Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

Untuk memenuhi tugas praktik pra profesi I

Disusun Oleh :

Viona Hepi Pramesti (1503091)


S1 Keperawatan Kelas A

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2017/2018
BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan abnormal dapat terjadi intrauterin atau ekstrauterin. Kehamilan ekstrauterin atau
kehamilan ektopik terjadi ketika ovum yang telah difertilisasi berimplantasi di luar endometrium
kavum uteri. Kehamilan ektopik merupakan suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang
mengalaminya karena besarnya kemungkinan terjadinya suatu kegawatdaruratan. Keadaan gawat
ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik telah terganggu.( Ida Bagus,2008)

Kehamilan ektopik terganggu merupakan suatu keadaan yang dapat dihadapi oleh setiap
dokter, karena sangat beragamnya gambaran klinik kehamilan ektopik terganggu. Tidak jarang
yang menghadapi penderita untuk pertama kali adalah dokter umum atau dokter ahli lainnya,
maka dari itu kehamilan ektopik terganggu serta diagnosis diferensialnya perlu diketahui oleh
setiap dokter klinik. Hal yang perlu diingat adalah, kehamilan ektopik terganggu harus dicurigai
pada setiap wanita pada masa reproduksi dengan keluhan keterlambatan haid yang disertai nyeri
perut bagian bawah..

Insiden kehamilan ektopik lebih tinggi di negara berkembang dengan status masyarakat
sosio ekonomi rendah, dari pada negara maju, karena penyebab utama kehamilan ektopik adalah
penyakit infeksi alat kandungan bagian dalam, keadaan gizi buruk dan status kesehatan rendah.3

Dalam kepustakaan, di Indonesia insiden kehamilan ektopik berbeda-beda dari 1 dalam 28


sampai 1 dalam 329 kehamilan. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta angka
kejadian kehamilan ektopik pada tahun 1987 ialah 154 di antara 4007 kehamilan, atau 1 di antara
26 kehamilan. Angka ini kurang lebih sama dengan angka pada tahun 1971-1975.(Ab S, 2008)

Di manado sendiri terdapat jumalh KET 65,30 % pad januari 2012, dan pada desember
2013mengalami peningkatan yaitu sebanyak 77,55%, dengan kehamilan kurang dari 8 minggu
tanpa riwayat abortus. ( Lomboan P,2015)
Bab II

Pembahasan

A. Pengertian
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rongga rahim (kavum
uteri) / di luar kandungan. Istilah ektopik berasal dari bahasa inggris, “ectopic”. Jadi
istilah ektopik dapat diartikan sebagai “ berada di luar tempat yang semestinya.(Ibg M ,
2007)
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat
implantasinya tidak memberikan kesempatan untuk tumbuh kembang mencapai
aterm.(sarwono, 2009)
Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana ovum yang telah difertilisasi
berimplantasi pada tempat selain rongga endometrium kavum uteri. Tuba Fallopi adalah
tempat yang tersering, yaitu sekitar lebih dari 95% dari kehamilan ektopik. Tempat-
tempat implantasi lain adalah serviks, rongga abdominal, dan ovarium (wagiyo, 2014)
Jadi, kehamilan ektopik adalah kehamilan di mana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterus. Kehamilan ektopik dapat
terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga
terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervik, pars intertistialis
atau dalam tanduk rudimeter Rahim.
B. Etiologi

Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan
ektopik terganggu: (9)
a. Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke dalam
kavum uteri, antara lain:
 Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia
lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan
kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat
infeksi juga menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii.
 Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas,
apendisitis, atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau
penyempitan lumen.
 Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan
hipoplasi. Namun ini jarang terjadi.
 Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan
usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi.
 Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan
pada adneksia.
 Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
b. Faktor Fungsional
 Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri
yang abnormal.
 Refluks menstruasi.
 Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan
progesteron.
c. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
d. Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya
(Margareth, 2013).

C. Manifestasi klinis
1. Perdarahan pervaginam
Seringkali perdarahan timbul dalam bentuk bercak – bercak (spotting), pada
sekitar 80%-90% wanita yang di diagnosis kehamilan ektopik. Perdarahan dapat
berupa bercak yang tak terlihat hingga seperti aliran menstruasi.
2. Nyeri abdomen
Dirasakan lebih dari 95% wanita dengan kehamilan ektopik. Nyerinya
sering berawal sebagai nyeri yang intermitten, kolik dan berlokasi di kuadran bawah,
yang kemudian berkembang menjadi nyeri yang menetap, nyeri yang berat dan
menyebar ke semua kuadran abdomen.
3. Menggigil,
4. pingsan, dan palpitasi dari akibat hipotensi (dari perdarahan intra-abdominal) dapat
terjadi

D. Patofisiologi

Sebuah ovum difertilisasi dibagian ampulla tuba, sehingga setiap hambatan


perjalanan ovum ke dalam rongga rahim memungkinkan terjadinya kehamilan tuba.
Mukosa tuba bukan merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan blastokista yang
berimplantasi di dalamnya, dimana vaskularisasi kurang baik, dan desidua tidak dapat
tumbuh dengan sempurna.
Pada kehamilan tuba, ovum yang difertilisasi dapat tersangkut di bagian mana
saja dari tuba Fallopii, sehingga bisa menyebabkan kehamilan ampulla, isthmus dan
interstitial. Tetapi, ovum yang difertilisasi jarang mengalami implantasi di fimbria.
Ampulla adalah tempat yang paling sering, diikuti isthmus. Kehamilan interstitial terjadi
kira – kira tiga persen dari semua kehamilan tuba. Suatu kehamilan ektopik primer dapat
berlanjut menjadi kehamilan ektopik sekunder sehingga mengakibatkan kehamilan tubo-
abdominal, tubo-ovarian, dan kehamilan intraligamenter.
Karena tuba kekurangan lapisan submukosa, ovum yang difertilisasi mendesak
epitelium dan zigot melekat pada dinding muskularis. Hal ini terjadi karena pada bagian
perifer dari zigot sebuah kapsul secara cepat memproliferasi trofoblas yang menginvasi
dan mengikis muskularis dan melemahkan dinding tuba. Embrio atau fetus pada
kehamilan ektopik sering tidak ada atau kecil karena kehamilan akan segera menekan
fimbria (abortus tuba) atau terjadi ruptur dinding tuba. Salah satu dari situasi ini akan
menyebakan perdarahan intra-abdominal.
Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum
graviditi dan tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah
menjadi desidua. Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel membesar,
nukleus hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler. Polaritas menghilang
dan nukleus yang abnormal mempunyai tendensi menempati sel luminal. Sitoplasma
mengalami vakuolisasi seperti buih dan dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan
endometrium secara keseluruhan disebut sebagai reaksi Arias-Stella.
Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian
dikeluarkan secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada
kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus disebabkan pelepasan desidua yang
degeneratif.
Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai
10 minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin
tumbuh secara utuh seperti dalam uterus.
(Maryunanni, Anik ,2009)
E. Pathway

Pembuahan telur di ovum

Perjalanan ke uterus, telur mengalami


hambatan(endosalfingitis, hiplopasia uteri, tumor, idiopatik,
bekas radang pada tuba, infeksi pelvis , dll

Bernidasi di tuba

Kehamilan ektopik

Kehamilan Ektopik Terganggu

Abortus Rupture pada implantasi di tuba dan


uterus
Rresiko Berduka
Perdarahan Abnormal Laparotomi

Cemas
Nyeri Abdomen Kekurangan
volume cairan
Kurang Pengetahuan
Nyeri Akut

Perubahan Perfusi
Hambatan mobilitas
Jaringan
fisik

Resiko Infeksi
F. Pemeriksaan diagnostic
Gejala-gejala kehamilan ektopik terganggu beraneka ragam, sehingga pembuatan
diagnosis kadang-kadang menimbulkan kesulitan, khususnya pada kasus-kasus kehamilan
ektopik yang belum mengalami atau ruptur pada dinding tuba sulit untuk dibuat
diagnosis.(12)
Berikut ini merupakan jenis pemeriksaan untuk membantu diagnosis kehamilan ektopik:
(12)
1. HCG-β
Pengukuran subunit beta dari HCG-β (Human Chorionic Gonadotropin-Beta)
merupakan tes laboratorium terpenting dalam diagnosis. Pemeriksaan ini dapat
membedakan antara kehamilan intrauterin dengan kehamilan ektopik.
2. Kuldosintesis
Tindakan kuldosintesis atau punksi Douglas. Adanya darah yang diisap
berwarna hitam (darah tua) biar pun sedikit, membuktikan adanya darah di kavum
Douglasi.
3. Dilatasi dan Kuretase
Biasanya kuretase dilakukan apabila sesudah amenore terjadi perdarahan yang
cukup lama tanpa menemukan kelainan yang nyata disamping uterus.
4. Laparaskopi
Laparaskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnosis terakhir apabila
hasil-hasil penilaian prosedur diagnostik lain untuk kehamilan ektopik terganggu
meragukan. Namun beberapa dekade terakhir alat ini juga dipakai untuk terapi.
5. Tes Oksitosin
Pemberian oksitosin dalam dosis kecil intravena dapat membuktikan adanya
kehamilan ektopik lanjut. Dengan pemeriksaan bimanual, di luar kantong janin dapat
diraba suatu tumor.
6. Foto Rontgen
Tampak kerangka janin lebih tinggi letaknya dan berada dalam letak paksa.
Pada foto lateral tampak bagian-bagian janin menutupi vertebra Ibu.
7. Ultrasonografi
Keunggulan cara pemerikssan ini terhadap laparoskopi ialah tidak invasif, artinya
tidak perlu memasukkan rongga dalam rongga perut. Dapat dinilai kavum uteri,
kosong atau berisi, tebal endometrium, adanya massa di kanan kiri uterus dan apakah
kavum Douglas berisi cairan.
G. PENATALAKSANAAN
1) Bedah
Bedah pada kehamilan ektopik memiliki keuntungan untuk penatalaksanaan
ektopik segera.5
1. Salpingektomi, pengangkatan tuba fallopii yang mengandung kehamilan
ektopik, pilihan pada situasi berikut :
a. Kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok
b. Kondisi tuba buruk, terdapat jaringan parut yang tinggi resikonya
akan kehamilan ektopik berulang
c. Penderita menyadari kondisi fertilitasnya dan mengingini fertilisasi
in vitro, maka dalam hal ini salpingektomi mengurangi resiko
kehamilan ektopik pada prosedur fertilisasi invitro, maka dalam hal
ini salpingektomi mengurangi resiko kehamilan ektopik pada
prosedur fertilisasi in vitro.
d. Perdarahan tidak dapat dikontrol
e. Kehamilan ektopik di tuba fallopi dimana terjadi kehamilan ektopik
sebelumnya
f. Penderita tidak ingin mempunyai anak lagi.5,11
2. Salpingotomi linear, pengangkatan kehamilan lewat insisi linear pada tuba
fallopii, mungkin dilakukan apabila diinginkan kehamilan di masa
depan.
3. Operasi laparoskopi dapat dilakukan untuk konfirmasi diagnosis kehamilan
ektopik dan membersihkan kehamilan abnormal dengan salpingektomi
atau salpingostomi. Metode ini khususnya dilakukan pada pasien yang
hemodinamiknya stabil. Keuntungan teknik ini dibanding laparotomi
termasuk :
a) Lebih pendek masa rawat inap
b) Lebih cepat penyembuhan post-operatif
c) Lebih baik dari sisi kosmetik
d) Potensial lebih cepat durasi operasinya
4. Laparotomi khususnya dilakukan pada pasien yang hemodinamiknya tidak
stabil yang memerlukan operasi darurat untuk kehamilan ektopik yang
ruptur.
5. Reseksi kornual dapat dilakukan ketika terjadi kehamilan pars interstitial.
Pars interstitial dari tuba diangkat lewat reseksi ke dalam kornu uteri.
Kehamilan ektopik di kornu memiliki angka kegagalan lebih tinggi jika
diterapi dengan methotrexate, maka tindakan operatif merupakan pilihan
yang efektif.
6. Oophorektomi diindikasikan hanya ketika terjadi kehamilan ektopik ovarial
dan untuk menyelamatkan ovarium yang terkena.

H. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
2. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan
alamat
3. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam
berulang pervaginam berulang
Riwayat kesehatan ,
Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien
misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan
penyakit-penyakit lainnya.
Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram
tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat
dalam keluarga.
Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya,
banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause
terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari
dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.

4. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan
BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

5. Pemeriksaan fisik, meliputi :


a) Inspeksi
Hal yang diinspeksi antara lain :
mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap
drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
b) Palpasi
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur
kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau
mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal
Perkusi
c) Auskultasi
6. Pemeriksaan laboratorium :
Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear. Keluarga
berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien
menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
I. Diagnose Keperawatan
I. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan yang lebih banyak
pada uterus
II. Defisit volume cairan yang berhubungan dengan rupture pada lokasi implantasi ,
perdarahan
III. Nyeri yang berhubungan dengan rupture tuba fallopii, perdarahan intraperitonial
IV. Ansietas berhubungan dengan proses akan dilakukannya pembedahan
V. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invansif (laparotomy)
VI. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

J. Rencana Tindakan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


hasil
1 Perubahan perfusi Setelah diberikan - - Awasi tanda vital, kaji - Memberikan
jaringan asuhan keperawatan pengisisn kapiler, warna kulit informasi tentang
berhubungan dengan selama 3x24 jam atau membran mukosa dan derajat/keadekuatan
perdarahan yang diharapkan pasien dasar kuku perfusi jaringan dan
lebih banyak pada mampu - - Kaji respon verbal membantu
uterus mendemonstrasikan melambat, mudah menentukan
perfusi yang adekuat terangsang, agitasi, kebutuhan intervensi
secara individual gangguan memori, bingung
dengan KH: - Dapat
- - Kulit hangat dan - - Catan keluhan rasa mengindikasikan
kering dingin. Pertahankan suhu gangguan funsi
- - Ada nadi perifer / lingkungan dan tubuh hangat serebral karena
kuat sesuai indikasi hipoksia atau
- - Tanda vital dalam defisiensi vitamin
batas normal Kolaborasi : B12
- - Pasien - - Berikan SDM yang
sadar/berorientasi lengkap/packed, produk - Fase konstriksi
- - Keseimbangan darah sesuai indikasi. Awasi (organ vital)
pemasukan/pengeluar ketat untuk komplikasi menurunkan sirkulasi
an tranfusi perifer. Kenyamanan
- Tak ada edema pasien atau
- - Berikan oksigen tambahan kebutuhan rasa
sesuai indikasi hangat harus
seimbang dengan
kebutuhan untuk
menghindari panas
berlebihan pencetus
fasodilatasi
(penurunan perfusi
organ)
- Meningkatkan
jumlah sel pembawa
oksigen ;
memperbaiki
defisiensi untuk
menurunkan risiko
perdarahan.

- Memaksimalkan
transfer oksigen ke
jaringan.
2 Defisit volume cairan Setelah diberikan- Awasi tekanan darah dan - Perubahan dapat
yang berhubungan askep selama3 x 24 frekuensi jantung menunjukkan efek
dengan rupture pada jam diharapkan pasien hipovolemik
lokasi implantasi menunjukkan volume (perdarahan/dehidra
sebagai efek dari cairan yang adekuat- Evaluasi turgor kulit, si)
tindakan dengan criteria hasil : pengisian kapiler dan kondisi - Indicator langsung
pembedahan - Tanda vital stabil umum membran mukosa status cairan/hidrasi
- Nadi teraba
- Haluaran urine,- Catat respon fisiologis
berat jenis dan pH individual pasien terhadap
dalam batas perdarahan misalnya :
- Simtomatologi dapat
normal perubahan mental,
berguna dalam
kelemahan, gelisa, ansietas,mengukur berat/
pucat, berkeringat, tacipnea,
lamanya episode
peningkatan suhu. perdarahan.
Memburuknya gejala
dapat menujukkan
berlanjutnya
- Pertahankan pencatatan perdarahan atau
akurat sub total cairan / tidak adekuatnya
darah selama terapi penggantian cairan.
penggantian
- Potensial kelebihan
tranfusi cairan
Kolaborasi : khususnya bila
- Berikan cairan Iv sesuai volume tambahan
indikasi diberikan sebelum
tranfusi darah.

- Mempertahankan
- Memberikan SDM, keseimbangan
trombosit, dan factor cairan/elektrolit pada
pembekuan tak adanya
pemasukan melalui
oral; menurunkan
risiko komplikasi
ginjal.
- Memperbaiki/
menormalkan jumlah
SDM dan kapasitas
pembawa oksigen
untuk memperbaiki
anemi, berguna
untuk mencegah/
mengobati
perdarahan
3 Nyeri yang Setelah dibserika - Tentukan sifat, lokasi, dan - Membantu dalam
berhubungan dengan askep selama3 x24 dirasi nyeri. Kaji kontraksi mendiagnosis dan
rupture tuba fallopii, jam pasien dapat uterus, perdarahan, atau menentukan
perdarahan mendemonstrasikan nyeri tekan abdomen tindakan yang akan
intraperitonial teknik relaksasi, dilakukan.
tanda-tanda vital Ketidaknyamanan
dalam batas normal, dihubungkan dengan
tidak meringis aborsi spontan dan
molahidatidosa
karena kontraksi
uterus yang mungkin
diperberat oleh
infuse oksitosin.
Ruptur kehamilan
ektopik
mengakibatkan nyeri
hebat karena
hemoragi yang
tersembunyi saat
tuba fallopii rupture
ke dalam abdomen.

- Kaji stress psikologi ibu - Ansietas sebagai


atau pasangan dan respon respon terhadap
emosional terhadap situasi darurat dapat
kejadian. memperberat
ketidaknyamanan
karena sindrom
ketegangan,
ketakutan dan nyeri.

- Dapat membantu
- Berikan lingkungan yang dalam menurunkan
tenang dan aktifitas untuk tigkat nyeri dan
menurunkan rasa nyeri. karenanya
Instruksikan klien untuk mereduksi
menggunakan metode ketidaknyamanan
relaksasi misalnya nafas
dalam, visualisasi distraksi
dan jelaskan prosedur.

-
Meningkatkan
Kolaborasi : kenyamanan,
- Berikan narkotik atau menurunkan risiko
sedative berikut obat-obat komplikasi
praoperatif bila prosedur pembedahan.
pembedahan diindikasikan
- Siapkan untuk prosedur - Tindakan terhadap
bedah bila terdapat indikasi penyimpangan dasar
akan menghilangkan
nyeri
4 Intoleransi aktivitas Setelah diberikan - Kaji kemampuan pasien - Mempengaruhi
berhubungan dengan askep selama 3.x24 untuk melakukan tugas, catat pemilihan intervensi/
kelemahan dan jam diharapkan pasien laporan kelelahan, keletihan, bantuan
banyaknya darah mampu melaporkan dan kesulitan dalam
yang keluar saat peningkatan toleransi menyelesaikan tugas
perdarahan aktivitas dan
menunjukkan - Awasi tekanan darah, - Manifestasi kardio
penurunan tanda pernapasan dan nadi selama pulmonal dari upaya
fisisologis intoleransi dan sesudah aktivitas. Catat jantung dan paru
dengan KH: respon terhadap aktivitas untuk membawa
- Tanda vital masih (misal peningkatan denyut jumlah oksigen
dalam rentang jantung atau tekanan darah, adekuat ke jaringan.
normal disritmia, pusing, dipsnea,
takipnea, dan sebagainya)

- Berikan lingkungan tenang, - Meningkatkan


pertahankan tirah baring bila istirahat untuk
diindikasikan. Pantau dan menurunkan
batasi pengunjung, telepon, kebutuhan oksigen
dan gangguan berulang tubuh dan
tindakan yang tak menurunkan
direncanankan. regangan jantunga
dan paru.

- Ubah posisi pasien dengan - Hipotensi postural


perlahan dan pantau atau hipoksia
terhadap pusing serebral dapat
menyebabkan
pusing, berdenyut,
dan peningkatan
risiko cedera

- Rencanakan kemajuan - Meningkatkan


aktivitas dengan pasien secara bertahap
termasuk aktivitas yang tingkat aktivitas
pasien pandang perlu. sampai normal dan
Tingkatkan tingkat aktivitas memperbaiki tonus
sesuai toleransi otot / stamina tanpa
kelemahan

- Gunakan teknik - Mendorong pasien


penghematan energy misal untuk melakukan
mandi dengan duduk, duduk banyak dengan
untuk melakukan tugas- membatasi
tugas. penyimpangan
energy dan
mencegah
kelemahan
6 Ansietas Seteleh diberikan - Pertahankan hubungan - Menjamin bahwa
berhubungan dengan askep selama 3x24 yang sering denngan pasien.
pasien tidak akan
proses akan jam diharapkan cemas Berbicara dan berhubungan
dilakukannya pasien berkurang dengan pasien sendiri atau
pembedahan dengan KH:
ditelantarkan:
- Pasien tampak
tenang menunjukkan rasa
- Pasien tidak
menghargai, dan
gelisah
- Menunjukkan menerima orang
kemampuan untuk
tersebut, membantu
menghadapi masalah - Berikan informasi akurat
dan konsisten mengenai meningkatkan rasa
prognosis.hindari
percaya.
argumentasi mengenai
persepsi pasien terhadap
situasi tersebut
- Dapat mengurangi
ansietas dan
ketidakmampuan
- Wapada terhadap tanda- pasien untuk
tanda
membuat
penolakan/depresi,mis:mena
rik diri, marah, ucap-ucapan keputusan/pilhan
yang tidak tepat. Tentukan
berdasarkan realita
timbulnya ide bunuh diri dan
kaji potensialnya pada skala
1-10
- Pasien mungkin
akan menggunakan
mekanisme bertahan
dengan penolakan
dan terus berharap
bahwa diagnosanya
tidak akurat.rasa
bersalah dan
- Berikan lingkungan terbuka
tekanan spiritual
dimana pasien akan merasa
aman untuk mendiskusikan mungkin akan
perasaan atau menahan diri
menyebabkanpasien
untuk berbicara
menarik diri dan
percaya bahwa
bunuh diri adalah
- Izinkan pasien untuk
suatu alternatif
merefleksikan rasa
marah,takut, putus asa tanpa
konfrontasi. Berikan
- Membantu pasien
informasi bahwa
perasaannya adalah normal untuk merasa
dan perlu diekspresikan
diterima pada kondisi
sekarang tanpa
persaan dihakimi dan
meningkatkan
persaan harg diri dan
kontrol

- Penerimaan
perasaan akan
membuat pasien
dapat menerima
situasi
9 Risiko infeksi Setelah dibserikan - Kaji adanya tanda-tanda
- Menentukan
berhubungan dengan askep selama 3 x24 infeksi
tindak lanjut
luka operasi dan jam, diharapkan infeksi
pemasangan alat-alat tidak terjai dengan KH: intervensi
perawatan - Dolor (-)
- Rubor (-) -Ukur tanda-tanda vital
- Tumor (-) - Untuk mendeteksi
- Kalor (-)
secara dini gejala
- Fungsiolaesa (-)
awal terjadinya
infeksi
-Observasi tanda-tanda
infeksi - Deteksi dini
terhadap infeksi akan
mempermudah
dalam penanganan
-
Menurunkan
-Lakukan perawatan luka
dengan menggunakan terjadinya resiko
teknik septik dan aseptik
infeksi dan
penyebaran bakteri.
- Memberikan
-Observasi luka insisi
deteksi dini terhadap
infeksi dan
perkembangan luka

- Mencegah
Kolaborasi:
-Berikan antibiotik sesuai terjadinya infeksi
indikasi

K. Evaluasi
I. Nyeri b.d agen cidera fisik post operasi fraktur colum femur sinistra
Evaluasi :
1. Pasien dapat melakukan relaksasi nyeri.
2. Mengetahui lokasi , karakteristik, frekuensi kualitas pretisipasi
3. Meningkatkan istirahat pasien.
II. Risiko infeksi b.d procedure invansive
Evaluasi :
1. Pasien mengetahui tanda dan gejala infeksi
2. Mengetahui cara meningkatkan intake cairan
3. Mendorong pasien untuk istirahat.
III. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang
1. Mengetahui ttv pasien
2. Mengajarkan pasien untuk cara merubah posisi
3. Membantu pasien mobilisasi

Daftar Pustaka

Lomboan P,. 2015. Gambaran Kehamilan ektopik terganggu RSUP Prof Dr. R.D Kandaou
Manado periode Januari 2012-Desember2013.jurnal e-clinic (eci) volum 3 nomor 2,
mei – agustus. Diakses pada 15 juni 2018
Manuaba, Ida Bgus Gde.2008.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga
BerencanaUntuk Pendidikan Bidan.Jakarta: EGC
Nurarif, kusuma. 2015. Nanda nic noc. Jogjakarta : Media Action
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sukarni I, ZH margareth.2013. Kehamilan persalinan dan nifas , Jogjakarta : Nuha Medika.
Yuliaikhah, Lily S.Si. T, 2009. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Penerbit Buku Kedokteran
ECG, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai