Setyo Purwanto
Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir- BATAN
Kawasan Puspiptek Serpong- Tangerang 15314
Email: purwantosetyo@yahoo.com
Abstrak
Tulisan ini akan memaparkan hasil studi singkat tentang aktivitas penelitian dan
pengembangan bahan magnet, khususnya berbasis logam transisi yang memanfaatkan
pasir besi dan logam tanah jarang yang dilakukan oleh pihak puslitbang LPND,
Perguruan Tinggi serta pihak industri. Disamping itu akan sedikit dijelaskan
prasyarat untuk dapat berkembangnya suatu aktivitas LitBang agar dapat
dikembangkan menjadi suatu bahan yang mempunyai nilai ekonomi dalam suatu
proses industri, yaitu (1) ketersediaan Sumber Daya Alam, (2) ketersediaan dan
kesiapan Sumber Daya Manusia, (3) ketersediaan Teknologi dan (4) keterlibatan
investor untuk pembiayaan. Akan disinggung pula peluang potensi aplikasi dari
masing-masing jenis bahan magnet tadi, misalnya bahan magnet berbasis logam tanah
jarang NdFeB banyak dipakai pada motor , generator, loudspeaker, bearing, fastener
dan actuator serta yang paling spektakuler adalah sebagai bantalan magnet untuk
kereta supercepat di berbagai negara maju. Bahan magnet berbasis Ferrite dipakai
sebagai audio speaker, flat motor pada komputer dan video, ‘arc segment ‘ untuk
generator dan motor otomotif. Sedangkan bahan yang bersifat magnetoresistance
biasa dipakai sebagai ‘head magnetic’ dan memori magnetic kerapatan tinggi serta
perkembangan terakhir dapat dipakai sebagai bio-sensor dalam bentuknya yang
canggih seperti ‘nanowire co-cu’ . Terakhir bahan yang bersifat magnetosrictive dapat
dipakai sebagai actuator linier, driver, motor dan transducer. Terakhir, sentuhan
nanoteknologi pada proses fungsionalisasi bahan magnetik sehingga dapat memiliki
performance yang optimal juga dijelaskan dalam makalah ini.
Pendahuluan
Setidaknya ada 4 prasarat utama jika bangsa ini ingin mandiri di atas kaki sendiri,
terhormat sebagai bangsa merdeka dan mempunyai martabat serta sejajar dengan
bangsa lain dalam pengembangan dan proses industrialisasi yang berbasis SDA lokal.
Empat hal tersebut adalah;
• Ketersediaan Sumber Daya Alam
• Ketersediaan dan kesiapan Sumber Daya Manusia
• Ketersediaan dan Penguasaan teknologi
• Keterlibatan Investor
Terkait dengan pokok bahasan, tulisan ini akan menyoroti tiga hal pertama, yakni
potensi SDA dan kesiapan pengembangan berbasis SDM serta ketersediaan dan
penguasaan teknologi.
• Hasil penelitian tentang potensi sumber daya alam pasir besi dan logam tanah
jarang setidaknya dapat dijumpai pada dua tulisan. Mengacu pada
Zulkarnain[2000], diketahui Pasir Besi Aceh setidaknya memiliki kandungan
unsur sebagai berikut;
• Unsur Fe3O4 :
• Pantai Sabang : 97.78%
• Pantai Lampanah : 95.55%
• Pantai Ulele : 73.34%
Kandungan yang berbeda dari pasir besi ini menunjukkan potensi pengembangan
yang saling melengkapi. Pasir besi Aceh dengan kandungan Fe3O4 mencapai
rata-rata di atas 95% memiliki potensi sebagai bahan magnet untuk mendukung
industri elektronik dan otomotif, seperti loudspeaker, televise, personal handphone
dan sensor magnetic serta bahan contrast untuk deteksi kanker. Sedangkan pasir
besi Cilacap dengan kandungan Fe2O3 serta TiO2 dapat dimanfaatkan sebagai
bahan magnet permanent yang mampu tahan suhu tinggi.
Selanjutnya bagaimana dengan potensi SDA pasir yang mengandung logam tanah
jarang. Hasil kajian Iyos S[2000] memperlihatkan bahwa
Jalur Timah Bangka-Belitung, Rirang dan Ketapang Kalimantan Barat
mengandung konsentrat Monasit dan Xenotim dengan potensi yang luar biasa.
Dari Tabel di bawah ini dapat dilihat bahwa setidaknya ada sekitar 11 ribu ton
kandungan Monasit dan 6000 ton kandungan Xenotim di jalur timah Bangka-
Belitung. Sedangkan di Kalimantan Barat setidaknya terdapat sekitar 1200 ton
Monasit dengan kadar logam tanah jarang sekitar 65%. Suatu potensi yang jika
dimanfaatkan secara optimal akan dapat membuat Indonesia mandiri dalam hal
komponen bahan magnet.
Untuk pembanding, China sebagai sumber dari jalur logam tanah jarang ini
memiliki deposit cadangan bahan Neodymium (Nd) sekitar 4.6 juta ton. Jalur
logam tanah jarang ini berhenti di sekitar Kalimantan Barat, Indonesia.
Pada lima tahun terakhir, dari sekitar 100 makalah ilmiah setidaknya terdapat 10
makalah aplikasi bahan magnet, 30 makalah tentang bahan NdFeB, 12 makalah
tentang bahan magnet Ferite, 15 makalah tentang bahan magnetoresistance(MR)
untuk sensor, dan sekitar 15 makalah tentang bahan baru / novel magnet.
Sebaran SDM yang melakukan kegiatan tersebut mencakup LPND (BATAN),
Perguruan Tinggi (UI,ITB,UnSyiah,UnHAs, UGM) serta industri (Nasional Gobel).
Dari sebuah laporan riset analisa kebutuhan teknologi untuk dapat membuat bahan
memiliki struktur nano, khususnya nanopartikel[ BCC-Research,2006], setidak
ada beberapa metoda sebagai berikut;
4
Combustion Synthesis
(2) WET CHEMICAL PROCESSES
o Chemical Precipitation
o Hydrothermal Processing
o Sol-Gel Processing
(3) SOL-GEL SYNTHESIS FLOW CHART
o Thermochemical Synthesis
o Sonochemical Synthesis
o Hydrodynamic Cavitation
(4) SOLID-STATE PROCESSES
o High-Energy Milling
o Mechanochemical Synthesis
(5) PRODUCING STABLE DISPERSIONS
(6) SELF-ASSEMBLY OF NANOPARTICLES
o Self-Assembled Quantum Dots for Photovoltaic Applications
o Viral Biotemplates Assembles Inorganic Nanoparticles along Textile Fibers
o "Bricks-and-Mortar" Approach Orders Gold Particles
o Micelles Enable Assembly of Nanolaminates
Sepanjang data yang dimiliki, dari 6(enam) metoda tersebut di atas untuk metoda (1)
sampai (4) pada umumnya telah mampu dikuasai oleh peneliti di beberapa LPND dan
Universitas. Untuk metoda (1) KIM-LIPI, PTBIN dan PTAPB-BATAN serta Fisika-
ITB menjadi pemain utama seperti dapat dilihat pada beberap laporan penelitian yang
ada. Untuk Metoda (2) Fisika-UI, Kimia-UI dan Fisika Material-ITB menguasai
metoda ini, disamping PTBIN-BATAN. Untuk metoda (3) IPB, ITB dan PTBIN
banyak terlibat dalam penelitian ini. Untu metoda (4) Fisika-UI, Metalurgi-UI dan
PTBIN-BATAN serta Fisika-LIPI berperan besar dalam sosialisasi metoda ini.
Terakhir metoda (5) dan (6) tampaknya belum banyak digeluti oleh para peneliti dan
institusi yang ada. Hanya Fisika –ITB bekerja sama dengan Lembaga riset Australia
diketahui melakukan Litbang ini.
Mengacu negara maju seperti Jepang, setidaknya mereka telah memanfaatkan bahan
magnet sebagai tulang punggung kegiatan industri dan manufakturnya, seperti terlihat
pada Gambar 3 yang melukiskan potensi aplikasi bahan magnet yang telah mereka
kembangkan. Setidaknya ada 9 sektor yang telah dirambah dan ”termagnetisasi”,
yakni sektor riset ilmiah (pemanfaatn bahan magnet pada alat ESR(electron spin
resonance), levitasi magnet untuk kereta cepat dan generator photon); sektor
tranportasi seperti pemanfaatan magnet pada anti brake system(ABS), motor kecil,
sensor, komponen mobil, mobil listrik dan hibrida; sektor perkantoran seperti
komponen magnet pada komputer, mesin fotokopi, dan printer; sektor industri seperti
industri robot, otomatisasi pabrik, dan recycle. Berikutnya sektor energi listrik seperti
energi angin dan mesin flywheel.Selanjutnya sektor industri rumah tangga seperti
mesin pendingin ruangan dan refrigerator. Sektor telekomunikasi, seperti komunikasi
bergerak dan telepon genggam pribadi, sektor audio visual seperti pemanfaatan bahan
magnet pada televisi, video, DVD dan headphone serta terakhir sektor kesehatan
seperti pemanfaatan bahan magnet pada alat MRI dan bahan tambal gigi.
Simpulan