1.1. Definisi
Bayi baru lahir atau neonatus adalah bayi yang berusia 0-28 hari
(Kementerian Kesehatan RI, 2010). Bayi baru lahir adalah bayi berusia satu jam
yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2500-4000
dengan lingkungan yang baru. Kebanyakan neonatus yang matang (matur usia
kehamilannya) dan ibu yang mengalami kehamilan yang sehat dan persalinan
beresiko rendah, untuk mencapai masa transisi ini berjalan relatif mudah
(Februanti, 2013).
1.2. Karakteristik
Bayi baru lahir normal memiliki karakteristik berat badan lahir 2500-4000
gram,umur kehamilan 37-40 minggu, bayi segera menangis, bergerak aktif, kulit
kemerahan, menghisap ASI dengan baik, dan tidak ada cacat bawaan (Kemenkes
RI, 2010).
Bayi baru lahir normal memiliki panjang badan 48-52 cm, lingkar dada
30-38 cm, lingkar lengan 11-12 cm, frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit,
pernapasan 40-60 x/menit, lanugo tdiak terlihat dan rambut kepala tumbuh
sempurna,kuku agak panjang dan lemas, nilai APGAR lebih dari 7, refleks-refleks
sudah terbentuk dengan baik (Rooting, sucking, morro, grasping), organ genitalia
pada bayi laki-laki testis sudah berada pada skrotum dan penis berlubang, pada
bayi perempuan vagina dan uretra berlubang serta adanya labia minora dan
1
mayora, mekonium sudah keluar dalam 24 jam pertama berwarna hitam
dapat bertahan, maka maturasi organ paru sangat penting karena proses
lambat sehingga terjadi sianosis residual pada area tangan, kaki, dan
2
2) Perubahan tekanan di (paru-paru, jantung, dan pembuluh darah
duktus venosus.
3) Inspirasi oksigen menyababkan vena pulmonal dilatasi sehingga
lain kulit tipis, pembuluh darah yang dekat dengan permukaan, sedikit
lemak subkutan. Untuk menjaga panas, bayi cukup bulan yang sehat
benda yang lebih dingin dari kulit mereka (skala, tangan dingin,
stetoskop)
3) Konveksi , terjadi ketika panas dipindahkan ke udara sekitar bayi
sekali untuk mengetahui reflek protektif seperti blink, gag, bersin, batuk.
3
Sedangkan reflek primitif : rooting/sucking, morro, startle, tonic neck,
periosteum
- Komplikasi : jaundice,
fraktur, perdarahan
intrakanial
5. Sistem Hematologi
Volume darah rata-rata pada BBL 80-85 ml/kg. Eritrosit atau sel darah
karena :
1) BBL beresiko defisit faktor pembekuan darah, hal ini terjadi karena
intramuskular.
6. Sistem Gastrointestinal
4
BBL harus mulai makan,mencerna, dan mengabsorbsi makanan setelah
setelah lahir dan bising usus terderngar pada jam pertama. Enzim
5
BBL setelah usia 6-12 minggu setelah lahir (bisa didapat pada
lebih)
2. Neonatus menurut berat badan lahir
1) Berat badan lahir rendah : <2500 gram
2) Berat lahir cukup : 2500 - 4000 gram
3) Berat lahir lebih : >4000 gram
3. Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan
6
Proses perkembangan organ pernapasan bayi telah dimulai sejak dalam
gas masih berlanjut sampai setelah bayi lahir. Perkembangan belum sempurna
terjadi pada paru, otot pernapasan, dan saraf pengaturan pernapasan. Selain itu
secara mekanik juga memiliki kelemahan yaitu diafragma bayi masih rentan
terhadap kelelahan. Pada bayi dengan kelahiran prematur, organ pernapasan ini
akibatnya bayi prematur rentan terhadap terjadinya henti napas (Weiss &
Tolomeo, 2012).
Henti napas sering terjadi pada bayi dengan usia gestasi kurang dari 37
minggu. Comitte on Fetus and Newborn (2003 dalam Weiss & Tolomeo, 2012)
menyebutkan bahwa apnea yang signifikan pada bayi adalah henti napas selama
lebih dari 20 detik atau lebih dari 10 detik yang disertai bradikardia atau
desaturasi <80-85%. Apnea of prematurity terjadi pada lebih dari 50% bayi
prematur dan mayoritas pada bayi dengan berat lahir kurang dari 1000 gram
dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterine berjalan dengan lancar dan tidak ada
kehidupan. Pemeriksaan rutin pada bayi baru lahir harus dilakukan, tujuannya
untuk mendeteksi kelainan atau anomali kongenital yang muncul pada setiap
kelahiran dalam 10-20 per 1000 kelahiran, pengelolaan lebih lanjut dari setiap
potensial terkait riwayat kehamilan ibu dan kelainan yang diturunkan, dan
7
memberikan promosi kesehatan, terutama pencegahan terhadap sudden infant
jalan napas bayi tidak dilakukan secara rutin (Kemenkes RI, 2013).
bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
dada atau perut ibu. Setelah pemberian oksitosin pada ibu, lakukan
2013). Perawatan medis untuk tali pusat adalah selalu cuci tangan
8
karena dapat menghambat pelepasan tali pusat, dan melipat popok
20 menit dan bayi cukup menysu dari satu payudara (Kemenkes RI,
2013).
Jika bayi belum menemukan puting ibudalam waktu 1 jam, posisikan
bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulitselama 30-
jam,kontak kulit bayi dan ibu serta menyelimuti kepala dan tubuh bayi
infeksi mata. Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis
salep atau tetes mata harus tepat 1 jam setelah kelahiran. Upaya
9
pencegahan infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dari satu jam
tindak lanjut (KN) yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-
7 hari dan 1 kali pada umur 8-28 hari (Kemenkes RI, 2010).
10. Pemberian ASI Ekslusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
10
usia 2 tahun. Pemberian ASI eksklusifmempunyai dasar hukum yang
pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan. Setiap bayi mempunyai
bayi.
BAGAN ALUR
MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR NORMAL
PENILAIAN :
Sebelum bayi lahir :
1. Apakah kehamilan cukup bulan
2. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur
mekonium?
Segera setelah bayi lahir :
1. Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-
megap
- Bayi
2. Apakah cukup
tonus ototbulan
bayi baik/bayi bergerak aktif?
- Ketuban jernih
- Bayi menangis atau bernapas
- Tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif
11
Asuhan Bayi Baru Lahir
1. Jaga bayi tetap hangat
2. Isap lendir dari mulut dan hidung (hanya jika perlu)
3. Keringkan
4. Pemantauan tanda bahaya
5. Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun kira-kira
2 menit setelah lahir
6. Lakukan inisiasi menyusui dini
7. Beri salep mata antibiotika pada kedua mata
8. Pemeriksaan fisis
9. Beri imunisasi hepatitis B 0,5 ml intramuskular di paha kanan
anterolateral, kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1
Berikut adalah konsep teori pemeriksaan fisik bayi baru lahir menurut
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2013.
12
13
14
15
16
17
18
19
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS BY.Ny D
BAYI BARU LAHIR NORMAL
A. Pengkajian
1) Identitas
Nama : By. Ny. D
Tanggal lahir : 5 januari 2018
No. RM : 11800357
Asal Masuk : perinatologi
2) Keluhan utama : Bayi baru lahir
3) Riwayat penyakit Sekarang :
Bayi baru lahir secara sectio caesaria atas indikasi riwayat SC 5 tahun
yang lalu , jenis kelamin laki-laki, Apgar Score 6/8, ketuban jernih, BB
: 2840 gram PB : 48 cm, anus ada, caput tidak ada, cacat tidak ada.
4) Riwayat penyakit terdahulu : Tidak ada
5) Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada
6) Riwayat Kelahiran
Natal : Sectio caesaria atas indikasi riwayat SC 5 tahun yang lalu
20
BB : 2840 gr
PB :48 cm
7) Tanda-tanda vital
Nadi : 150x/menit
Suhu : 35,50C
Frekuensi Napas : 50x/menit
Lingkar Kepala : 32cm
8) Pemeriksaan Fisik (Review of System)
Breath (B1)
Pola nafas teratur, bunyi nafas vesikuler, tidak ada sesak, tidak ada
retraksi dada, bentuk dada normal, tidak batuk
Blood (B2)
CRT < 2 detik, sklera anikterus, akral dingin, bunyi jantung normal
(s1 s2 tunggal), tidak ada edema, tidak ada clubbing finger.
Brain (B3)
Swallow(+), rooting (+), sucking (+)
Bladder (B4)
BAK (-),
Bowel (B5)
Diit PASI 8x5-10cc/sp, abdomen supel, tidak ada luka operasi, tali
pusat ada terbungkus kassa steril, membran mukosa lembab, BAB (-).
Bone (B6)
Gerak sendi bebas
Kekuatan otot 5 5
5 5
Integritas kulit baik
21
Skala nyeri : 0 (Tidak teridentifikasi nyeri)
B. Aanalisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : - Bayi baru lahir Hipotermi
DO :
22
S : 35,30C Perubahan fisiologis
Akral dingin, bayi
baru lahir terlihat Termoregulasi
kebiruan
Adaptasi hangat ke
dingin
DS : Bayi baru lahir Resiko Infeksi
DO :
S; 35,30C, Trauma Adaptasi fisiologis
Jaringan (tali pusat),
Pemotongan tali pusat
Resiko infeksi
23
2) Monitor status pernapasan, pantau adanya tanda distress
pernapasan
3) Observasi warna kulit bayi
2. Mandiri
1) Jaga suhu tubuh agar tetap stabil (keringkan bayi baru lahir,
selimuti bayi baru lahir dan hangatkan, pakaikan penutup kepala)
3. Edukasi
1) Ajarkan keluarga cara memandikan bayi, jaga baju bayi selalu
kering
4. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian terapi farmakologis yang tidak
memperparah hipertermi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (tali pusat)
Data obyektif : trauma pada talipusat
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x 24
jam diharapkan tidak ada tanda infeksi.
Kriteria hasil :
- Tidak terdapat tanda infeksi
- Suhu tubuh dalam batas normal
Intervensi :
1. Monitor
1) Kaji kemerahan, suhu, dan kelembapan kulit dan membran
mukosa
2) Kaji kondisi luka atau daerah insisi
3) Monitor tanda dan gejala infeksi baik infeksi sistemik
maupun terlokalisir
4) Monitor bagian tubuh atau luka pasien yang mudah terkena
infeksi
5) Monitor perubahan tingkat energi/malaise
2. Mandiri
1) Pertahankan teknik aseptik pada pasien yang terkena resiko
infeksi
24
2) Berikan perawatan pade tali pusat
3) Batasi jumlah pengunjung
4) Beri minum ASI/PASI setiap 3 jam
3. Edukasi
1) Ajarkan pada anggota keluarga tentang bagaimana cara
pencegahan infeksi
4. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antibiotik
25
D. Implementasi dan Evaluasi
Tanggal dan Masalah Implementasi Tanggal Evaluasi
Waktu Keperawatan & waktu
05-01-2018 Hipotermi 1. Memonitor suhu 21.00 S:-
15.30 WIB tubuh pasien O : S : 36,30C
2. Memonitor status Akral hangat,bayi
pernapasan, pantau rawat bisa disapih di
adanya tanda distress tempat tidur bayi,
pernapasan klinis kemerahan,
3. Mengobservasi tidak ada- tanda sesak
warna kulit bayi A :Hipotermi teratasi
4. Menjaga suhu tubuh P: pertahankan
agar tetap stabil intervensi
(keringkan bayi baru
lahir, selimuti bayi
baru lahir dan
hangatkan, pakaikan
penutup kepala)
26
infeksi intervensi
5. Memonitor perubahan Monitor :1,2,3,4,6
tingkat energi/malaise Mandiri :1,2,4,5
6. Mempertahankan Edukasi : -
teknik aseptik pada Kolaborasi :
pasien yang terkena kolaborasi rencana
resiko infeksi imunisasi hepatitis B
7. Memerikan perawatan dan polio
pade tali pusat
8. Membatasi jumlah
pengunjung
9. Memberi minum
ASI/PASI setiap 3 jam
10. Menjelaskan pada
anggota keluarga
tentang bagaimana
cara pencegahan
infeksi
11. Kolaborasi pemberian
antibiotik (sagestam
tetes mata dextra
sinistra 1x1 tetes)
27
4. Memonitor bagian eksudat (-)), diit
tubuh atau luka pasien ASI/PASI 10-15 cc/sp,
yang mudah terkena A :Resiko Infeksi
infeksi P : Lanjutkan
5. Memonitor perubahan intervensi
tingkat energi/malaise Monitor :1,2,3,4,6
6. Mempertahankan Mandiri :1,2,4,5
teknik aseptik pada Edukasi : -
pasien yang terkena Kolaborasi :
resiko infeksi kolaborasi rencana
7. Memberikan imunisasi hepatitis B
perawatan pada tali dan polio
pusat
8. Membatasi jumlah
pengunjung
9. Memberi minum
ASI/PASI setiap 3 jam
10. Menjelaskan pada
anggota keluarga
tentang bagaimana
cara pencegahan
infeksi
11. Kolaborasi pemberian
antibiotik (sagestam
tetes mata dextra
sinistra 1x1 tetes)
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, 2010, Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita, Jakarta:Salemba Medika
Februanti, 2013 Konsep dan Asuhan Keperawatan Ibu Intranatal dan Bayi Baru
Lahir, Jakarta : Badan PPSDM Kementerian Kesehatan RI
Lissauer, Avroy, 2013, Selayang Neonatologi, edisi kedua, Jakarta : Indeks
28
KemenKes RI, 2013, Keperawatan Maternitas I, Jakarta : Pusdiklatnakes
Weiss., & Tolomeo, 2012, Neonatal Lung Disease : Apnea of Prematurity and
Bronchopulmonary Dysplasia. In Nursing Care Pediatric respiratory
Disease, West sussex:Wiley-Blackwell
29