Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakan

Berdasarkan konstitusi Republik Demokratik Timor – Leste (RDTL), pasal

57 ayat satu (1) dinyatakan bahwa setiap warga negara timor-leste berhak atas

pelayanan kesehatan dan perawatan medis, serta berkewajiban untuk

melindungi dan memajukannya negara. Negara akan memajukan perlu

pembentukan untuk suatu sistem kesehatan nasional yang unibersal dan umum

bagi masyarakat. Untuk itu pelayanan kesehatan di timor-leste selama ini

dilaiani secara gratis dan bebas tampa byaia berdasarkan perundang -undang serta

pelayanan kesehatan nasional sejau mungkin akan dikelola secara desentralisasi

dan partisipatif. Untuk itu perlu dilakukan upaya pemiliharaan kesehatan guna

memilihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, ataupun indibidu

(Konstitusi RDTL, 2002).

Untuk memungkinkannya pendidikan masyarakat timor - leste dan keadaan

sosial ekonomi maka masyarakatpun semakin lama semakin meningkatnnya

sistem nilai dan orientasi dalam masyarakat mulai berubah. Masyarakat mulai

cederung menuntup bahwa pelayanan umum yang lebih baik, dengan ramah

dan lebih bermutu termasuk pula pelayanan kesehatan di Apotik Bethesda

Husada Farmasi (bhf). Semakin menigkatnnya tuntutan pasien atau

masyarakat timor-leste akan mutu pelayanan tadi maka fungsi pelayanan

kesehatan bagi masyarakat termasuk pula pelayanan kesehatan di Apotika

Bethesda Husada Farmasi secara bertahap-tahap perlu terus untuk


ditingkatkan dari pemerintah timor-leste agar menjadi lebih efisien dan efektif

serta memberi kepuasan terhadap pasien, keluarga, maupun masyarakat.

Tuntutan masyarakat atau pasien akan mutu pelayanan farmasi untuk

mengharuskan adanya perubahan dari paradigma lama (drug oriented) ke

paradigma baru (patien oriented) dengan filosofi pharmaceutical care ( pelayanan

kefarmasian). Pratek kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan

tujuan untuk mengindentifikasi, mencegah dan menelesaikan masalah obat dan

masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Pelayanan kefarmasian sebagai

kegiatan yang dilakukan oleh teknis kefarmasian untuk memberikan informasi

secara akurat, tidak biasa dan terkini kepada dokter, farmasis, apoteker, perawat,

profesi kesehatan lainnya dan pasien. Pelayanan informasi obat bertujuan untuk

menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di

ligkungan puskesmas atau rumah sakit, menyediakan informasi untuk membuat

kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan obat, terutama bagi

panetia/komite farmasi dan terapi, menediakan profisionalisme kefarmasian, dan

menunjang terapi yang rasional.

Dengan uraian di atas maka sebagai calon asisten apoteker dituntut untuk

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar mampu berkolaborasi dengan

tenaga kesehatan lain secara aktif, berinteraksi langsung dengan pasien disamping

menerapkan keilmuanny di bidang farmasi dan mempunyai tangung jawab dalam

memberikan informasi yang tepat tentang terapi obat kepada pasien, serta

apoteker atau asisten apoteker berkewajiban menjamin bahwa pasien mengerti

dan memehami serta patuh dalam penggunaan obat sehinga diharapkan dapat
meningkatkan keberhasilan terapi pasien. Karena kekurangannnya pengetahuan

tentang pelayanan obat-obatan oleh sebab itu untuk mencegah pengunaan

salah, penyalahgunaan, dan adanya interaksi obat yang tidak dihendaki, maka

pelayanan informasi obat sangatlah diperlukan untuk masyarakat.

Pemberian Informasi bat (PIO) pada pasien rawat jalan sangat diperlukan

mengingat pasien rawat jalan tidak berada dalam lingkungan yang terkendali

seperti halnya pasien rawat inap. Pasien rawat jalan harus bertanggun jawap

untuk perawatan kesehatannya sendiri. Selain obat yang diresepkan dokter,

pasien dapat menggunakan obat bebas yang diperolehnnya dari luar

puskesmas. Oleh sebab itu puskesmas harus berperang aktif dalam penggunaan

obat yang tepat oleh pasien. Petugas puskesmas merupakan anggota terdiri dari

tim pelayanan kesehatan yang dengan pasien rawat jalan. Petugas puskesmas

juga bertanggung jawab untuk memastikan informasi yang tepat terhadap

penggunaan obat oleh pasien rawat jalan.

Dalam rangka menpertinggi derajat kesehatan masyarakat ini dilakukan

melalui upaya kesehatan yang meliputi peningkatan upaya kesehatan,

perbaikan mutu gizi, peningkatan kesehatan lingkungan, pencegahan dan

pemberantasan penyakit, peningkatan kesehatan kerja, pengendalian,

pengadaan, pengaturan dan pengawasan obat, makanan dan sebagainya,

peningkatan managemen dan hukum, pegembangan tenaga kesehatan,

penelitian dan pegembangan kesehatan.

Tenaga Medis Non Farmasi adalah tenaga yang melakukan pekerjaan

kefarmasian, yang terdiri atas apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Apoteker
(Apt) adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apt dan telah

mengucapkan sumpah jabatan Apt. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK) adalah

tenaga yang membantu Apt dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang

terdiri atas sarjana farmasi, ahli orang farmasi, analisis farmasi, dan tenaga

menengah farmasi/asisten apoteker. Fasilitas pelayanan kefarmasian dapat

berupa apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau

Praktik bersama.

Apotik bhf yang Memiliki tenaga kefarmasian, dan ada sekitar 1%

Apoteker yang tidak memiliki tenaga kefarmasian sama sekali.

Bedarsarkan hasil penilitian tersebut juga dikatakan bahwa Apoteker

berperan lebih baik dalam memberikan pelayanan farmasi, mengelola obat

dan menyusun lembar pemakaian dan lembar permintaan obat ( LP-LPO )

dengan lengkap dibandingkan dengan tenaga teknis kefarmasian, dan tenaga

teknis kefarmasian juga berperan lebih baik dibandingkan dengan tenaga

non-farmasi dalam hal yang sama.

Tenaga kerja non farmasi…….


1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan judul pengaruh tenaga medis nonfarmasi terhadap

pelayanan farmasi di apotik Bethesda, penulis ingin meneliti tentang sebab

akibat yang ditimbulkan oleh tenaga non medis pada apotik dalam

pelayanan kefarmasian di apotik Bethesda. Dalam mencapai kualitas

yang semaksimalnya.

1.3 Tujuan penelitian


1.3.1 Tujuan Umum :

1.Bagaimana pengetahuan yang dimiliki oleh pengelolah unit farmasi dapat

mempengaruhi kinerjanya dalam melakukan pengelolaan obat di Apotik

Bethesda Husada Farmasi ( bhf )?

2. Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan pengelola unit

farmasi

terhadap kemanpuannya mengelola obat di Apotik Bethesda Husada

Farmasi (bhf )?

3. Apakah ada perbedaan pengetahuan dan kemanpuan mengelola obat

terhadap apoteiker dan non apoteiker di Bethesda Husada Farmasi (

bhf )?

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui Tingkat pengetahuan pengelola unit farmasi di Apotik.

2. Mengetahui pengelolaan obat yang dilakukan oleh pengelola unit

farmasi yang ada di Apotik Bethesda Husada Farmasi ( bhf ).

3 .Mengetahui ada tidaknya pengaruh antara pengetahuan dan

pengelolaan obat dengang apoteker dan non apoteiker.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Maanfat Bagi Pelitian


Untuk dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana pengelolaan

obat yang ada di apotik oleh tenaga farmasi dan non farmasi di apotik

Bethesda Husada Farmasi ( bhf )

1.4.2 maanfat Bagi Apotik

Hasil penelitian ini dapat membawah manfaat bagi tenaga farmasi

pengelola unit

farmasi untuk dapat meningkatkan pengetahuan tentang pengelolaan

obat di unit farmasi di apotik Bethesda Husada Farmasi ( bhf ).

Anda mungkin juga menyukai