Anda di halaman 1dari 2

1.

Mekanisme Miksi Normal

Miksi atau urinisasi merupakan proses pengosongan kandung kemih. Setelah dibentuk oleh
ginjal, urin disalurkan melalui ureter ke kandung kemih. Aliran ini dipengaruhi oleh gaya
tarik bumi, selain itu juga kontraksi peristaltik otot polos dalam dinding ureter. Karena urin
secara terus menerus dibentuk oleh ginjal, kandung kemih harus memiliki kapasitas
penyimpanan yang cukup (Sherwood, 2001).

Mekanisme miksi bergantung pada inervasi parasimpatis dan simpatis juga impuls saraf
volunter. Pada pengeluaran urin dibutuhkan kontraksi aktif otot detrusor, maka:

• Bagian otot trigonum yang mengelilingi jalan keluar uretra berfungsi sebagai sfingter uretra
internal yang diinervasi oleh neuron parasimpatis.

• Sfingter uretra eksternal terbentuk dari serabut otot rangka dari otot perineal transversa
dibawah kendali volunter. Selain itu bagian pubokoksigeus pada otot elevator juga
berkontriksi dalam pembentukan sfingter (Sekarwana, 1993; Sloane, 2003; Ward, Clarke, and
Linden, 2002).

Rata-rata pengeluaran urin adalah ± 1,5 l per hari, walaupun bisa berkurang hingga kurang
dari 1 l per harinya dan meningkat hingga mendekati 20 l per hari (Ward, Clarke, dan Linden,
2002).

Refleks berkemih dicetuskan apabila reseptor-reseptor regang di dalam dinding kandung


kemih terangsang. Kandung kemih orang dewasa dapat menampung sampai 250 atau 450 ml
urin sebelum tegangan di dinding kandung kemih untuk mengaktifkan reseptor regang.
Makin besar peregangan melebihi ambang ini, makin besar tingkat pengaktifan reseptor.
Selain refleks ini dimulai, refleks ini bersifat regenerasi sendiri (Guyton dan Hall, 2007;
Sherwood, 2001).

Refleks berkemih terjadi dengan cara:

• Impuls pada medulla spinalis dikirim ke otak dan menghasilkan impuls parasimpatis yang
menjalankan melalui saraf splanknik pelvis ke kandung kemih.

• Refleks perkemihan menyebabkan otot detrusor kontraksi dan relaksasi sfingter internal
dan eksternal (Sloane, 2003). Pada anak-anak, miksi merupakan sebuah refleks lokal spinal
dimana pengosongan kandung kemih dengan pencapaian tekanan kritis. Sedangkan pada
dewasa, refleks ini dibawah kontrol volunter sehingga dapat diinhibisi oleh otak (Thomas dan
Stanley, 2007). Selama miksi, proses yang terjadi berupa:

• Refleks detrusor meregang, mencetuskan refleks kontraksi dari otot-otot tersebut sehingga
timbul keinginan untuk miksi.

• Relaksasi otot puborectalis sehingga kandung kemih akan turun sedikit sehingga
penghambatan uvula menurun dan segmen bagian pertama uretra melebar.
• Relaksasi otot sfingter uretra eksterna memungkinkan kandung kemih untuk mengosongkan
isinya dan dapat dibantu dengan tindakan valsava.

• Pada akhir proses miksi, kontraksi kuat dari otot sfingter uretra eksterna dan dasar panggul
akan mengeluarkan sisa urin dalam uretra, setelah itu otot detrusor relaksasi kembali untuk
pengisian urin selanjutnya (Wibowo dan Parayan, 2009).

Gangguan pada sistem saraf pusat atau komponen saluran kemih bagian bawah dapat
menyebabkan tidak sempurnanya pengeluaran dan retensi urin atau tidak dapat menahan
miksi, atau gejala-gejala kompleks kandung kemih yang berlebihan dengan karakteristik
berupa sesak dan miksi berulang-ulang dengan atau tanpa inkontinensia urin (Abrams et al,
2002 dalam Andersson, 2008). Pengisian dan pengeluaran urin pada kandung kemih
dikontrol oleh sirkuit saraf di otak, medula spinalis, dan ganglia. Sirkuit ini
mengkoordinasikan aktifitas otot polos di detrusor dan uretra. Suprapontin mempengaruhi
keadaan “on-off switch” pada saluran kemih bagian bawah dengan dua cara operasi yaitu
penyimpanan dan pengeluaran (Anderson dan Wein, 2004; Anderson dan Arner, 2004 dalam
Andersson, 2008). Berkemih dapat dicegah dengan kontraksi sfingter uretra eksterna yang
disadari. Namun, jika kandung kemih terus menerus diisi dan teregang, maka kontrol sudah
tidak mampu lagi mengendalikan (Sherwood, 2001). Berkemih juga dapat secara sengaja
dimulai walaupun kandung kemih belum tergang oleh relaksasi volunter sfingter uretra
eksterna dan diafragma pelvis. Penurunan lantai panggul juga memungkinkan kandung kemih
turun, yang secara simultan membuka sfingter uretra eksterna dan meregangkan kandung
kemih. Pengaktifan reseptor-reseptor regang menyebabkan kandung kemih berkontraksi
melalui refleks miksi. Pengosongan kandung kemih secara volunter dapat dibantu oleh
kontruksi dinding abdomen dan diafragma pernafasan yang meningkatkan tekanan
intraabdominal sehingga memeras kandung kemih untuk mengosongkan isinya (Sherwood,
2001).

Jadi, refleks berkemih merupakan sebuah siklus yang lengkap. Terdiri dari:

1. Kenaikan tekanan secara progresif

2. Periode tekanan menetap

3. Kembalinya tekanan kandung kemih ke nilai tonus basal Bila refleks miksi yang terjadi
tidak mampu mengosongkan, keadaan terinhibisi selama beberapa menit hingga 1 jam atau
lebih sebelum terjadi refleks berikutnya. Bila kandung kemih terus menerus diisi, akan terjadi
refleks miksi yang semakin sering dan kuat (Guyton dan Hall, 2007).

FM Alnaz - 2012 http://repository.usu.ac.id

Anda mungkin juga menyukai