Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
Kehamilan abnormal dapat terjadi intrauterin atau ekstrauterin. Kehamilan ekstrauterin atau
kehamilan ektopik terjadi ketika ovum yang telah difertilisasi berimplantasi di luar endometrium
kavum uteri. Kehamilan ektopik merupakan suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang
mengalaminya karena besarnya kemungkinan terjadinya suatu kegawatdaruratan. Keadaan gawat
ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik telah terganggu.( Ida Bagus,2008)
Kehamilan ektopik terganggu merupakan suatu keadaan yang dapat dihadapi oleh setiap
dokter, karena sangat beragamnya gambaran klinik kehamilan ektopik terganggu. Tidak jarang
yang menghadapi penderita untuk pertama kali adalah dokter umum atau dokter ahli lainnya,
maka dari itu kehamilan ektopik terganggu serta diagnosis diferensialnya perlu diketahui oleh
setiap dokter klinik. Hal yang perlu diingat adalah, kehamilan ektopik terganggu harus dicurigai
pada setiap wanita pada masa reproduksi dengan keluhan keterlambatan haid yang disertai nyeri
perut bagian bawah..
Insiden kehamilan ektopik lebih tinggi di negara berkembang dengan status masyarakat
sosio ekonomi rendah, dari pada negara maju, karena penyebab utama kehamilan ektopik adalah
penyakit infeksi alat kandungan bagian dalam, keadaan gizi buruk dan status kesehatan rendah.3
Di manado sendiri terdapat jumalh KET 65,30 % pad januari 2012, dan pada desember
2013mengalami peningkatan yaitu sebanyak 77,55%, dengan kehamilan kurang dari 8 minggu
tanpa riwayat abortus. ( Lomboan P,2015)
Bab II
Pembahasan
A. Pengertian
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rongga rahim (kavum
uteri) / di luar kandungan. Istilah ektopik berasal dari bahasa inggris, “ectopic”. Jadi
istilah ektopik dapat diartikan sebagai “ berada di luar tempat yang semestinya.(Ibg M ,
2007)
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya karena tempat
implantasinya tidak memberikan kesempatan untuk tumbuh kembang mencapai
aterm.(sarwono, 2009)
Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana ovum yang telah difertilisasi
berimplantasi pada tempat selain rongga endometrium kavum uteri. Tuba Fallopi adalah
tempat yang tersering, yaitu sekitar lebih dari 95% dari kehamilan ektopik. Tempat-
tempat implantasi lain adalah serviks, rongga abdominal, dan ovarium (wagiyo, 2014)
Jadi, kehamilan ektopik adalah kehamilan di mana sel telur yang dibuahi
berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uterus. Kehamilan ektopik dapat
terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga
terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervik, pars intertistialis
atau dalam tanduk rudimeter Rahim.
B. Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar
penyebabnya tidak diketahui. Beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab kehamilan
ektopik terganggu: (9)
a. Faktor mekanis
Hal-hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke dalam
kavum uteri, antara lain:
Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia
lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan
kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat
infeksi juga menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii.
Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus/ infeksi pasca nifas,
apendisitis, atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau
penyempitan lumen.
Kelainan pertumbuhan tuba, terutama divertikulum, ostium asesorius dan
hipoplasi. Namun ini jarang terjadi.
Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan
usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi.
Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan
pada adneksia.
Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
b. Faktor Fungsional
Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri
yang abnormal.
Refluks menstruasi.
Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon estrogen dan
progesteron.
c. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi.
d. Hal lain seperti; riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya
(Margareth, 2013).
C. Manifestasi klinis
1. Perdarahan pervaginam
Seringkali perdarahan timbul dalam bentuk bercak – bercak (spotting), pada
sekitar 80%-90% wanita yang di diagnosis kehamilan ektopik. Perdarahan dapat
berupa bercak yang tak terlihat hingga seperti aliran menstruasi.
2. Nyeri abdomen
Dirasakan lebih dari 95% wanita dengan kehamilan ektopik. Nyerinya
sering berawal sebagai nyeri yang intermitten, kolik dan berlokasi di kuadran bawah,
yang kemudian berkembang menjadi nyeri yang menetap, nyeri yang berat dan
menyebar ke semua kuadran abdomen.
3. Menggigil,
4. pingsan, dan palpitasi dari akibat hipotensi (dari perdarahan intra-abdominal) dapat
terjadi
D. Patofisiologi
Bernidasi di tuba
Kehamilan ektopik
Cemas
Nyeri Abdomen Kekurangan
volume cairan
Kurang Pengetahuan
Nyeri Akut
Perubahan Perfusi
Hambatan mobilitas
Jaringan
fisik
Resiko Infeksi
F. Pemeriksaan diagnostic
Gejala-gejala kehamilan ektopik terganggu beraneka ragam, sehingga pembuatan
diagnosis kadang-kadang menimbulkan kesulitan, khususnya pada kasus-kasus kehamilan
ektopik yang belum mengalami atau ruptur pada dinding tuba sulit untuk dibuat
diagnosis.(12)
Berikut ini merupakan jenis pemeriksaan untuk membantu diagnosis kehamilan ektopik:
(12)
1. HCG-β
Pengukuran subunit beta dari HCG-β (Human Chorionic Gonadotropin-Beta)
merupakan tes laboratorium terpenting dalam diagnosis. Pemeriksaan ini dapat
membedakan antara kehamilan intrauterin dengan kehamilan ektopik.
2. Kuldosintesis
Tindakan kuldosintesis atau punksi Douglas. Adanya darah yang diisap
berwarna hitam (darah tua) biar pun sedikit, membuktikan adanya darah di kavum
Douglasi.
3. Dilatasi dan Kuretase
Biasanya kuretase dilakukan apabila sesudah amenore terjadi perdarahan yang
cukup lama tanpa menemukan kelainan yang nyata disamping uterus.
4. Laparaskopi
Laparaskopi hanya digunakan sebagai alat bantu diagnosis terakhir apabila
hasil-hasil penilaian prosedur diagnostik lain untuk kehamilan ektopik terganggu
meragukan. Namun beberapa dekade terakhir alat ini juga dipakai untuk terapi.
5. Tes Oksitosin
Pemberian oksitosin dalam dosis kecil intravena dapat membuktikan adanya
kehamilan ektopik lanjut. Dengan pemeriksaan bimanual, di luar kantong janin dapat
diraba suatu tumor.
6. Foto Rontgen
Tampak kerangka janin lebih tinggi letaknya dan berada dalam letak paksa.
Pada foto lateral tampak bagian-bagian janin menutupi vertebra Ibu.
7. Ultrasonografi
Keunggulan cara pemerikssan ini terhadap laparoskopi ialah tidak invasif, artinya
tidak perlu memasukkan rongga dalam rongga perut. Dapat dinilai kavum uteri,
kosong atau berisi, tebal endometrium, adanya massa di kanan kiri uterus dan apakah
kavum Douglas berisi cairan.
G. PENATALAKSANAAN
1) Bedah
Bedah pada kehamilan ektopik memiliki keuntungan untuk penatalaksanaan
ektopik segera.5
1. Salpingektomi, pengangkatan tuba fallopii yang mengandung kehamilan
ektopik, pilihan pada situasi berikut :
a. Kondisi penderita buruk, misalnya dalam keadaan syok
b. Kondisi tuba buruk, terdapat jaringan parut yang tinggi resikonya
akan kehamilan ektopik berulang
c. Penderita menyadari kondisi fertilitasnya dan mengingini fertilisasi
in vitro, maka dalam hal ini salpingektomi mengurangi resiko
kehamilan ektopik pada prosedur fertilisasi invitro, maka dalam hal
ini salpingektomi mengurangi resiko kehamilan ektopik pada
prosedur fertilisasi in vitro.
d. Perdarahan tidak dapat dikontrol
e. Kehamilan ektopik di tuba fallopi dimana terjadi kehamilan ektopik
sebelumnya
f. Penderita tidak ingin mempunyai anak lagi.5,11
2. Salpingotomi linear, pengangkatan kehamilan lewat insisi linear pada tuba
fallopii, mungkin dilakukan apabila diinginkan kehamilan di masa
depan.
3. Operasi laparoskopi dapat dilakukan untuk konfirmasi diagnosis kehamilan
ektopik dan membersihkan kehamilan abnormal dengan salpingektomi
atau salpingostomi. Metode ini khususnya dilakukan pada pasien yang
hemodinamiknya stabil. Keuntungan teknik ini dibanding laparotomi
termasuk :
a) Lebih pendek masa rawat inap
b) Lebih cepat penyembuhan post-operatif
c) Lebih baik dari sisi kosmetik
d) Potensial lebih cepat durasi operasinya
4. Laparotomi khususnya dilakukan pada pasien yang hemodinamiknya tidak
stabil yang memerlukan operasi darurat untuk kehamilan ektopik yang
ruptur.
5. Reseksi kornual dapat dilakukan ketika terjadi kehamilan pars interstitial.
Pars interstitial dari tuba diangkat lewat reseksi ke dalam kornu uteri.
Kehamilan ektopik di kornu memiliki angka kegagalan lebih tinggi jika
diterapi dengan methotrexate, maka tindakan operatif merupakan pilihan
yang efektif.
6. Oophorektomi diindikasikan hanya ketika terjadi kehamilan ektopik ovarial
dan untuk menyelamatkan ovarium yang terkena.
H. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
2. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan
alamat
3. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam
berulang pervaginam berulang
Riwayat kesehatan ,
Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien
misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan
penyakit-penyakit lainnya.
Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram
tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat
dalam keluarga.
Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya,
banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause
terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari
dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
4. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan
BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
- Memaksimalkan
transfer oksigen ke
jaringan.
2 Defisit volume cairan Setelah diberikan- Awasi tekanan darah dan - Perubahan dapat
yang berhubungan askep selama3 x 24 frekuensi jantung menunjukkan efek
dengan rupture pada jam diharapkan pasien hipovolemik
lokasi implantasi menunjukkan volume (perdarahan/dehidra
sebagai efek dari cairan yang adekuat- Evaluasi turgor kulit, si)
tindakan dengan criteria hasil : pengisian kapiler dan kondisi - Indicator langsung
pembedahan - Tanda vital stabil umum membran mukosa status cairan/hidrasi
- Nadi teraba
- Haluaran urine,- Catat respon fisiologis
berat jenis dan pH individual pasien terhadap
dalam batas perdarahan misalnya :
- Simtomatologi dapat
normal perubahan mental,
berguna dalam
kelemahan, gelisa, ansietas,mengukur berat/
pucat, berkeringat, tacipnea,
lamanya episode
peningkatan suhu. perdarahan.
Memburuknya gejala
dapat menujukkan
berlanjutnya
- Pertahankan pencatatan perdarahan atau
akurat sub total cairan / tidak adekuatnya
darah selama terapi penggantian cairan.
penggantian
- Potensial kelebihan
tranfusi cairan
Kolaborasi : khususnya bila
- Berikan cairan Iv sesuai volume tambahan
indikasi diberikan sebelum
tranfusi darah.
- Mempertahankan
- Memberikan SDM, keseimbangan
trombosit, dan factor cairan/elektrolit pada
pembekuan tak adanya
pemasukan melalui
oral; menurunkan
risiko komplikasi
ginjal.
- Memperbaiki/
menormalkan jumlah
SDM dan kapasitas
pembawa oksigen
untuk memperbaiki
anemi, berguna
untuk mencegah/
mengobati
perdarahan
3 Nyeri yang Setelah dibserika - Tentukan sifat, lokasi, dan - Membantu dalam
berhubungan dengan askep selama3 x24 dirasi nyeri. Kaji kontraksi mendiagnosis dan
rupture tuba fallopii, jam pasien dapat uterus, perdarahan, atau menentukan
perdarahan mendemonstrasikan nyeri tekan abdomen tindakan yang akan
intraperitonial teknik relaksasi, dilakukan.
tanda-tanda vital Ketidaknyamanan
dalam batas normal, dihubungkan dengan
tidak meringis aborsi spontan dan
molahidatidosa
karena kontraksi
uterus yang mungkin
diperberat oleh
infuse oksitosin.
Ruptur kehamilan
ektopik
mengakibatkan nyeri
hebat karena
hemoragi yang
tersembunyi saat
tuba fallopii rupture
ke dalam abdomen.
- Dapat membantu
- Berikan lingkungan yang dalam menurunkan
tenang dan aktifitas untuk tigkat nyeri dan
menurunkan rasa nyeri. karenanya
Instruksikan klien untuk mereduksi
menggunakan metode ketidaknyamanan
relaksasi misalnya nafas
dalam, visualisasi distraksi
dan jelaskan prosedur.
-
Meningkatkan
Kolaborasi : kenyamanan,
- Berikan narkotik atau menurunkan risiko
sedative berikut obat-obat komplikasi
praoperatif bila prosedur pembedahan.
pembedahan diindikasikan
- Siapkan untuk prosedur - Tindakan terhadap
bedah bila terdapat indikasi penyimpangan dasar
akan menghilangkan
nyeri
4 Intoleransi aktivitas Setelah diberikan - Kaji kemampuan pasien - Mempengaruhi
berhubungan dengan askep selama 3.x24 untuk melakukan tugas, catat pemilihan intervensi/
kelemahan dan jam diharapkan pasien laporan kelelahan, keletihan, bantuan
banyaknya darah mampu melaporkan dan kesulitan dalam
yang keluar saat peningkatan toleransi menyelesaikan tugas
perdarahan aktivitas dan
menunjukkan - Awasi tekanan darah, - Manifestasi kardio
penurunan tanda pernapasan dan nadi selama pulmonal dari upaya
fisisologis intoleransi dan sesudah aktivitas. Catat jantung dan paru
dengan KH: respon terhadap aktivitas untuk membawa
- Tanda vital masih (misal peningkatan denyut jumlah oksigen
dalam rentang jantung atau tekanan darah, adekuat ke jaringan.
normal disritmia, pusing, dipsnea,
takipnea, dan sebagainya)
- Penerimaan
perasaan akan
membuat pasien
dapat menerima
situasi
9 Risiko infeksi Setelah dibserikan - Kaji adanya tanda-tanda
- Menentukan
berhubungan dengan askep selama 3 x24 infeksi
tindak lanjut
luka operasi dan jam, diharapkan infeksi
pemasangan alat-alat tidak terjai dengan KH: intervensi
perawatan - Dolor (-)
- Rubor (-) -Ukur tanda-tanda vital
- Tumor (-) - Untuk mendeteksi
- Kalor (-)
secara dini gejala
- Fungsiolaesa (-)
awal terjadinya
infeksi
-Observasi tanda-tanda
infeksi - Deteksi dini
terhadap infeksi akan
mempermudah
dalam penanganan
-
Menurunkan
-Lakukan perawatan luka
dengan menggunakan terjadinya resiko
teknik septik dan aseptik
infeksi dan
penyebaran bakteri.
- Memberikan
-Observasi luka insisi
deteksi dini terhadap
infeksi dan
perkembangan luka
- Mencegah
Kolaborasi:
-Berikan antibiotik sesuai terjadinya infeksi
indikasi
K. Evaluasi
I. Nyeri b.d agen cidera fisik post operasi fraktur colum femur sinistra
Evaluasi :
1. Pasien dapat melakukan relaksasi nyeri.
2. Mengetahui lokasi , karakteristik, frekuensi kualitas pretisipasi
3. Meningkatkan istirahat pasien.
II. Risiko infeksi b.d procedure invansive
Evaluasi :
1. Pasien mengetahui tanda dan gejala infeksi
2. Mengetahui cara meningkatkan intake cairan
3. Mendorong pasien untuk istirahat.
III. Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang
1. Mengetahui ttv pasien
2. Mengajarkan pasien untuk cara merubah posisi
3. Membantu pasien mobilisasi
Daftar Pustaka
Lomboan P,. 2015. Gambaran Kehamilan ektopik terganggu RSUP Prof Dr. R.D Kandaou
Manado periode Januari 2012-Desember2013.jurnal e-clinic (eci) volum 3 nomor 2,
mei – agustus. Diakses pada 15 juni 2018
Manuaba, Ida Bgus Gde.2008.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga
BerencanaUntuk Pendidikan Bidan.Jakarta: EGC
Nurarif, kusuma. 2015. Nanda nic noc. Jogjakarta : Media Action
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sukarni I, ZH margareth.2013. Kehamilan persalinan dan nifas , Jogjakarta : Nuha Medika.
Yuliaikhah, Lily S.Si. T, 2009. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Penerbit Buku Kedokteran
ECG, Jakarta