Anda di halaman 1dari 4

Hak Pejalan Kaki Metropolitan

 0

Selasa, 5 April 2016


Jakarta adalah provinsi padat penduduk. Selain itu ibu kota Indonesia yang mendekati umur 489
tahun ini adalah pusat perekonomian negara. Banyak sekali perusahaan yang membangun
kantornya di tanah Betawi ini. Hal ini membuat pembangunan kota sangat cepat dan modern.
Pada 2014 lalu dilansir oleh merdeka.com, penduduk Jakarta mencapai 12,7 juta di siang hari
dan 9,9 juta di malam hari.

Hal ini membuat Jakarta mengalami kemacetan lalu lintas yang memuncak di siang hari. Karena
banyak masyarakat Jakarta maupun luar menggunakan kendaraan pribadi. Maka dari itu
Pemprov DKI mengambil langkah untuk mendorong warganya untuk menggunakan transportasi
umum antara lain Trans Jakarta, KRL Commuter Line, dan transportasi massal lainnya.

Beberapa transportasi yang disediakan Pemprov DKI dan diminati oleh banyak warga adalah
Trans Jakarta dan KRL Commuter Line. Karena kedua layanan publik ini bisa memenuhi
mobilitas penduduk setempat. Lalu juga ada JPO(Jembatan Penyebrangan Orang). Biasanya
fasilitas ini berada di dekat terminal Trans Jakarta dan juga stasiun KRL Commuter Line.

Tak disangka JPO yang khusus disediakan untuk pejalan kaki malah di manfaatkan oleh
sejumlah pedagang sebagai tempat berjualan. Pengguna JPO kesulian lewat sehingga memakan
waktu lebih lama saat menyebrang lewat JPO. Selain itu JPO malah membuat resah pejalan kaki,
karena terjadinya kasus perampokan dan pemerkosaan di JPO TB Simatupang, yang dilansir oleh
beritasatu.com

Fasilitas yang bertujuan untuk memudahkan malah menjadi menyulitkan, bahkan meresahkan.
Setelah kejadian itu pihak Polisi meningkatkan keamanan salah satunya dengan memasang
CCTV di sekitar JPO. Tingkat kemiskinan mempengaruhi tingkat kriminal yang terjadi,
begitulah hukumnya.

Trotoar, marka jalan, dan jalur sepeda juga mulai disediakan untuk menunjang kebutuhan pejalan
kaki serta pengguna sepeda, demi mengurangi polusi udara. Lanngkah lain yang digunakan oleh
Pemprov DKI adalah kegiatan Car Free Day. Ya, kegiatan yang diadakan setiap minggu pagi di
sepanjang Jalan Sudirman dan Thamrin membangun sikap dan minat masyarakat untuk jalan
kaki.

Hasilnya setiap minggu Bundaran HI dan sekitarnya dipenuhi oleh para pejalan kaki yang
berolahraga dan juga para pengguna sepeda. Seiring meningkatnya antusiasme warga,
pemerintah mulai membenahi trotoar di berbagai wilayah di Jakarta. Beberapa taman kota juga
mulai mengalami revitalisasi.

Karena pembangunan tata kota yang membuat trotoar menjadi lebih luas, hal ini justru
dimanfaatkan pengguna sepeda motor ketika macet. Dengan santainya motor hilir mudik
menghindari padatnya arus lalu lintas. Seolah-olah fasilitas yang dibuat menjadi salah sasaran.
Selain pengendara motor, para pedagang kaki lima juga tidak mau kalah. Saat malam hari bila
anda melewati kawasan Cikini, anda akan menyaksikan pedagang kaki lima menggelar lapak di
sepanjang trotoar. Tidak hanya itu, para pelanggan yang menggunakan kendaraan pribadi juga
ikut menyulitkan. Selain hak pejalan kaki yang direnggut, hak pengguna jalan raya juga diambil
sehingga menimbulkan kemacetan.

Karena ruko yang tidak memiliki lahan parkir, sering kali trotoar menjadi solusi terakhir. Pemilik
ruko maupun konsumen parkir di trotoar, membuat para pejalan kaki harus turun ke badan jalan
yang kemungkinan bisa tersambar oleh kendaraan yang lewat.
Pemprov DKI sudah mengambil langkah dengan mengadakan razia yang dipimpin oleh pihak
SATPOL-PP. Tetapi hal itu tidak membuat jera para pelanggar. Setelah razia usai, mereka akan
kembali lagi ke trotoar yang disinggahi sebelumnya.

Di perempatan Kp. Rambutan, di bawah fly over lebih tepatnya, marka zebra cross di atas badan
jalan tidak terlihat bahkan tidak ada. Kendaraan pribadi menjadi tidak teratur saat berhenti di
depan lampu rambu lalu lintas. Pejalan kaki menjadi kesulitan menyeberang jalan.
Pemerintah seharusnya memperhatikan dan membenahi hal-hal kecil seperti itu. Marka jalan
terihat hal yang sepele, tetapi bila diabaikan akibatnya bisa fatal. Di jalan besar yang
menggunakan sistem satu arah misalnya, biasanya kendaraan yang lewat melaju dengan
kecepatan tinggi. Hal ini membuat warga kesulitan menyeberang. Marka zebra cross tidak cukup,
seharusnya dibangun JPO demi keamanan pejalan kaki dan kenyamanan si pengemudi.

Banyak juga halte yang terlantar, bila hujan hujan turun, air bocor dari atap. Padahal di saat-saat
seperti ini peran halte berfungsi selain menjadi tempat perhentian kendaraan umum, bisa juga
menjadi tempat berteduh pejalan kaki.
Salah satu hal yang membuat warga DKI betah menjadi pejalan kaki adalah fasilitas-fasilitas
yang terawat. Bila fasilitas pendukung berfungsi dengan baik, tidak merugikan pejalan kaki, niat
masyarakat Jakarta untuk berjalan kaki menjadi lebih besar. Kendaraan pribadi yang berkeliaran
di Jakarta menjadi lebih sedikit, dan polusi udara yang dihasilkan juga berkurang.

Mari kita tingkatkan kesadaran untuk berjalan kaki menjalani aktivitas sehari-hari, selain
membantu mengurangi polusi dan kemacetan di Jakarta, tubuh kita juga menjadi lebih sehat. Tak
luput juga Pemprov DKI yang harus membenahi fasilitas umum agar hak pejalan kaki bisa
terpenuhi.

Anda mungkin juga menyukai