Anda di halaman 1dari 13

GEOLOGI INDONESIA

WEEK 8: Western
formasi wungkal gamping merupakan formasi
tertua pada stratigrafi pegunungan selatan,

Indo Neogen
yang berumur Eosen, sedang pada umur
tersebut, diperkirkan, vulkanisme dari
subduksi selatan, tidak ikut andil dalam
Basin memberikan suplai dari mineral Kuarsa
tersebut, karena baru saja memasuki tahap
awal dari subduksi selatan, sehingga, di
Oleh: Pak Didit interpretasikan bahwa ada subduksi yang lebih
Pendahuluan: tua dari subduksi Eosen yang memberikan
suplai kuarsa tersebut pada formasi wungkal
Sebelum masuk kepada pembahasan gamping di Bayat.
cekungan Indonesia barat, dijelaskan terlebih
dahulu mengenai pengaruh subduksi Indonesia Selain bukti berupa analisis mineral kuarsa
barat karena telah kita ketahui bahwa subduksi yang hadir pada formasi tertua dari stratigrafi
merupakan salah satu insiasi pembentukan Jawa, pak Didit juga memberikan bukti
cekungan. lainnya, yakni diantaranya:

Secara umum, kita mengenal subduksi  Analisis paleocurrent (arus purba)


yang bekerja pada bagian barat Indonesia menunjukkan arah aruh purba
merupakan subduksi yang relatif mengarah ke mengarah dari selatan ke utara
selatan, namun hadir beberapa asumsi bahwa  Dipping foliation yang ditemukan di
terdapat subduksi lain yang berarah ke utara Schist Bayat menunjukkan arah
pada pulau jawa. selatan, yang jika dikorelasikan
terhadap asumsi subduksi utara dan
Menurut pak Didit, subduksi ini gaya kompresi yang menyebabkan
diperkirakan merupakan subduksi tua yang foliasi maka menunjukkan arah dari
terjadi sebelum subduksi yang terjadi pada utara memiliki pengaruh besar dalam
Eosen tengah-akhir. Subduksi ini diperkirakan membentuk orientasi ini
berumur antara Cambrian hingga Archean  Terdapat bukti pada analisis slab
yang dibuktikan dengan adanya kuarsa subduction dan stratigrafinya, bahwa
polikristalin pada formasi Nanggulan, seperti terdapat dua susunan basin bawah
yang diketahui formasi ini memiliki umur permukaan, yang diperkirakan bahwa
berkisar pada Eosen tengah hingga Oligosen cekungan yang dulu merupakan
atas, yang diinterpretasikan kuarsa tersebut cekungan back arc basin, berubah
merupakan material yang berasal dari material menjadi fore arc basin pada subduksi
erosi metamorfisme dan vulkanisme dari yang lebih muda, kemudian terisi
subduksi yang lebih tua. kembali dengan akumulasi suplai
sedimen sekarang.
Di bayat, pada formasi wungkal
 Data paleomagnetik menunjukkan 20o
gamping, menurut data penilitan Irsyam
Lintang Selatan (near the Australia)
(2017), teridentifikasi sebaran kuarsa hadir
berupa kuarsa polikristalin dan monokristalin, Teori mengenai subduksi utara ini, belum
yang menunjukkan bahwa selain berupa memiliki bukti yang kuat, sehingga masih
mineral hasil erosi dari sedimen, mineral bernilai asumsi. Pertanyaannya adalah,
kuarsa yang hadir, juga merupakan produk apakah benar, Jawa memiliki double volcanic
vulkanisme masa lampau yang kemudian arc?
tererosi dan terdeposisi pada formasi tersebut.
Berdasarkan korelasi umur yang dilakukan, ***
GEOLOGI INDONESIA

Western Indonesia Neogen Basin Beberapa cekungan tersier juga baru muncul
yang berasosiasi dengan zona Kolisi dan zona
Kurun waktu Neogen, yang meliputi sutur seperti Barito Basin.
Miosen dan Pliosen, pada kurun waktu ini

WEEK 9: Eastern
terjadi tektonik regional yang mempengaruhi
pembentukan cekungan di Indonesia. Pada

Part of Indonesia
beberapa cekungan dikenai pengaruh tektonik
Neogen sehingga beberapa cekungan
mengalami inversi, serta terdapat pula
pembentukan cekungan baru.
Oleh: Pak Didit
Berdasarkan kondisi geologi dan
Pendahuluan :
geofisika, tektonik Neogen Indonesia dibagi
menjadi enam bagian orogenesa, yakni: Sunda, Kawasan timur Indoneia merupakan
Barisan, Talaut, Sulawesi, Banda da Melansia. basin yang masih aktif sampai sekarang dan
masih menerima pasokan sedimen, contohnya
Pada Oligosen akhir sampai Miosen
adalah cekungan Bintuni.
Tengah pergerakan ke utara India dan
Australia berkurang secara mencolok karena Stratigrafi Indonesia timur umumnya
terjadinya kolisi antara India dan Benua Asia memiliki rentan umur yang sangat panjang
yang kemudian membentuk pegunungan dengan batuan tuanya masih dijumpai berupa
Himalaya. Kolisi ini juga menyebabkan efek batuan sedimen, endapan paleosen pada
signifikan hingga berkembang fase kompresi cekungan indonesia timur hadir berupa
di Wilayah Asia Tenggara. singkapan yang representatif, cekungan
indonesia bagian timur terbentuk sudah sangat
Fase kompresi ini menginversi graben
lama dan terus menerus mengalami pengisin
RMKS (Rembang-Madura- Kangean-Skala)
serta tidak cepat mengalami inversi cekungan
menjadi zonasesar RMKS, pada bagian selatan
seperti di bagian barat Indonesia. Basement
jawa, vulkanik Oligosen menjadi tidak aktif
pada timur Indo dijumpai berumur Devon
dan mengalami pengangkatan. Pengangkatan
(yang diindentifikasi pada cekungan
ini ditandai dengan pengendapan karbonat
Halmahera)
besar-besaran seperti yang dapat dilihat pada
formasi Wonosari di Jawa Tengah dan Salah satu cekungan yang ada pada
Formasi Punung di Jawa Timur, sedangkan timur Indonesia adalah cekungan Bintuni,
pada bagian utara dengan aktifnya inversi cekungan ini terbentuk pada saat Tersier
berkembang endapan syn-inversi formasi- Akhir, yang mengalami perkembangan selama
formasi Neogen di Zona Rembang dan Zona Plio- pleistosen bersamaan dengan
Kendeng. pengangkatan pegunungan lipatan Lengguru
(Lengguru Fold belt) disebelah Timur dan
Selama periode ini, inversi cekungan
tinggian Kenum sebelah Utara (Dolan dan
terjadi karena konvergensi lempeng India
Hermany, 1988), bahkan menurut Pigram
menghasilkan rezim tektonik kompresi pada
(1981) cekungan bintuni berumur lebih tua
daerah “busur depan” Sumatera dan Jawa.
dari yang telah dipaparkan diatas, setidaknya
Sebaliknya, busur belakang merupakan subjek
terbentuk pada umur Trias.
pergerakan strike-slip berarah utara selatan
yang dominan sepanjang sesar-sesar turun Proses terbentuknya kepala burung
(horst dan graben) utara-selatan yang telah yang didalamnya terdapat cekungan Bintuni
ada. merupakan sesuatu yang masih menjadi
perdebatan, menurut Pigram & Davies (1987)
GEOLOGI INDONESIA

dalam Dolan & Hermany (1988) kepala Basin Sulawesi


burung terdiri dari sejumlah terrane. Kemun
terrane merupakan bagian Gondwana Kita ketahui bahwa Sulawesi merupakan batas
setidaknya hingga Jura Akhir. Kerum dan dari bagian barat dan bagian timur dari
Misool terrane kemudian menyatu pada Indonesia, Sulawesi terkena pengaruh baik
Oligosen Akhir, dibuktikan dengan adanya dari timur maupun barat, berupa tektoniknya,
perlipatan dari batuan yang diatasnya. stratigrafi serta potensinya.
Kemudian terrane ini menyatu dengan adanya Sulawesi terdiri dari:
Lengguru terrane pada Miosen Akhir sehingga
membentuk Kepala Burung seperti saat ini.  Western Sulawesi
 Eeastern part of Sulawesi
Baca lagi stratigrafi cekungan bintuni
 Northen part of Sulawesi
Contoh cekungan lainnya adalah  Microcontinent
cekungan banda, Cekungan Banda (Banda
Sulawesi terbentuk akibat tumbukan
Basin) merupakan elemen utama dari sistem
antara lempeng Eurasia dan kepingan kontinen
cekungan tepian "Indo-Borderland" berbentuk
mikro yang lepas dari lempeng India-
memanjang (elongated) dengan arah timurlaut-
Australia. Charlton (2000) menyatakan, saat
baratdaya. Bukti-bukti dari penyelidikan
30 jtl, batas lempeng Australia mengalami
geofisika (pemodelan kedalaman batuan dasar,
kolisi dengan bagian selatan Indonesia antara
seismik refraksi, aliran panas, kemagnetan,
Sulawesi dan Papua.
gayaberat) mendukung bahwa Laut Banda
dialasi oleh kerak samudera yang Pada perkembangannya terjadi Spreading
pembentukkannya jauh lebih tua dari sistem dari rifting, yang diinisiasi dari gaya anti
busur kepulauan Banda. colckwise yang bekerja pada rotasi, terjadi
rifting yang membentuk selat makassar.
Cekungan Banda dapat dijelaskan
pembentukannya sebagai suatu pemerang- Selain pembentukan cekungan yang terjadi
kapan fragmen kerak samudera tua tipe di Sulawesi terdapat kehadiran burus vulkanik
Aleutian (Aleuthian Basin trapped old oceanic pada bagian dari kepala Sulawesi dan kaki
crust), selanjutnya mengalami deformasi barat Sulawesi, yang diinterpretasikan sebagai
berkaitan dengan tumbukan benua-busur tipe adanya subduksi.
Karibia (Caribbean arc continent collision).

Cekungan ini menurut ketebalannya


menunjukkan bahwa dahulunya berupa basin
Week 10:
yang kemudian dikenai Reactivated Structrue
Kristalin
Perbedaan eastern part dan western part
Indonesia, dapat dijelaskan pada aspek aspek Indonesa
berupa:
Silabus:
 Source of materialnya yang berbeda
 Jenis litologi pra-Tersier dan Pembahasan mengenai Kristalin Indonesia,
Tersiernya akan mencakup bahasan mengenai
 Vulkanisme yang mempengaruhinya
 Potensial yang dimiliki (hidrokarbon)  Granitoid
 Metamorf Indonesia
***
Cakupan pembahasan akan meliputi:
GEOLOGI INDONESIA

 Geologi Regional (lokasi persebaran dikelompokkan menjadi lima kelompok utama


granitoid dan metamorf) yaitu diorit, tonalit, granodiorit, granit, alkali
 Tectonic Related (aktivitas tektonik granit.
yang mempengaruhi persebaran
Diorit merupakan batuan granitoid
kristalin tersebut)
yang memiliki komposisi mineral mafik lebih
*** besar dari mineral felsik, kaya akan Na-
plagioklas dan hornblend. Tonalit merupakan
Batuan granitoid merupakan batuan batuan granitoid yang tersusun oleh mineral
yang istimewa karena asosiasinya dengan Na-plagioklas, kuarsa, dan sedikit hidrous
endapan mineral logam mulia dan Rare Earth mineral.
Element (REE). Batuan granitoid disebut juga
sebagai batuan granitik yang merupakan Granodiorit merupakan batuan
batuan plutoik, faneritik (Best, 2003), granitoid yang kaya akan kuarsa, Na-
granular, sebagian besar terdiri dari mineral plagioklas, dan K-feldspar. Granit merupakan
felsik dan kayaka akan kuarsa (Pearce, 1996) batuan granitoid yang mengandung mineral
dengan komposisi kimia bervariasi (Raymond, utama kuarsa dan K-feldspar. Alkali Granit
2002). merupakan batuan granitoid yang tersusun
oleh mineral utama kuarsa dan K-feldspar
Batuan Batuan granitoid memiliki komposisi namun mengandung alkali piroksen atau alkali
kimia dengan kadar silika kurang lebih 50 % amfibol
hingga 70 %, dimana pada suatu tubuh
pegmatit kadar silika bisa mencapai 100 % ***
(Raymond, 2002). Seiring dengan
Klasifikasi berdasarkan redoks
meningkatnya silika, kadar besi, magnesium,
dan kalsium menurun, namun kadar potasium Isihara (1977) menyatakan bahwa
meningkat (Raymond, 2002). Berdasarkan Gill berdasarkan rekasi redoks, granitoid dapat
(2010), komposisi mineral utama batuan dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu magnetite
granitik adalah mineral kuarsa, alkali feldspar, series dan ilmenite series. Magnetite series
plagioklas, piroksen, hornblende, biotit, merupakan granitoid yang mengalami
muskovit, turmalin. Identifikasi mineral pada oksidasi, sumber magma berasal dari mantel
batuan granitoid pada umumnya mudah bagian atas, mengandung magnetit yang
dilakukan pada hand specimen karena kristal melimpah, dan dapat ditarik oleh magnet.
pada batuan mudah diliha dan dapat dibedakan Ilmenite series merupakan batuan granitoid
(Gill, 2010). yang mengalami reduksi, sumber magma
berasal dari mantel bagian dalam, tidak dapat
Bautan granitoid dapat dikelompokkan
ditarik magnet.
berdasarkan:
***
 Mineralogi
 Redoks Klasifikasi berdasarkan saturasi alumina
 Saturasi Alumina
 Genesis Batuan granitoid dapat dikelompokkan
berdasarkan saturasi dari kadar alumina dalam
*** batuan (Raymond, 2002). Berdasarkan saturasi
alumina batuan granitoid dibagi menjadi
Klasifikasi berdasarkan Mineralogi peraluminous, metaluminous, dan peralkaline.
Mengacu pada Gill (2010), batuan Peraluminous jika kandungan Al > Ca+Na+K.
granitoid berdasarkan mineraloginya Metalumonous jika kandungan Ca+Na+K > Al
GEOLOGI INDONESIA

Week 11: Kristalin


> K+Na. Peralkaline jika kandungan Al <
K+Na.

*** Indonesia (Overview


Klasifikasi berdasarkan genesisnya Kalimantan)
Berdasarkan genesisnya maka batuan
granitoid dapat dikelompokkan menjadi tipe-I, Oleh: Pak Nug
tipe-S (Chappel & White, 2001), serta tipe A Kalimantan
dan Tipe M (Winter, 2001). Tipe-I terbentuk
oleh pembekuan magma (igneous source). Kalimantan terdiri dari 2 zona melange yakni:
Tipe-S terbentuk oleh pembekuan batuan
sedimen yang meleleh akibat terpengaruh zona  Central Kalimantan (Lupar Zone)
intrusi yang ada disekitarnya (sedimentary  Kalimantan Selatan (Meratus
sources). Tipe-A berasal dari pelelehan pada Mountain)
zona rifting (anorogenesis setting). Tipe-M
Kalimantan juga memiliki kaitan dengan
terbentuk langsung oleh pembekuan mantel
adanya zona sutur yang menimbulkan adanya
pada batuan ofiolitik
persebaran batuan metamorf yang ditemukan.
***
Bagian tengah dan bagian barat dari
Keberadaan Batuan Granitoid Kalimantan dominan tersusun oleh Granitoid

Granitoid dapat terbentuk pada Teori sejarah pembentukan Kalimantan (Zhon


lingkungan tektonik yang bervariasi, mulai et al, 2008) menjelaskan pada Jura-
dari mid oceanic ridge (MOR), hot spot, Kalimantan, ekor Kalimantan digabung ke
hingga zonasi orogenik, dimana pada setiap Kalimantan yang berasal dari lempeng
kondisi tektonik tertentu menghasilka batuan Indochina, hal ini agak berbeda adari teori
granitoid yang khas. yang disampaikan Metcalfe & Robert Hall

Kondisi tektonik dan kaitannya dengan (lengkapnya, rangkum tugas GI)


pembentukan granitoid, dibahas oleh Winter
(2001) dari rangkuman investigasi granitoid
seluruh dunia. (lampiran 1).
Week 12: -
*** LIBUR EGR
Perlu diingat, bahwa keberadaan
batuan granitoid dapat diindentifikasi
daribatuan vulkanik ekstrusifnya, berdasarkan
Week 13: Overview
Raymond (2002), batuan granitoid tipe A Kristalin Indonesia
berasosiasi dengan alkalik riolit, batuan
granitoid tipe-S berasosiasi dengan aliran abu
(Sulawesi & Eastern
yang kaya silikat, batuan tipe-I berasosiasi Part)
dengan batuan riolit, dasit dan andesit, dan
batuan granitoid tipe-M berasosiasi dengan
Oleh: Pak Nug
gabro, batuan theolitik dan andesit.
SULAWESI
(Rangkum Tugas Kelompok)
GEOLOGI INDONESIA

Manifestasi batuan metamorf dari Sulawesi, memilikifenomena geologi yang kompleks dan
tersebar di: rumit.

 Bantimala :High Pressure Untuk kawasan konvergen di Sulawesi


Metamorphism (Eclogite Grt-Gln) ini, lempeng Eurasia, lempeng Pasifik dan
 Sulawesi Tengah: Whiteschist dan lempeng Indo-Australia saling bergerak dan
Grt-Lherzorite mendekati. Pergerakan ketiga lempeng ini
 Palu: Grt-Peridotie, Eclogite bersifat tumbukan. Tumbukan antar lempeng
 Kompleks Malino: Whiteschist Eurasia, lempeng Pasific dan lempeng Indo-
 Kendari: Whiteschist Australia ini tertekuk dan menyusup kebawah
 Barru: Grt-Bt-Ms-z- Schist lempeng benua hingga masuk ke Astenosfer
merupakan (zona melange).
Secara umum, stratigrafi penyusun dari Pada saat terjadi zona mélange di
Sulawesi secara keseluruhan dapat dibagi pulau Sulawesi, palung lantai samudra dan
menjadi 4 provinsi geologi (lihat lampiran 2) sedimen terakumulasi di dalamnya. Akibatnya
sedimen tersebut terperangkap diantara
 West & North Sulawesi Pluto Volcanic lempeng, menjadi hancur, mengalami
Arc pergeseran dan teranjakan.
Setelah mengalami pergeseran dan
Tersusun dari muda ke tua berupa: sedimen
teranjakan, akibat dari tumbukan antar ketiga
kuarter, batuan vulkanik dan plutonik
lempeng ini, Pulau Sulawesi mengalami
Kenozoik, batuan sedimen Tersier, batuan
morfologi yaitu terjadinya Pre-Cretaceous
ultramafik dan metamorf Mesozoic dan
accretionary Complex berupa busur vulkanik
kompleks Basement
Neogene yang terjadi di daerah barat Sulawesi.
 Central Sulawesi Metamorphic Rock Kemudian juga terbentuk Ophiolite
Belt complex pada bagian timur dan sisa lengan
timur selatan sulawesi. Setelah itu, terbentuk
Tersusun dari muda ke tua berupa: Ofiolt batuan metamorf yang mana batuan metamorf
Melange, Kompleks sekis-Pompangeo ini terkandung pada material-material yang
terdapat pada kedua benua dan lautan, yang
 East Sulawesi Ophiolite Belt
kemudian mengalami pendorongan dari barat
Tersusun dari muda ke tua berupa: sedimen menuju bagian atas barat Sulawesi, kemudian
kuarter dan Neogen dan batuan ultramafik dan terangkat keatas sehingga terbentuklah
mafik rangkaian pegunungan.
Di bagian pegunungan di pulau
 Banggai-Sula & Tukang Besi Sulawesi, aktivitas magmatik tersier
Continental Fragmental khususnya di bagian barat sulawesi ini terjadi
pada kurun Kapur sampai Eosen dan juga
Tersusun dari Basement kontinental terjadi pada masa waktu Oligosen hingga
Obduksi Miosen. Khus pada zaman Miocene
***
dijelaskan dimana
Evolusi Tektonik Sulawesi Pada Miosen akhir, busur Magmatik
Sulawesi barat pada umumnya terasosian
Pulau Sulawesi terbentuk akibat berbagai dengan tubrukan antar benua-benua, pada
aktivitas tektonik konvergensidan longsoran benua kecil terbagi dari lempeng Australian-
lempeng India-Australia, Pasifik barat dan New Guinea yang disubduksikan bagian
kerton Asia yang secara tektonostratigrafi bawah barat-Sundaland utama. Untuk
pegunungan Neogene dibentuk oleh tubrukan
GEOLOGI INDONESIA

antara dua benua (Buton-Tukang besi dan Cari, Simplifikasi geologi Indo-timur oleh
Baggai-Sula). Selain terdapat pegunungan di Hamilton, 1979
pulau Sulawesi ini juga terdapat benua kecil
(microcontinent) yang terpisah dari New ***
Guinea pusat, terbawah kearah barat sepanjang
Jalur Subduksi Timur
pergerakan sistem patahan Sorong-Yapen pada
lempeng laut Philipine, yang kemudian Jika dilihat pada pola tektonik dari Indonesia-
berlanjut mengalami tubrukan pada margin Timur, terdapat jalur subduksi yang melewati
timur dari ophiolite Complex. bagian timur indonesia, yakni pada busur
Sedangkan untuk kawasan Transform banda yang lewat pada bagian bawah pulau
di pulau sulawesi ini, ketiga lempeng bergerak Timor, dan membelok ke arah pulau Seram.
lateral berlawanan arah, yang mana tepi (lampiran 3)
lempeng bergesekan sehingga mengakibatkan
adanya patahan yang terjadi akibat tubrukan Namun, jika kita lihat, Pulau Seram,
antara SSE-NNW bagian palu koro yang mengikuti jalur banda (busut banda) tapi yang
mengalami sesar Horizontal/ mendatar yang berbeda tidak ada vulkanisme yan terjadi di
bergerak kearah kiri menuju bagian utara dari pulai seram, lalu mengapa hal ini bisa terjadi?
Sulawesi timur. Patahan ini merupakan
Oleh Pownall et al, 2013 mengungkapkan
pergerakan patahan yang terjadi akibat
adanya hipotesa berikut:
terasosiasi dengan rezim transtensional.
Pergerakan transtensional ini juga mengalami  Adanya rollback dari subduksi yang
cekungan-cekungan sehingga terbentuklah terjadi yang menyebabkan pergerakan
danau-danau kecil di Propinsi Sulawesi. tektoniknya mengarah lebih ke timur
*** Indonesia, yang juga menyebabkan
pendalaman dari slab subduksi
Granitoid di Sulawesi (oleh Hennig, 2015)
sehingga tidak terjadi vulkanisme
 K-rich shoshonitic (Middle miocene- (lampiran 4)
Early Pliocene)  Adanya gaya ekstensi pada pulau
 Shoshonitic to high K Calc Alkali Seram setelahya
(Late Miocene- Pliocene)
Bukti dari hipotesa ini adalah ditemukannya
 Granitoid S-type terbentuk dari partial
ultra high temperature-low pressure
melting dari continental crust selama metamorphic rock (metamorfisme suhu tinggi-
masa penebalan kerak
tekanan rendah (T: 500-700oC, P: 100-500
 Granitoid I-type terbentuk pada partial Mpa), yang dapat dijelaskan, akibat terjadinya
melting dari lower crust gaya ekstensi akibat rollback tersebut, terjadi
*** upwelling temperatur dari bagian bawah
Seram, sehingga suhu pada tekanan yang
EASTERN INDONESIA terbilang rendah tersebut dapat hadir,dan
memanaskan batuan diaatasnya, sehingga
Zona sutur: terbentuklah UHT-LP metamorf yang
ditemukan pada kompleks Kopiboto
 Banda Suture
Metamorphic.
 Sorong Suture
Ditemukan Codierit, Shapirine+ Spinel dan
Cekungan:
Korondum yang merupakan pencirid ari UHT-
 North Banda Basin LP Metamorphic. Terdapat dua bentuk teori
 South Banda Basin ini, teori pertama menjelaskan sobekan pada
GEOLOGI INDONESIA

bagian bawah Seram, sedangkan teori kedua Amphibolite (bagian tengah) dan
menjelaskan rollback hanya menarik Poroto Greenschist (bagian paling utara).
Banda-Sea Slab. Teori ini pun yang  Hipotesa bahwa protolith dari
menjelaskan mengapa dapat terbentuk weber metamorf Timor, merupakan
deep(lihat lampiran 5) gabungan dari batuan mafik dan
phelitic yang kemudian mengalami
*** metamorfisme Amphibolite.
BASEMENT INDO OF TIMOR ISLAND Analisis umur yang dilakkan menunjukkan
Pembahasan geologi Timor akan mencakup umur dari metamorfismenya sendiri berumur,
permbahasan mengenai Sumba dan Timur, 32-38 Ma (Ar/Ar) oleh Harris, 2006, atau
secara umum, penyusun dari Timor terbagi berkisar 45.36 Ma (Lu-Hf pada Garnet) oleh
menjadi batuan bawaan Australia, produk hasil Standley & Harris, 2009.
Kolisi dan Sedimen serta produk insitu. ***
Cari! Simplifikasi dan model tektonisme Indo- HP Metamorphic in Leti Island
timur oleh Charlton & Gandara, 2012.
Pada bagian dari pulau Leti, yang terletak di
Pulau Timor, disebut sebagai little Himalaya, Laut Timor (berbatasan dengan Timor Leste),
karena produk pulaunya yang merupakan ditemukan fasies HP metamorf, yakni
bagian dari Kolisi yang menyebabkan Blueschist, yang memiliki umur 11 Ma (K-Ar
tersingkapnya Basement Australia pada pulau Muscovite) oleh Kadarusman dkk, 2018, yang
Timor, hal ini menyebabkan bouyancy pada teridentifikasi sebagai Sekis-biru termuda di
pulau Timor. Dapat dilihat dari kenaikan yang dunia.
terus dialami oleh pulau Timur karena masih
mendapatkan desakan dari Australia (lihat ***
lampiran 6)
PAPUA ISLAND
Produk-produk metamorfisme yang ditemukan
di Timor diantaranya: Sumber belajar: Paper Davies,2012

 Lalan Asu : Amphibolite, Greenschist Secara geologi, Papua dapat dibagi menjadi 4
 Boi : Ganulite, Amphibolite provinsi geologi, yakni:
 Mollo : Amphibolite  Melanesian Arc, yang merupakan
 Mosu: Granulite, Amphibolite produk pasifik (Lempeng Carolina)
 Mutis : Amphibolite, Granulite(?)  Metamorphic Belt & Ophiolite
 Miomaffo : Amphibolite, Granulite  Fold Thrust Belt
 Usu: Amphibolite, Greenschist  Foreland Basin
Persebaran dari metamorfisme derajat sedang- Peristiwa tektonik yang terjadi di Papua,
tinggi pada semenanjung pulau timur ini mencakup gejala tektonik dari tua kemuda,
memberikan beberapa hipotesa mengenai sebagai berikut:
petrogenesa dari batuan metamorf Timor,
diantaranya:  Pre-rifting
 Rifting
 Adanya persebaran cenderung berarah  Passive Margin phase
Baratdaya- Timurlaut, dari utara ke
 Crustal Convergence
selatan secara berurutan, merupakan
 Ophiolit Obduction (utara)
fasies Granulite (bagian paling utara),
GEOLOGI INDONESIA

 Docking Event (Sesar Sorong, secara umur diperkirakan berkurang ke arah


Banggai Sula) selatan dani utara.

*** Fase magmatisme tertua, merupakan


terobosan gabroik sampai dioritik, yang
Tektonik Papua diperkirakan beruur Oligosen dan terdapat
dalam lingkungan metamorfisme Derewo,
Pada kala Oligosen, terjadi aktivitas
fasekedua berupa diorit berkomposisi alkalin
tektonik besar pertama di Papua, yang
terlokalisir dalam kelompok Kembelangan
merupakan akibat dari tumbukan lempeng
pada sisi patahan Orogenesa Malenesia
Australia dengan busur kepulauan berumur
Derewo yang berumur Miosen Akhir sampai
Eosen pada Lempeng Pasifik.
Miosen Awal, dan magmatisme termuda dan
Hal ini menyebabkan deformasi dan terpenting berupa intrusi dioritik sampai
metamorfosa fasies greenschist pada sisi benua monzonitik yang dikontrol oleh patahan yang
membentuk jalur “Metamorfisme Rouffae” aktif mulai Pliosen Tengah sampai kini.
yang dikenal sebagai “Matmorf Dorewo”,
Batuan intrusi tersebut menerobos
akibat lebih lanjut dari tektonik ini, ialah
hingga mencapai NewGuinea, dimana endapan
terjadinya sekresi Lempeng Pasifik ke atas
porphiri Cu-Au dapat terbentuk seperti di
jalur malihan dan membentuk jalur ofiolit
Tembagapura seperti OK Tedi di Papua
Papua.
Nugini. Jalur lipatan papua dipengaruhi oleh
Peristiwa tektonik penting kedua yang magma tipe-I (McMahon, 1990), yang kaya
melibatkan Papua adalah orogenesa Melanesia akan komposisi potasium Kalk-Alkali yang
yang berawal dipertengahan Miosen yang menjadi sumber mineralisasi Cu-Au yang
diakibatkan oleh adanya tumbukan Kraton bernilai ekonomis.
Australia dengan Lempeng Pasifik. Hal ini
Menurut Smith (1990), akibat
mengakibatkan deformasi dan pengangkatan
benturan lempeng Austalia dan Pasifik adalah
kuat batuan sedimen Karbon-Miosen (CT),
terjadinya penerobosan batuan beku dengan
dan membentuk jalur aktif Papua.
komposisi sedang kedalam batuan sedimen
Jalur ini dicirikan oleh sistem yang diatasnya yang sebelumnya telah mengalami
kompleks dengan kemiringan ke arah utara, patahan dan perlipatan, hasil penerobosan ini
sesar naik yang mengarah ke Selatan, lipatan kemudian mengubah batuan sedimen dan
kuat atau rebah dengan kemiringan sayap ke mineralisasi dengan tembaga yang berasosiasi
arah selatan Orogenesa Melanesia ini dengan emas dan perak.
diperkirakan mencapai puncaknya pada
Hal inilah yang menyebabkan
Pliosen Tengah.
terjadinya pengkayaan mineralisasi Papua.
Pertengahan miosen sampai Plistosen, Tempat-tempat konsentrasi cebakan logam
cekungan molase berkembangbaik ke Utara yang berkadar tinggi diperkirakan terdapat
maupun Selatan. Erosi yang kuat dalam pada lajur Pegunungan Tengah Papua, mulai
pemebntukan pegunungan mengasilkan dari kompleks Tembagapura (Erstberg,
detritus yang diendapkan di cekungan- Grasberg, DOM, mata kucing dll), Setakwa,
cekungan sehingga mencapai ketebalan 3.000- Mamoa, Wabu, Komopa-Dawagu, Mogo
12.000meter. Mogo – Obano, Katehawa, Haiura, Kemabu,
Magoda, Degedai, Gokodimi, Selatan Dabera,
Oleh Davies (1990) dijabarkan bahwa Tiom, Soba-Tagma, Kupai, Etna Paririm Ilaga.
setidaknya ada tiga fase magmatisme yang Sementara di daerah Kepala Burung terdapat
terjadi di daerah Pegunungan Tengah, yang di Aisijur dan Kali Sute.
GEOLOGI INDONESIA

Sementara itu dengan adanya busur


kepulauan gunungapi (Awewa Volkanik
Group) yang terdiri dari Waigeo Island
(F.Rumai) Batanta Islamd (F.Batanta), Utara
Kepala Burung (Mandi & Arfak Volc), Yapen
Island (Yapen Volc), Wayland Overhrust
(Topo Volc), Memungkinkan terdapatnya
logam, emas dalam bentuk nugget

***

MATERI UAS PAK NUG:

Sumbernya berasal dari tugas yang dikasih pak


Nug
GEOLOGI INDONESIA

Lampiran 1

Lampiran 2
GEOLOGI INDONESIA

Lampiran 3

Lampiran 4
GEOLOGI INDONESIA

Lampiran 5

Lampiran 6

Anda mungkin juga menyukai