2014
ABSTRAK
Saat ini masalah lingkungan cukup sering diperbincangkan. Konstruksi bangunan memiliki pengaruh
yang besar terhadap permasalahan lingkungan. Konstruksi bangunan di Indonesia seharusnya
berorientasi untuk tidak menyumbang pada kerusakan lingkungan sehingga Indonesia memiliki
Agenda Konstruksi Indonesia 2030 sebagai upaya dalam mencapai kontruksi masa depan yang
diinginkan.
Berbagai permasalahan mengenai bangunan saat ini yang memiliki dampak negatif terhadap
lingkungan disebabkan oleh orientasi bangunan yang salah, penggunaan kaca yang berlebihan,
penggunaan lahan tanpa adanya penghjijauan dan penggunaan energi yang berlebihan. Namun
permasalahan dapat diselesaikan dengan penghematan energi bangunan, orientasi bangunan selatan-
utara, penggunaan material bangunan secara benar, agar tercipta bangunan masa depan indonesia
yang bersinergi dengan lingkungan.
Dalam karya tulis ilmiah ini metode penulisan yang penulis gunakan adalah studi literatur atau kajian
pustaka. Berdasarkan hasil yang di peroleh dari literature, penulis dapat menyimpulkan bahwa
Bangunan ramah lingkungan merupakan suatu rancangan kawasan dan bangunan yang
mempertimbangkan kondisi fisik lingkungan setempat. Rancangan arsitektur kawasan dan bangunan
harus mempertimbangkan faktor lokasi, iklim, konservasi air hujan dan air tanah, meminimalkan
limbah, penghijauan kawasan, dan lainnya yang sesuai dengan kaidah-kaidah perancangan arsitektur
ramah lingkungan.
i
ABSTRACT
Nowadays environmental issues are discussed often enough. Construction of the building has a
considerable influence on environmental issues. Building construction in Indonesia should not be
oriented to contribute to the environmental damage that Indonesia has the Indonesian Construction
Agenda 2030 as an effort to achieve the desired future construction.
Various issues regarding the current building which has a negative impact on the environment caused
by the wrong building orientation, excessive use of glass, the use of land without penghjijauan and
excessive energy use. However, the problems can be solved by building energy saving, north-south
orientation of the building, use of building materials correctly, in order to create a future building
synergy with environmental Indonesia.
In this scientific paper writing method that I use is the study of literature or literature review. Based
on the results obtained from the literature, the authors conclude that an environmentally friendly
building design and building area considering the physical condition of the local environment. The
design and building of regional architecture must consider the location, climate, conservation of rain
water and ground water, minimize waste, greening the region, and the other corresponding to the
design principles of eco-friendly architecture.
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang
berjudul bangunan masa depan indonesia yang bersinergi dengan lingkungan.
Karya tulis ilmiah ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang
bangunan yang seharusnya bersinergi dengan lingkungan.
Kami mengucapkan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan laporan praktikum ini, terutama kepada :
1. Ibu Yani Suryani selaku dosen Bahasa Indonesia yang telah membimbing dan
mengarahkan kami dalam membuat karya tulis ilmiah ini;
2. Orang tua yang telah memberikan dorongan dan do’a sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini;
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, kami berharap pembaca
memberikan kritik dan saran yang membangun, agar laporan ini dapat lebih baik lagi.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK . ………………………………………………………………………...... i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… iii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………... iv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………….. v
iv
5. DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………… 25
6. LAMPIRAN................................................................................................................ 26
Lembar Asistensi .......................................................................................................... 26
v
DAFTAR GAMBAR
Hal
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Proses konstruksi pada tahap pelaksanaan pembangunan maupun pada saat bangunan
dimanfaatkan diyakini dapat berdampak negatif pada lingkungan hidup di tempat dan
sekitar bangunan tersebut. Produk bangunan ini memberi konstribusi pada pemanasan
global melalui emisi gas rumah kaca dalam bentuk gas karbon, metana maupun jenis gas
lain yang dihasilkan baik pada tahap konstruksi maupun tahap operasional bangunan.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi lingkungan dan bangunan.
2. Mengetahui hubungan antara bangunan dan lingkungan.
3. Dapat menjelaskan berbagai permasalahan dalam hal bangunan terhadap lingkungan
yang terjadi saat ini.
4. Mengetahui cara menyelesaikan permasalahan tentang bangunan yang tidak ramah
lingkungan.
1
5. Dapat menjelaskan mengenai bangunan yang ramah lingkungan untuk masa depan
Indonesia.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam definisi diatas disebutkan bahwa manusia memiliki peran aktif dalam
menjadikan lingkungan hidupnya seperti apa yang diinginkan. Manusia harus
menyadari bahwa semua sumber daya alam yang ada mempunyai keterbatasan
ketersediaan dalam aspek kuantitas maupun kualitas. Oleh karena itu perlu
harmonisasi antara manusia dengan lingkungan hidup harus tercapai.
2. Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam yang tersedia merupakan salah satu modal
pembangunan. Oleh sebab itu pemanfaatannya harus diperhatikan
3
keberlanjutannya dan tidak merusaknya. Tetapi dalam kenyataannya
sering terjadi eksploitasi sumberdaya alam oleh manusia.
3. Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Pencemaran udara bukanlah hal yang baru. Sejak awal masa
industrialisasi, pencemaran lingkungan udaha oleh manusia meningkat
sangat tajam, sehingga sistem pembersihan udara secara alami tidak
berfungsi lagi dengan baik. Di samping itu pencemaran udara juga
menimbulkan efek samping seperti lubang ozon dan pemanasan global.
Suatu benda dapat dikatakan sebagai bangunan bila benda tersebut merupakan hasil karya
orang dengan tujuan untuk kepentingan tertentu dari seseorang atau lebih dan benda
tersebut tidak dapat dipindahkan kecuali dengan cara membongkar.
Bangunan adalah struktur buatan manusia yang terdiri atas dinding dan atap yang
didirikan secara permanen di suatu tempat. Bangunan juga biasa disebut
dengan rumah dan gedung, yaitu segala sarana, prasarana atau infrastruktur dalam
kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun peradabannya. Bangunan
memiliki beragam bentuk, ukuran, dan fungsi, serta telah mengalami penyesuaian
sepanjang sejarah yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti bahan bangunan, kondisi
cuaca, harga, kondisi tanah, dan alasan estetika.
Bangunan mempunyai beberapa fungsi bagi kehidupan manusia, terutama sebagai tempat
berlindung dari cuaca, keamanan, tempat tinggal, privasi, tempat menyimpan barang, dan
tempat bekerja. Suatu bangunan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia khususnya
sebagai sarana pemberi rasa aman dan nyaman.
Bangunan gedung adalah bangunan yang didirikan dan atau diletakkan dalam
suatu lingkungan sebagian atau seluruhnya pada, di atas, atau di dalam tanah dan
atau perairan secara tetap yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya
(kepmen no.10/KPTS/2000).
4
Berdasarkan definisi bangunan diatas, maka bangunan dibagi menjadi beberapa kelas
sebagai berikut :
1) Kelas 1 : Bangunan Hunian Biasa, adalah satu atau lebih bangunan yang merupakan:
Kelas 1B : Rumah asrama/kost, rumah tamu, hotel, atau sejenis-nya dengan luas
total lantai kurang dari 300 m2 dan tidak ditinggali lebih dari 12 orang secara tetap,
dan tidak terletak di atas atau di bawah bangunan hunian lain atau bangunan kelas
lain selain tempat garasi pribadi.
2) Kelas 2 : Bangunan hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian yang masing-
masing merupakan tempat tinggal terpisah.
3) Kelas 3 : Bangunan hunian di luar bangunan kelas 1 atau 2, yang umum digunakan
sebagai tempat tinggal lama atau sementara oleh sejumlah orang yang tidak
berhubungan, termasuk:
Bagian untuk tempat tinggal dari suatu hotel atau motel; atau
Bagian untuk tempat tinggal dari suatu bangunan perawatan kesehatan yang
menampung karyawan-karyawannya.
4) Kelas 4 : Bangunan Hunian Campuran, adalah tempat tinggal yang berada di dalam
suatu bangunan kelas 5, 6, 7, 8, atau 9 dan merupakan tempat tinggal yang ada dalam
bangunan tersebut.
5
5) Kelas 5 : Bangunan kantor, adalah bangunan gedung yang dipergunakan untuk tujuan-
tujuan usaha profesional, pengurusan administrasi, atau usaha komersial, di luar
bangunan kelas 6, 7, 8, atau 9.
6) Kelas 6 : Bangunan Perdagangan, adalah bangunan toko atau bangunan lain yang
dipergunakan untuk tempat penjualan barang-barang secara eceran atau pelayanan
kebutuhan langsung kepada masyarakat, termasuk:
ruang makan malam, bar, toko atau kios sebagai bagian dari suatu hotel atau motel
Gudang, atau tempat pamer barang-barang produksi untuk dijual atau cuci gudang
6
10) Kelas 10 : adalah bangunan atau struktur yang bukan hunian :
Kelas 10A : bangunan bukan hunian yang merupakan garasi pribadi, carport, atau
sejenisnya
Kelas 10B : struktur yang berupa pagar, tonggak, antena, dinding penyangga atau
dinding yang berdiri bebas, kolam renang, atau sejenisnya.
11) Bangunan-bangunan yang tidak diklasifikasikan secara khusus, bangunan atau bagian
dari bangunan yang tidak termasuk dalam klasifikasi bangunan 1 s.d. 10 tersebut,
dalam Pedoman Teknis ini dimaksudkan dengan klasifikasi yang mendekati sesuai
peruntukannya.
13) Klasifikasi jamak, bangunan dengan klasifikasi jamak adalah bila beberapa bagian
dari bangunan harus diklasifikasikan secara terpisah, dan:
Bila bagian bangunan yang memiliki fungsi berbeda tidak melebihi 10 % dari
luas lantai dari suatu tingkat bangunan, dan bukan laboratorium, klasifikasinya
disamakan dengan klasifikasi bangunan utamanya
Kelas-kelas 1a, 1b, 9a, 9b, 10a dan 10b adalah klasifikasi yang terpisah
Ruang-ruang pengolah, ruang mesin, ruang mesin lif, ruang boiler atau sejenisnya
diklasifikasikan sama dengan bagian bangunan di mana ruang tersebut terletak
7
1. Pengambilan material
2. Proses pengolahan material
3. Distribusi material dari sumber ke pemakai
4. Proses konstruksi
5. Pengambilan lahan untuk bangunan
6. Konsumsi energi saat bangunan dioperasikan
8
signifikan. Dalam draft agenda 21 konstruksi berkelanjutan Indonesia
sebagai rujukan pengembangan agenda konstruksi Indonesia 2030, terdapat
tiga pengelompokon agenda berdasarkan kurun waktunya yaitu:
1. Dalam kurun waktu tahun 2011 s/d 2017, disebut dengan agenda jangka
pendek, berisi agenda yang harus segera dilakukan untuk penciptaan
kondisi lingkungan
2. Dalam kurun waktu tahun 2011 s/d 2024 disebut dengan agenda jangka
menengah, berisi agenda yang bertujuan untuk melaksanakan
implementasi konstruksi berkelanjutan termasuk dampaknya.
3. Dalam kurun waktu tahun 2011 s/d 2030 disebut dengan agenda jangka
panjang berisi agenda yang bertujuan menciptakan paradigma baru
dalam impelementasi kontruksi berkelanjutan.
9
2.5.2 Bangunan Ramah Lingkungan Berdasarkan Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup no.8 tahun 2010
Bangunan dapat di katergorikan sebagai bangunan ramah lingkungan
apabila memenuhi kriteria antara lain (peraturan menteri negara lingkungan
hidup no.8 tahun 2010 BAB II Pasal 4.
Bangunan dapat dikategorikan sebagai bangunan ramah lingkungan
apabila memenuhi kriteria antara lain:
Menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan yang antara
lain meliputi: (1) material bangunan yang bersertifikat eco-label; (2)
material bangunan lokal.
Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk konservasi sumber daya
air dalam bangunan gedung antara lain: (1) mempunyai sistem
pemanfaatan air yang dapat dikuantifikasi; (2). Menggunakan sumber air
yang memperhatikan konservasi sumber daya air;
Mempunyai sistem pemanfaatan air hujan.
Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana konservasi dan diversifikasi
energi antara lain: (1) menggunakan sumber energi alternatif terbarukan
yang rendah emisi gas rumah kaca; (2) menggunakan sistem
pencahayaan dan pengkondisian udara buatan yang hemat energi.
Menggunakan bahan yang bukan bahan perusak ozon dalam bangunan
gedung antara lain: (1) refrigeran untuk pendingin udara yang bukan
bahan perusak ozon; (2) melengkapi bangunan gedung dengan peralatan
pemadam kebakaran yang bukan bahan perusak ozon.
Terdapat fasilitas,sarana, dan prasarana pengelolaan air limbah domestik
pada bangunan gedung antara lain: (1) melengkapi bangunan gedung
dengansistem pengolahan air limbah domestik pada bangunan gedung
fungsi usaha dan fungsi khusus; (2) melengkapi bangunan gedung
dengansistem pemanfaatan kembali air limbah domestik hasil pengolahan
pada bangunan gedung fungsi usaha dan fungsi khusus.
Terdapat fasilitas pemilahan sampah;
Memperhatikan aspek kesehatan bagi penghuni bangunan antara lain: (1)
melakukan pengelolaan sistem sirkulasi udara bersih; (2)
memaksimalkan penggunaan sinar matahari.
10
Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana pengelolaan tapak berkelanjutan
antara lain: (1) melengkapi bangunan gedung dengan ruang terbuka hijau
sebagai taman dan konservasi hayati, resapan air hujan dan lahan parkir;
(2) mempertimbangkan variabilitas iklim mikro dan perubahan iklim; (3)
mempunyai perencanaan pengelolaan bangunan gedung sesuai dengan
tata ruang; (4) menjalankan pengelolaan bangunan gedung sesuai dengan
perencanaan; dan/atau
Terdapat fasilitas, sarana, dan prasarana untuk mengantisipasi bencana
antara lain: (1) mempunyai sistem peringatan diniterhadap bencana dan
bencana yang terkait dengan perubahan iklim seperti: banjir, topan,
badai, longsor dan kenaikan muka air laut; (2) menggunakan material
bangunan yang tahan terhadap iklim atau cuaca ekstrim intensitas hujan
yang tinggi, kekeringan dan temperatur yang meningkat.
11
BAB III
PEMBAHASAN
Atap bangunan yang 80% terbuat dari bahan transparan (poly carbonat)
secara tidak di sadari menmbiarkan radiasi matahari langsung masuk ke
dalam bangunan. Gedung tiga lantai dengan tata luas sekitar 23.000m2 di
antaranya digunakan untuk area peraga ilmu pengetahuan dan teknologi
akhirnya tidak dapat berfungsi sebagaimana yang direncanakan semula
akibat panasnya udara ruang peraga yang dapat melebihi 36o C (tanpa AC)
sementara suhu luar sekitar 32o C
12
bangunan selain akan membantu memberikan penerangan, juga berfungsi
memanaskan ruang sebagai akibat dari efek rumah kaca, dengan kata lain
mengurangi biaya listrik bagi pemanasan ruang
13
3.1.4 Kolam air dibawah atap transparan
Dalam gedung PP IPTEK terdapat sebuah kolam air di bawah atap
transparan. Hal ini dapat menyebabkan pemanasan efek rumah kaca.
Mungkin dalam merancang bangunan ini, sang arsitek berharap bahwa
kolam ikan ini dapat menaikkan nilai estetika namun hal ini jelas keliru.
Nyatanya, akibat tingginya suhu udara di atas kolam, air menguap dengan
cepat dan menaikkan tingkat kelembapan udara dalam gedung dan
menambah kerja mesin AC yang berakibat membengkaknya biaya listrik
yang harus dibayar.
Sumber: http://architectaria.com/wp-
penggunaan energi
content/uploads/2009/07/living-area.jpg
listrik. Sebagai
gambarannya kita tidak perlu menyalakan lampu ataupun AC di siang
hari, karena kebutuhan pencahayaan dan penghawaan telah dipenuhi
14
oleh energi alam. Hal ini didukung oleh penempatan pintu dan jendela
maupun lubang angin yang ditentukan melalui analisa tapak, supaya
rumah tersebut mendapat sumber pencahayaan dan penghawaan alami
yang optimal
d) Konservasi Air
Perumahan/permukiman
Kawasan permukiman atau perumahan perlu dirancang untuk
mampu mengonservasi air, baik air tanah maupun air hujan kawasan
permukiman atau perumahan dapat dilengkapi dengan danau-danau
kecil sebagai tempat penampungan air. Penempatan kolam
sedemikian rupa di tempat yang paling rendah di kawasan
perumahan dapat digunakan sebagai penampungan air hujan dan
mencegah genangan atau banjir
Bangunan yang memiliki lahan sempit
Pembangunan
sarana perumahan
dan infrastruktur
adalah suatu
kebutuhan, namun
Gambar 3.3 Pemasangan drainase vertical
dewasa ini lahan di
Sumber:
http://4.bp.blogspot.com/LFuUQyPDoIQ/T1Yc5oBJ0WI/AAAAAAAAAbA/58Ht
15
-KwuVnY/s1600/project+8.jpg
negara ini semakin sempit. Untuk itu dibuatlah bangunan yang
dibangun secara vertikal. Contohnya apartemen. Namun, dengan
minimnya lahan, kita tidak mungkin membuat danau kecil untuk
penampungan air hujan dan mencegah terjadinya banjir. Untuk
meresapkan air hujan sedekat mungkin dari lokasi turunnya pada
berbagai kondisi lahan secara ekonomis, efektif, dan aman, hadirlah
drainase vertikal KONATA. Suatu inovasi sistem resapan air hujan
yang mampu mencegah banjir sekaligus mengisi kembali air tanah.
Keistimewaan dari drainase vertical KONATA adalah menambah
cadangan air tanah secara cepat, mencegah intrusi air laut, mencegah
terjadinya erosi dan kerusakan infrastruktur dan berdaya guna sangat
lama.
e) Penggunaan Material
Bahan bangunan lebih disarankan agar menggunakan material local
seperti halnya kayu, bamboo karena ditinjau dari sisi keberlanjutannya
dapat di tanam kembali namun maraknya kasus penebangan liar dan
pengerusakan hutan, penggunaan kayu untuk bahan bangunan menjadi
hal yang “sensitif’ di Indonesia. Material yang bersifat reusable, dapat
digunakan atau dipasang kembali jika bangunan diruntuhkan lebih di
sarankan untuk digunakan.
16
Menempatkan ruang-ruang servis (tangga, toilet, gudang, dsb) pada
sisi sisi jatuhnya radiasi matahari langsung (sisi timur dan barat)
Memberi ventilasi pada ruang antara atap dan langit langit (pada
bangunan rendah) agar tidak terjadi akumulasi panas pada ruang
tersebut
3. Organisasi ruang
Dalam pengorganisasian ruang di bangunan rumah, ruang ruang yang
digunakan untuk aktivitas penting atau utama di letakkan di tengah,
kemudian di apit oleh ruang ruang yang berfungsi sebagai penunjang
atau servis di sisi timur atau barat. Hindarkan penempatan ruang ruang
utama, seperti ruang tidur, ruang keluarga, dan lainnya pada sisi barat,
kecuali jika ada pembayangan dari bangunan lain atau pohon besar pada
sisi tersebut. Dinding ruang di bagian barat akan mendapatkan radiasi
matahari siang dan sore yang sangat tinggi, dan membuat ruang di
dalamnya panas. Sebaiknya sisi barat rumah digunakan untuk ruang
ruang servis. Seperti kamar mandi, wc, gudang, tangga, terutama jika sisi
ini tidak mendapat pembayangan.
17
berpengaruh dalam menciptakan “efek dingin” pada tubuh manusia
sehingga sangat mrmbsntu prncapaian kenyamanan suhu
18
dihasilkan dari cahaya difuse matahari. Cahaya ini tidak memberikan
efek pemanasan terhadap ruang yang diterangi.
19
10. Penghijauan atap
Penghijauan atap (green roof) merupakan salah satu cara untuk
mengurangi pemanasan bangunan dan pemanasan kawasan. Penghijauan
atap atau sering di sebut atap bervegetasi atau atap-ekologis merupakan
penghijauan diatas permukaan atap datar yang sudah di beri lapisan
water-profing. Penghijauan atap dapat berupa taman atap yang
digunakan sebagai aktivitas manusia atau sekedar penghijauan yang diisi
oleh tanaman-tanaman jenis tertentu yang umumnya tahan terhadap
lingkungan kering sehingga tidak banyak memerlukan air.
20
3.3 Gambaran bangunan ramah lingkungan yang bersinergi dengan lingkungan
3.3.1 Rumah
Sumber: http://3.bp.blogspot.com/-N4M4p-qORho/UntVnVFV5wI/AAAAAAAAADg/0XP3oD7Phl4/s1600/anatomy-of-green-
building.gif
21
4. Tempat penampungan air
Dengan adanya penampungan air hujan tersebut dapat mencegah
terjadinya genangan air dan air tersebut dapat kita gunakan contohnya
untuk menyiram tanaman
5. Orientasi bangunan
Orientasi bangunan tersebut memanjang dari barat ke timur yang berarti
bangunan tersebut mendapatkan cahaya matahari yang maksimal
3.3.2 Gedung
Sumber: http://www.imagebali.net/images/artikel/304.jpg
1. Penghijauan atap
Dengan adanya penghijauan atap, hal ini dapat mengurangi pemanasan
bangunan dan pemanasan kawasan. Selain itu, penghijauan atap ini pun
dapat digunakan sebagai aktivitas manusia dan dapat ditumbuhi
tanaman-tanaman lainnya yang membuat bangunan tersebut nampak
asri
2. Tidak menggunakan beton atau aspal sebagai penutup permukaan
halaman dan taman
Dalam bangunan tersebut, tidak digunakannya beton atau aspal sebagai
penutup permukaan halaman dan taman. Sehingga pemanasan udara di
sekitar bangunan dapat dihindari
22
3. Ventilasi silang
Pada gambar di atas, seluruh lahan tidak hanya digunakan untuk
bangunan saja, tetapi sebagian lahan tersebut digunakan untuk tanaman
agar terciptanya pemanasan di permukaan sekitar bangunan
4. Warna cat eksterior yang terang
Dengan menggunakan cat berwarna terang untuk eksterior rumah akan
mengakibatkan rumah tersebut tidak terasa panas. Karena warna terang
pada eksterior rumah tersebut tidak menyerap radiasi dari sinar
matahari
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bangunan ramah lingkungan merupakan suatu rancangan kawasan dan bangunan
yang mempertimbangkan kondisi fisik lingkungan setempat, dan menjawab
permasalahan iklim tropis. Rancangan arsitektur kawasan dan bangunan harus
mempertimbangkan faktor lokasi, iklim, konservasi air hujan dan air tanah,
meminimalkan limbah, penghijauan kawasan, dan lainnya yang sesuai dengan
kaidah-kaidah perancangan arsitektur ramah lingkungan.
Apabila kedua hal ini dapat bersinergi dengan baik, tidak dapat dipungkiri lagi
jika pembangunan di Indonesia mengikuti peraturan menteri negara lingkungan
hidup no.8 tahun 2010 maka agenda konstruksi 2030 dapat terlaksana
4.2 Saran
Dalam menciptakan bangunan ramah lingkungan yang bersinergi dengan
lingkungan yang terdapat pada agenda konstruksi 2030 dan dalam hal
pembangunannya mengikuti peraturan menteri negara lingkungan hidup no.8
tahun diharapkan semua pihak dapat saling berkerja sama. Mulai dari pemilik
bangunan, perencana dan pelaksana.
24
DAFTAR PUSTAKA
Harso, Tri (2013), Arsitektur dan Kota Tropis Dunia Ketiga suatu bahasan
tentang indonesia. Depok: Penerbit PT. Rajagrafindo Persada
Ervianto, Wulfram (2012), Selamatkan Bumi Melalui Konstruksi Hijau.
Yogyakarta: ANDI OFFSET
Frick, Heinz., Suskiyatno, Bambang (1998), Dasar-dasar Eko-arsitektur.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius
25
LAMPIRAN
26
RIWAYAT HIDUP
27