Retensi Urine
Pembimbing
Disusun oleh:
201720401011150
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
1
LEMBAR PENGESAHAN
R RESPONSI
RETENSI URINE
Pembimbing
2 i
KATA PENGANTAR
ّ الرحْ َم ِن
َللاِ بِس ِْم ّ الر ِحيم
ّ
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya yang telah
semua pihak, rekan sejawat, dan dr. Samsul Islam, Sp. U yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing sehingga tugas makalah ini dapat selesai dengan
baik.
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis butuhkan guna
menyempurnakan tugas makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Definisi .......................................................................................... 13
Etiologi .......................................................................................... 13
Klasifikasi ..................................................................................... 15
Epidemiologi ................................................................................. 15
Patofisiologi ................................................................................... 16
Diagnosis ...................................................................................... 18
Penatalaksanaan ............................................................................. 23
BAB IV KESIMPULAN............................................................................. 38
iii
4
BAB 1
PENDAHULUAN
antara sistim saraf otonomi dan somatik. Jaras neural yang terdiri dari berbagai
refleks fungsi destrusor dan sfingter meluas dari lobus frontalis ke medula spinalis
dapat diakibatkan oleh lesi pada berbagai derajat. Traktus urinarius bagian bawah
memiliki dua fungsi utama, yaitu: sebagai tempat untuk menampung produksi
urine dan sebagai fungsi ekskresi. Sistem urinaria bagian bawah terdiri atas buli buli
dan uretra yang keduanya harus bekerja secara sinergis untuk dapat menjalankan
penyumbatan pada uretra, kontraksi buli buli yang tidak adekuat atau tidak adanya
koordinasi antara buli buli dan uretra dapat menimbulkan terjadinya retensi urin. 1,9
Retensi Urin merupakan suatu keadaan darurat urologi yang paling sering
ditemukan dan dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Retensi Urin adalah
Salah satu penyebab retensi urine adalah BPH. Benign Prostat Hyperplasia
merupakan penyakit yang sering diderita pada pria. Hasil penelitian di Amerika
20% penderita Benigna Prostat Hiperplasia terjadi pada usia 41-50 tahun, 50%
terjadi pada usia 51-60 tahun dan 90% terjadi pada usia 80 tahun. Pada wanita
Salah satu komplikasi umum yang terjadi setelah proses persalinan, baik
5
BAB 2
2.1 ANATOMI
Saluran kemih terdiri dari: ginjal, pelvis renalis (pielum), ureter, buli-buli
(vesika urinaria), dan uretra. Dinding alat-alat saluran kemih mempunyai lapisan
1. GINJAL
menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke medial. Pada sisi ini
Besar dan berat ginjal sangat bervariasi; hal ini bergantung pada jenis
kelamin, umur, serta ada tidaknya ginjal pada sisi yang lain. Pada outopsi klinis
didapatkan bahwa ukuran ginjal orang dewasa rata-rata adalah 11,5 cm (panjang)
6
x 6 cm (lebar) x 3,5 cm(tebal). Beratnya bervariasi antara 120-170 gram, atau
Struktur Ginjal
b. Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus
korteks
7
Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks dan medula
banyak terdapat duktuli ginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal
yang terdiri atas tubulus kontortus proksimalis, tubulus kontortus distalis, dan
duktus kolengentes.2
(disaring) di dalam glomeruli kemudian di tubuli ginjal, beberapa zat yang masih
mengalami sekresi bersama air membentuk urine. Setiap hari tidak kurang 180
liter cairan tubuh difiltrasi di glomerulus dan menghasilkan urine 1-2 liter. Urine
major, dan pielum/pelvis renalis. Mukosa sistem pelvikalises terdiri atas epitel
transisional dan dindingnya terdiri atas otot polos yang mampu berkontraksi untuk
Vaskularisasi Ginjal
cabang langsung dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan melalui
vena renalis yang bermuara ke dalam vena kava inferior. Sistem arteri ginjal
adalah end arteries yaitu arteri yang tidak mempunyai anastomosis dengan
cabang-cabang dari arteri lain, sehingga jika terdapat kerusakan pada salah satu
dilayaninya.2
8
Fungsi Ginjal
ADH (anti diuretic hormone) dalam mengatur jumlah cairan tubuh, (2) mengatur
antara lain : eritropoetin yang berperan dalam pembentukan sel darah merah,
prostaglandin.2
2. URETER
mengalirkan urine dari pielum ginjal ke dalam buli-buli. Pada orang dewasa
panjangnya kurang lebih 20 cm. Dindingnya terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh
buli.2
Jika karena sesuatu sebab terjadi sumbatan pada aliran urine, terjadi
mengeluarkan sumbatan itu dari saluran kemih. Kontraksi itu dirasakan sebagai
nyeri kolik yang datang secara berkala, sesuai dengan irama peristaltik ureter.2
9
Sepanjang perjalanan ureter dari pielum menuju buli – buli, secara
anatomis terdapat beberapa tempat yang ukuran diameternya relative lebih sempit
daripada ditempat lain,sehingga batu atau benda – benda lain yang berasal dari
1. Pada perbatasan antara pelvis renalis dan ureter atau pelvi ureter-
junction.
Ureter masuk ke buli-buli dalam posisi miring dan berada di dalam otot
buli-buli (intramural); keadaan ini dapat mencegah terjadinya aliran balik urine
dari buli-buli ke ureter atau refluks vesiko-ureter pada saat buli-buli berkontraksi.
menjadi dua bagian yaitu: ureter pars abdominalis, yaitu yang berada dari pelvis
renalis sampai menyilang vasa iliaka, dan ureter pars pelvika, yaitu mulai dari
Di samping itu secara radiologis ureter dibagi dalam tiga bagian, yaitu
1. Ureter 1/3 proksimal mulai dari pelvis renalis sampai batas atas sakrum
2. Ureter 1/3 medial mulai dari batas atas sakrum sampai pada batas bawah
sakrum
3. Ureter 1/3 distal mulai batas bawah sakrum sampai masuk ke buli –buli.
10
3. BULI-BULI / VESIKA URINARIA
Buli-buli adalah organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot detrusor
merupakan otot sirkuler, dan paling luar merupakan otot longitudinal. Mukosa
buli-buli terdiri atas sel-sel transisional yang sama seperti pada mukosa-mukosa
pada pelvis renalis, ureter, dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara
ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang disebut
trigonum buli-buli.1,2
3. Permukaan posterior
buli – buli. Buli–buli berfungsi menampung urine dari ureter dan kemudian
11
menampung urine, buli-buli mempunyai kapasitas maksimal, yang volumenya
untuk orang dewasa kurang lebih adalah 300 -450 ml; sedangkan kapasitas buli-
Pada saat kosong, buli-buli terletak di belakang simfisis pubis dan pada
saat penuh berada di atas simfisis sehingga dapat dipalpasi dan diperkusi. Buli-
buli yang terisi penuh memberikan rangsangan pada saraf aferen dan
menyebabkan aktivasi pusat miksi di medula spinalis segmen sacral S2-4. Hal ini
4. URETRA
Secara anatomis uretra dibagi menjadi 2 bagian yaitu uretra posterior dan
uretra anterior. Pada pria, organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan
mani. Uretra diperlengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada
perbatasan buli-buli dan uretra, serta sfingter uretra eksterna yang terletak pada
perbatasan uretra anterior dan posterior. Sfingter uretra interna terdiri atas otot
12
polos yang dipersarafi oleh sistem simpatik sehingga pada saat buli-buli penuh,
sfingter ini terbuka. Sfingter uretra eksterna terdiri atas otot bergaris dipersarafi
oleh sistem somatik yang dapat diperintah sesuai dengan keinginan seseorang.
Pada saat kencing sfingter ini terbuka dan tetap tertutup pada saat menahan
kencing.2,3
Panjang uretra wanita kurang lebih 3-5 cm, sedangkan uretra pria dewasa
kurang lebih 23-25 cm. Perbedaan panjang inilah yang menyebabkan keluhan
Uretra posterior pada pria terdiri atas uretra pars prostatika yaitu bagian
uretra yang dilingkupi oleh kelenjar prostat, dan uretra pars membranasea. Di
dan disebelah proksimal dan distal dari verumontanum ini terdapat krista uretralis.
Bagian akhir dari vas deferens yaitu kedua duktus ejakulatorius terdapat di pinggir
spongiosum penis. Uretra anterior terdiri atas (1) pars bulbosa, (2) pars pendularis,
(3) pars navikularis, dan (4) meatus uretra eksterna. Di dalam lumen uretra
bermuara di uretra pars bulbosa, serta kelenjar Littre yaitu kelenjar Parauretralis
bawah simfisis pubis dan bermuara disebelah anterior vagina. Di dalam uretra
13
bermuara kelenjar periuretra, di antaranya adalah kelenjar Skene. Kurang lebih
sepertiga medial uretra, terdapat sfingter uretra eksterna yang terdiri atas otot
bergaris. Tonus otot sfingter uretra eksterna dan tonus otot Levator ani berfungsi
mempertahankan agar urine tetap berada dalam buli – buli pada saat perasaan
ingin miksi. Miksi terjadi jika tekanan intravesika melebihi tekanan intrauretra
5. PROSTAT
Prostat adalah organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-
buli, di depan rectum dan membungkus uretra posterior. Bentuknya seperti buah
dalam beberapa daerah atau zona, yaitu zona perifer, zona sentral, zona
transisional, zona preprostatik sfingter, dan zona anterior (McNeal 1970). Secara
stroma ini terdiri atas otot polos, fibroblas, pembuluh darah, saraf, dan jaringan
14
Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen
dari cairan ejakulat. Cairan ini dialirkan melalui duktus sekretorius dan bermuara
di uretra posterior untuk kemudian dikeluarkan bersama cairan semen yang lain
pada saat ejakulasi. Volume cairan prostat merupakan ± 25% dari seluruh volume
ejakulat. 2
serabut parasimpatik dari korda spinalis S2-4 dan simpatik dari nervus
prostat ke dalam uretra posterior, seperti pada saat ejakulasi. Sistem simpatik
memberikan inervasi pada otot polos prostat, kapsula prostat, dan leher buli-buli.
mengalami hiperplasia jinak atau berubah menjadi ganas, dapat menyumbat uretra
15
2.2 FISIOLOGI
1. Pengisian urine
adanya aktivitas sensor regang pada dinding kandung kencing. Pada kandung
terdapat inhibisi dari aktivitas detrusor dan active compliance dari kandung
kencing. Inhibisi dari aktivitas motorik detrusor memerlukan jaras yang utuh
antara pusat miksi pons dengan medula spinalis bagian sakral. Mekanisme active
compliance kandung kencing kurang diketahui namun proses ini juga memerlukan
inervasi yang utuh mengingat mekanisme ini hilang pada kerusakan radiks S2-S4.
fasilitasi aktifitas otot lurik dari sfingter uretra, sehingga tekanan uretra lebih
2. Pengaliran urine
Pada orang dewasa yang normal, rangsangan untuk miksi timbul dari
distensi kandung kencing yang sinyalnya diperoleh dari aferen yang bersifat
sensitif terhadap regangan. Mekanisme normal dari miksi volunter tidak diketahui
dengan jelas tetapi diperoleh dari relaksasi oto lurik dari sfingter uretra dan lantai
pelvis yang diikuti dengan kontraksi kandung kencing. Inhibisi tonus simpatis
diatas/melebihi tekanan intra uretral dan urine akan keluar. Pengosongan kandung
kemih yang lengkap tergantung adri refleks yang menghambat aktifitas sfingter
16
2.3 RETENSIO URIN
2.3.1 DEFINISI
terlampaui.9
2.3.2 ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit retensio urine dapat dibagi menurut letaknya yang
1. Supravesikal
2. Vesikal
3. Infravesikal
a. Pembesaran prostate.
c. Striktur urethra
d. Batu urethra
e. Tumor.
f. Fimosis.
17
Selain itu penyebab dari penyakit retensi urine juga dapat dibagi menurut
1. Vesika urinaria
a. Neuropati diabetes
2. Uretra
i. Batu
ii. Striktura
ii. Batu
i. Karunkula uretra
18
2.3.3 KLASIFIKASI
Retensi urin yang akut adalah ketidak mampuan berkemih yang tiba-tiba
dan disertai rasa sakit meskipun buli-buli terisi penuh. Kondisi yang terkait
adalah tidak dapat berkemih sama sekali, kandung kemih penuh, terjadi tiba-tiba,
disertai rasa nyeri, dan keadaan ini termasuk kedaruratan dalam urologi. Kalau
Retensi urin kronik adalah retensi urin tanpa rasa nyeri yang disebabkan
oleh peningkatan volume residu urin yang bertahap. Misalnya lama-lama tidak
sedikit tapi bukan karena keinginannya sendiri tapi keluar sendiri karena tekanan
lebih tinggi daripada tekanan sfingternya. Kondisi yang terkait adalah masih dapat
berkemih, namun tidak lancar , sulit memulai berkemih (hesitancy), tidak dapat
2.3.4 EPIDEMIOLOGI
terjadi pada usia 41-50 tahun, 50% terjadi pada usia 51-60 tahun dan 90% terjadi
pada usia 80 tahun. Pasien biasanya datang ke rumah sakit setelah keadaan
pada saluran air seni atau uretra didekat pintu masuk kandung kemih seolah-olah
tercekik.
19
2.3.5 MANIFESTASI KLINIS
diantaranya kesulitan buang air kecil; pancaran kencing lemah, lambat, dan
terputus-putus; ada rasa tidak puas, dan keinginan untuk mengedan atau
2.3.6 PATOFISIOLOGI
penyimpanan urine dan pengosongan kandung kemih. Hal ini saling berlawanan
dan bergantian secara normal. Aktivitas otot-otot kandung kemih dalam hal
penyimpanan dan pengeluaran urin dikontrol oleh sistem saraf otonom dan
somatik.
kontraktil otot detrusor yang dikaitkan dengan peningkatan tekanan otot dari leher
simultan otot detrusor dan relaksasi saluran kemih. Hal ini dipengaruhi oleh
20
Selama fase pengisian, impuls afferen ditransmisikan ke saraf sensoris
pada ujung ganglion dorsal spinal sakral segmen 2-4 dan informasikan ke batang
otak. Impuls saraf dari batang otak menghambat aliran parasimpatis dari pusat
kemih sakral spinal. Selama fase pengosongan kandung kemih, hambatan pada
Hambatan aliran simpatis pada kandung kemih menimbulkan relaksasi pada otot
uretra trigonal dan proksimal. Impuls berjalan sepanjang nervus pudendus untuk
merelaksasikan otot halus dan skelet dari sphincter eksterna. Hasilnya keluarnya
Pada retensio urine, penderita tidak dapat miksi, buli-buli penuh disertai
rasa sakit yang hebat di daerah suprapubik dan hasrat ingin miksi yang hebat
disertai mengejan. Retensio urine dapat terjadi menurut lokasi, factor obat dan
factor lainnya seperti ansietas, kelainan patologi urethra, trauma dan lain
sebagainya.
sebagian atau seluruhnya sehingga tidak terjadi koneksi dengan otot detrusor yang
vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, intravesikal berupa
hipertrofi prostate, tumor atau kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil
menyebabkan obstruksi urethra sehingga urine sisa meningkat dan terjadi dilatasi
21
terjadi distensi bladder dan distensi abdomen sehingga memerlukan tindakan,
2.3.7 DIAGNOSIS
Pada pasien dengan keluhan saluran kemih bagian bawah, maka anamnesis
urinalisis dan kultur urine, pengukuran volume residu urine, sangat dibutuhkan.
Fungsi berkemih juga harus diperiksa, dalam hal ini dapat digunakan
cystourethrography.
1. Anamnesis
belakang.
2. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi:
Penderita gelisah
22
- Palpasi dan perkusi:
bawah.
Dari palpasi dan perkusi dapat ditetapkan batas atas buli-buli yang
penyebab:
panjang
uretra posterior.
1. Urinalisis
Leukosituria.
23
besar ( LPB ) sedimen air kemih. Adanya leukosit silinder pada
Hematuria.
2. Bakteriologis.
Mikroskopis
emersi.
Biakan bakteri
B. Uroflowmetri.
saluran kemih infra vesika. Dapat diperoleh informasi mengenai volume miksi
24
C. Foto polos abdomen.
Pada pasien dengan retensi urin, pada pemeriksaan foto polos abdomen
dapat memperlihatkan bayangan buli – buli penuh dan mungkin terlihat bayangan
batu opak pada uretra atau pada buli – buli apabila karena batu pada saluran
kemih.
D. Urethrografi
Bahan kontras dimasukkan langsung melalui klem Broadny yang dijepitkan pada
Tumor uretra atau batu non opak pada uretra tampak sebagai filling defect
pada uretra.
E. Uretrosistoskopi.
dan buli-buli. Terlihat adanya pembesaran, obstruksi uretra dan leher buli-buli,
F. Ultrasonografi.
Pemeriksaan ini tidak invasif dan tidak menimbulkan efek radiasi. USG
25
dipakai untuk mencari nodul pada keganasan prostat dan menentukan volume /
besarnya prostat. Jika didapatkan adanya dugaan keganasan prostat, TRUS dapat
G. Urodinamik
kosong dan terisi penuh sekitar 10–15 cm H2 O. Pada saat hendak berkemih,
menjadi dua yaitu fungsi pengisian dan pengosongan. Ada empat parameter yang
3. sensasi pertama saat kandung kemih terasa penuh dan timbul keinginan
kemih dan uretra proksimal untuk tetap menutup selama proses pengisian
26
berlangsung yang diukur dengan bantuan elektromiografi (EMG) yang
lumen ke dalam kandung kemih untuk mengukur tekanan intra vesika, dan kateter
Ada empat pola urodinamik yang dapat ditemukan pada kandung kemih
2.3.8 PENATALAKSANAAN
Urine yang tertahan lama di buli buli secepatnya harus dikeluarkan karena
Kateterisasi
Tujuan Kateterisasi
Tindakan ini dimaksudkan untuk tujuan diagnosis maupun untuk tujuan terapi.
27
2. Mengukur residu (sisa) urin yang dikerjakan sesaat setelah pasien selesai
miksi.
5. Untuk menilai produksi urin pada saat dan setelah operasi besar.
Indikasi kateterisasi :
yang disebabkan oleh hiperplasia prostat maupun oleh benda asing (bekuan
3. Diversi urin setelah tindakan operasi sistem urinaria bagian bawah, yaitu
uretra.
untuk buli-buli.
Kontraindikasi kateterisasi :
Macam-macam Kateter
28
Ukuran kateter dinyatakan dalam skala Cheriere’s (French). Ukuran ini
1 milimeter = 3 Fr
Jadi, kateter yang berukuran 18 Fr artinya diameter luar kateter itu adalah 6
mm. Kateter yang mempunyai ukuran yang sama belum tentu mempunyai
diameter lumen yang sama karena adanya perbedaan bahan dan jumlah
Bentuk Kateter
bentuknya lurus dan tanpa ada percabangan. Contoh kateter jenis ini adalah
29
Coude catheter yaitu kateter dengan ujung lengkung dan ramping.
Kateter ini dipakai jika usaha kateterisasi dengan memakai kateter berujung
lurus mengalami hambatan yaitu pada saat kateter masuk ke uretra pars
bulbosa yang berbentuk huruf “S”, adanya hiperplasia prostat yang sangat
Kateterisasi
Pada wanita
Kesulitan yang sering dijumpai adalah pada saat mencari muara uretra
karena terdapat stenosis muara uretra atau tertutupnya muara uretra oleh
tumor uretra / tumor vaginalis / serviks. Untuk itu mungkin perlu dilakukan
Pada pria
30
mengambil nafas dalam supaya sfingter uretra eksterna menjadi lebih
penampung (urinbag).
proksimal.
Kateterisasi Suprapubik
mengeluarkan urin.
Prostat.
31
Sistostomi Trokar
trokar.
4. Semprit beserta jarum suntik untuk pembiusan lokal dan jarum yang telah
6. Alat pembedahan minor, antara lain : pisau, jarum jahit kulit, benang sutra
(zeyde).
32
7. Alat trokar dari Campbel atau trokar konvensional.
4. Insisi kulit suprapubik di garis tengah pada tempat yang paling cembung + 1
6. Alat trokar ditusukkan melalui luka operasi hingga terasa hilangnya tahanan
7. Alat obturator dibuka dan jika alat itu sudah masuk ke dalam buli-buli akan
33
balon dipastikan berada di buli-buli, slot kateter setengah lingkaran
10. Kateter difiksasikan pada kulit dengan benang sutra dan luka operasi ditutup
34
Setelah yakin trokar masuk ke buli-buli, obturator dilepas dan hanya slot
Jika tidak tersedia alat trokar dari Campbell, dapat pula digunakan alat
Penyulit
Beberapa penyulit yang mungkin terjadi pada saat tindakan maupun setelah
3. Menimbulkan perdarahan.
4. Pemakaian kateter yang terlalu lama dan perawatan yang kurang baik akan
Sistostomi Terbuka
tindakan sistostomi trokar atau bila tidak tersedia alat trokar. Dianjurkan untuk
mencederai uretra atau buli-buli, dan adanya bekuan darah pada buli-buli yang
Tindakan
35
3. Injeksi anestesi lokal, jika tidak mempergunakan anestesi umum.
dan umbilicus.
5. Insisi diperdalam sampai lemak subkutan hingga terlihat linea alba yang
memegang buli-buli.
difiksasi.
tajam hingga keluar urin, yang kemudian (jika perlu) diperlebar dengan
10. Eksplorasi dinding buli-buli untuk melihat adanya : tumor, batu, adanya
11. Pasang kateter Foley ukuran 20F-24F pada lokasi yang berbeda dengan
luka operasi.
13. Ditinggalkan drain redon kemudian luka operasi dijahit lapis demi lapis.
36
3.3. Prognosis
Prognosis pada penderita dengan retensi urin akut akan bonam jika
37
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Penderita
• Nama : Tn.sutadi
• Agama : Islam
• Alamat : surabaya
• No.reg : 616701
III. Anamnesis
• RPS : Pasien datang ke IGD RS Haji dengan keluhan sulit BAK sejak 1
bulan yang lalu. BAK masih keluar tetapi pancarannya kecil dan terputus
putus, serta pasien harus mengedan agar air kencing keluar. Pasien juga
merasa masih ada sisa air kencing tertahan setelah BAK. 6 bulan yang lalu
pasien sempat periksa ke poli uologi dn diberi terapi harnal ocas, keluhan
lagi sehinga 1 bulan ini keluhan muncul kembalu. Kencing darah (-), batu
(-) nanah (-), trauma (-), demam (-), penurunan BB drastis (-)
• RPK : -
38
B. Pemeriksaan Fisik
a. Status Present
b. Status General
Mata : Kesan anemis -/-, ikterus -/-, sianosis -/-, dyspnea -/-
THT : Telinga : daun telinga terangkat (-), sekret -/-, hiperemis -/-
Cor :
Pulmo :
39
Perkusi : Sonor/Sonor
Abdomen :
Perkusi : Timpani
Ekstremitas :
Hangat + +
+ +
Edema - -
- -
CRT<2 detik
St. Urologi :
* Regio flank
* VU: kosong
* GE
• Penis dbn
• Testis dbn
• Scrotum dbn
40
* RT
• Teraba prostat gr II
C. Planing Diagnosis
D. Assesment
• Diagnosis sekunder: -
• Diagnosis komplikasi : -
E. Penatalaksanaan
• MRS
F. Prognosis
Dubia ad bonam
41
BAB IV
KESIMPULAN
ekskresi. Sistem urinaria bagian bawah terdiri atas buli buli dan uretra yang
keduanya harus bekerja secara sinergis untuk dapat menjalankan fungsinya dalam
pada uretra, kontraksi buli buli yang tidak adekuat atau tidak adanya koordinasi
antara buli buli dan uretra dapat menimbulkan terjadinya retensi urin.
Retensi urin bisa dibagi menjadi 2 keadaan yaitu akut dan kronik.
Retensi urin yang akut adalah ketidak mampuan berkemih yang tiba-tiba
dan disertai rasa sakit meskipun kandung kemih terisi penuh, berlangsung
kurang dari 24 jam. Sedangkan retensio urin kronis, tidak ada rasa sakit
umum adalah sebanyak 300cc saja dan dalam sehari manusia dapat
berkemih 4-5kali
lambat, dan terputus-putus; ada rasa tidak puas, dan keinginan untuk
42
DAFTAR PUSTAKA
companies. 2003
I1 2006.
EGC Jakarta.
Surabaya
bedah FKUB.
10. Mary, et al.. Benign Prostat Hiperplasia Journal of the year. 2014
43