1. Tahap menghitung dan membagi laba atau rugi persekutuan sampai saat likuidasi (berupa
ratio pembagian laba).
Pembagian laba dilakukan sesuai dengan metode pembagian laba. Tahap ini hanya
diperlukan apabila likuidasi tidak dilakukan pada awal atau akhir periode.
Tahap yang kedua ini disebut Realisasi. Apabila nilai realisasi aktiva non-kasnya lebih
kecil dibanding nilai bukunya maka kerugian harus ditanggung semua sekutu dengan
mengurangkan modalnya dan begitu sebaliknya
Setelah penjualan aktiva non-kas (realisasi) maka hasilnya akan menambah kas,
kemudian kas ini sesuai Kitab Undang-Undang Hukum Perdata harus digunakan terlebih dahulu
untuk:
a Melunasi hutang kepada pihak ketiga (bukan sekutu). Hutang pihak ketiga harus
diprioritaskan untuk dilunasi terutama hutang pihak ketiga yang jumlahnya besar
terlebih dahulu.
b Melunasi hutang sekutu. Setelah semua utang kepada
c pihak ketiga dilunasi maka menyusul pelunasan hutang sekutu yang biasanya bila
hanya hutang pada seorang sekutu maka dilakukan bersama-sama dengan
pengembalian modal pada likuidasi sederhana.
3. Membagi sisa kas yang masih ada kepada para sekutu.
Sisa kas dibagikan setelah hutang kepada pihak ketiga dan sekutu dilunasi.
Tujuan pembagian sisa kas ini adalah:
a Untuk mengembalikan modal kepada para sekutu sebagai wujud pembagian hak kepada sekutu.
Pengembalian modal ini sebesar modal bersih (modal setelah dikurangi laba-rugi realisasi dan
hutang) masing-masing sekutu.
b Untuk melindungi kepentingan sekutu dikarenakan tanggung jawab sekutu tidak terbatas maka
apabila kas memungkinkan biasanya pembayaran utang kepada sekutu dilakukan bersama-sama
dengan pengembalian modal kepada sekutu
Pembayaran Aman untuk Sekutu
Umumnya proses likuidasi suatu bisnis memakan waktu yang cukup panjang, dan kas mungkin
akan tersedia untuk didistribusikan kepada sekutu setelah kewajiban dibayar, tetapi sebelum
aktiva nonkas dikonversi menjadi kas. Apabila sekutu memutuskan untuk mendistribusikan kas
yang tersedia sebelum seluruh aktiva nonkas yang dijual (dan sebelum keuntungan atau kerugian
diakui), maka akan timbul pertanyaan mengenai berapa banyak kas yang bias didistribusikan
secara aman kepada masing-masing sekutu. Pembayaran aman ialah distribusi yang bias
dilakukan kepada sekutu dengan keyakinan bahwa jumlah yang didistribusikan tidak berlebihan,
dengan kata lain, sumber daya yang didistribusikan tidak perlu dikembalikan kepada
persekutuan.
Likuidasi Bertahap
Apabila pelaksanaan likuidasi memerlukan waktu yang lama (karena realisasi aktiva tidak bisa
sekaligus), maka pembayaran kembali penyertaan para anggota dapat dilakukan secara bertahap.
Pembayaran kembali hak penyertaan para anggota dilakukan sesudah semua kewajiban
persekutuan dibayar lunas. Pembayaran hanya dilakukan kepada anggota yang mempunyai saldo
modal kredit setelah mempertimbangkan seluruh kemungkinan rugi yang terjadi.
Ada dua metode yang dapat dipakai untuk menentukan besarnya setiap kali pembayaran kembali
hak penyertaan:
a) Besarnya ditentukan secara periodik atau setiap kali aktiva dapat direalisasikan.
Secara Periodik
Kerugian harus ditanggung oleh masing-masing anggota atas nilai buku aktiva yang belum dapat
direalisasikan. Jika alokasi kerugian sebesar nilai buku aktiva (yang belum direalisasikan)
berakibat defisitnya saldo modal salah satu atau lebih anggota, maka defisit modal harus
ditanggung oleh anggota lain.
Contoh:
Persekutuan ABC
AKTIVA PASIVA
Modal C Rp 100.000
Jumlah Rp 525.000
– Pelelangan pertama dapat dijual aktiva lain-lain dengan harga Rp 237.500 dengan nilai
buku Rp 312.500
– Oktober 1980 aktiva lain-lain dijual dengan harga Rp 112.500 dengan nilai buku Rp
150.000
– November 1980 sisa aktiva lain-lain dapat dijual Rp 45.000 dengan nilai buku Rp 37.500
“ Persekutuan ABC “
Contoh:
Persekutuan ABC akan dilikuidasi, perusahaan memiliki aktiva (non kas) Rp885.000, hutang kepada
kreditur Rp75.000 dan modal untuk masing-masing anggota dan pembagian laba-rugi:
Modal Ratio
A Rp255.000 40%
B Rp225.000 30%
C Rp210.000 10%
D Rp120.000 20%
PERSEKUTUAN ABCD
LAP =
Urutan Kerentanan
Pada awal proses likuidasi, Dono, Kasino, Indro memiliki saLdo modal masing-masing Rp
340.000.000, Rp 340.000.000 dan Rp 200.000.000 tetapi ekuitas mereka masing-masing adalah
Rp 340.000.000, Rp 360.000.000 dan Rp 160.000.000. Untuk menentukan kerentanan atau
kemungkinan rugi ekuitas tiap sekutu dibagi dengan rasio pembagian laba untuk
mengidentifikasi rugi maksimum yang bisa ditanggung oleh sekutu tanpa menyebabkan ekuitas
mereka berkurang sampai dibawah nol.
Urutan kerentanan menunjukkan bahwa Dono adalah yang paling rentan terhadap rugi karena
ekuitasnya akan berkurang sampai nol akibat total rugi likuidasi persekutuan Rp 680.000.000.
Sebaliknya, kasino paling tidak rentan karena ekuitasnya cukup untuk menanggung bagian
kerugiannya akibat likuidasi sampai Rp 1.200.000.000. Interpretasi ini membantu menjelaskan
mengapa Kasino mendapatkan seluruh kas yang didistribusikan kepada sekutu pada tahap awal
likuidasi.
Kas 60.000.000dr - -
Kasus A, ekuitas persekutuan Winda 18.000.000 tidak boleh dibayar langsung kepada Winda
karena kreditur pribadi mempunyai klaim atas kepemilikan dalam aktiva persekutuan sebesar
18.000.000. sedangkan Kasus B, kreditur Winda memiliki klaim atas aktiva pribadi Gita karena
Gita mempunyai hutang pribadi kepada Winda sebesar 18.000.000. Intan juga memiliki klaim
atas Gita sebesar 9.000.000. dan pada Kasus C, Winda memiliki saldo pada perkiraan modalnya
dan ia tidak likuid. Gita dan Intan tidak boleh mengambil aktiva pribadi Winda. Mereka
membagi rugi sebesar 21.000.000 berdasarkan rasio pembagian laba 3/7 dan 4/7.
Ketika persekutuan tidak likuid, kas yang tersedia setelah seluruh aktiva nonkas dikonversi
menjadi kas tidak akan cukup untuk membayar kreditur persekutuan. Kreditur persekutuan akan
mendapatkan penggantian sebagian dari aktiva persekutuan (urutan I) dan mendesak sekutu
untuk menggunakan harta pribadi untuk menutupi sisa klaim (urutan II). Walaupun kreditur
pribadi mempunyai klaim lebih dulu (urutan I) atas harta pribadi, kreditur persekutuan dapat
mencari penggantian atas klaim mereka dari aktiva pribadi sekutu yang secara pribadi likuid.
Sekutu yang membayar lebih dari bagian kewajibannya dalam persekutuan tentu saja
mempunyai klaim atas sekutu yang memiliki saldo modal debit.
Rosi, Fani, dan Koni adalah sekutu yang membagi laba secara merata dan persekutuan
mereka sekarang dalam proses likuidasi. Setelah dikonversi menjadi kas, akan digunakan untuk
membayar kewajiban,dengan rincian:
Modal Fani (1/3) 30.000.000dr
Modal Rosi (1/3) 30.000.000dr
Modal Koni (1/3) 30.000.000dr
Kewajiban 90.000.000kr
Diketahui seluruh sekutu memiliki sumber daya pribadi paling sedikit 30.000.000, tiap
sekutu harus membayar 30.000.000 ke persekutuan. Tetapi jika kreditur menagih 90.000.000 dari
Rosi, maka saldo persekutuan yang tersisa menjadi, Modal Rosi, Fani, Koni masing – masing
60.000.000kr, 30.000.000dr,30.000.000dr. Apabila fani dan Koni hanya dapat membayar masing-
masing 30.000.000, maka desakan kreditur kepada rosi tidak beralasan. Tetapi jika desakan
terhadap rosi karena koni secara pribadi tidak likuid dan aktiva bersih fani hanya 35.000.000,
situasinya akan berubah. Dalam hal ini rosi dan fani membagi kerugian Koni sebesar 30.000.000,
dimana setelah itu rosi memiliki saldo modal kredit 45.000.000 dan fani saldo debit 45.000.000.
Jadi, karena aktiva pribadi fani hanya 35.000.000, rosi menagih dari 35.000.000 dari fani dan
sisa 10.000.000 dalam saldo debit modal fani dihapuskan sebagai kerugian rosi
Refensi :
Richard E Baker , Valdean C . Lembke ,Thomas E, King . Chintya G.Jeffery, Aadi Yusuf, Slvya
Veronica NPS , Etty Retno Wuandari , Dwi Martini , Akuntansi Keuagan Lanjutan (persepektif
Indonesia) Advance Financial ACcounting
https://resum.wordpress.com/2010/12/28/likuidasi-persekutuan-bertahap/