Anda di halaman 1dari 5

Diduga keracunan kerang, 4 orang

sekeluarga di Gresik tewas


Diduga mengonsumsi kerang simping, empat anggota keluarga di Desa Abar-Abir,
Kecamatan Bungah, Gresik, Jawa Timur, tewas keracunan. Sedangkan dua anggota keluarga
lainnya selamat dan dirawat di RS Petrokimia Gresik.
Sudirman menceritakan, peristiwa itu bermula pada Minggu (19/10), Nur membeli
kerang simping yang sudah direbus, kemudian dimasukkan ke dalam kulkas. Keesokan
harinya (20/10), Rukaini, yang merupakan kakak Nur, memasak kerang tersebut untuk
sarapan.Ketika dihidangkan dan dimakan oleh satu keluarga tersebut, tak lama setelah itu,
Rukaini dan Muinah muntah-muntah disertai kepala pusing.
Dimana dikenali empat jenis keracunan yang timbul akibat mengonsumsi kerang
(Arisman, 2009), yaitu paralytic shellfish poisoning (PSP), neurotoxic shellfish poisoning
(NSP), diarrheal shellfish poisoning (DSP), dan amnestic shellfish poisoning (ASP). Paralytic
shellfish poisoning (PSP) disebabkan racun terkumpul dalam tubuh kerang akibat memakan
plankton tertentu, yaitu dinoflagellata (Protogonyaulax sp) yang mengalami puncak
pertumbuhan di musim panas.
Perairan yang ditumbuhi dinoflagellata dalam konsentrasi tinggi dikenal dengan
sebutan ”red tide”. Penyebab keracunan ini adalah saxitoxin, yaitu racun yang bekerja
memblok sodium channel. Racun bersifat tahan panas, dan dapat bertahan dalam jaringan
lunak kerang hingga dua tahun.
Gejala keracunan mulai tampak nyata sekitar 30 menit setelah menyantap kerang
beracun, berupa parestesia mulut, lidah, gusi, serta muka; yang cepat sekali menyebar ke
bagian distal anggota gerak. Gejala lain berupa sensasi ”melayang” (floating), sakit kepala,
ataksia, otot lemah, paralisis, dan gangguan fungsi syaraf kranial.
Gejala akibat gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare, dan nyeri perut) jarang
timbul. Gagal napas dapat terjadi 2-12 jam setelahnya, yang biasanya menetap selama 72
jam. Kematian lazimnya terjadi pada 12 jam pertama akibat gagal napas.
PSP biasanya berakhir selama 3 hari, tetapi kelemahan otot menetap selama
berminggu minggu. Pencegahan merupakan kunci keselamatan, golden period kasus ini
adalah 30 menit pertama. Oleh sebab itu, diagnosis harus tepat dan cepat.
Neurotoxic shellfish poissoning (NSP), biasanya disebabkan oleh plankton
Ptycodiscus brevis (Gymnodinium) yang menghasilkan brevitoxin sehingga keracunan ini
kerap disebut brevitoxic shellfish poisoning.
Sedikit berbeda dari PSP, awal gejala NSP biasanya terjadi sekitar 3 jam (15 menit
hingga 18 jam) sehabis makan. Gejala keracunan ini lebih ringan ketimbang PSP, berupa
perubahan persepsi sensorik terhadap rangsang panas dan dingin (panas dirasa dingin, dan
dingin dirasa panas). Gejala lain adalah nyeri otot, lumpuh, sakit perut, muntah, diare, sakit
kepala, susah menelan, frekuensi nadi melambat, dan dilatasi pupil.
Gejala akibat gangguan syaraf dan saluran cerna muncul bersamaan, lalu akan
berakhir dalam waktu dari satu hingga 72 jam. Kesulitan bernapas jarang terjadi. Diarrheal
shellfish poisoning (DSP), sisebabkan oleh Dinoflagellata dinophysis, yang menimbulkan
penyakit saluran cerna tanpa menimbulkan manifestasi neurologis.
Keracunan yang ringan ini menimbulkan gejala gastroenteritis (terbatas pada mual,
muntah, diare, dan sakit perut) tidak lama (30 menit) setelah memakan kerang, dan biasanya
akan berakhir dalam waktu sekitar 1-2 hari. Gejala ini biasanya mereda tanpa pengobatan.
Amnestic shellfish poisoning (ASP), disebabkan oleh domoic acid (dihasilkan oleh
Diatomae) yang terkandung di dalam jaringan kerang (juga udang) penyantap plankton
Nitzschia pungens. Daya tahan toksin ini terhadap panas tidak sekuat toksin PSP dan tidak
dapat dirusak sempurna dengan pemanasan. Gejala sering muncul agak lambat mencapai 5
jam (18 menit hingga 38 jam).
Gejala gangguan cerna adalah tanda pertama, yang selanjutnya diikuti oleh
kebingungan, koma, kejang, dan syok akibat penurunan tekanan darah dan frekuensi nadi
yang rendah. Kematian terjadi hanya pada 2 % kasus, terutama pada penderita berusia lanjut.
Pada sekitar 10 % kasus, penderita mengalami hilang ingatan jangka panjang serta kerusakan
otot sensorik.
Dimana kesimpulan dari kasus ini keluarga bapak Sudirman mengalami keracunan
akibat mengkonsumsi kerang, jenis keracunan itu yaitu paralytic shellfish poisoning (PSP)
karena berdasarkan gejala yang timbul dapat dilihat antara penderita dengan pengertian
paralytic shellfish poisoning (PSP) sama dan sama mengakibatkan kematian.
Cara Pencegahan
Tindakan pencegahan terhadap keracunan akibat mengkonsumsi kerang agak sulit,
karena tergantung dari kondisi perairan di mana kerang tersebut hidup. Namun demikian,
usaha-usaha pencegahan keracunan bagi masyarakat, terutama yang suka mengonsumsi
kerang-kerangan, perlu dilakukan melalui program monitor yang baik terhadap kerang yang
dikonsumsi, ataupun lingkungan perairan saat terjadi polusi materi organik dan pada saat
blooming alga khususnya Dinoflagellata.
Paling tidak, masyarakat perlu lebih teliti memilih kerang yang segar dan bersih.
Akan lebih baik bila mengetahui dari perairan mana kerang tersebut diperoleh. Untuk
memilih kerang segar yang masih bercangkang, pastikan cangkang banyak yang terbuka, ini
menunjukkan kerang tersebut masih hidup. Untuk kerang yang telah dilepas dari kulit
cangkangnya, pilihlah dagingnya masih padat dan terlihat utuh. Warna daging kerang pilih
yang belum berubah dari aslinya, apabila daging kerang telah berubah warna, menunjukkan
bahwa kerang telah busuk. Pilih yang beraroma amis yang khas, bukan yang sudah beraroma
busuk.
Diduga keracunan kerang, 4 orang
sekeluarga di Gresik tewas
Reporter : Moch. Andriansyah | Selasa, 21 Oktober 2014 16:22




Ilustrasi keracunan. ©2012 Merdeka.com/dok

Merdeka.com - Diduga mengonsumsi kerang simping, empat anggota keluarga di Desa


Abar-Abir, Kecamatan Bungah, Gresik, Jawa Timur, tewas keracunan. Sedangkan dua
anggota keluarga lainnya selamat dan dirawat di RS Petrokimia Gresik.

Cara Irit Pererat Pertemanan dengan Jalan-Jalan"Peristiwa itu diduga karena keracunan
makanan. Empat orang, yang masih satu keluarga meninggal dunia setelah makan kerang
simping. Sedang dua lainnya di rawat di Rumah Sakit Petrokimia Gresik," terang Kapolsek
Bungah AKP Muchammad Sudirman, Selasa (21/10).

Empat korban meninggal karena memakan kerang dengan nama latin Placuna Placenta itu
adalah Muinah (70), Rukani (55), Nasihun (40), dan Machrus Bachtiar (13). Keempatnya
adalah ibu, anak dan cucu.

Sedangkan korban selamat dan tengah dirawat di rumah sakit adalah Suaini (31) anak dari
Muinah. Sementara satu orang selamat lain, adalah Nur Hidayati (35), istri dari Nasihun atau
ibu dari Machrus. Nur tidak ikut mengkonsumsi kerang bercangkang lunak tersebut.

Sudirman menceritakan, peristiwa itu bermula pada Minggu (19/10), Nur membeli kerang
simping yang sudah direbus, kemudian dimasukkan ke dalam kulkas. Keesokan harinya
(20/10), Rukaini, yang merupakan kakak Nur, memasak kerang tersebut untuk sarapan.

Ketika dihidangkan dan dimakan oleh satu keluarga tersebut, tak lama setelah itu, Rukaini
dan Muinah muntah-muntah disertai kepala pusing. Keduanya langsung dibawa ke RS
Mabarot NU Bungah. Sore harinya, keduanya tewas dan langsung dimakamkan.

Usai prosesi pemakaman, giliran Nasihun dan anaknya, Mahrus yang turut mengkonsumsi
kerang beracun tersebut meninggal dunia. Saat peristiwa itu, Mahrus terlebih dulu di larikan
ke RS Mabarot NU Bungah dan meninggal lebih dulu. Sedangkan Nasihun meninggal saat
dirujuk ke RSUD Ibnu Sina.

"Sementara satu korban selamat, yaitu Suaini dirawat di Rumah Sakit Petrokimia Gresik.
Sedangkan Nur saat ini juga dirawat di Rumah Sakit Petrokimia Gresik. Namun, untuk
korban Nur ini, bukan keracunan kerang tapi memang sakit dan perlu perawatan," terang
Sudirman.

Atas peristiwa tersebut kepolisian kini telah menyita kerang simping pembawa maut empat
anggota keluarga di Desa Abar-Abir tersebut. "Selain menyita kerang simping, kami juga
menyita barang bukti lainnya berupa nasi dan tempe goreng. Semua jenis makanan itu sudah
diserahkan ke Dinkes Gresik untuk diperiksa," katanya.

Sudirman melanjutkan, kasus keracunan ini bukan kali pertama, tapi sudah kesekian kalinya
terjadi di wilayah Bungah. Untuk itu, sebagai tindak lanjut, polisi akan menggandeng Dinkes
Gresik untuk meneliti kasus ini. "Dinkes Gresik sudah mengambil sampel makanan yang
diduga mengandung racun," ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai