Anda di halaman 1dari 16

ELISA ( Enzyme Linked Immunosorbent Assay )

Oleh:

I Wayan Arya Prayoga

NPM : 12700065

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imunitas tubuh manusia maupun
hewan, merupakan disiplin ilmu yang dalam perkembangannya berakar dari pencegahan
dan pengobatan penyakit infeksi. Sedangkan Serologi ialah ilmu yang mempelajari reaksi
antigen antibodi secara invitro. Pemeriksaan serologik sering dilakukan sebagai upaya
menegakkan diagnosis. Walaupun saat ini pemeriksaan serologi tidak terbatas pada
penyakit infeksi, namun untuk menunjang diagnosis penyakit infeksi memang hal yang
sering dilkukan. memungkinkan dilakukannya pengamatan secara in vitro terhadap
perubahan kompleks antigenantibodi ( Ag-Ab ).

ELISA atau penetapan kadar imunosorben taut enzim merupakan uji serologis yang
umum digunakan di berbagai laboratorium imunologi. Uji ini memiliki beberapa
keunggulan seperti teknik pengerjaan yang relatif sederhana, ekonomis, dan memiliki
sensitivitas yang cukup tinggi. ELISA diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann
dan Eva Engvall untuk menganalisis adanya interaksi antigen dengan antibodi di dalam
suatu sampel dengan menggunakan enzim sebagai pelapor (reporter label).

ELISA adalah suatu teknik biokimia yang terutama digunakan dalam bidang
imunologi untuk mendeteksi kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel. ELISA
telah digunakan sebagai alat diagnostik dalam bidang medis, patologi tumbuhan, dan juga
berbagai bidang industrip penggunaan ELISA melibatkan setidaknya satu antibodi dengan
spesifitas yang lebih tinggi dibandingkan metode imun lainnya. Berdasarkan uraian diatas
maka penulis akan membahas tentang ELISA.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada maka rumusan masalah yang dibahas dalam
makalah ini adalah :

a. Apa itu ELISA


b. Bagaimana jenis-jenis ELISA
c. Bagaimana prinsip kerja dari metode ELISA
d. Bagaimana contoh cara kerja metode ELISA
e. Apa kelebihan dan kekurangan dari metode ELISA

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan dari makalah ini adalah :

a. Untuk mengetahui pengertian ELISA


b. Untuk mengetahui jenis"jenis ELISA
c. Untuk mengetahui prinsip kerja dari metode ELISA
d. Untuk mengetahui contoh cara kerja dari ELISA
e. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari ELISA
BAB II

TINJJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)

Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) adalah suatu teknik biokimia yang
terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi kehadiran antibodi atau
antigen dalam suatu sampel. ELISA telah digunakan sebagai alat diagnostik dalam bidang
medis, patologi tumbuhan, dan juga berbagai bidang industri. dalam pengertian sederhana,
sejumlah antigen yang tidak dikenal ditempelkan pada suatu permukaan, kemudian
antibodi spesifik dicucikan pada permukaan tersebut, sehingga akan berikatan dengan
antigennya. Antibodi ini terikat dengan suatu enzim, dan pada tahap terakhir, ditambahkan
substansi yang dapat diubah oleh enzim menjadi sinyal yang dapat dideteksi. Dalam
ELISA fluoresensi, saat cahaya dengan panjang gelombang tertentu disinarkan pada suatu
sampel, kompleks antigen/antibodi akan berfluoresensi sehingga jumlah antigen pada
sampel dapat disimpulkan berdasarkan besarnya fluoresensi.

Penggunaan ELISA melibatkan setidaknya satu antibodi dengan spesifitas untuk


antigen tertentu. Sampel dengan jumlah antigen yang tidak diketahui diimobilisasi pada
suatu permukaan solid (biasanya berupa lempeng mikrotiter polistirene), baik yang non
spesifik (melalui penyerapan pada permukaan) atau spesifik (melalui penangkapan oleh
antibodi lain yang spesifik untuk antigen yang sama, disebut Sandwich ELISA). Setelah
antigen diimobilisasi, antibodi pendeteksi ditambahkan, membentuk kompleks dengan
antigen. Antibodi pendeteksi dapat berikatan juga dengan enzim, atau dapat dideteksi
secara langsung oleh antibodi sekunder yang berikatan dengan enzim melalui
biokonjugasi. Diantara tiap tahap, plate harus dicuci dengan larutan deterjen lembut untuk
membuang kelebihan protein atau antibodi yang tidak terikat. Setelah tahap pencucian
terakhir, dalam plate ditambahkan substrat enzimatik untuk memproduksi sinyal yang
visibel, yang menunjukkan kuantitas antigen dalam sampel. Teknik ELISAyang lama
menggunakan substrat kromogenik, meskipun metode"metode terbaru mengembangkan
substrat fluorogenik yang jauh lebih sensitif .
B. Jenis-jenis Metode ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)

Secara umum, teknik ELISA dibedakan menjadi dua jenis, yaitu teknik ELISA
kompetitif yang menggunakan konjugat antigen enzim atau konjugat antibodi-enzim, dan
teknik ELISA nonkompetitif yang menggunakan dua antibodi (primer dan sekunder). Pada
teknik ELISA nonkompetitif, antibodi kedua (sekunder) akan dikonjugasikan dengan
enzim yang berfungsi sebagai signal. Teknik ELISA nonkompetitif ini seringkali disebut
sebagai teknik ELISA sandwich.

Dewasa ini, teknik ELISA telah berkembang menjadi berbagia macam jenis teknik.
perkembangan ini didasari pada tujuan dari dilakukannya uji dengan teknik ELISA
tersebut sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Berikut ini adalah beberapa macam
teknik ELISA yang relatif sering digunakan, antara lain : ELISA Direct, ELISA Indirect,
ELISA Sandwich, dll.

1. ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) Direct

Teknik ELISAini merupakan teknik ELISA yang paling sederhana. Teknik ini
seringkali digunakan untuk mendeteksi dan mengukur konsentrasi antigen pada sampel
ELISA direct menggunakan suatu antibodi spesifik (monoclonal) untuk mendeteksi
keberadaan antigen yang diinginkan pada sampel yang diuji. Pada ELISA direct, pertama
microtiter diisi dengan sampel yang mengandung antigen yang diinginkan, sehingga
antigen tersebut dapat menempel pada bagian dinding-dinding lubang microtiter,
kemudian microtiter dibilas untuk membuang antigen yang tidak menempel pda dinding
lubang microtiter. Lalu antibodi yang telah ditautkan dengan enzim signal dimasukkan ke
dalam luban-lubang microtiter sehingga dapat berinteraksi dengan antigen yang
diinginkan, yang dilanjutkan dengan membilas microtiter untuk membuang antibodi
tertaut enzim signal yang tidak berinteraksi dengan antigen. Lalu, ke dalam lubang-lubang
microtiter tersebut ditambahkan substrat yang dapat bereaksi dengan enzim signal,
sehingga enzim yang tertaut dengan antibodi yang telah berinteraksi dengan antigen yang
diinginkan akan berinteraksi dengan substrat dan menimbulkan signal dapat dideteksi.
Pendeteksian interaksi antara antibodi dengan antigen tersebut selanjutnya dapat dihitung
dengan menggunakan kolorimetri, chemiluminescent, atau fluorescent end-point.
ELISA direct memiliki beberapa kelemahan, antara lain :
a. Immunoreaktifitas antibodi kemungkinan akan berkurang akibat bertaut dengan
enzim.
b. Penautan enzim signal ke setiap antibodi menghabiskan waktu dan mahal.
c. Tidak memiliki fleksibilitas dalam pemilihan tautan enzim (label) dari antibodi
pada percobaan yang berbeda.
d. Amplifikasi signal hanya sedikit.
e. Larutan yang mengandung antigen yang diinginkan harus dimurnikan sebelum
digunakan untuk uji ELISA direct.

Sedangkan kelebihan dari ELISAdirect antara lain :


a. Metodologi yang cepat karena hanya menggunakan 1 jenis antibodi.
b. Kemungkinan terjadinya kegagalan dalam uji ELISA akibat reaksi silang dengan
antibodi lain (antibodi sekunder) dapat diminimalisasi.

2. ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) indirect

ELISA Indirect ini pada dasarnya juga merupakan teknik ELISA yang paling
sederhana, hanya saja dalam teknik ELISA indirect yang dideteksi dan diukur
konsentrasinya merupakan antibodi. ELISA indirect menggunakan suatu antigen spesifik
(monoclonal) serta antibodi sekunder spesifik tertaut enzim signal untuk mendeteksi
keberadaan antibodi yang diinginkan pada sampel yang diuji.

Tahap umum yang digunakan dalam indirect ELISA untuk mendeterminasi konsentrasi
antibodi dalam serum adalah :

a. Suatu antigen yang sudah dikenal dan diketahui konsentrasinya ditempelkan pada
permukaan lubang plate mikrotiter. Antigen tersebut akan menempel pada
permukaan plastik dengan cara adsorpsi. Sampel dari konsentrasi antigen yang
diketahui ini akan menetapkan kurva standar yang digunakan untuk mengkalkulasi
konsentrasi antigen dari suatu sampel yang akan diuji.

b. Suatu larutan pekat dari protein non-interacting, seperti bovine serum albumin
(BSA) atau kasein, ditambahkan dalam semua lubang plate mikrotiter. Tahap ini
dikenal sebagai blocking, karena protein serum memblok adsorpsi non"spesifik
dari protein lain ke plate.
c. Lubang plate mikrotiter atau permukaan lain kemudian dilapisi dengan sampel
serum dari antigen yang tidak diketahui, dilarutkan dalam buffer yang sama
dengan yang digunakan untuk antigen standar. 7arena imobilisasi antigen dalam
tahap ini terjadi karena adsorpsi non"spesifik, maka konsentrasi protein total harus
sama dengan antigen standar.
d. Plate dicuci, dan antibodi pendeteksi yang spesifik untuk antigen yang diuji
dimasukkan dalam lubang. Antibodi ini hanya akan mengikat antigen
terimobilisasi pada permukaan lubang, bukan pada protein serum yang lain atau
protein yang terbloking.
e. Antibodi sekunder, yang akan mengikat sembarang antibodi pendeteksi,
ditambahkan dalam lubang. Antibodi sekunder ini akan berkonjugasi menjadi
enzim dengan substrat spesifik. Tahap ini bisa dilewati jika antibodi pendeteksi
berkonjugasi dengan enzim.
f. Plate dicuci untuk membuang kelebihan konjugat enzim-antibodi yang tidak
terikat.
g. Dimasukkan substrat yang akan diubah oleh enzim untuk mendapatkan sinyal
kromogenik / fluorogenik / elektrokimia.
h. Hasil dikuantifikasi dengan spektrofotometer, spektrofluorometer atau alat optic/
elektrokimia lainnya.

Enzim bertindak sebagai amplifier, bahkan jika hanya sedikit antibodi terikat enzim
yang tetap terikat, molekul enzim akan memproduksi berbagai molekul sinyal. Kerugian
utama dari metode indirect ELISA adalah metode imobilisasi antigennya non-spesifik,
sehingga setiap protein pada sampel akan menempel pada lubang plate mikrotiter,
sehingga konsentrasi analit yang kecil dalam sampel harus berkompetisi dengan protein
serum lain saat pengikatan pada permukaan lubang.

ELISA indirect memiliki kelemahan, antara lain0 membutuhkan waktu pengujian


yang relative lebih lama daripada ELISAdirect karena ELISAindirect membutuhkan 9 kali
waktu inkubasi yaitu pada saat terjadi interaksi antara antigen spesifik dengan antibodi
yang dinginkan dan antara antibodi yang diinginkan dengan antibodi sekunder tertaut
enzim signal, sedangkan pada ELISAdirect hanya membutuhkan ) kali waktu inkubasi
yaitu pada saat terjadi interaksi antara antigen yang diinginkan dengan antibodi spesifik
tertaut enzim signal.
Sedangkan kelebihan dari ELISAindirect antara lain :

a. Terdapat berbagai macam variasi antibodi sekunder yang terjual secara komersial
di pasar.
b. Immunoreaktifitas dari antibodi yang diinginkan (target) tidak terpengaruh oleh
penautan enzim signal ke antibodi sekunder karena penautan dilakuka pada wadah
berbeda.
c. Tingkat sensitivitas meningkat karena setiap antibodi yag diinginkan memiliki
beberapa epitop yang bisa berinteraksi dengan antibodi sekunder.

3. ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) Sandwich

Teknik ELISA jenis ini menggunakan antibodi primer spesifik untuk menangkap
antigen yang diinginkan dan antibodi sekunder tertaut enzim signal untuk mendeteksi
keberadaan antigen yang diinginkan. Pada dasarnya, prinsip kerja dari ELISA sandwich
mirip dengan ELISA direct, hanya saja pada ELISA sandwich, larutan antigen yang
diinginkan tidak perlu dipurifikasi. Namun, karena antigen yang diinginkan tersebut harus
dapat berinteraksi dengan antibodi primer spesifik dan antibodi sekunder spesifik tertaut
enzim signal, maka teknik ELISA sandwich ini cenderung dikhususkan pada antigen
memiliki minimal 9 sisi antigenic (sisi interaksi dengan antibodi) atau antigen yang
bersifat multivalent seperti polisakarida atau protein. Pada ELISA sandwich, antibodi
primer seringkali disebut sebagai antibodi penangkap, sedangkan antibodi sekunder
seringkali disebut sebagai antibodi penangkap, sedangkan antibodi sekunder seringkali
disebut sebagai antibodi deteksi.

Dalam pengaplikasiannya, ELISA sandwich lebih banyak dimanfaatkan untuk


mendeteksi keberadaan antigen multivalent yang kadarnya sangat rendah pada suatu
larutan dengan tingkat kontaminasi tinggi. Hal ini disebabkan ELISA sandwich memiliki
tingkat sensitivitas tinggi terhadap antigen yang diinginkan akibat keharusan dari antigen
tersebut untuk berinteraksi dengan kedua antibodi.

Tahapan dalam Sandwich ELISA adalah sebagai berikut :

a. Disiapkan permukaan untuk mengikatkan antibodi “penangkap”


b. Semua non spesifik binding sites pada permukaan diblokir
c. Sampel berisi antigen dimasukkan dalam plate
d. Plate dicuci untuk membuang kelebihan antigen yang tidak terikat
e. Antibodi primer ditambahkan, supaya berikatan secara spesifik dengan antigen
f. Antibodi sekunder yang berikatan dengan enzim dimasukkan, yang akan
berikatan dengan antibodi primer
g. Plate dicuci, sehingga konjugat antibodi"enzim yang tidak terikat dapat dibuang.
h. 4itambahkan reagen yang dapat diubah oleh enzim menjadi sinyal
Berwarna/ berfluoresensi/ elektrokimia
i. Diukur absorbansinya untuk menetukan kehadiran dan kuantitas dari antigen

Dalam ELISA sandwich, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat sensitivitas
dari hasil pengujian, antara lain :

a. Banyak molekul antibodi penangkap yang berhasil menempel pada dinding-


dinding microtiter.
b. Avinitas dari antibodi penangkap dan antibodi detector terhadap antigen
sebenarnya, teknik ELISA sandwich ini merupakan pengembangan dari teknik
ELISA terdahulu, yaitu ELISA direct.

Kelebihan teknik ELISA sandwich ini pada dasarnya berada pada tingkat
sensitivitasnya yang relatif lebih tinggi karena antigen yang diinginkan harus dapat
berinteraksi dengan dua jenis antibodi, yaitu antibodi penangkap dan antibodi detector,
kemampuannya menguji sampel yang tidak murni, dan mampu mengikat secara selektif
antigen yang dikehendaki. Tanpa lapisan pertama antibodi penangkap, semua jenis protein
pada sampel (termasuk protein serum) dapat diserap secara kompetitif oleh permukaan
lempeng, menurunkan kuantitas antigen yang terimobilisasi.

Namun demikian, teknik ELISA sandwich ini juga memiliki kelemahan, yaitu teknik
ini hanya dapat diaplikasikan untuk medeteksi antigen yang bersifat multivalent serta
sulitnya mencari dua jenis antibodi yang dapat berinteraksi antigen yang sama pada sisi
antigenic yang berbeda (epitopnya harus berbeda).
Prinsip kerja sandwich ELISA dapat dilihat pada skema berikut ini :

C. Prinsip Kerja ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)

Prinsip dasar dari teknik ELISA ini secara simple dapat dijabarkan sebagai berikut:
Pertama antigen atau antibodi yang hendak diuji ditempelkan pada suatu
permukaan yang berupa microtiter. Penempelan tersebut dapat dilakukan melalui dua cara,
yaitu penempelan secara non spesifik dengan absorbsi ke permukaan microtiter, dan
penempelan secara spesifik dengan menggunakan antibodi atau antigen lain yang bersifat
spesifik dengan antigen atau antibodi yang diuji (cara ini digunakan pada teknik ELISA
sandwich). Selanjutnya antibodi atau antigen spesifik yang telah ditautkan dengan suatu
enzim signal (disesuaikan dengan sampel, bila sampel berupa antigen, maka digunakan
antibodi spesifik, sedangkan bila sampel berupa antibodi, maka digunakan antigen
spesifik) dicampurkan ke atas permukaan tersebut, sehingga dapat terjadi interaksi antara
antibodi dengan antigen yang bersesuaian. Kemudian ke atas permukaan tersebut
dicampurkan suatau substrat yang dapat bereaksi dengan enzim signal. Pada saat substrat
tersebut dicampurkan ke permukaan, enzim yang bertaut dengan antibodi atau antigen
spesifik yang berinteraksi dengan antibodi atau antigen sampel akan bereaksi dengan
substrat dan menimbulkan suatu signal yang dapat dideteksi.

D. Contoh cara kerja ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)

Berikut ini adalah contoh langkah kerja beberapa macam teknik ELISA, yaitu:

a. Pendeteksian antibodi dengan ELISA indirect

1) Melapisi mikrotiter plate dengan antigen yang sudah dimurnikan dengan


membiarkan larutan berisi antigen menempel pada dinding permukaan
2) Membilas antigen yang tidak terikat dengan buffer.
3) Melapisi sisi-sisi tertentu yang mungkin tidak spesifik dilekati oleh antigen
dengan protein yang tidak berhubungan/ tidak spesifik (seperti larutan susu
bubuk).
4) Membilas protein yang tidak melekat.
5) Menambahkan sampel serum yang akan dideteksi antibodinya dan
membiarkan antibodi spesifik untuk berikatan dengan antigen.
6) Membilas antibodi yang tidak terikat.
7) Menambahkan anti-Ig yang akan berikatan pada daerah Fc pada antibodi
yang spesifik (sebagai contoh, anti-rantai gamma manusia yang berikatan
dengan IgG manusia). Daerah Fc pada anti-Ig akan berikatan secara kovalen
dengan enzim.
8) Membilas kompleks antibodi"enzim yang tidak terikat.
9) Menambahkan substrat chromogenic substrat yang tidak berwarna yang
terikat ke enzim akan dikonversi menjadi produk.
10) Inkubasi sampai muncul warna, dan
11) Ukur dengan spectrometer. Jika semakin pekat warna yang dideteksi, maka
makin besar kadar antibodi spesifik dalam sampel.

b. Pendeteksian antigen dengan ELISA sandwich :


1) Melapisi mikrotiter plate dengan antibodi yang sudah dimurnikan dengan
membiarkan larutan berisi antigen menempel pada dinding/ permukaan
selama 30-60 menit.
2) Membilas antibodi yang tidak terikat dengan buffer.
3) Melapisi sisi"sisi tertentuyang mungkin tidak spesifik dilekati oleh
antigen dengan protein yang tidak berhubungan/ tidak spesifik
4) Membilas protein yang tidak melekat.
5) Menambahkan sampel yang akan dideteksi antigennya dan membiarkann
antibody untuk berikatan dengan antigen spesifik dari sampel..
6) Membilas antigen yang tidak terikat
7) Menambahkan antiboi yang telah terlabeli dengan enzim dan bersifat
spesifik untuk epitope yang berbeda pada antigen sampel, sehingga
terbentuk sandwich
8) Membilas antibody-enzim yang tidak terikat
9) Menambahkan substrat chromogenic: substrat yang tidak berwarna
10) Inkubasi sampai muncul warna
11) Ukur dengan spektrofotometer. Jika semakin pekat warna yang
terdeteksi, maka semakin besar kadar antigen spesifik dalam sampel

E. Kelebihan dan Kekurangan ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)

Teknik ELISA ini memiliki beberapa kelebihan, antara lain :

a. Teknik pengerjaan relatif sederhana


b. Relatif ekonomis (karena jenis a antibodi yang digunakan hanya satu saja, sehingga
menghemat biaya untuk membeli banyak jenis antibody)
c. Dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan antigen walaupun kadar antigen
tersebut sangat rendah (hal ini disebabkan sifat interaksi antara antibodi atau antigen
yang bersifat sangat spesifik)
d. Dapat digunakan dalam banyak macam pengujian.

Sedangkan kekurangan dari teknik ELISA antara lain :

a. Jenis antibodi yang dapat digunakan pada uji dengan teknik ELISA ini hanya jenis
antibodi monoklonal (antibodi yang hanya mengenali satu antigen)
b. Harga antibodi monoklonal relatif lebih mahal daripada antibody poliklonal,
sehingga pengujian teknik ELISA ini membutuhkan biaya yang relatif mahal.
c. Pada beberapa macam teknik ELISA, dapat terjadi kesalahan pengujian akibat
kontrol negatif yang menunjukkan respons positif yang disebabkan inefektivitas
dari larutan blocking sehingga antibodi sekunder atau antigen asing dapat
berinteraksi dengan antibodi bertaut enzim signal dan menimbulkan signal.
d. Reaksi antara enzim signal dan substrat berlangsung relatif cepat, sehingga
pembacaan harus dilakukan dengan cepat (pada perkembangannya, hal ini dapat
diatasi dengan memberikan larutan untuk menghentikan reaksi).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan yang ada maka dapat disimpulkan bahwa :


a. Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian
mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme.
b. Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) adalah suatu teknik biokimia yang
terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi kehadiran antibodi
atau antigen dalam suatu sampel.
c. Teknik ELISA yang relatif sering digunakan, antara lain : ELISA direct,
ELISA Indirect, ELISA Sandwich, dll.
d. Prinsip kerja ELISA: pertama antigen atau antibodi yang hendak diuji ditempelkan
pada suatu permukaan yang berupa microtiter. Penempelan tersebut dapat dilakukan
melalui dua cara, yaitu penempelan secara non spesifik dengan adsorbs ke
permukaan microtiter, dan penempelan secara spesifik dengan menggunakan
antibodi atau antigen lain yang bersifat spesifik dengan antigen atau antibodi yang
diuji (cara ini digunakan pada teknik ELISA sandwich). Selanjutnya antibodi atau
antigen spesifik yang telah ditautkan dengan suatu enzim signal (disesuaikan
dengan sampel, bila sampel berupa antigen, maka digunakan antibodi spesifik ,
sedangkan bila sampel berupa antibodi, maka digunakan antigen spesifik
dicampurkan ke atas permukaan tersebut, sehingga dapat terjadi interaksi antara
antibodi dengan antigen yang bersesuaian. Kemudian ke atas permukaan tersebut
dicampurkan suatau substrat yang dapat bereaksi dengan enzim signal. Pada saat
substrat tersebut dicampurkan ke permukaan, enzim yang bertaut dengan antibodi
atau antigen spesifik yang berinteraksi dengan antibodi atau antigen sampel akan
bereaksi dengan substrat dan menimbulkan suatu signal yang dapat dideteksi.
e. Tehnik ELISA memiliki kelebihan dan kekurangan dalam proses pemeriksaannya.
B. Saran

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan terutama bagi penyusun
dan para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Brahmana K. 1981 Immunologi, Serologi dan tata kerja Laboratorium. Medan.

Suryo. 1996. Genetika. Departemen P dan K Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.


Jakarta.

Arini Krisna Oktavia. 2012. Immunologi dan Serologi dasar. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai