Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
Yang dimaksud dengan kanker paru adalah kanker paru primer, yakni
tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus
menunjukkan kasus lebih banyak pada laki-laki, umur > 40 tahun dan perokok.1
Gambaran klinik kanker paru tidak berbeda dari penyakit paru lainnya,
dari anamnesis didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor-faktor
lain yang sering sangat membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat
berupa :4
• Batuk darah
• Sesak napas
• Suara serak
• Sakit dada
• Sulit/sakit menelan
ii
terapi) seperti :1
• Pembedahan
Indikasi pembedahan kuratif pada kanker paru untuk KPKBSK adalah pada
stadium I dan II. Pada penderita yang inoperabel maka radioterapi /dan
• Radioterapi
Radioterapi pada kanker paru dapat bersifat kuratif dan paliatif. Pada terapi
Anatomi Kelenjar getah bening dalam klasifikasi revisi TNM untuk kanker
Staging Internasional (ISC) dari Asosiasi Internasional untuk Studi Kanker Paru
• Sistem TNM
penilaian dari tiga komponen : T : besarnya tumor primer, N : ada atau tidaknya
jauh.11
• T : Tumor Primer
ii
oleh paru-paru atau visceral pleura, tanpa bukti dari bronkoskopi dimana
invasi lebih proksimal dari bronkus lobar (yaitu, bukan dalam bronkus
utama)
T1b : Tumor lebih dari 2 cm tapi tidak lebih dari 3 cm dalam dimensi
terbesar
• T2 : Tumor lebih dari 3 cm tetapi tidak lebih dari 7 cm, atau tumor
dimensi.
T2B Tumor lebih dari 5 cm tapi tidak lebih dari 7 cm dalam dimensi
terbesar.
ii
paru-paru seluruh atau nodul tumor yang terpisah di lobus yang sama
• T4 : Tumor dari berbagai ukuran yang menyerang salah satu dari berikut:
ekstensi langsung
atau subkarinal
supraklavikula
• M : Metastasis Jauh
ii
TX Sitologi positif
T1 ≤ 3 cm
T1a ≤ 2 cm
parsial atelectasis
M1 Metastasis jauh
ii
suara dan pelebaran karina utama sampai keterlibatan kelenjar subkarina. Adanya
kompresi eksternal dari dinding lateral dari trakea bagian bawah akibat
pasien dari bedah kuratif, sebagai contoh: stadium IIIb (T1N3) dimana dengan
sudah ada keterlibatan kelenjar getah bening manajemennya tidak operable dan
T4N0 dimana terkadang dapat dilakukan reseksi bedah dan mungkin dapat
memperpanjang angka ketahanan hidup. Kanker paru stadium lanjut bisa juga
dengan meliputi tumor (T3) dengan ekstensi langsung ke dinding dada, diafragma,
mediastinum pleura, atau dalam 2 cm dari karina dan hampir semua tumor T4
vertebral tubuh, dimana dalam keadaan ini tidak dapat di bedah lagi.13
Bila Stadium daripada kanker sangat diperlukan, biopsi daripada lesi dapat
memberikan hasil yang akurat sebelum didapati hasil daripada biopsi ditempat
lain. Seperti contoh, jika pasien dengan masa di lobus bawah daripada paru dan
(stasiun 4R), prosedur yang dapat dilakukan adalah bronkoskopi dengan TBNA di
nodus 4R, karena pada pasien akan didapati pasien dengan stadium N3, apabila
ii
World Health Organization (WHO) tahun 1999 yang cukup rinci, tetapi untuk
• Adenokarsinoma (adenocarcinoma)
Karena itu untuk kepentingan pemilihan jenis terapi, minimal harus ditetapkan,
2.1.3. Bronkoskopi
sebagai alat terapi untuk mengobati obstruksi jalan napas luminal disebabkan oleh
ii
• Batuk darah
- Infeksi paru.
• Karsinoma bronkus.
• Karsinoma metastasis.
• Trauma dada.
• Kelumpuhan diafragma.
• Efusi pleura.
• Miscellaneous.
ii
- Bronkografi.
kasus trauma.
penyambungan bronkus.
• Laser therapy.
• Brachytherapy.
• Melebarkan bronkus.
• Laser.
• Abses paru.
• Pneumotoraks.
• Fistel bronkopleura.
• Miscellaneous.
- Injeksi intralesi.
ii
- Kistik fibrosis.
- Asma.
- Trauma dada.
Dalam menegakkan diagnosis kanker paru selain dari gejala klinis dan
juga bantuan dari radiologis, peran bronkoskopi sangat penting. Ada beberapa
ii
prosedur pertahunnya.17
getah bening. Ada beberapa tindakan untuk pendiagnosaan seperti sikatan, bilasan,
dan teknik yang berkembang sekarang ini adalah TBNA dari kelenjar
mediastinal.12
pengambilan sampel jaringan melalui trakeal dan dinding bronkial, dan teknik ini
kita untuk mengambil sampel jaringan dari submukosa lebih dalam serta dari
untuk pemeriksaan sitologi atau histologis, dan diagnosis kondisi ganas serta
mengurangi biaya perawatan medis. Meskipun nilai yang telah teruji, tetapi pada
ii
hemomediastinum, demam.10,18,20
Pada tahun 1978, wang dkk pertama kali mengenalkan tindakan TBNA pada
masa di paratrakeal menggunakan rigid bronkoskopi dengan jarum yang rigid dan
1968, dimana jauh beberapa tahun sebelum teknik aspirasi daripada jarum ini
Dari beberapa evaluasi tindakan yang didapat selama ini dari TBNA
bedah diagnostik dan telah terbukti nyaman untuk pasien rawat jalan.17,18,21
stadium kanker paru baik NSCLC ataupun SCLC. Teknik ini merupakan tindakan
yang sensitif bila secara anatomi didapati kompresi bronkus dari lesi
ii
TBNA. Sensitivitas dari bronkoskopi rigid dan fleksibel dengan tindakan TBNA
mempunyai nilai 74%, dan 70% menurut Bilaceroglu dkk. Hasil dari TBNA ini
ACCP untuk mendapatkan hasil yang baik seorang operator bronkoskopis harus
kali dilakukan. Dari penelitian lain didapatkan hasil aspirat yang positif dari
endobronkial.22,23
yang sudah terlatih dan dapat juga dengan bantuan CT-scan toraks, apabila dari
hasil CT-scan toraks didapati keterlibatan kelenjar mediastinal dan hasil TBNA
ii
kelenjar dari CT-scan toraks. Mc kenna dkk menyatakan bahwa lebih dari 40%
• Sarkoidosis
• Infeksi :
• Tuberkulosis
ii
TBNA dapat dengan aman dan berhasil dilakukan untuk lesi endobronchial
saluran kerja BSOL oleh jarum, BSOL harus dijaga selurus mungkin, dengan
ujung distal dalam posisi netral selama penyisipan kateter. Akhir jarum tersebut
harus dijamin dalam hub logam selama prosedur berlangsung melalui saluran
kerja. Jarum maju dan terkunci pada tempatnya setelah hub logam terlihat diluar
ujung BSOL. Kateter kemudian dapat ditarik kembali menjaga ujung jarum distal
dengan yang ada pada BSOL. BSOL ini kemudian maju ke daerah sasaran, dan
dapat digunakan:
tusukan.
• hub against the wall methode : jarum dalam posisi retraksi, ujung distal
target, sedangkan jarum didorong keluar dari kateter untuk penetrasi spontan
• Piggyback methode : sekali jarum maju dan terkunci dalam satu posisi,
menggunakan jari telunjuk dalam single port scope atau dengan jari
kelingking dalam dual port scope, agar tidak bergeser jika ada perlawanan,
ii
diminta untuk batuk keras untuk penetrasi spontan daripada jarum melalui
Gambar 2. metode TBNA : a.) Metode jabbing, b.) Metode Piggyback, c.)
Semua teknik ini dapat digunakan sendiri atau dalam kombinasi untuk
yang terbaik dilakukan dengan menempatkan hub logam jarum terhadap lesi,
dengan bantuan fluoroscopic, sebelum mendorong jarum ke dalam lesi. Untuk lesi
lebih sulit dijangkau, jarum dapat maju ke dalam saluran napas besar dan
ii
sampel lesi endobronchial dapat dilakukan dengan menusukkan jarum pada lesi,
ke metal hub, sejajar dengan dinding saluran napas, dan dengan gerakan naik
turun berulang kali, dengan aspirasi terus menerus. Teknik mendapatkan spesimen
lamanya tindakan prosedur TBNA dengan BSOL menurut penelitian Herth dkk
2.3. Alat
TBNA adalah seorang bronkoskopis yang handal dan mempunyai keahlian dalam
setiap tindakan / aplikasi yang dia lakukan dan jarum yang dirancang untuk dapat
19-gauge dengan BSOL untuk memperoleh spesimen histologi, dengan jarum ini
melalui BSOL didapatkan spesimen histologi yang baik terbukti dari penelitian
dengan hasil aspirat adekuat untuk spesimen histologi pada 21 pasien dari 25
gauge dan 21-gauge pada lokasi yang sama dengan sensitiviti jarum 19-gauge
adalah 78,2% tanpa ROSE, dan 85,5% dengan ROSE, sensitiviti jarum 21-gauge
ii
2.4. Anatomi
disekitarnya dan struktur vaskular agar pengambilan sampel aman. Jarum harus
Gambar 3. Skema diagram dari 11 stasiun nodal yang dapat diakses oleh
TBNA, menurut penjelasan Wang, dengan hasil positif dari stasiun 1-4, 8 dapat
ii
kanan.10
Dari 11 stasiun nodul yang dapat diakses TBNA, pada aspirasi hanya 5
stasiun yang sering dilakukan TBNA dan pada akhirnya berguna dalam penentuan
4R, stasiun 4L, stasiun 11R, stasiun 11L, berikut akan dijelaskan mengenai
lokasinya :10
• Stasiun 7 (subcarinal)
dengan lokasi 3-5 mm dibawah kedua sisi karina utama, dengan arah posisi
jarum inferomedial.
Untuk mendapatkan hasil sampel yang terbaik dari kelenjar getah bening di
paratrakeal kanan (ATS stasiun 4R) adalah pada 2 cm atau pada proksimal
ruang interkartilago kedua atau ketiga ke karina pada posisi jam 1-2, dan
ii
paratrakeal kiri (ATS stasiun 4L) adalah pada dinding lateral bronkus utama
Lokasi kelenjar hilus kanan (ATS stasiun 11R) terbaik didapati melalui
bronkus intermedius pada posisi jam 3, dibawah daripada lobus kanan atas
Lokasi untuk kelenjar hilar kiri (ATS stasiun 11L) adalah pada posisi jam 9
ii
terutama kanker paru bukan sel kecil adalah dengan foto toraks, CT-scan toraks,
setelah pemeriksaan foto toraks untuk mengevaluasi pasien dengan kanker paru.27
penting dalam penyakit paru. KGB umumnya dapat ditemukan didaerah hilus dan
mediastinum yang sebagian besar (50 buah) letaknya di paratrakeal. Hanya kira-
kira 12 buah yang terletak di para esofagus, bentuknya bisa oval, atau seperti
piramid.28
kurang dari 15 mm, dan jarang lebih besar dari 20 mm. Ukuran KGB dipengaruhi
• Lokasi KGB
• Sumbu KGB
ii
ii
tidaknya keterlibatan dan lokasi dari kelenjar getah bening (N). Penilaian yang
akurat dari kelenjar getah bening mediastinal sangat penting dalam penentuan
pengobatan selanjutnya dan prognosa pasien dengan KPBSK, akan tetapi CT-scan
toraks tidak cukup untuk mengevaluasi keterlibatan dari kelenjar getah bening
mediastinal karena hanya bisa menilai ukuran, bentuk, dan lokasi dari kelenjar
Kanker paru bukan sel kecil biasanya bermetastasis pertama kali ke kelenjar
getah bening hilus dan mediastinum. Stadium dari kelenjar mediastinum dapat
toraks, MRI, PET-Scan. Sampel patologis dari lesi yang dicurigai dapat diambil
ii
Association for the Study of Lung Cancer (IASLC) dapat diaplikasikan untuk
ii
Association for the Study of Lung Cancer (IASLC) dapat diaplikasikan untuk
Association for the Study of Lung Cancer (IASLC) dapat diaplikasikan untuk
2.6. Morfologi
Penting untuk menentukan jenis sel baik dari sitologi maupun histopatologi,
skuamos sel karsinoma dan untuk mendapatkan jenis histologi/sitologi ini sering
kali melibatkan lebih dari satu macam disiplin ilmu seperti ahli paru,ahli bedah,
Banyak cara dalam mendapatkan diagnosis secara patologi dari kanker paru
ii
satu atau lebih gambaran lepidic, asinar, papilar, mikropapilar, pola padat. Secara
termasuk betuk sel bola 3-dimensi, pseudopapilar, papilar murni, dan struktur
memiliki sitoplasma basopilik homogen, granular yang jelas atau berbusa dan
tembus pandang, dan sering dengan vakuola sitoplasma, inti sel sering terletak
eksentrik dengan kromatin yang bervariasi dari granular halus dan seragam,
hiperkromatik dan kasar dengan distribusin tidak teratur, kebanyakan sel tumor
sel sering berbentuk bulat sampai bulat telur atau memanjang dengan batas sel
tajam, sel juga dapat terlihat dengan ekor sitoplasma yang panjang/bentuk
pewarnaan mucin.29,30
ii
basopilik
-Sitoplasma keratinized -Nukleus multiple
-Nukleus molding
-Jembatan interselullar -Macronucleoli
-Apoptotic bodies
-Formasi mutiara -Sitoplasma berbusa
-Necrosis Granular
-Ceel-in-cell arrangement -Kromatin terbuka
“salt pepper”
-Hiperkeratosis -Struktur papillary
chromatin
piknotik
ii
Papanicolaou memiliki hasil yang akurat daripada pewarnaan Giemsa dan dalam
lebih jelas dan menunjukkan inti pleomorfik gelap, tapi kualitas chromatin jelek,
menggambarkan keganasan.31
ii
medis, dimana dapat merupakan suatu alat yang bernilai tinggi dalam
menentukan benign dan malignant, maka dari itu ahli patologi membuat suatu
sistem kategori daripada sitologi yang mana akan dapat memudahkan patologis
• C1 : inadekuat
• C2 : benign
• C3 : atypical
• C4 : kecurigaan malignansi
• C5 : malignansi
ii
Sitologi
TBNA
Terapi
Bronkoskopi
ii