Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

STROKE HEMORAGIK

DI RUANG ANGGREK

RSUD dr.R.GOETENG TAROENADIBRATA

Disusun Oleh :
Hepri Dwi Handayani
P1337420216042
2A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2018/2019
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul akibat terjadi adanya gangguan
peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak,
sehingga seseorang dapat menderita kelumpuhan atau bahkan kematian.
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah
pada otak.(Batticaca).
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat
aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan
kemudian merusaknya. (M. Adib)
Jadi, stroke hemoragik adalah salah satu jenis stroke yang disebabkan karena
pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah tidak dapat mengalir secara
semestinya yang menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan
kelumpuhan.

B. Etiologi
1. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan
degenerasi pembuluh darah.
2. Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh seperti payudara,
kulit, dan tiroid.
3. Cerebral amyloid angiopathy, yang membentuk protein amiloid dalam dinding
arteri di otak, yang membuat kemungkinan terjadi stroke lebih besar.
4. Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin).
5. Overdosis narkoba, seperti kokain.
6. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis. Atherosklerosis adalah mengerasnya
pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh
darah. Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan
terjadi perdarahan
7. Malformasi arteriovenous, adalah pembuluh darah yang mempunyai bentuk
abnormal, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga darah
arteri langsung masuk vena, menyebabkan mudah pecah dan menimbulkan
perdarahan otak.

C. Tanda dan Gejala


1. Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).
2. Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.
3. Kesulitan menelan.
4. Kesulitan menulis atau membaca.
5. Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk,
batuk, atau kadang terjadi secara tiba-tiba.
6. Kehilangan koordinasi.
7. Kehilangan keseimbangan.
8. Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan
menggerakkan salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan motorik.
9. Mual atau muntah.
10. Kejang.
11. Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi, baal
atau kesemutan.
12. Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.

D. Kemungkinan Komplikasi Yang Muncul


1. Infark Serebri
2. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif
3. Fistula caroticocavernosum
4. Epistaksis
5. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal

E. Pemeriksaan Khusus Dan Penunjang


Menurut Doenges E, Marilynn pemeriksaan khusus dan penunjang :
a) Pemeriksaan laboratorium
1. Peningkatan Hb & Ht terkait dengan stroke berat
2. Peningkatan WBC indikasi adanya infeksi à endokarditis bakterialis.
3. Analisa CSF (merah) adalah perdarahan sub arachnoid
4. Pungsi Lumbal, tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada
cairan lumbal menunjukkan adanya hemoragi pada subarakhnoid atau
perdarahan pada intrakranial

b) Pemeriksaan Radiologi
1. Angiografi cerebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurism atau malformasi vaskular.
2. CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara
pasti.
3. MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar
terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi
dan infark akibat dari hemoragik.
4. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik dalam
jaringan otak.

F. Terapi Yang Dilakukan


1. Lakukan penatalaksanaan jalan napas yang agresif. Pertimbangkan pra-terapi
dengan pemberian lidokain 1-2 mg/kg secara intravena jika diintubasi
diindikasikan untuk menjaga adanya peningkatan TIK.
2. Lakukan hiperventilasi untuk mengurangi PaCo2 sampai 25-30 mmHg.
3. Pertimbangkan pemberian manitol 1-2 mg/kg IV.
4. Pertimbangkan deksametason 200-100mg IV : mulai timbulnya efek lebih lambat
dari pada tindakan intubasi atau manitol.
5. Pemantauan tekanan intrakranial secara noninvasif seperti MRI, CT scan,
tomografi emisi positron, single-photon emission computed tomografi, evoked
potential, dan oksimetri.
6. Dekompresi secara bedah berdasarkan temuan CT scan

H. Patofisiologi
Otak sendiri merupakan 2% dari berat tubuh total. Dalam keadaan istirahat
otak menerima seperenam dari curah jantung. Otak mempergunakan 20% dari oksigen
tubuh. Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang terjadi
pada cerebro vaskular accident di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel
dan kerusakan permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif
total). Pembuluh darah yang paling sering terkena ialah arteri serebral dan arteri
karotis interna.
Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera
pada otak melalui empat mekanisme, yaitu:
1. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan atau
penyumbatan lumen sehingga aliran darah dan suplainya ke sebagian otak tidak
adekuat, selanjutnya akan mengakibatkan perubahan-perubahan iskemik otak.
Bila hal ini terjadi sedemikian hebatnya, dapat menimbulkan nekrosis.
2. Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke
kejaringan (hemoragik).
3. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan
otak.
4. Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial jaringan
otak.
Konstriksi lokal sebuah arteri mula-mula menyebabkan sedikit perubahan
pada aliran darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan melampaui batas kritis
terjadi pengurangan darah secara drastis dan cepat. Oklusi suatu arteri otak akan
menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan otak normal sekitarnya yang masih
mempunyai perdarahan yang baik berusaha membantu suplai darah melalui jalur-jalur
anastomosis yang ada. Perubahan awal yang terjadi pada korteks akibat oklusi
pembuluh darah adalah gelapnya warna darah vena, penurunan kecepatan aliran darah
dan sedikit dilatasi arteri serta arteriole. Selanjutnya akan terjadi edema pada daerah
ini. Selama berlangsungnya peristiwa ini, otoregulasi sudah tidak berfungsi sehingga
aliran darah mengikuti secara pasif segala perubahan tekanan darah arteri. Di samping
itu reaktivitas serebrovaskuler terhadap PCO2 terganggu. Berkurangnya aliran darah
serebral sampai ambang tertentu akan memulai serangkaian gangguan fungsi neural
dan terjadi kerusakan jaringan secara permanen.

I. Data Sistem Pengkajian


a. Wawancara
1. Identitas
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir,
umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua,
dan penghasilan.
2. Keluhan Umum
Biasanya klien mengeluh :
- klien mengeluh pusing, klien mengeluh nyeri kepala,
- klien mengeluh kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan
sensasi atau paralysis
- klien mengeluh mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot).
- klien mengeluh kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati
- klien mengeluh nafsu makan hilang, klien mengeluh mengalami
nausea/vomitus
- klien mengeluh mengalami gangguan rasa pengecapan
- klien mengeluh pusing, klien mengeluh nyeri kepala
- klien mengeluh kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan
sensasi atau paralysis
3. Anamnesa riwayat penyakit sekarang, masa lalu, dan keluarga
4. Kebiasaan pola hidup sehari-hri
b. Fisik
1. Ada satu atau tidak kehilangan kesadaran
2. Kelumpuhan kaki atau tangan
3. TTV, eliminasi, nutrisi, dan cairan
4. Nyeri kepala

c. Diagnostik
1. Pemeriksaan darah lengkap HG,L,HT
2. LED
3. Lumbal Pungsi
4. CT scan otak
5. Angiografi
6. ECG

J. Analisa Data

No Data Fokus Etiologi Problem

1. DS : Keluarga pasien Perdarahan otak Ketidakefektifan


mengatakan sebelum perfusi jaringan
dibawa e RS pasien tidak cerebral
sadarkan diri setelah jatuh
ke sungai
DO : Pasien terlihat tidur

2. DS : Pasien mengatakan Agen Injuri Biologis Nyeri Akut


sakit kepala dan wajah
P : Nyeri akibat jatuh
ke sungai
Q : Nyeri seperti
cenut-cenut
R : Kepala dan wajah
S : Skala 7
T : timbul hilang saat
membuka mata
DO : Pasien terlihat
membuka mata dan
meringis menahan sakit

3. DS : Keluarga pasien Kekuatan otot Hambatan


mengatakan semua mobilitas fisik
aktivitas dibantu selama
sakit
DO : Pasien terlihat selalu
tidur di tempat tidur.
1 1
1 1

K. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan perdarahan otak
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri biologis
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan otot

L. Perencanaan
No. Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional

(NOC) (NIC)

1. Ketidakefektif Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen Edema


an perfusi tindakan keperawatan selama Serebral ( 2540) :
jaringan 3 x 24 jam, diharapkan suplai 1. Untuk
1. Monitor tanda-
cerebral aliran darah keotak lancar mengobservasi
tanda vital
berhubungan dengan indikator : keadaan pasien
NOC : Perfusi Jaringan :
dengan 2. Mengetahui
Serebral (0406)
perdarahan setiap
2. Monitor TIK
otak (00204) perubahan
Indikator Awal Tuju pasien dan respon
yang terjadi
an neurologi
pada klien
Tekanan 3 4 terhadap aktivitas
intra perawatan
kranial
Tekanan 4 5 3. Untuk melatih

darah 3. Lakukan latihan kekuatan otot

sistolik ROM pasif


Tekanan 4 5
darah 4. Untuk
diastolik 4. Posisikan mempertahank
Sakit 3 5
tinggikan kepala an tekanan
kepala
30 derajat atau pada kepala
Penurunan 3 4
lebih
tingkat
kesadaran

Skala : Monitor Neurologi


1 : Devisi berat dari kisaran (2620) :
normal 1. Untuk
2 : Devisi yang cukup berat 1. Monitor tingkat mengobservasi
dari kisaran normal kesedaran keadaan umum
3 : Devisi sidang dari kisaran
2. Untuk
normal
4 : Devisi ringan dari kisaran mengetahui
2. Monitor
normal komunikasi
5 : Tidak ada devisi dari karakteristik
secara verbal
kisaran normal berbicara :
kelancaran,
adanya aphasia
atau kesulitan
menemukan kata.

2. Nyeri Akut Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


berhubungan tindakan keperawatan selama (1400) :
1. Untuk
dengan agen 3 x 24 jam, diharapkan nyeri
1. Lakukan mengetahui
injuri biologis yang dirasakan berkurang
pengkaian nyeri nyeri yang
(00132) dengan indikator :
komprehensif dirasakan
yang meliputi sehingga dapat
lokasi, dilakukan
NOC : Tingkat Nyeri (2102)
karakteristik, tindakan
Indikator Awal Tuju
onset/durasi, dengan tepat.
an
Nyeri yang 3 5 frekuensi,
dilaporkan kualitas,
Ekspresi 3 5
intensitas atau
nyeri wajah 2. Untuk
Mengeri 3 5 beratnya nyeri
nyit dan faktor mengurangi
Berkeri 5 5 nyeri yang
pencetus
ngat
dirasakan
Skala : 2. Lakukan 3. Untuk
1 : Berat tindakan non mengurangi
2 : Cukup Berat
farmakologi nyeri yang di
3 : Sedang seperti nafas rasakan
4 : Ringan
dalam
5 : Tidak ada

3. Berikan individu
penurun nyeri
yang optimal
dengan perespan
anlgesik

3. Hambatan Tujuan : Setelah dilakukan


mobilitas fisik tindakan keperawatan 3x24
berhubungan jam pasien diharapkan dapat
dengan menggerakan sendinya
kekuatan otot dengan baik dengan
(00085) indikator :

Anda mungkin juga menyukai