bersangkutan;

Contoh:
Koreksi Laporan Debitur bulan Februari 2008 wajib disampaikan
paling lambat pada tanggal 12 Maret 2008.

b. atas dasar temuan Bank Indonesia, paling lambat tanggal 12 (dua


belas) pada periode penyampaian Laporan Debitur berikutnya.

Contoh 1:
Apabila teguran Bank Indonesia disampaikan kepada Pelapor pada
tanggal 20 Februari 2008, maka koreksi Laporan Debitur wajib
dilakukan paling lambat tanggal 12 Maret 2008.

Contoh 2:
Apabila teguran Bank Indonesia disampaikan kepada Pelapor pada
tanggal 1 Februari 2008, maka koreksi Laporan Debitur wajib
dilakukan paling lambat tanggal 12 Maret 2008.

(2) Pelapor dinyatakan telah menyampaikan koreksi Laporan Debitur pada


tanggal diterimanya koreksi Laporan Debitur oleh Bank Indonesia.

15 Pasal 15 Pelapor dinyatakan terlambat menyampaikan koreksi Laporan Debitur


9/14/PBI/2007 apabila menyampaikan koreksi Laporan Debitur melampaui batas waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) (Paragraf 14 Kodifikasi ini).

Contoh 1:
Pelapor dinyatakan terlambat menyampaikan koreksi Laporan Debitur
bulan Februari 2008, apabila koreksi Laporan Debitur disampaikan
melampaui tanggal 12 Maret 2008.

Contoh 2:
Pelapor dinyatakan terlambat menyampaikan koreksi Laporan Debitur
berdasarkan permintaan Bank Indonesia melalui surat teguran tanggal 20

13
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


Februari 2008, apabila koreksi Laporan Debitur disampaikan melampaui
tanggal 12 Maret 2008.

Contoh 3:
Pelapor dinyatakan terlambat menyampaikan koreksi Laporan Debitur
berdasarkan permintaan Bank Indonesia melalui surat teguran tanggal 1
Februari 2008, apabila koreksi Laporan Debitur disampaikan melampaui
tanggal 12 Maret 2008.

SE 10/47/DPNP Pelapor (Bank Umum) dinyatakan terlambat menyampaikan Laporan


2008 Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur apabila penyampaiannya
Romawi IV. A No. 3e dilakukan melampaui batas waktu sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b,
c, dan d (SE 10/47/DPNP 2008 Romawi IV. A No. 3a – d) sampai dengan
akhir bulan setelah bulan Laporan Debitur yang bersangkutan.

16 Pasal 16 Dalam hal tanggal berakhirnya penyampaian koreksi Laporan Debitur


9/14/PBI/2007 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) (Paragraf 14 Kodifikasi ini)
jatuh pada hari Sabtu, Minggu atau hari libur, maka koreksi Laporan Debitur
disampaikan pada hari kerja sebelumnya.

Yang termasuk hari libur adalah Hari Libur Nasional dan hari libur setempat
yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I.
Yang dimaksud dengan “hari kerja sebelumnya” adalah hari kerja yang
jatuh sebelum hari Sabtu, Minggu, atau hari libur.

Contoh:
Koreksi Laporan Debitur yang wajib disampaikan paling lambat tanggal 12
April 2008 jatuh pada hari Sabtu, maka batas akhir penyampaian koreksi
Laporan Debitur adalah pada hari Jumat tanggal 11 April 2008.

Prosedur Penyampaian Laporan Debitur dan Koreksi Laporan


BAB VII
Debitur
17 Pasal 17 (1) Pelapor wajib menyampaikan Laporan Debitur dan/atau koreksi
9/14/PBI/2007 Laporan Debitur secara on-line.
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “Penyampaian Laporan Debitur dan/atau
koreksi Laporan Debitur secara on-line” adalah penyampaian Laporan
Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur oleh Pelapor dengan cara
mengirim atau mentransfer rekaman data Laporan Debitur dan/atau
koreksi Laporan Debitur secara langsung melalui jaringan
telekomunikasi ekstranet Bank Indonesia atau melalui jaringan
telekomunikasi lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

SE 10/47/DPNP Penyampaian Laporan Secara On-Line (Bank Umum) :


2008 a. Pelapor yang melakukan kegiatan operasional di wilayah
Romawi IV. A No. 1 Indonesia, wajib menyusun dan menyampaikan Laporan Debitur
dan/atau koreksi Laporan Debitur secara on-line kepada Kantor
Pusat Bank Indonesia.
b. Dalam hal Pelapor melakukan kegiatan operasional di luar wilayah
Indonesia, Laporan Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur

14
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


wajib disusun dan disampaikan secara tersendiri oleh kantor pusat
Pelapor secara on-line kepada Kantor Pusat Bank Indonesia.
c. Dalam hal Pelapor melakukan merger/konsolidasi, berlaku
ketentuan sebagai berikut:
1) Pelapor hasil merger/konsolidasi menyampaikan surat
pemberitahuan yang memuat informasi antara lain:
a) Nama Pelapor hasil merger/konsolidasi;
b) Tanggal efektif operasional merger/konsolidasi;
c) Kantor Pelapor peserta merger/konsolidasi yang akan
ditutup dan yang akan tetap beroperasi;
d) Nama petugas penanggung jawab SID dari kantor
Pelapor peserta merger/konsolidasi yang masih
berwenang setelah operasional merger/konsolidasi.
2) Penyampaian Laporan Debitur dan/atau koreksi Laporan
Debitur sampai dengan tanggal efektif operasional
merger/konsolidasi dapat dilakukan dengan menggunakan hak
akses dan sandi pelaporan masing-masing Pelapor peserta
merger/konsolidasi.
Penyampaian Laporan Debitur dan/atau koreksi Laporan
Debitur setelah tanggal efektif operasional merger/konsolidasi
dilakukan oleh Pelapor hasil merger/konsolidasi dengan
menggunakan hak akses dan sandi pelaporan dari Pelapor hasil
merger/konsolidasi tersebut.
Contoh:
Apabila operasional merger/konsolidasi berlaku efektif pada
tanggal 12 Mei 2008, maka Laporan Debitur dan/atau koreksi
Laporan Debitur untuk data bulan April 2008 yang
disampaikan paling lambat tanggal 12 Mei 2008 dilakukan
dengan menggunakan hak akses dan sandi pelaporan masing-
masing Pelapor peserta merger/konsolidasi. Setelah tanggal
tersebut penyampaian Laporan Debitur dan/atau koreksi
Laporan Debitur disampaikan oleh Pelapor hasil
merger/konsolidasi dengan menggunakan hak akses dan sandi
pelaporan dari Pelapor hasil merger/konsolidasi tersebut.
3) Pelapor hasil merger/konsolidasi mengajukan permohonan
user-id dan password Web SID dengan tata cara akses SID
sebagaimana diatur dalam Panduan Pelaksanaan SID yang
merupakan bagian dari Pedoman Operasional SID
sebagaimana tercantum dalam Lampiran (Lampiran 2
Kodifikasi ini), dengan pengecualian terhadap ketentuan
mengenai jangka waktu penyampaian permohonan user-id dan
password, daftar petugas yang bertanggung jawab dalam
SIDserta penyampaian Laporan Debitur untuk pertama kalinya.
4) Setelah tanggal efektif operasional merger/konsolidasi,
Pelapor hasil merger/konsolidasi bertanggung jawab atas
seluruh data yang pernah dilaporkan atau yang seharusnya
dilaporkan oleh Pelapor peserta merger/konsolidasi.
d. Identitas Pelapor dalam SID menggunakan sandi sesuai dengan
sandi yang digunakan dalam Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)
dan/atau Laporan Bulanan Bank Umum Syariah (LBUS).

15
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


e. Laporan Debitur sebagaimana dimaksud pada huruf a meliputi
data Penyediaan Dana yang diberikan oleh Pelapor dan data
Penyediaan Dana yang diberikan oleh Kantor Cabang Pembantu
atau Kantor Kas atau kantor-kantor di bawahnya yang menginduk
kepada Pelapor.
f. Pelapor yang karena kondisi tertentu sehingga tidak memiliki
Debitur dan/atau tidak memberikan fasilitas Penyediaan Dana,
wajib menyampaikan laporan nihil secara on-line sesuai dengan
Pedoman Penyusunan Laporan Debitur yang merupakan bagian
dari Pedoman Operasional SID sebagaimana tercantum dalam
Lampiran (Lampiran 1 Kodifikasi ini).
g. Pelapor dinyatakan telah menyampaikan Laporan Debitur
dan/atau koreksi Laporan Debitur pada tanggal diterimanya
Laporan Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur tersebut oleh
Bank Indonesia, sebagaimana tercantum pada tanda terima
Laporan Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur dari SID.
h. Tanda terima Laporan Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur
dari SID dimaksud wajib di down-load dan disimpan oleh Pelapor
yang bersangkutan.

Pasal 17 (2) Pelapor yang mengalami gangguan teknis dalam menyampaikan


9/14/PBI/2007 Laporan Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur wajib
Ayat (2) – (3) menyampaikan secara on-line melalui kantor pusat atau kantor cabang
lainnya dari Pelapor yang bersangkutan.

Yang dimaksud dengan “gangguan teknis” adalah gangguan yang


menyebabkan Pelapor tidak dapat menyampaikan Laporan Debitur
dan/atau koreksi Laporan Debitur secara on-line, antara lain gangguan
pada jaringan telekomunikasi dan pemadaman listrik.

(3) Dalam hal penyampaian secara on-line melalui kantor pusat atau kantor
cabang lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat
dilakukan sampai dengan batas akhir periode penyampaian Laporan
Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (1) dan/atau Pasal 14 ayat (1) (Paragraf 11 dan/atau
Paragraf 14 Kodifikasi ini), maka Pelapor dapat menyampaikan Laporan
Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur secara off-line.

Yang dimaksud dengan “penyampaian Laporan Debitur dan/atau


koreksi Laporan Debitur secara off-line” adalah penyampaian Laporan
Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur oleh Pelapor yang dilakukan
dengan menyampaikan rekaman data Laporan Debitur dan/atau koreksi
Laporan Debitur kepada Bank Indonesia antara lain dalam bentuk disket
atau compact disc.

SE 10/47/DPNP Tata Cara Pelaporan Off-Line (Bank Umum) :


2008 a. Pelapor dapat menyampaikan Laporan Debitur dan/atau koreksi
Romawi IV. A No. 2 Laporan Debitur secara off-line apabila Laporan Debitur dan/atau
koreksi Laporan Debitur tidak dapat disampaikan secara on-line
karena:

16
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


1) gangguan teknis dan upaya penyampaian secara on-line
melalui kantor pusat atau kantor cabang lain dari Pelapor yang
bersangkutan tidak dapat dilakukan sampai dengan batas akhir
periode penyampaian Laporan Debitur dan/atau koreksi
Laporan Debitur; dan/atau
2) koreksi data historis Laporan Debitur atas dasar temuan
Pelapor yang bersangkutan dan/atau atas temuan Bank
Indonesia.
b. Pelapor sebagaimana dimaksud pada huruf a dinyatakan telah
menyampaikan Laporan Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur
pada tanggal diterimanya Laporan Debitur dan/atau koreksi
Laporan Debitur tersebut oleh Bank Indonesia, sebagaimana
tercantum pada bukti penerimaan Laporan Debitur dan/atau
koreksi Laporan Debitur dari Bank Indonesia atau bukti pengiriman
dari kantor pos.
c. Pelapor sebagaimana dimaksud pada huruf a wajib melakukan
update status ke dalam aplikasi SID di kantor Pelapor setelah proses
up-load Laporan Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur telah
selesai dilakukan oleh Bank Indonesia.
d. Pelapor sebagaimana dimaksud pada huruf a angka 1) wajib
menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada Bank Indonesia
dengan dilampiri dokumen pendukung mengenai kondisi yang
menyebabkan Pelapor menyampaikan Laporan Debitur dan/atau
koreksi Laporan Debitur secara off-line. Format pemberitahuan
tertulis diatur dalam Panduan Pelaksanaan SID yang merupakan
bagian dari Pedoman Operasional SID sebagaimana tercantum
dalam Lampiran (Lampiran 2 Kodifikasi ini).

SE 7/63/DPBPR Penyampaian Laporan Debitur (BPR) dan/atau koreksi atas Laporan


2005 Debitur (BPR) dapat dilakukan secara off line dengan menggunakan
Romawi VIII No. 2 media perekaman seperti disket atau compact disc, dalam hal:
a. BPR Pelapor berkedudukan di daerah yang belum memiliki fasilitas
telekomunikasi atau mengalami keadaan memaksa (force majeure),
seperti kebakaran, kerusuhan massa, perang, sabotase, serta
bencana alam seperti banjir dan gempa bumi;
b. BPR Pelapor baru memulai kegiatan operasional, dengan batas
waktu paling lama 2 (dua) bulan setelah melakukan kegiatan
operasional; atau
c. BPR Pelapor mengalami gangguan teknis dalam menyampaikan
Laporan Debitur dan/atau koreksi atas Laporan Debitur, seperti
gangguan jaringan telekomunikasi atau pemadaman aliran listrik
yang berkepanjangan yang harus disertai keterangan tertulis dari
pejabat Pelapor.

Pasal 17 (4) Penyampaian Laporan Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur secara
9/14/PBI/2007 off-line sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan paling lambat 3
Ayat (4) (tiga) hari kerja setelah batas akhir periode penyampaian Laporan
Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur dengan surat pemberitahuan
tertulis kepada Bank Indonesia dengan dilampiri dokumen pendukung
dari instansi yang terkait dengan kondisi gangguan dimaksud.

17
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


Dokumen pendukung dari instansi yang terkait dengan kondisi
gangguan teknis antara lain surat dari penyedia jaringan telekomunikasi
dalam hal Pelapor mengalami gangguan telekomunikasi atau surat dari
penyedia jaringan listrik dalam hal Pelapor mengalami pemadaman
listrik.

SE 10/47/DPNP Penyampaian Laporan Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur secara


2008 off-line serta surat pemberitahuan tertulis sebagaimana dimaksud
Romawi IV. A No. 3b dalam Bagian IV.A.2 huruf d dilakukan paling lambat 3 (tiga) hari kerja
setelah batas akhir periode penyampaian Laporan Debitur dan/atau
koreksi Laporan Debitur secara on-line.

Pasal 17 (5) Pelapor dinyatakan terlambat menyampaikan Laporan Debitur dan/atau


9/14/PBI/2007 koreksi Laporan Debitur secara off-line apabila menyampaikan Laporan
Ayat (5) Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur secara off-line melampaui
batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

SE 10/47/DPNP Pelapor (Bank Umum) dinyatakan terlambat menyampaikan Laporan


2008 Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur apabila penyampaiannya
Romawi IV. A No. 3e dilakukan melampaui batas waktu sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, b, c, dan d (SE 10/47/DPNP 2008 Romawi IV. A No. 3a – d) sampai
dengan akhir bulan setelah bulan Laporan Debitur yang bersangkutan.

Pasal 17 (6) Pelapor yang mengalami keadaan memaksa (force majeure) sehingga
9/14/PBI/2007 tidak memungkinkan untuk menyampaikan Laporan Debitur dan/atau
Ayat (6) koreksi Laporan Debitur secara on-line dan off-line sampai dengan batas
akhir periode penyampaian Laporan Debitur dan/atau koreksi atas
Laporan Debitur, wajib memberitahukan secara tertulis kepada Bank
Indonesia untuk memperoleh pengecualian penyampaian Laporan
Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur.

Yang dimaksud dengan “keadaan memaksa (force majeure)” antara lain


kebakaran, kerusuhan massa, perang, konflik bersenjata, sabotase,
serta bencana alam seperti banjir dan gempa bumi yang mengganggu
kegiatan operasional Pelapor.

18 Pasal 18 Dalam hal terjadi kerusakan pada Laporan Debitur dan/atau koreksi
9/14/PBI/2007 Laporan Debitur yang diterima karena adanya gangguan teknis atau
gangguan lainnya pada sistem dan/atau jaringan telekomunikasi, maka
Bank Indonesia dapat meminta Pelapor untuk menyampaikan ulang
Laporan Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur.

19 Pasal 19 (1) Laporan Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur secara on-line
9/14/PBI/2007 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) dan ayat (2) (Paragraf 17
Kodifikasi ini) wajib disampaikan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia.
(2) Dalam hal Pelapor melakukan kegiatan operasional di luar wilayah
Indonesia, maka Laporan Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disusun dan disampaikan
oleh kantor pusat Pelapor.

18
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


(3) Laporan Debitur dan/atau koreksi Laporan Debitur secara off-line
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) (Paragraf 17 Kodifikasi
ini) dan pemberitahuan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
ayat (4) dan (6) (Paragraf 17 Kodifikasi ini), wajib disampaikan kepada:
a. Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan c.q. Pusat Informasi
Kredit Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, bagi Pelapor yang
berkedudukan di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia; atau
b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi Pelapor yang berkedudukan
di luar wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia.

BAB VIII Informasi Debitur


20 Pasal 20 Pihak yang dapat meminta informasi Debitur adalah:
9/14/PBI/2007 a. Pelapor;
b. Debitur; atau
c. pihak lain.

Informasi Debitur meliputi antara lain identitas Debitur, pemilik dan


pengurus (untuk Debitur Badan Usaha), fasilitas Penyediaan Dana yang
diterima Debitur, agunan, penjamin, dan kolektibilitas.

21 Pasal 21 (1) Pelapor yang telah memenuhi kewajiban pelaporan sebagaimana


9/14/PBI/2007 dimaksud dalam Pasal 6 (Paragraf 6 Kodifikasi ini) dapat meminta
informasi Debitur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 (Paragraf 20
Kodifikasi ini) kepada Bank Indonesia yang harus dilakukan secara on-
line.
(2) Permintaan informasi Debitur secara on-line sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dapat dilakukan melalui kantor lain dari Pelapor yang
bersangkutan.

SE 10/47/DPNP Permintaan Informasi Debitur oleh Pelapor (Bank Umum) :


2008 1. Tata cara permintaan
Romawi V. C a. Pelapor yang telah memenuhi kewajiban pelaporan, dapat
No. 1 dan 3 meminta Informasi Debitur kepada Bank Indonesia. Permintaan
dimaksud dilakukan secara on-line melalui jaringan ekstranet
Bank Indonesia atau melalui jaringan telekomunikasi lain yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
b. Dalam hal Pelapor tidak memungkinkan melakukan permintaan
Informasi Debitur secara on-line karena:
1) mengalami gangguan teknis seperti gangguan pada jaringan
telekomunikasi dan pemadaman listrik; atau
2) mengalami keadaan memaksa (force majeure) seperti
kebakaran, kerusuhan massa, perang, konflik bersenjata,
sabotase, serta bencana alam seperti banjir dan gempa
bumi yang mengganggu kegiatan operasional;
maka permintaan informasi Debitur dapat dilakukan melalui
kantor lain dari Pelapor yang bersangkutan.
2. Penatausahaan permintaaan informasi Debitur
Bank Umum Pelapor harus menatausahakan semua permintaan
informasi Debitur yang dilakukan oleh Pelapor, paling kurang
meliputi tanggal permintaan informasi Debitur, nama Debitur,

19
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


peruntukannya serta petugas yang mengajukan permintaan dan
menerima informasi Debitur.

22 Pasal 22 (1) Informasi Debitur yang diperoleh Pelapor sebagaimana dimaksud dalam
9/14/PBI/2007 Pasal 21 (Paragraf 21 Kodifikasi ini) ayat (1) hanya dapat digunakan
Ayat (1) untuk keperluan Pelapor dalam rangka:
a. kelancaran proses Penyediaan Dana;
b. penerapan manajemen risiko; dan
c. identifikasi kualitas Debitur dalam rangka pemenuhan ketentuan
Bank Indonesia yang berlaku.

SE 10/47/DPNP Informasi Debitur yang diperoleh hanya dapat digunakan untuk


2008 keperluan Pelapor (Bank Umum)dalam rangka:
Romawi V. C No. 2a 1) kelancaran proses Penyediaan Dana;
2) penerapan manajemen risiko;
3) identifikasi kualitas Debitur dalam rangka pemenuhan ketentuan
Bank Indonesia yang berlaku.
Yang termasuk keperluan Pelapor dalam rangka kelancaran proses
Penyediaan Dana antara lain informasi yang dibutuhkan untuk
menindaklanjuti proses Penyediaan Dana yang telah dilakukan sesuai
prinsip kehati-hatian dalam Penyediaan Dana. Termasuk dalam ruang
lingkup kelancaran proses penyediaan dana adalah penggunaan
informasi Debitur untuk penawaran fasilitas Penyediaan Dana kepada
nasabah Pelapor yang bersangkutan.
Yang termasuk keperluan Pelapor dalam rangka penerapan manajemen
risiko antara lain informasi yang dibutuhkan untuk pengelolaan risiko
dalam menunjang kegiatan operasional Pelapor, terutama yang terkait
dengan kegiatan Penyediaan Dana. Termasuk dalam ruang lingkup
penerapan manajemen risiko adalah penggunaan informasi Debitur
untuk proses seleksi pegawai Pelapor. Namun tidak termasuk
penggunaan informasi Debitur untuk penyusunan prospek list calon
debitur.
Yang termasuk keperluan Pelapor dalam rangka identifikasi kualitas
Debitur dalam rangka pemenuhan ketentuan Bank Indonesia yang
berlaku adalah informasi yang dibutuhkan untuk penyamaan kualitas
terhadap satu debitur atau satu proyek yang sama sesuai ketentuan
yang berlaku.

Pasal 22 (2) Pelapor wajib memberikan informasi Debitur atas permintaan Debitur
9/14/PBI/2007 dari Pelapor yang bersangkutan.
Ayat (2) – (3)
Pemberian informasi Debitur kepada Debitur yang bersangkutan
merupakan salah satu bentuk pelaksanaan transparansi Pelapor kepada
Debitur untuk mengetahui informasi mengenai Penyediaan Dana yang
diperoleh.

(3) Segala akibat hukum yang timbul sehubungan dengan penggunaan


informasi Debitur untuk keperluan Pelapor yang tidak sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Pelapor yang bersangkutan.

20
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


23 Pasal 23 (1) Dalam hal Pelapor menolak memberikan Penyediaan Dana kepada
9/14/PBI/2007 Debitur atau calon Debitur karena akibat langsung dari informasi
Ayat (1) Debitur, Pelapor wajib memberikan penjelasan tertulis kepada Debitur
atau calon Debitur tersebut.

Pemberian penjelasan tertulis kepada Debitur dapat dilakukan dengan


menggunakan media elektronik dan/atau non-elektronik.

SE 10/47/DPNP 1. Dalam hal Pelapor menolak permohonan fasilitas Penyediaan


2008 Dana dari Debitur atau calon Debitur yang disebabkan karena
Romawi V. F informasi Debitur yang diperoleh, dan Debitur atau calon
Debitur meminta penjelasan tertulis atas penolakan tersebut,
maka Pelapor wajib memberikan penjelasan tertulis kepada
Debitur atau calon Debitur tersebut.
2. Penjelasan tertulis kepada Debitur atau calon Debitur tersebut
mencakup antara lain:
a. alasan penolakan Penyediaan Dana;
b. informasi Penyediaan Dana yang telah diperoleh meliputi
antara lain lembaga Penyedia Dana, kondisi atau status
Penyediaan Dana;

c. klausula yang menyatakan secara tegas bahwa segala akibat


hukum yang timbul berkaitan dengan penggunaan informasi
yang diberikan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Debitur
atau calon Debitur yang bersangkutan.
3. Dalam hal Debitur atau calon Debitur berbentuk badan usaha,
permintaan penjelasan tertulis sebagaimana dimaksud dalam angka
1 dapat diajukan oleh pengurus yang berwenang sesuai anggaran
dasar perusahaan atau oleh pihak yang diberi kuasa oleh pengurus
tersebut.

Pasal 23 (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya berlaku apabila
9/14/PBI/2007 terdapat permintaan tertulis dari Debitur atau calon Debitur yang
Ayat (2) bersangkutan.

24 Pasal 24 (1) Debitur dapat meminta informasi Debitur hanya atas nama Debitur
9/14/PBI/2007 yang bersangkutan kepada Bank Indonesia atau kepada Pelapor yang
Ayat (1) – (2) memberikan Penyediaan Dana kepada Debitur tersebut.
(2) Permintaan informasi Debitur oleh Debitur sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), diajukan dengan permohonan tertulis yang disampaikan
langsung oleh Debitur yang bersangkutan atau pihak yang diberi kuasa,
dengan menunjukkan asli bukti identitas diri dan asli surat kuasa dari
Debitur kepada pihak yang diberi kuasa.

Yang dimaksud dengan identitas diri adalah :


a. KTP/SIM/Paspor/KITAS/KIMS, untuk Debitur Perorangan; atau
b. Akta Pendirian Perusahaan atau Anggaran Dasar Perusahaan yang
terakhir, untuk Debitur Badan Usaha.

21
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


SE 10/47/DPNP Tata cara permintaan (Bank Umum) :
2008 a. Permintaan informasi Debitur disampaikan secara tertulis kepada
Romawi V. D No. 2 Bank Indonesia dilakukan dengan tata cara sebagai berikut:
1) Debitur yang bersangkutan atau pihak yang diberi kuasa oleh
Debitur dapat mengajukan permintaan informasi Debitur
langsung di Gerai Info Bank Indonesia, Jl. M.H. Thamrin No. 2
Jakarta 10350 atau di tempat tertentu yang ditetapkan oleh
Kantor Bank Indonesia setempat.
2) Dalam hal Debitur yang bersangkutan berbentuk badan usaha,
permintaan informasi Debitur sebagaimana dimaksud pada
angka 1) diajukan oleh pengurus yang berwenang sesuai
anggaran dasar perusahaan atau oleh pihak yang diberi kuasa
oleh pengurus tersebut.
3) Debitur yang bersangkutan atau pihak yang diberi kuasa
mengisi formulir permohonan yang antara lain meliputi
identitas Debitur atau pihak yang diberi kuasa, alasan dan
tujuan penggunaan informasi Debitur dimaksud.
4) Debitur yang bersangkutan atau pihak yang diberi kuasa
menyerahkan dokumen sebagai berikut:
a) Bagi Debitur perorangan:
1. fotokopi identitas diri dengan menunjukkan identitas
diri asli antara lain berupa Kartu Tanda Penduduk
(KTP) atau Kartu Izin Tinggal Sementara (KITAS); atau
2. Surat Kuasa asli, fotokopi identitas diri Pemberi Kuasa
dan Penerima Kuasa dengan menunjukkan identitas
diri asli dari Pemberi Kuasa dan Penerima Kuasa,
dalam hal dikuasakan.
b) Bagi Debitur badan usaha:
1. fotokopi identitas badan usaha dan fotokopi identitas
diri dari pengurus yang mengajukan permintaan
informasi Debitur dengan menunjukkan identitas asli
badan usaha dimaksud atau fotokopi identitas badan
usaha yang telah dilegalisir dan menunjukkan identitas
diri asli dari pengurus yang mengajukan permintaan
informasi Debitur. Identitas dimaksud berupa akta
pendirian perusahaan dan perubahan anggaran dasar
terakhir yang memuat susunan dan kewenangan
pengurus; atau
2. Surat Kuasa asli, fotokopi badan usaha dan identitas
diri Pemberi Kuasa dan Penerima Kuasa dengan
menunjukkan identitas asli badan usaha dimaksud
atau fotokopi identitas badan usaha yang telah
dilegalisir, serta identitas asli Pemberi Kuasa dan
Penerima Kuasa dalam hal dikuasakan.
5) Dalam hal terdapat perbedaan antara susunan pengurus yang
berwenang sesuai anggaran dasar perusahaan dengan data
yang terdapat di SID, maka permintaan informasi Debitur tidak
dapat dipenuhi.
6) Dalam hal permintaan informasi Debitur telah memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini, maka

22
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


informasi Debitur dapat diberikan sesuai dengan alasan dan
tujuan penggunaannya. Segala akibat hukum yang timbul
berkaitan dengan penggunaan informasi Debitur sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Debitur atau pihak yang diberi kuasa.
b. Permintaan informasi Debitur kepada Pelapor dilakukan dengan
tata cara sebagai berikut:
1) Debitur yang bersangkutan atau pihak yang diberi kuasa
mengajukan permintaan informasi Debitur kepada Pelapor
dimana Debitur tersebut menerima Penyediaan Dana.
2) Pengajuan permintaan informasi Debitur disampaikan oleh
Debitur yang bersangkutan atau pihak yang diberi kuasa
dengan menunjukkan identitas diri asli, atau surat kuasa asli,
identitas diri asli dari Pemberi Kuasa dan Penerima Kuasa,
dalam hal dikuasakan.
3) Pelapor harus dapat meyakini bahwa permintaan informasi
Debitur sebagaimana dimaksud pada angka 2) dilakukan oleh
Debitur yang berhak sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia
yang mengatur mengenai SID.
4) Pelapor harus menatausahakan semua pemberian informasi
Debitur atas dasar permintaan Debitur yang bersangkutan,
paling kurang meliputi tanggal pemberian informasi Debitur,
nama Debitur, peruntukannya serta petugas Pelapor yang
mengajukan permintaan dan menerima informasi Debitur.

Pasal 24 (3) Segala akibat hukum yang timbul sehubungan dengan penggunaan
9/14/PBI/2007 informasi Debitur sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sepenuhnya
Ayat (3) menjadi tanggung jawab Debitur yang bersangkutan.

25 Pasal 25 (1) Pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf c (Paragraf 20
9/14/PBI/2007 Kodifikasi ini) dapat meminta informasi Debitur kepada Bank Indonesia
dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang.
(2) Permintaan informasi Debitur oleh pihak lain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 huruf c (Paragraf 20 Kodifikasi ini) dilakukan dengan
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. permohonan informasi Debitur disampaikan secara tertulis kepada
Bank Indonesia oleh pihak yang memiliki kewenangan, dengan
menyampaikan peruntukan penggunaan informasi Debitur
dimaksud; dan
b. pemohon menyatakan bahwa segala akibat yang timbul berkaitan
dengan penggunaan informasi Debitur sepenuhnya menjadi
tanggung jawab pemohon.

SE 10/47/DPNP Permintaan informasi Debitur oleh pihak lain dilakukan dengan tata
2008 cara sebagai berikut (Bank Umum) :
Romawi V. E No. 2 a. Pihak lain mengajukan permintaan informasi Debitur secara
tertulis yang ditandatangani oleh pihak yang memiliki
kewenangan dan disampaikan kepada Direktorat Perizinan dan
Informasi Perbankan c.q. Pusat Informasi Kredit, Jl. MH. Thamrin
No. 2 Jakarta 10350, dengan mengemukakan alasan dan tujuan
penggunaan informasi serta identitas Debitur yang dimintakan
informasinya.

23
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


b. Dalam hal permintaan informasi Debitur telah memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini, maka
informasi Debitur diberikan sesuai dengan alasan dan tujuan
penggunaannya. Segala akibat hukum yang timbul berkaitan
dengan penggunaan informasi Debitur sepenuhnya
menjadi tanggung jawab pemohon yang bersangkutan.

BAB IX Pelaksana dan Penanggungjawab


26 Pasal 26 (1) Pelapor wajib menunjuk petugas pelaksana dan/atau pejabat yang
9/14/PBI/2007 bertanggung jawab dalam:
Ayat (1) a. menyampaikan Laporan Debitur
b. melakukan verifikasi Laporan Debitur; dan
c. mengajukan permintaan dan menerima informasi Debitur.

SE 7/63/DPBPR Dalam rangka penyampaian Laporan Debitur dan permohonan


2005 permintaan informasi Debitur, Pelapor (BPR) menunjuk
Romawi V No. 1 petugas operator/pelaksana dan/atau pejabat penanggungjawab
dengan wewenang dan tanggung jawab:
a. menyusun dan menyampaikan Laporan Debitur kepada Bank
Indonesia;
b. melakukan verifikasi atas keabsahan dan kelengkapan Laporan
Debitur yang terkini sebelum disampaikan kepada Bank
Indonesia;
c. mengajukan permohonan dan menerima informasi Debitur
dari Bank Indonesia.

Pasal 26 (2) Pelapor wajib membuat user-id petugas yang ditunjuk untuk
9/14/PBI/2007 menyampaikan Laporan Debitur, mengajukan permintaan dan
Ayat (2) – (3) menerima informasi Debitur.
(3) Pelapor wajib menyampaikan daftar pihak-pihak yang ditunjuk
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Bank Indonesia paling
lambat 2 (dua) bulan sejak Bank Indonesia memberikan user-id dan
password Web Sistem Informasi Debitur.

SE 7/63/DPBPR Pelapor (BPR) selanjutnya memberitahukan secara tertulis:


2005 a. nama, nomor telepon, nomor faksimili, dan alamat e-mail petugas
Romawi V No. 2 – 3 dan/atau penanggung jawab Laporan Debitur;
b. nama, nomor telepon, nomor faksimili, dan alamat e-mail petugas
dan/atau penanggung jawab yang berwenang meminta dan
menerima informasi Debitur;
kepada DPIP c.q. Pusat Informasi Kredit, dengan tembusan kepada:
a. DPBPR/DPbS bagi Pelapor yang berada di wilayah DKI Jakarta Raya,
Provinsi Banten, Bogor, Depok, Karawang dan Bekasi, atau
b. Kantor Bank Indonesia setempat bagi Pelapor yang berada di luar
sebagaimana dimaksud pada huruf a.

Setiap petugas dan/atau penanggungjawab yang telah diberi wewenang


tersebut harus menjaga dan bertanggung jawab atas kerahasiaan
password dan user-id masing-masing.

24
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


Pasal 26 (4) Dalam hal terjadi perubahan atas daftar pihak-pihak yang ditunjuk
9/14/PBI/2007 sebagai petugas pelaksana dan/atau pejabat yang bertanggung jawab
Ayat (4) – (5) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pelapor wajib menghapus user-id
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan menyampaikan perubahan
daftar dimaksud paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah terjadinya
perubahan.
(5) Daftar pihak-pihak yang ditunjuk sebagai petugas pelaksana dan/atau
pejabat yang bertanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (4) disampaikan kepada Direktorat Perizinan dan Informasi
Perbankan c.q. Pusat Informasi Kredit Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta
10350.

SE 10/47/DPNP Ketentuan mengenai tata cara akses SID (Bank Umum) serta
2008 penunjukkan/perubahan petugas penanggung jawab SID diatur dalam
Romawi II. C Panduan Pelaksanaan SID yang merupakan bagian dari Pedoman
Operasional SID sebagaimana tercantum dalam Lampiran (Lampiran 2
Kodifikasi ini).

BAB X Pengawasan
27 Pasal 27 (1) Bank Indonesia melakukan pengawasan terhadap pemenuhan
9/14/PBI/2007 kewajiban Pelapor yang terkait dengan pelaksanaan Sistem Informasi
Ayat (1) Debitur.

Pengawasan dilakukan melalui:


a. pengecekan secara langsung terhadap Pelapor; dan/atau
b. pengecekan secara tidak langsung melalui penelitian, analisis, dan
evaluasi atas laporan-laporan yang disampaikan oleh Pelapor
kepada Bank Indonesia dan/atau data/informasi lain yang
diperoleh Bank Indonesia.

SE 10/47/DPNP Bank Indonesia melakukan pengawasan terhadap pemenuhan


2008 kewajiban Pelapor (Bank Umum) yang terkait dengan pelaksanaan SID,
Romawi I No. 3 termasuk pengggunaan informasi Debitur.

SE 10/47/DPNP Pengawasan terhadap pelaksanaan SID dilakukan oleh Bank Indonesia


2008 terhadap Pelapor (Bank Umum) baik secara langsung maupun tidak
Romawi VI langsung.
1. Pengawasan Langsung
a. Pengawasan langsung dilakukan melalui pemeriksaan kepada
kantor Pelapor.
b. Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf a bertujuan
untuk memastikan kepatuhan Pelapor terhadap Peraturan
Bank Indonesia tentang Sistem Informasi Debitur dan
peraturan pelaksanaannya yang meliputi antara lain:
1) sistem dan prosedur yang ada di Pelapor dalam
melaksanakan kegiatan operasional SID;
2) kebenaran Laporan Debitur yang disampaikan oleh
Pelapor;
3) penggunaan informasi Debitur.

25
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


c. Dalam rangka pemeriksaan, Pelapor wajib memberikan:
1) keterangan dan data yang terkait dengan pelaksanaan
SID yang meliputi antara lain data elektronik dan
penjelasan yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan;
2) kesempatan untuk melakukan pemeriksaan terhadap
sarana fisik dan aplikasi pendukungnya yang terkait
dengan operasional SID yang meliputi antara lain
perangkat hardware, aplikasi SID, database, back-up
data, koneksitas ke ekstranet Bank Indonesia, dan
interface ke sistem internal Pelapor; dan
3) hal-hal lain yang diperlukan yang meliputi antara lain
salinan dokumen yang terkait dengan objek pemeriksaan.
d. Berdasarkan hasil pemeriksaan, Pelapor wajib melakukan
langkah-langkah perbaikan dan/atau penyempurnaan atas hal-
hal yang ditemukan dalam pemeriksaan serta melaporkan
secara tertulis perbaikan dan/atau penyempurnaan yang
dilakukan kepada Direktorat Perizinan dan Informasi
Perbankan c.q. Pusat Informasi Kredit, Jl. MH. Thamrin No. 2
Jakarta 10350.
e. Perbaikan dan/atau penyempurnaan atas temuan hasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam huruf d tidak
meniadakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
2. Pengawasan Tidak Langsung
a. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui
penelitian, analisis dan evaluasi terhadap Laporan Debitur
dan/atau koreksi Laporan Debitur, dan data/informasi lainnya
yang bersumber antara lain dari Debitur dan Pelapor lain.
b. Berdasarkan hasil pengawasan tidak langsung yang
disampaikan oleh Bank Indonesia, Pelapor wajib melakukan
langkah-langkah perbaikan dan/atau penyempurnaan atas hal-
hal yang ditemukan serta melaporkan secara tertulis perbaikan
dan/atau penyempurnaan yang dilakukan kepada Direktorat
Perizinan dan Informasi Perbankan c.q. Pusat Informasi Kredit,
Jl. MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10350.
c. Perbaikan dan/atau penyempurnaan atas temuan hasil
pengawasan tidak langsung sebagaimana dimaksud dalam
huruf b tidak meniadakan sanksi sesuai ketentuan yang
berlaku.

Pasal 27 (2) Pelapor wajib memberikan informasi yang dibutuhkan oleh Bank
9/14/PBI/2007 Indonesia dalam rangka pelaksanaan pengawasan sebagaimana
Ayat (2) dimaksud pada ayat (1).

BAB XI Sanksi
28 Pasal 28 (1) Pelapor yang dinyatakan terlambat menyampaikan Laporan Debitur
9/14/PBI/2007 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) (Paragraf 12 Kodifikasi
ini) dikenakan sanksi berupa kewajiban membayar dan penundaan
pemberian informasi Debitur sampai dengan diterimanya Laporan
Debitur dimaksud oleh Bank Indonesia.

26
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


(2) Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur sebagai berikut:
a. bagi Bank Umum, sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per
hari kerja keterlambatan untuk setiap kantor Pelapor;

Contoh:
Apabila 1 (satu) kantor cabang Bank Umum menyampaikan
Laporan Debitur bulan Februari 2008 pada hari Senin tanggal 17
Maret 2008, kantor cabang Bank Umum dinyatakan terlambat
menyampaikan Laporan Debitur selama 3 (tiga) hari kerja yaitu
hari Kamis, Jumat, dan Senin sehingga kantor cabang Bank Umum
dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar 3 (tiga) x
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) = Rp3.000.000,00 (tiga juta
rupiah).

b. bagi BPR, Penyelenggara Kartu Kredit Selain Bank, Lembaga


Keuangan Non Bank, dan Koperasi Simpan Pinjam sebesar
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per hari kerja keterlambatan
untuk setiap kantor Pelapor.

Contoh:
Apabila kantor pusat BPR menyampaikan Laporan Debitur bulan
Februari 2008 pada hari Senin tanggal 17 Maret 2008, kantor pusat
BPR dinyatakan terlambat menyampaikan Laporan Debitur selama
3 (tiga) hari kerja yaitu hari Kamis, Jumat, dan Senin, sehingga
kantor pusat BPR dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar 3
(tiga) x Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) = Rp300.000,00 (tiga
ratus ribu rupiah).

29 Pasal 29 (1) Pelapor yang dinyatakan tidak menyampaikan Laporan Debitur


9/14/PBI/2007 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) (Paragraf 12 Kodifikasi
ini) dikenakan sanksi berupa kewajiban membayar dan penundaan
pemberian informasi Debitur sampai dengan diterimanya Laporan
Debitur dimaksud oleh Bank Indonesia.
(2) Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur sebagai berikut:
a. bagi Bank Umum, sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
per Laporan Debitur untuk setiap kantor Pelapor;
b. bagi BPR, Penyelenggara Kartu Kredit Selain Bank, Lembaga
Keuangan Non Bank, dan Koperasi Simpan Pinjam sebesar
Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) per Laporan Debitur untuk setiap
kantor Pelapor.

30 Pasal 30 Pelapor yang dinyatakan terlambat menyampaikan koreksi Laporan Debitur


9/14/PBI/2007 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a (Paragraf 14
Kodifikasi ini) dan Pasal 15 (Paragraf 15 Kodifikasi ini) dikenakan sanksi
kewajiban membayar:
a. bagi Bank Umum, sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per hari
kerja keterlambatan untuk setiap kantor Pelapor;

27
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


Contoh:
Apabila 1 (satu) kantor cabang Bank Umum menyampaikan koreksi
Laporan Debitur bulan Februari 2008 pada hari Senin tanggal 17
Maret 2008, kantor cabang Bank Umum dinyatakan terlambat
menyampaikan koreksi Laporan Debitur selama 3 (tiga) hari kerja yaitu
hari Kamis, Jumat, dan Senin sehingga kantor cabang Bank Umum
dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar 3 (tiga) x
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) = Rp300.000,00 (tiga ratus ribu
rupiah).

b. bagi BPR, Penyelenggara Kartu Kredit Selain Bank, Lembaga Keuangan


Non Bank, dan Koperasi Simpan Pinjam, sebesar Rp25.000,00 (dua
puluh lima ribu rupiah) per hari kerja keterlambatan untuk setiap
kantor Pelapor.

Contoh:
Apabila kantor pusat BPR menyampaikan koreksi Laporan Debitur
bulan Februari 2008 pada hari Senin tanggal 17 Maret 2008, kantor
pusat BPR dinyatakan terlambat menyampaikan koreksi Laporan
Debitur selama 3 (tiga) hari kerja yaitu hari Kamis, Jumat, dan Senin
sehingga kantor pusat BPR dikenakan sanksi kewajiban membayar
sebesar 3 (tiga) x Rp25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah) =
Rp75.000,00 (tujuh puluh lima ribu rupiah).

31 Pasal 31 (1) Pelapor yang atas dasar temuan Bank Indonesia diketahui
9/14/PBI/2007 menyampaikan Laporan Debitur tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
(Paragraf 6 Kodifikasi ini) dikenakan sanksi kewajiban membayar:

Temuan Bank Indonesia antara lain dapat berasal dari hasil


pengawasan Bank Indonesia, informasi dari Debitur, dan/atau informasi
dari Pelapor lain.

a. bagi Bank Umum, sebesar Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu
rupiah) per Debitur dengan batas maksimal sebesar
Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap kantor Pelapor;

Contoh:
Bank Indonesia menegur 1 (satu) kantor cabang Bank Umum untuk
melakukan koreksi terhadap 10 (sepuluh) Debitur.
Atas teguran tersebut, kantor cabang Bank Umum dikenakan
sanksi kewajiban membayar sebesar 10 x Rp250.000,00 (dua ratus
lima puluh ribu rupiah) = Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu
rupiah).

b. bagi BPR, Penyelenggara Kartu Kredit Selain Bank, Lembaga


Keuangan Non Bank, dan Koperasi Simpan Pinjam sebesar
Rp25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah) per Debitur dengan batas
maksimal sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk setiap
kantor Pelapor.

28
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


Bank Indonesia menegur kantor pusat BPR untuk melakukan
koreksi terhadap 10 (sepuluh) Debitur.
Atas teguran tersebut, kantor pusat BPR dikenakan sanksi
kewajiban membayar sebesar 10 x Rp25.000,00 (dua puluh lima
ribu rupiah) = Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

(2) Pelapor yang dinyatakan terlambat menyampaikan koreksi Laporan


Debitur atas dasar temuan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (1) huruf b (Paragraf 14 Kodifikasi ini) dan Pasal 15
(Paragraf 15 Kodifikasi ini) dikenakan sanksi berupa:
a. kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1);
b. teguran tertulis; dan
c. penundaan pemberian informasi Debitur sampai dengan
diterimanya seluruh koreksi Laporan Debitur dimaksud oleh Bank
Indonesia.

Contoh :
Bank Indonesia per tanggal 1 Februari 2008 menegur 1 (satu) kantor
cabang Bank Umum untuk melakukan koreksi terhadap 10 (sepuluh)
Debitur sehingga koreksi tersebut wajib disampaikan paling lambat
tanggal 12 Maret 2008.

Apabila kantor cabang Bank Umum melakukan koreksi pada tanggal 14


Maret 2008, maka kantor cabang Bank Umum tersebut dikenakan
sanksi kewajiban membayar sebesar 10 x Rp250.000,00 (dua ratus lima
puluh ribu rupiah) = Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah),
sanksi administratif berupa teguran tertulis, dan sanksi penundaan
pemberian informasi Debitur.

32 Pasal 32 (1) Pelapor yang menyampaikan Laporan Debitur atau koreksi Laporan
9/14/PBI/2007 Debitur secara off-line yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) (Paragraf 17
Kodifikasi ini) dikenakan sanksi kewajiban membayar:
a. bagi Bank Umum, sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per
Laporan Debitur untuk setiap kantor Pelapor;
b. bagi BPR, Penyelenggara Kartu Kredit Selain Bank, Lembaga
Keuangan Non Bank, dan Koperasi Simpan Pinjam sebesar
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per Laporan Debitur untuk
setiap kantor Pelapor.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal
Pelapor menyampaikan koreksi Laporan Debitur secara off-line atas
dasar temuan Bank Indonesia.
(3) Pelapor yang dinyatakan terlambat menyampaikan Laporan Debitur
secara off-line melampaui batas waktu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 ayat (5) (Paragraf 17 Kodifikasi ini) dikenakan sanksi kewajiban
membayar:
a. bagi Bank Umum, sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per
hari kerja keterlambatan untuk setiap kantor Pelapor;

29
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


Contoh :
Satu kantor cabang Bank Umum mengalami gangguan teknis
sampai dengan hari Rabu tanggal 12 Maret 2008 dan upaya
penyampaian Laporan Debitur secara on-line melalui kantor pusat
atau kantor cabang lainnya tidak dapat dilakukan. Laporan Debitur
disampaikan secara off-line pada hari Selasa tanggal 18 Maret
2008 sehingga terlambat dari batas waktu yang ditetapkan yaitu
pada hari Senin tanggal 17 Maret 2008 (3 hari kerja setelah tanggal
12 Maret 2008). Terhadap hal tersebut, kantor cabang Bank Umum
dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar 1 (satu) x
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) = Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah).

b. bagi BPR, Penyelenggara Kartu Kredit Selain Bank, Lembaga


Keuangan Non Bank, dan Koperasi Simpan Pinjam sebesar
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per hari kerja keterlambatan
untuk setiap kantor Pelapor.

Contoh :
Satu kantor cabang BPR mengalami gangguan teknis sampai
dengan hari Rabu tanggal 12 Maret 2008 dan upaya penyampaian
Laporan Debitur secara on-line melalui kantor pusat atau kantor
cabang lainnya tidak dapat dilakukan. Laporan Debitur
disampaikan secara off-line pada hari Selasa tanggal 18 Maret
2008 sehingga terlambat dari batas waktu yang ditetapkan yaitu
pada hari Senin tanggal 17 Maret 2008 (3 hari kerja setelah tanggal
12 Maret 2008). Terhadap hal tersebut, kantor cabang BPR
dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar 1 (satu) x
Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) = Rp100.000,00 (seratus ribu
rupiah).

(4) Pelapor yang dinyatakan terlambat menyampaikan koreksi Laporan


Debitur secara off-line melampaui batas waktu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 (Paragraf 17 Kodifikasi ini) ayat (5) dikenakan sanksi
kewajiban membayar:
a. bagi Bank Umum, sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per
hari kerja keterlambatan untuk setiap kantor Pelapor;

Contoh :
Satu kantor cabang Bank Umum mengalami gangguan teknis
sampai dengan hari Rabu tanggal 12 Maret 2008 dan upaya
penyampaian koreksi Laporan Debitur secara on-line melalui kantor
pusat atau kantor cabang lainnya tidak dapat dilakukan. Koreksi
Laporan Debitur disampaikan secara off-line pada hari Selasa
tanggal 18 Maret 2008 sehingga terlambat dari batas waktu yang
ditetapkan yaitu pada hari Senin tanggal 17 Maret 2008 (3 hari
kerja setelah tanggal 12 Maret 2008).
Terhadap hal tersebut, kantor cabang Bank Umum dikenakan
sanksi kewajiban membayar sebesar 1 (satu) x Rp100.000,00
(seratus ribu rupiah) = Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah).

30
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


b. bagi BPR, Penyelenggara Kartu Kredit Selain Bank, Lembaga
Keuangan Non Bank, dan Koperasi Simpan Pinjam, sebesar
Rp25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah) per hari kerja
keterlambatan untuk setiap kantor Pelapor.

Contoh :
Satu kantor cabang BPR mengalami gangguan teknis sampai
dengan hari Rabu tanggal 12 Maret 2008 dan upaya penyampaian
koreksi Laporan Debitur secara on-line melalui kantor pusat atau
kantor cabang lainnya tidak dapat dilakukan. Koreksi Laporan
Debitur disampaikan secara off-line pada hari Selasa tanggal 18
Maret 2008 sehingga terlambat dari batas waktu yang ditetapkan
yaitu pada hari Senin tanggal 17 Maret 2008 (3 hari kerja setelah
tanggal 12 Maret 2008). Terhadap hal tersebut, kantor cabang BPR
dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar 1 (satu) x
Rp25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah) = Rp25.000,00 (dua puluh
lima ribu rupiah).

33 Pasal 33 Pelapor yang meminta dan menggunakan informasi Debitur tidak sesuai
9/14/PBI/2007 dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) (Paragraf
22 Kodifikasi ini) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) untuk setiap informasi Debitur.

34 Pasal 34 Pelapor yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam


9/14/PBI/2007 Pasal 3, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 10, Pasal 11 ayat (1), Pasal 12, Pasal
13, Pasal 14 ayat (1), Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17 ayat (1), ayat (2), ayat (4),
ayat (5), dan ayat (6), Pasal 19, Pasal 22 ayat (1) dan ayat (2), pasal 23, Pasal
26, dan Pasal 27 ayat (2) (Paragraf 3, Paragraf 6, Paragraf 7, Paragraf 8,
Paragraf 10, Paragraf 11, Paragraf 12, Paragraf 13, Paragraf 14, Paragraf 15,
Paragraf 16, Paragraf 17, Paragraf 19, Paragraf 22, Paragraf 23, Paragraf 26,
dan Paragraf 27 Kodifikasi ini) dapat dikenakan sanksi administratif berupa
teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada Pasal 52 Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.

35 Pasal 35 Bagi Pelapor baru, pelaksanaan pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud


9/14/PBI/2007 dalam Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31, Pasal 32, dan Pasal 33 (Paragraf
28, Paragraf 29, Paragraf 30, Paragraf 31, Paragraf 32, dan Paragraf 33
Kodifikasi ini) mulai berlaku 9 (sembilan) bulan sejak batas waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 (Paragraf 8 Kodifikasi ini).

Yang dimaksud dengan “Pelapor baru” adalah Pelapor yang baru memulai
kegiatan operasional atau baru menjadi Pelapor setelah dikeluarkannya
Peraturan Bank Indonesia ini.

BAB XII Ketentuan Peralihan


36 Pasal 36 BPR yang telah memiliki total aset mencapai Rp 10.000.0000.000,00
9/14/PBI/2007 (sepuluh miliar rupiah) dalam jangka waktu 2 (dua) bulan terakhir sebelum
berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini, wajib menjadi Pelapor apabila
memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b (Paragraf
3 Kodifikasi ini).

31
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


37 Pasal 37 Bagi BPR, Penyelenggara Kartu Kredit Selain Bank, Lembaga Keuangan
9/14/PBI/2007 Non Bank, dan Koperasi Simpan Pinjam yang telah menjadi Pelapor
sebelum dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia ini pengenaan sanksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31, Pasal
32, dan Pasal 33 (Paragraf 28, Paragraf 29, Paragraf 30, paragraf 31,
paragraf 32, dan Paragraf 33 Kodifikasi ini) mulai berlaku sejak pelaporan
data bulan Desember 2007.

BAB XIII Ketentuan Penutup


38 Pasal 38 Semua istilah Kredit yang digunakan dalam Peraturan Bank Indonesia ini,
9/14/PBI/2007 bagi Pelapor yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah
harus dibaca sebagai Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
Bank Indonesia yang mengatur tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Yang
Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.

Yang dimaksud dengan “Pembiayaan” adalah penyediaan dana atau


tagihan/piutang yang dapat dipersamakan dengan itu yang berupa:
a. transaksi investasi dalam akad Mudharabah dan/atau Musyarakah;
b. transaksi sewa dengan akad Ijarah atau sewa dengan opsi perpindahan
hak milik dalam akad Ijarah Muntahiyah bit Tamlik;
c. transaksi jual beli dalam akad Murabahah, Salam, dan Istishna’;
d. transaksi pinjam meminjam dalam akad Qardh; dan
e. transaksi multi jasa dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Pelapor dengan
nasabah pembiayaan yang mewajibkan nasabah pembiayaan untuk
melunasi hutang/kewajibannya dan/atau menyelesaikan investasi
mudharabah dan/atau musyarakah dan hasil pengelolaannya sesuai
dengan akad.

39 Pasal 39 Ketentuan pelaksanaan tentang Sistem Informasi Debitur akan diatur lebih
9/14/PBI/2007 lanjut dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

SE 10/47/DPNP Tata Cara Pengenaan Sanksi (Bank Umum)


2008 Bank Indonesia menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada Pelapor
Romawi VII mengenai pelanggaran yang telah dilakukan beserta besarnya sanksi
kewajiban membayar yang dikenakan, dengan melakukan pendebetan
langsung rekening giro Pelapor di Bank Indonesia.

SE 7/63/DPBPR Tata cara pengenaan sanksi kewajiban membayar terhadap Pelapor (BPR):
2005 1. Pembayaran sanksi kewajiban membayar kepada Bank Indonesia
Romawi IX dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pembayaran secara tunai:
1) bagi Pelapor yang berkedudukan di wilayah DKI Jakarta Raya,
Provinsi Banten, Bogor, Depok, Karawang, dan Bekasi,
menyetor kepada Bagian Pengelolaan Uang Kas Keluar
(BPUK),
2) bagi Pelapor yang berkedudukan di luar wilayah sebagaimana
dimaksud pada angka 1), menyetor kepada Kantor Bank
Indonesia setempat,
pada setiap hari kerja, waktu layanan kas, pukul 08.00 s.d 12.00

32
Lain-Lain Sistem Informasi Debitur

Paragraf Sumber Regulasi Ketentuan


waktu setempat (hari Senin s.d. Kamis) atau pukul 08.00 s.d 11.30
waktu setempat (hari Jumat), untuk rekening nomor
3040.500.00.470.0 - “Penerimaan sanksi administratif”.
b. Pembayaran secara non tunai:
1) Kliring
Pelapor melakukan transfer melalui kantor bank umum yang
berada di wilayah kerja Bank Indonesia yang mewilayahi
Pelapor dan kantor bank umum dimaksud, dengan
mencantumkan “pembayaran sanksi kewajiban membayar
dari BPR XXX” pada kolom keterangan.
2) BI-RTGS
Pelapor melakukan transfer melalui kantor bank umum yang
berada di wilayah kerja Bank Indonesia yang mewilayahi
Pelapor dan kantor bank umum dimaksud dengan
mencantumkan Transaction Reference Number (TRN)
BIRBK566 dan pada kolom keterangan dicantumkan
“pembayaran sanksi kewajiban membayar dari BPR XXX”.
2. BPR Pelapor menyampaikan fotokopi bukti pembayaran sanksi
kewajiban membayar sebagaimana dimaksud dalam angka 1 kepada
Bank Indonesia.
SE 8/6/DPBPR 3. Pemenuhan sanksi kewajiban membayar dan penyampaian fotokopi
2006 bukti pembayaran sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2
Romawi IX No. 3 dilakukan oleh Kantor Pusat BPR Pelapor dan ditujukan kepada :
a. Direktorat Pengawasan BPR c.q. Bagian IDABPR atau Direktorat
Perbankan Syariah c.q. Bagian PAdBS, bagi Pelapor yang berada di
wilayah DKI Jakarta Raya, Provinsi Banten, Bogor, Depok, Karawang
dan Bekasi, atau
b. Kantor Bank Indonesia setempat, bagi Pelapor yang berada di luar
wilayah sebagaimana dimaksud pada huruf a.

SE 10/47/DPNP Pertanyaan yang berkaitan dengan Laporan Debitur dan Informasi Debitur
2008 disampaikan kepada Direktorat Perizinan dan Informasi Perbankan (DPIP)
Romawi VIII c.q. Pusat Informasi Kredit, Jl. MH. Thamrin No.2 Jakarta 10350, melalui e-
mail bik@bi.go.id dan/atau Menu Layanan Bantuan Web SID.

Pertanyaan yang berkaitan dengan aplikasi dan otomasi Sistem Informasi


Debitur disampaikan kepada Help Desk Bank Indonesia melalui e-mail:
helpdesk@bi.go.id atau telepon 021-3818000.

33

Anda mungkin juga menyukai