1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Setelah menyelesaikan program profesi manajemen keperawatan,
diharapkan mahasiswa mampu menerapkan prinsip-prinsip
manajemen keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan
yang professional di tatanan Rumah Sakit.
1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari praktek manajemen keperawatan ini
adalah sebagai berikut:
A. Melakukan pengkajian mengenai unsur-unsur yang ada di ruang
Irna Paru RSUD Patut Patuh Patju Gerung, meliputi:
1. Mengidentifikasi unsur input (man, money, material, methode,
marketing, mutu) yang ada di ruang Irna Paru RSUD Patut
Patuh Patju Gerung
2. Mengidentifikasi unsur proses (penerapan proses keperawatan,
penerapan proses manajemen pelayanan/operasional
keperawatan, penerapan proses manajemen bimbingan PKK
bagi mahasiswa praktikan di ruangIrna Paru RSUD Patut
Patuh Patju Gerung
3. Mengidentifikasi unsur output (efisiensi ruang rawat, hasil
evaluasi penerapan SAK, hasil evaluasi bimbingan PKK,
kepuasan kerja karyawan, kepuasan pasien rawat inap,
kepuasan mahasiswa praktek di ruang Irna Paru RSUD Patut
Patuh Patju Gerung
B. Menganalisa permasalahan yang muncul dari hasil pengkajian di
ruangIrna Paru RSUD Patut Patuh Patju Gerung
C. Membuat perencanaan untuk mengatasi masalah yang ada di
ruang Irna Paru RSUD Patut Patuh Patju Gerung
D. Mengimplementasikan perencanaan yang telah disusun bersama
untuk mengatasi masalah yang ada di ruang Irna Paru RSUD Patut
Patuh Patju Gerung
E. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan untuk
mengetahui keberhasilan tindakan yang telah dilaksanakan dalam
mengatasi masalah yang ada di ruang Irna Paru RSUD Patut Patuh
Patju Gerung
F. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilaksanakan di Ruang
Irna Paru RSUD Patut Patuh Patju Gerung.
1.3 Manfaat
A. Bagi Mahasiswa
1. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang
rawatsehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan
dilaksanakan.
2. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan yang
diaplikasikan di Ruang paru RSUD Patut Patuh Patju Gerung
Kab.Lombok Barat.
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan
penerapan MAKP di Ruang paru RSUD Patut Patuh Patju Gerung
Kab. Lombok Barat.
4. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan
Metode Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang paru RSUD Patut
Patuh Patju Gerung Kab.Lombok Barat.
B. Bagi Perawat Ruangan
1. Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui
masalah-masalah yang berkaitan dengan MAKP di Ruang paru
RSUD Patut Patuh Patju Gerung Kab.Lombok Barat.
2. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
3. Terciptanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat,
perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta
keluarga.
4. Terciptanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
C. Bagi Pasien dan Keluarga
1. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan.
2. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga tehadap pelayanan tinggi.
D. Bagi Institusi dan Pendidikan
Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan
dengan pelaksanaan metode.
1.4 Waktu dan Tempat
A. Waktu
Pelaksanaan praktik manajemen keperawatan dilaksanakan selama 4
minggu terhitung tanggal 18 juni 2018.
B. Tempat
Pelaksanaan praktik manajemen keperawatan dilaksanakan di ruang Irna
Paru RSUD Patut Patuh Patju Gerung
2.1 Kepemimpinan
Istilah kepemimpinan di dalam managemen sering diartikan hanya
berfungsi pada kegiatan supervisi, tetapi didalam keperawatan fungsi tersebut
sangatlah luas. Jika posisi sebagai ketua tim, kepala ruangan, atau perawat
pelaksana dalam suatu ruang, maka perlu pemahaman tentang bagaimana
mengelola dan memimpin orang lain dalam mencapai tujuan asuhan
keperawatan yang berkualitas.
Sebagai perawat profesional tidak hanya mengelola orang tetapi sebuah
proses secara keseluruhan yang memungkinkan orang dapat menyelesaikan
tugasnya. Di dalam manageman ada beberapa model atau gaya
kepemimpinan dalam suatu organisasi. Gaya kepemimpinan ini dapat
diartikan sebagai suatu cara penampilan karakteristik.
Gaya kepemimpinan menurut Gillies:
1. Otoriter : kepemimpinan berorientasi pada tugas atau pekerjaan.
Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam
pengambilan keputusan. Informasi disampaikan hanya demi kepentingan
tugas. Motifasi dengan reward dan punishment.
2. Demokratis : kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemempuan
setiap staff. Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka. Pemimpin
mengguanakan kekuasaannya untuk mendorong ide dari staff dan
memotifasi kelompok untuk menentukan tujuannya sendiri.
3. Pertisipatif : kepemimpinan gabungan antara gaya otoriter dengan
demokratis. Pemimpin yang menyampaikan hasil analisa dan
mengusulkan tindakan tersebut pada bawahanya. Staff diminta saran dan
kritiknya serta mempertimbangkan respon staff terhadap usulannya, dan
keputusan akhir pada kelompok.
4. Bebas tindak : merupakan pimpinan offisial. Karyawan menentukan
sendiri kegiatan tanpa pengarahan, supervise, dan koordinasi. Staff
mengevaluasi pekerjaan sesuai dengan cara sendiri.
Dari gaya kepemimpinan diatas, seorang pemimpin yang baik harus bisa
mengkombinasikanjenis gaya diatas dalam melakukan supervisi terhadap
staff. Pemimpin yang efektif harus memiliki kemampuan untuk menggunakan
proses penyelesian masalah, mempunyai kemampuan komunikasi yang baik,
menunjukan kejujuran dalam memimpin, kompeten, kreatif, dan kemampuan
mengembangkan kelompok. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang
manager keperawatan : kepemimpinan, pengambilan keputusan dan
perencanaan, hubungan masyarakat atau komunikasi, anggaran,
pengembangan, personaliti, negosiasi.
KARU
Administrasi
PP PP
PA PA PA
PA
Keterangan :
= garis komando
Bagan 3.1 : Struktur Organisasi Instalasi Rawat Inap Paru RSUD
Patut Patuh Patju Tahun 2018 (Sumber : IRNA PARU
RSUD Patut Patuh Patju Tahun 2018)
Keterangan :
PP : Perawat Pelaksana
PA : Perawat Assosiate
Tabel 3.1 Nama- Nama Tenaga Perawat di Ruang IRNA PARU RSUD PATUT PATUH PATJU Gerung Tahun 2018
Jenis Jenjang
No Nama Masa kerja Pendidikan Status Pelatihan Keterangan
Kelamin Karir
1. I. G. Ayu Febrianie, S.Kep P PNS PK III BTCLS Karu
12 tahun S1
2. Hidayaturrohmi, Amd.Kep P PNS PK II BTCLS PP 1
7 tahun D3
3. Zurnaumi P Honorer PK II TB PP II
7 tahun D3
4. Huriah, Amd.Kep P Honorer PK II BTCLS PJ Alat
11 tahun D3
5. Irpan Junaidi, Amd.Kep L Honorer PK II BTCLS Katim I
8 tahun D3
6. Dodi Sazarwan, Amd.Kep L Honorer PK II BTCLS PA
11 tahun D3
7. Zia Suflan Hakim, L PNS PK II BTCLS Katim II
7 tahun D3
Amd.Kep
8. Pendi L Honorer Pra PK BTCLS PA
7 bulan D3
9. Sri Handayani, Amd.Kep P Honorer PK II Belum Katim III
6 tahun D3
BTCLS
10. Turmuzi, Amd.Kep L Honorer Pra PK BTCLS PA
7 bulan D3
11. Erwin, Amd.Kep L PNS PK II BTCLS Katim IV
7 tahun D3
12. Endang Widiastuti P 7 tahun D3 Honorer PK II BTCLS PA
Tabel 3.2 Distribusi Tenaga Non Keperawatan Berdasarkan Spesifikasi Pekerjaan
di Ruang IRNA Paru RSUD Patut Patuh Patju Gerung Tahun 2018,
sebagai berikut :
No Kualifikasi Jumlah Honor/PT
1. Ahli gizi 1 orang Tetap
2 Administrasi 1 orang Tetap
2. Cleaning Service 2 orang CP
Sumber : Data Primer Ruang Irna Paru Tahun 2018
3. Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat
Perhitungan jumlah tenaga keperawatan menurut Douglas (1984) dihitung
berdasarkan tingkat ketergantungan pasien untuk setiap shiftnya seperti tabel
berikut:
Tabel 3.3Jumlah Keperawatan BerdasarkanKlasifikasiKetergantungan Pasien
Menurut Douglas
Waktu Kebutuhan Perawat
Klasifikasi Pagi Sore Malam
Minimal 0,27 0,18 0,94
Partial 0,45 0,30 0,16
Maksimal 0,63 0,42 0,22
Sumber : Douglas 1984
297 297
Ruang Irna Paru adalah : 9 orang perawat + 2 lepas dinas + 1 orang tenaga (kepala
Pasien
IGD IRJ
MRS
1. Pelayanan
2. Terapi medis
ICU NICU Instalasi Rawat Inap 3. Diagnosa medis
4. Keperawatan
5. Penunjang medis
KRS 6. Gizi
7. Rehab medik
Kamar jenazah
2. Sarana Dan Prasarana (M2-MATERIAL)
1. Peralatan dan fasilitas
a) Fasilitas untuk pasien :
JUMLAH
NO. NAMA BARANG KONDISI
BARANG
1. Lemari pasien 14 Baik
2. Jam dinding 1 Baik
3. Wastafel 12 Baik
4. Exhasepan 12 Baik
5. Kulkas 1 Baik
6. Kursi lipat 8 Baik
7. Papan tulis/whiteboard 1 Baik
8. Tong sampah 13 Baik
Noninfeksius
9. Tong sampah infeksius 2 Baik
Sumber : Ruang Irna Paru Tahun 2018
b) Alat Medik
JUMLAH
NO NAMA BARANG KONDISI
BARANG
1. Ekg 1 Baik
2. Nebulizer 2 Baik
3. Monitor 2 Baik
4. Troli Emergency 2 Baik
5. Troli Alat Kesehatan 3 Baik
6. Brankar 1 Baik
7. Safety B0x 4 Baik
8. Spo2 2 Baik
9. Tensi 3 Baik
10. Oksigen Transport 1 Baik
11. Bed pasien 14 Baik
12. Tiang Infus 14 Baik
13. Timbangan 2 Baik
14. Handscrub 10 Baik
15. Apar 1 Baik
16. Stetoskop 4 Baik
17. Ruang Perawat 2 Baik
18. Ruang Administrasi 1 Baik
19. Kursi Roda 2 Baik
20. Pispot Cewek/Cowok 4 Baik
21. Com Stenlist 2 Baik
22. Senter 1 Baik
23. Nampan 2 Baik
24. Pinset Anatomis 2 Baik
25. Pinset Cirurgis 2 Baik
26. Gunting Nekrotomi 2 Baik
27. Gunting Perban 1 Baik
28. Bengkok 1 Baik
29. Suction 15 Baik
30. Spuit Gliserin 2 Baik
31. Standar Baskom 1 Baik
32. Ambubag 2 Baik
33. Alat GDS 1 Baik
34 Ruang Kepala Ruangan 1 Baik
Sumber : Ruang Irna Paru Tahun 2018
c) Alat Meubel
JUMLAH
NO. NAMA BARANG KONDISI
BARANG
1. Lemari Alat 1 Baik
2. Lemari Linen 1 Baik
3. Lemari File 1 Baik
4. Meja Komputer 1 Baik
5. Meja Operan 1 Baik
6. Meja Administrasi 2 Baik
7. Meja Karu 1 Baik
Sumber : Ruang Irna Paru Tahun 2018
d) Alat Tenun
JUMLAH
NO. NAMA BARANG KONDISI
BARANG
1. Sprey 16 Baik
2. Gorden 10 Baik
3. Tirai 5 Baik
Sumber : Ruang Irna Paru Tahun 2018
e) Alat Elektronik
JUMLAH
NO. NAMA BARANG KONDISI
BARANG
1. Ac 3 Baik
2. Remot Ac 1 Baik
3. Dispenser 2 Baik
4. Telephone 1 Baik
5. Komputer 1 Baik
Sumber : Ruang Irna Paru Tahun 2018
f) Fasilitas untuk petugas kesehatan :
1) Letak ruang perawat di depan
2) Kamar mandi dan wc
3) Ruang kepala ruangan
4) Computer
5) Telepon
6) AC
7) Kasur
8) Kulkas
9) Meja operan
10) Meja karu
11) Ruang administrasi
12) Ruang kepala ruangan
g) Administrasi penunjang :
1) Buku laporan jaga/timbang terima :1
2) Buku register Lab :1
3) Buku register BTA :1
4) Buku register kematian :1
5) Buku register TB DOTS :1
6) Buku linen :1
7) Buku keluar :1
8) Buku kematian :1
Kesimpulan yang kami dapatkan dari hasil observasi dan wawancara bersama
kepala ruangan IRNA PARU mengenai sarana dan prasarana yang ada di ruangan
sudah memadai, terdapat14bed dan rata-rata setiap bed memiliki penyangga karena di
ruang irna paru ada beberapa pasien yang beresiko jatuh dari tempat tidur, namun
terkadang kebutuhan alat tenun di ruangan seperti selimut pasien sering tidak tersedia
dikarenakan distribusi dari tempat laundryyang cukup lama. Faktor yang
menyebabkan distribusi lama adalah cuaca dan mesin laundry yang rusak. Kemudian
ada beberapa ruangan yang tidak memiliki alas kaki di depan WC dan tidak
tersedianya tempat sampah di masing-masing ruang rawat.
LOKASI DENAH
IRNA PARU RSUD PATUT PATUH PATJU KAB. LOMBOK BARAT
S
4 R.I.
2
WC WC
WC
H K 3 1 WC
5 G
WC
R. N. I
WC 4 2
WC
3 1 WC
WC
R. Ruang. R. Alkes
Perawat Administrasi WC
R.Linen WC
NS
R.Karu
Keterangan :
R. I : Ruang Isolasi : Garis ruang isolasi
R.N.I : Ruang Non Isolasi : Garis ruang Non
Isolasi : Ruang irna paru
NS : Nurse Station : Pintu
G : Gudang
3. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan (M3-Method)
1. Penerapan MAKP
Berdasarkan Wawancara dengan kepala ruangan pada tanggal 18 juni 2018
jam 10.00-10.30 di ruang Kepala ruangan IRNA Paru didapatkan bahwa MAKP
yang diterapkan di ruangan tersebut adalah MAKP modifikasi tim primer hal
tersebut dilakukan karena kurangnya sumber daya manusia (perawat), masih
adanya perawat dengan pendidikan vokasi, kurangnya perawat professional
dengan latar belakang profesi Ners.
2. Operan/ Timbang terima
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu perawat ruangan
didapatkan bahwa Overan dilakukan 3 kali 24 jam, yaitu pada pergantian shift
malam ke pagi (pukul 08:00), pergantian shift pagi ke sore (pukul 14:00), dan
pergantian shift sore ke malam (pukul 20:00).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dari tanggal 18-20 juni 2018
didapatkan bahwa tidak Selalu diikuti oleh semua perawat yang telah dinas dan
akan dinas, penyampaian isi timbang terima secara konprehensif, meliputi : isi
timbang terima (masalah keperawatan pasien lebih fokus pada diagnosa medis
dan pemberian tindakan kolaboratif). Pelaporan timbang terima dicatat dalam
buku khusus yang akan ditandatangani oleh perawat yang melaporkan, perawat
yang menerima laporan dan kepala ruangan. Setelah pelaksanaan timbang terima
kepala ruangan tidak selalu mengadakan diskusi singkat untuk mengetahui
sekaligus mengevaluasi kesiapan shift selanjutnya.
Berdasrkan hasil observasi yang dilakukan dari tanggal 18-20 juni 2018
didapatkan bahwa setiap perawat yang malakukan overan pada pergantian ship
pagi kesiang dan siang kemalam dilakukan dimeja pearwat dan jarang dilakukan
secara lansung keruangan pasien, overan yang dilkukan lansung keruangan
pasien hanya pergantian ship malam ke pagi. Overan dilakukan kadang tidak
tepat waktu-dan sesuai prosedur akan tetapi pada jalannya overan kurang
maksimal, dilihat dari tidak adanya salam pembukaan dan do’a bersama sebelum
memulai operan.
Berdasarkan hasil observasi juga didapatkan bahwa tidak selalu diikuti oleh
semua perawat yang telah dinas dan akan dinas, penyampaian isi timbang terima
secara komprehensif, meliputi : isi timbang terima (masalah keperawatan pasien
lebih fokus pada diagnosa medis dan pemberian tindakan kolaboratif). Pelaporan
timbang terima dicatat dalam buku khusus oleh perawat yang melaporkan,
perawat yang menerima laporan dan kepala ruangan. Setelah pelaksanaan
timbang terima kepala ruangan tidak selalu mengadakan diskusi singkat untuk
mengetahui sekaligus mengevaluasi kesiapan shift selanjutnya.
3. Ronde Keperawatan
Ronde Keperawatan merupakan metode untuk menggali dan membahas
secara mendalam masalah keperawatan yang terjadi pada pasien dengan
melibatkan tim keperawatan, kepala ruangan, dokter, ahli gizi dan melibatkan
pasien secara langsung sebagai focus kegiatan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dari kepala ruangan
didapatkan bahwa ronde keperawatan jarang dilakukan karena Pelaksanan ronde
keperawatan di Ruang irna paru selama ini jarang dilakukan karna dilihat dari
perkembangan pasien. Pembahasan atas kasus-kasus pasien untuk mencari solusi
dilakukan terpisah/tidak bersamaan dengan menghadirkan para praktisi ahli yang
berkompeten yang terlibat dalam tim perawatan pasien yang bersangkutan dari
berbagai disiplin ilmu (medis, paramedic senior, ahli gizi, apoteker, atau praktisi
kesehatan lain yang diperlukan). Selama ini hanya dibahas antara perawat dan
dokter diruangan pasiendan di Nurse station.
Kesimpulannya ronde keperawatan di ruang Ruang Irna Paru belum berjalan
secara optimal karena yang dilakukan ronde medis pada saat dokter visite.
4. Pengelolaan Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dengan system menyerahkan seluruh
obat pasien sepenuhnya kepada perawat, dengan tujuan penggunaan obat dapat
dilakukan secara benar sehingga tidak terjadi pemborosan dan kemungkinan
terjadinya kesalahan obat.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dari tanggal 18-20 juni 2018
didapatkan bahwa data yang kami peroleh di ruang irna paru adalah proses
sentralisasi obat berjalan dengan semestinya dilihat dari kesiapan perawat, alat dan
kelengkapan untuk mendukung sentralisasi obat seperti, kotak obat injeksi, infuse,
dan spuit diberikan sesuai kamar masing-masing kemudian obat pasien di
tempatkan di laci obat yang sesuai nomor kamar, nama pasien dan obat masing-
masing kamar.
5. Supervisi Keperawatan
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan
kemampuan pihak yang di supervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas
kegiatan yang telah di tetapkan secara efisien dan efektif (Sudjana, 2004).
Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara dari tanggal 18-20 didapatkan
bahwa di ruang irna paru tidak dilakukan supervisi dengan alasan karena tidak ada
tunjangan tambahan sesuai beban kerjanya.
6. Discharge Planning
Discharge planning merupakan bagian penting dari program keperawatan
klien yang dimuali segera setelah klien masuk rumah sakit. Hal ini merupakan
suatu proses yang menggambarkan usaha kerja sama antar tim kesehatan, klien
dan keluarga klien. Berdasarkan hasil observasi didapatkan pelaksanaan discharge
planning di irna paru masih belum terlaksana secara optimal. Discharge planning
yang meliputi penjelasan diagnosa keperawatan, obat-obatan, perawatan, lembar
control, nutrisi, aktivitas, dan istirahat ketika di rumah, dan kalau ada penjelasan
biasanya dijelaskan oleh perawat, mengenai penyakit secara lisan, menggunakan
kartu kontrol dan tim gizi yang menjelaskan diit makanan yang harus dihindari
serta makanan yang bagus dikonsumsi oleh klien.
Perawat irna paru melakukan discharge planning setiap pasien akan pulang.
Selain itu isi dari discharge planning belum dilakukan secara optimal karena
hanya meliputi pemberian informasi tentang waktu control dan obat yang harus
diminum (keteraturan minum obat) dan tidak tersedianya leaflet yang berguna
bagi pasien sebelum pasien pulang. Sehingga nanti saat di rumah pasien bisa
melihat leaflet jika pasien lupa sama informasi yang di berikan sama perawat.
7. Dokumentasi Keperawatan
a) System pendokumentasian sudah optimal, menggunakan metode manual untuk
mengisi status pasien
b) Beberapa pendokumentasian tidak secara lansung diisi, biasanya dilengkapi
ketika pasien mau pulang atau ketika keadaan memungkinkan.
c) Catatan perkembangan pasien cukup lengkap dan berkesinambungan
d) Sistem pendokumentasian masih dilakukan secara manual akan tetapi
pendokumentasian administrasi sudah menggunakan sistem komputerisasi.
4. M4 (Money)
100
80
60
40
20
0
SANGAT PUAS TIDAK PUAS SANGAT
PUAS TIDAK PUAS
TOTAL 1 2,05
Kelemahan (W – Weakness)
1. Sebagian perawat belum 0,30 1 0,30
mengikuti pelatihan MAKP
2. Jumlah perawat D3 lebih 0,40 2 0,80
banyak dari S1
3. Kurangnya apresiasi atau 0,30 1 0,30
motivasi kerja yang diberikan
dari pihak Rumah Sakit
TOTAL 1 1,4
Peluang (O – Opportunity)
1. Adanyakesempatan
melanjutkan pendidikan ke 0,40 2 0,80
jenjang yang lebih tinggi
2. Adanya kebijakan 2
pemerintah tentang 0,30 0,60
profesionalisasi perawat O-T
3. Adanya program akreditasi 0,30 1 0,30 1,7 –1,2 =
RS dari pemerintah dimana 0,5
MAKP merupakan salah satu
penilaian
TOTAL 1 1,7
Ancaman (T – Threatened)
1. Ada tcuntutan tinggi dari 0,20 1 0,20
masyarakat untuk pelayanan
yang lebih profesional
2. Semakin tingginya kesadaran 0,20 2 0,40
masyarakat akan hukum
3. Semakin tingginya kesadaran 0,20 1 0,20
masyarakat akan pentingnya
kesehatan
4. Persaingan antar Rumah 0,20 1 0,20
Sakit yang semakin kuat
5. Terbatasnya kuota tenaga 0,20 1 0,20
keperawatan yang
melanjutkan pendidikan tiap
tahun
TOTAL 1 1,2
2. M2. Material
Kekuatan
1. Mempunyaisarana dan 0,25 3 0,75
prasarana yang memadai
untuk pasien dan tenaga
kesehatan S-W
2. Terdapat administrasi 0.30 3 0.90 2,55 –
penunjang (buku injeksi, buku 2,20 =
registrasi Lab, buku timbang 0,35
terima, dll)
3. Tersedianya nurse station 0.30 2 0.60
4. Pemeliharaan dan perawatan 0.15 2 0,30
dari sarana dan prasarana
penunjang kesehatan sudah
ada
TOTAL 1 2,55
Kelemahan
1. Tidak ada papan struktur 0.20 3 0,60
organisasi untuk ruangan
2. Tidak tersedia tempat sampah 0.20 2 0.40
di setiap ruangan pasien
3. Tidak ada handscrub disetiap
pintu kamar pasien 0.30 2 0,60
4. Tidak ada larangan untuk
pengunjung dibawah 12 tahun 0,30 2 0,60
TOTAL 1 2,2
Peluang 0-T
1. Adanya perbaikan sarana dan 0,50 3 1,5 2,5–2=0,5
prasarana yang rusak dari
bagian teknisi RS
2. Adanya pengadaan sarana dan 0,50 2 1
prasarana yang rusak dari
bagian pengadaan barang
(AC, syring pump, EKG, dll)
TOTAL 1 2,5
Ancaman
1. Adanya tuntutan tinggi dari 0,40 2 0,80
masyarakat untuk melengkapi
sarana dan prasarana
2. Kesenjangan antara jumlah 0,35 2 0,70
pasien dengan peralatan yang
ada
3. Makin tinggi kesadaran 0,25 2 0,50
masyarakat akan pentingnya
kesehatan
TOTAL 1 2
3. M3 (Methode)
1. MAKP
Kekuatan
1. RS memiliki visi dan misi 0.25 4 1
sebagai acuan melaksanakan
kegiatan pelayanan
2. Sudah ada model MPKP 0,20 3 0,60
yang digunakan yaitu MPKP
kombinasi
3. Mempunyai standar asuhan 0,15 3 0,45
keperawatan
4. Mempunyai standar 0,15 3 0,75
operating prosedur (SOP)
S-W
5. Terlaksananya komunikasi 0,15 3 0.75
3,75 - 2 =
yang adekuat antara perawat
1,75
dan tim kesehatan lain
6. Ada kemauan perawat untuk 0,10 2 0,20
berubah
TOTAL 1 3,75
Kelemahan
1. Pelaksanaan model MPKP 0,60 2 1,2
sudah dilaksanakan akan
tetapi sosialisasi ke tim masih
kurang
2. Ada perawat yang tidak puas 0,40 2 0,80
dengan penerapan MAKP
TOTAL 1 2
Peluang
1. Adanya mahasiswa Profesi 0,50 3 1,5
Ners praktik managemen
keperawatan
2. Adanya kebijakan 0,30 2 0,60
pemerintah tentang
profesionalisasi perawat
3. Adanya kebijakan RS tentang 0,20 2 0,40
MAKP
TOTAL 1 2,5
Ancaman
1. Persaingan dengan rumah 0,30 2 0,60
sakit swasta yang semakin
O-T
ketat
2,5-1,85
2. Adanya tuntutan masyarakat 0,20 2 0,40
= 0,65
yang semakin tinggi terhadap
peningkatan pelayanan
keperawatan yang lebih
profesional
3. Makin tinggi kesehatan 0,20 2 0,40
masyarakat akan pentingnya
kesehatan
4. Persaingan dengan masuknya 0,15 1 0,15
perawat asing
5. Bebasnya pers yang dapat 0,15 2 0,30
langsung menyebarkan
informasi dengan cepat
TOTAL 1 1,85
2. Sentralisasi Obat
Kekuatan
1. Tersedianya sarana dan 0,20 2 0,40
prasarana untuk pengelolaan
sentralisasi obat
2. Kepala ruangan mendukung 0,10 2 0,20
kegiatan sentralisasi obat
3. Sudah dilaksanakan kegiatan 0,20 4 0,80
S-W
sentralisasi obat oleh perawat
2,7 –
berkolaborasi dengan depo
2=0,7
farmasi
4. Adanya kemauan perawat 0,20 2 0,40
untuk melakukan sentralisasi
obat
5. Adanya buku injeksi dan obat 0,20 3 0,60
oral bekerja sama dengan
depo farmasi
6. Ada lembar 0,10 3 0,30
pendokumentasian obat yang
diterima di setiap status
pasien
TOTAL 1 2,7
Kelemahan
1. Pelabelan obat NASA belum 1 2 2
belum berjalan dengan baik
TOTAL 1 2
Peluang
1. Adanya mahasiswa Profesi 0,50 3 1,5
Ners praktik managemen
keperawatan
2. Kerjasama yang baik antara 0,50 2 1
perawat dan mahasiswa
Profesi Ners
O-T
TOTAL 1 2,5 2,5 -2,2 =
Ancaman 0,3
1. Adaanya tuntutan pasien 0,40 2 0,80
untuk mendapatkan
pelayanan yang profesional
2. Makin tinggi kesadaran 0,60 2 1,2
masyarakat akan hukum
TOTAL 1 2,2
3. Supervisi
Kekuatan
a. Supervisi pernah 0,40 2 0,80 S-W
dilaksanakan 2 –1,8 =
b. Kepala ruangan 0.60 2 1.2 0,2
mendukung adanya
supervisi
TOTAL 2
Kelemahan
1. Belum mempunyai format 0.40 2 0,80
yang baku tentang
supervisi
2. Supervisi belum terstruktur 0.30 2 0,60
dan tidak ada formulir
penilaian tetap
3. Belum adanya 0.30 1 0,40
dokumentasi supervisi
yang jelas
TOTAL 1,8
Peluang
1. Adanya mahasiswa Profesi 0,45 3 1,35
Ners praktik managemen
keperawatan
2. Adanya teguran dari 0.30 2 0,60 0–T
kepala ruangan bagi 2,7 – 2 =
perawat yang tidak 0,7
menjalankan tugas dengan
baik
3. Hasil supervisi dapat 0,25 3 0,75
dilakukan sebagai
pedoman untuk Daftar
Penilai Prestasi Pegawai
(P3)
2,7
TOTAL
Ancaman
1. Tuntutan pasien sebagai
konsumen untuk 1 2 2
mendapatkan pelayanan
yang professional
2
TOTAL
4. Timbang terima
Kekuatan
1. Kepala ruangan memimpin 0,20 3 0,60
kegiatan timbang terima
setiap pagi.
2. Adanya laporan jaga setiap 0,20 3 0,60
S-W
shift
3,1-3 =
3. Timbang terima sudah 0,10 4 0,40
0,1
merupakan kegiatan rutin
yang telah di laksanakan
4. Adanya kemauan perawat 0,25 3 0,75
untuk melakukan timbang
terima
5. Adanya buku khusus untuk 0,25 3 0,75
pelaporan timbang terima
TOTAL 1 3,1
Kelemahan
1. Belum ada protap timbang 0,30 3 0,90
terima diruangan
2. Timbang terima sudah 0,15 3 0,45
dilakukan dengan baik (PP
melaporkan identitas pasien,
keluhan utama, DS, DO, MK
dan Intervensi) tetapi
intervensi masih bersifat
umum tidak berdasarkan MK
dan evaluaasi tidak lengkap
3. Format timbang terima sudah 0,25 3 0,75
mencakup nama dan paraf
perawat pada kedua shift
4. Pelaksanaan timbang terima 0,30 3 0,90
masih belum optimal
terutama shift sore ke malam
TOTAL 1 3
Peluang
1. Adanya mahasiswa profesi 0,40 4 1,6
ners yang praktek
manajemen keperawatan
2. Adanya kerja sama yang baik 0,40 3 1,2
antara mahasiswa profesi
ners yang praktik dengan
perawat ruangan.
3. Kebijakan RS (bidang
keperawatan) tentang 0,20 3 0,60
timbang terima.
O-T
TOTAL 1 3,4
3,4-2,4=1
Ancaman
1. Adanya tuntutan yang lebih 0,40 3 1,2
tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan
keperawatan yang profesional
2. Meningkatnya kesadaran 0,60 2 1,2
masyarakat tentang tanggung
jawab dan tanggung gugat
perawat sebgai pemberi
asuhan keperawatan
TOTAL 1 2,4
5. Discharge Planning
Kekuatan
1. Tersedianya sarana dan 0,40 2 0,80
prasarana discharge planning
di ruangan untuk pasien
pulang (format atau kartu DP)
2. Adanya kartu control berobat 0,30 3 0,90
3. Perawat memberikan 0,30 4 1,2
pendidikan kesehatan secara
informal kepada pasien /
keluarga selama dirawat atau
S-W
2,9 – 2,7
TOTAL 1 2,9
=0,2
Kelemahan
1. Keterbatasan waktu dan 0,30 2 0,60
tenaga perawat
2. Kurangnya kemauan untuk 0,30 3 0,90
memberikan pendidikan
kesehatan pada pasien /
keluarga
3. Tidak tersedianya leaflet 0,20 4 0,80
pasien pulang
4. Pendidikan kesehatan belum 0,20 2 0,40
terdokumentasi
TOTAL 2,7
Peluang
1. Adanya mahasiswa Profesi 0,40 3 1,2
Ners praktik managemen
keperawatan
2. Adanya kerjasama yang baik 0,60 3 1,8
antara perawat dan
mahasiswa keperawatan
TOTAL 1 3
O-T
Ancaman
3 – 2,3 =
1. Adaanya tuntutan masyarakat 0,3 3 0,90
0,7
untuk mendapatkan
pelayanan keperawatan yang
profesional
2. Makin tinggi kesadaran 0,5 2 1
masyarakat akan pentingnya
kesehatan
3. Persaingan antar RS yang 0,2 2 0,4
semakin ketat
TOTAL 1 2,3
6. Ronde Keperawatan
Kekuatan
1. Bidang perawatan dan 0,5 4 2
ruangan mendukung adanya
kegiatan ronde keperawatan S-W
2. Beberapa kasus memerlukan 0,5 3 1,5 3,5-3,3
perhatian khusus =0,2
TOTAL 1 3,5
Kelemahan
1. Ronde keperawatan adalah 0,5 3 1,5
kegiatan yang belum
dilaksanakan secara teratur di
ruang IRNA Paru
2. Karakteristik tenaga yang 0,3 4 1,2
memenuhi kualifikasi belum
merata
3. Jumlah tenaga yang tidak 0,2 3 0,6
seimbang dengan tingkat
ketergantungan pasien
TOTAL 1 3,3
Peluang
1. Adanya pelatihan dan 0,4 3 1,2
seminar tentang manajemen
keperawatan
2. Adanya kesempatan dari 0,6 3 1,8
kepala ruangan untuk
mengadakan ronde
keperawatan pada perawat
dan mahasiswa praktik O–T
3 – 2,4
TOTAL 1 3 = 0,6
Ancaman
1. Adanya tuntutan yang lebih 0,4 3 1,2
tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan yang
profesional
2. Persaingan antar ruang rawat 0,6 2 1,2
inap semakin kuat dalam
pemberian pelayanan
TOTAL 1 2,4
7. Dokumentasi Keperawatan
Kekuatan
1. Tersedianya sarana dan 0.3 3 0,9
prasarana dokumentasi untuk
S-W
tenaga kesehatan (sarana
3,2 -2,6
administrasi penunjang)
=0,6
2. Sudah ada sistem 0,3 3 0,9
pendokumentasian SOR
3. Format asuhan keperawatan 0,2 3 0,6
sudah ada
4. Adanya kesadaran perawat 0,2 4 0,8
tentang tanggung jawab dan
tanggung gugat
TOTAL 1 3,2
Kelemahan
1. Dari observasi status pasien, 0,4 2 0,8
pengisian dokumentasi tidak
lengkap: nama, waktu, dan
jam belum dicantumkan,
respon pasien pasca tindakan
kurang terpantau
2. SAK dan SOP belum 0,3 3 0,9
digunakan secara maksimal
3. Pengawasan terhadap 0,3 3 0,9
sistematika
pendokumentasian belum
dilaksanakan secara optimal
TOTAL 1 2,6
Peluang
1. Peluang perawat untuk 0,3 3 0,9
meningkatkan pendidikan
(pengembangan SDM)
2. Mahasiswa profesi ners 0,2 2 0,4
praktik managemen untuk
mengembangkan sistem
dokumentasi PIE
3. Kerjasama yang baik antar 0,3 4 1,2
perawat dan mahasiswa
4. Sistem MPKP yang 0,2 2 0,4
diterapkan mahasiswa profesi
ners S-W
2,9 – 2 =
TOTAL 1 2,9 0,9
Ancaman
1. Tingkat kesadaran 0,6 2 1,2
masyarakat (pasien dan
keluarga) akan tanggung
jawab dan tanggung gugat
2. Persaingan RS dalam 0,4 2 0,8
memberikan pelayanan
keperawatan
TOTAL 1 2
4. M4 (Money)
Kekuatan
1. Ada pendapatan dari jasa 0,4 3 1,2
medik, untuk pasien dengan
biaya BPJS yang dapat
diklaim setelah perawatan
2. Ada pendapatan dari jasa 0,4 3 1,2
pelayanan rumah sakit berupa
remunerasi
3. Ada pendapatan dari jasa 0,2 2 0,4
pelayanan IRNA medis
S-W
2,8 -2,4 =
TOTAL 1 2,8
0,4
Kelemahan
1. Jasa insentif untuk pelayanan 0,4 3 1,2
dan jasa medik yang
diberikan berbeda pada setiap
perawat
2. Sistem administrasi belum 0,3 2 0,6
terousat
3. Belum ada tunjangan untuk 0,3 2 0,6
lauk pauk
TOTAL 1 2,4
Peluang
1. Pengeluaran sebagian besar 0,5 3 1,5
dibiayai oleh rumah sakit
2. Ada kesempatan untuk 0,5 2 1
menggunakan instrument
medis dengan re-use
sehingga menghemat
pengeluaran
TOTAL 1 2,5
O-T
Ancaman
2,5 -2 =
1. Adanya tuntutan lebih tinggi 1 2 2
0,5
dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayananan
kesehatan yang lebih
profesional sehingga
membutuhkan pendanaan
yang lebih besar untuk
mendanai sarana dan
prasarana
TOTAL 1 2
5. M5 (MUTU)
Kekuatan
1. Kepuasan pasien terhadap 0,3 3 0,9
pelayanan kesehatn di Rumah
sakit
2. Rata rata BOR cukup baik 0,2 3 0,6
3. Adanya pariasi karakteristik 0,2 2 0,4
dari pasien (BPJS, umum,
dinsos)
S-W
4. Sebagai tempat praktik 0,3 3 0,9
2,8–2=0,8
mahasiswa profesi Ners
TOTAL 1 2,8
Kelemahan
1. LOS yang memanjang karena 1 2 2
perawatan lama
TOTAL 1 2
Peluang
1. Mahasiswa Profesi Ners 0,5 3 1,5
praktik manajemen
2. Kerja sama yang baik anatara 0,5 3 1,5
prawat dan mahasiswa
TOTAL 1 3
O–T
Ancaman
3 – 2,4 =
1. Adanya peningkatan standar 0,4 3 1,2
0,6
masyarakat yag harus
dipenuhi
2. Persaingan rumah sakit dalam 0,6 2 1,2
memberikan pelayanan
kesehatan
TOTAL 1 2,4
c. Identifikasi Masalah
1 M1 : Sumber daya 1 2 2 3 12
manusia :
pendidikan perawat
diruangan
mayoritas D3
2 M2: Belum 3 2 2 1 8
lengkapnya sarana
dan prasarana di
ruangan.
3 supervisi sudah 1 3 2 2 8
berjalan tetapi
belum optimal
dalam
pendokumentasian
4 Pelaksanaan 3 4 3 2 64
timbang terima
yang masih belum
optimal, khususnya
dari sif sore
kemalam
5 Tidak tersedianya 3 3 2 1 18
brosur/leaflet untuk
pasien saat
melakukan
discharge planning
e. Prioritas masalah
1) Sumber daya manusia : pendidikan perawat diruangan mayoritas D3
2) Belum lengkapnya sarana dan prasarana di ruangan, seperti struktur
organisasi
3) Supervisi sudah berjalan tetapi belum optimal dalam pendokumentasian
4) Pelaksanaan timbang terima yang masih belum optimal, khususnya dari sif
sore kemalam
5) Tidak tersedianya brosur/leaflet untuk pasien saat melakukan discharge
planning
BAB 4
IMPLEMENTASI
Kepala Ruang
Jumlah Pasien pada tanggal 25 Juni s/d 08 Juli 2018 diruang rawat IRNA Paru
RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat sebanyak 35 pasien dengan jumlah lama
rawat semua pasien sebanyak 170 hari. Jumlah pasien yang keluar (hidup/mati)
sebanyak 24 pasien.
170
AVLOS = = 7,08 dibulatkan menjadi 7 hari.
24
menjadi 93%
c. Tingkat Ketergantungan Pasien Dan Kebutuhan Perawat dengan Metode Douglas
1. Jumlah Pasien pada tanggal 26 Juni 2018 diruang IRNA Paru RSUD Patut Patuh
Patju Lombok Barat sebanyak 10 pasien, dengan jumlah pasien total = 2 pasien,
dan pasien parsial = 8 pasien.
a. Pasien Total
b. Pasien Parsial
Jumlah kebutuhan perawat Pada tanggal 26 Juni 2018 diruang IRNA Paru
RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat adalah 3 + 7 = 10 perawat dengan kebutuhan
perawat setiap shif adalah
Pagi : 1,26 + 3,6 = 4,86 (5 perawat)
Sore : 0,84 + 2,4 = 3,24 (3 perawat)
Malam : 0,44 + 1,28 = 1,72 (2 perawat)
Jumlah tenaga lepas dinas per hari :
86 x 10 / 297 = 2,89 (3 perawat)
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas pada tanggal 26 Juni
2018 adalah 10 perawat + 3 lepas dinas + 1 kepala ruangan. Jadi total jumlah
perawat yang dibutuhkan yaitu 14 perawat.
2. Jumlah pasien pada tanggal 01 Juli 2018 diruang IRNA Paru RSUD Patut Patuh
Patju Lombok Barat sebanyak 12 pasien, dengan jumlah pasien total = 2 pasien,
pasien parsial = 6 pasien dan pasien minimal = 4 pasien.
a. Pasien Total
b. Pasien Parsial
c. Pasien Minimal
Jumlah kebutuhan perawat Pada tanggal 01 Juli 2018 diruang IRNA Paru
RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat adalah 3 + 5 + 6 = 14 perawat dengan
kebutuhan perawat setiap shif adalah
Pagi : 1,26 + 2,7 + 1,08 = 5,04 (5 perawat)
Sore : 0,84 + 1,8 + 0,72 = 3,36 (3 perawat)
Malam : 0,44 + 0,96 + 3,76 = 5,16 (5 perawat)
3. Jumlah pasien pada tanggal 06 Juli 2018 diruang IRNA Paru RSUD Patut Patuh
Patju Lombok Barat sebanyak 11 pasien, dengan jumlah pasien total = 4 pasien,
pasien parsial = 4 pasien dan pasien minimal = 3 pasien.
a. Pasien Total
c. Pasien Minimal
Jumlah kebutuhan perawat Pada tanggal 06 Juli 2018 diruang IRNA Paru
RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat adalah 5 + 4 + 4 = 13 perawat dengan
kebutuhan perawat setiap shif adalah
Pagi : 1,89 + 2,25 + 0,81 = 4,95 (5 perawat)
Sore : 1,26 + 1,5 + 0,54 = 3,3 (3 perawat)
Malam : 0,66 + 0,8 + 2,81 = 4,33 (4 perawat)
Keuntungan :
Kerugian :
Keuntungan yang diperoleh rumah sakit adalah rumah sakit tidak harus
mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan, tetapi harus merupakan
perawat yang bermutu tinggi.
4.2 Timbang Terima Pasien
1. Persiapan
Persiapan timbang terima mulai dilaksanakan pada minggu kedua dengan kegiatan
sebagai berikut :
a. Mencari literatur guna memperluas wawasan timbang terima
b. Menyusun proposal timbang terima, skenario timbang terima, dan format timbang
terima
c. Melakukan konsultasi kepada pembimbing mengenai proposal serta format
timbang terima yang telah disusun
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan timbng terima mulai dilaksanakan pada minggu kedua
3. Kelebihan
Timbang terima yang dilaksanakan oleh perawat ruangan IRNA Paru RSUD TRIPAT
Gerung. Timbang terima dilaksanakan oleh perawat ruangan sudah oftimal sesuai
teori, melalui 3 tahap yaitu : pra timbang terima, pelaksanaan timabang terima, dan
post timbang terima.
4. Hambatan
a. Timbang terima yang dilakukan oleh mahasiswa
1) Minimnya pengalaman dari mahasiswa dalam pelaksanaan timbang terima
2) Kurang optimalnya penyampaian informasi instuksi mahasiswa dari tim
sebelumnya ke tim berikutnya karena kurangnya kemampuan dari mahasiswa
dalam melaksanakan timbang terima
5. Konsep Solusi
a. Timbang terima dilaksanakan secara bersama dari tim 1 ke tim 2 sehingga semua
perawat akan mengetahui semua kondisi pasien
b. Timbang terima dilaksanakan tepat waktu sehingga pemberian asuhan
keperawatan bisa dilaksanakan lebih komprehensif dan optimal selama 24 jam.
4.3 Sarana Dan Prasarana
1. Persiapan
a. Mengamati apakah sistem laundry diruangan sudah tepat waktu dalam memenuhi
persediaan alat tenun, seperti : selimut, sepray, sarung bantal dll.
b. Melakukan koordinasi dengan kepala ruangan tentang sistem laundry yang ada
diruangan
c. Mengamati penggunaan alat-alat kesehatan terutama alat nebulizer
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan pengamatan sistem laundry dan penggunaan alat-alat kesehatan terutama
nebulizer mulai pada minggu kedua
3. Hambatan
a. Perawat ruangan terkadang memakai spray yang di khususkan untuk pasien
b. Alat nebulizer hanya ada 2 diruangan yaitu untuk pasien TB dan Non TB, akan
tetapi dalam implementasinya seringkali alat nebulizer digunakan tidak sesuai
karena kondisi alat yang kadang-kadang error dan tidak dapat digunakan sehingga
pasien yang Non TB di nebu menggunakan alat nebulizer untuk pasien TB, begitu
juga sebaliknya.
4. Konsep Solusi
a. Menginformasikan kepada Kepala Ruangan untuk menambah jumlah
pengamprahan spray.
b. Menginformasikan kepada Kepala Ruangan untuk menambah dan memperbaiki
alat nebulizer maupun alat kesehatan lainnya yang rusak.
4.4 Supervisi
1. Persiapan
a. Berdiskusi dengan kepala ruangan tentang supervise yang ada diruangan.
b. Mengamati proses supervise internal yang dilakukan oleh kepala ruangan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan pengamatan supervisi internal mulai pada minggu kedua
3. Hambatan
a. Tidak adanya supervise eksternal diruangan IRNA Paru
b. Supervise eksternal di ruangan IRNA paru tidak ada, dan dig anti dengan Morning
Report, hal itu menyebabkan mahasiswa tidak bisa mengamati prosesdari
pelaksanaan Morning Report karena dilakukan diruangan manajemen, sehingga
mahasiswa tidak bisa menentukan morning report yang dilakukan sudah optimal
atau belum.
4. Konsep Solusi
Berdiskusi dengan kepala ruangan tentang kegiatan morning report yang ada di
ruangan IRNA Paru.
4.5 Discharge Planning
Merupakan bagian penting dari program keperawatan klien yang dimulai segera
setelah klien masuk rumah sakit. Discharge planning yang meliputi penjelasan diagnose
keperawatan, obat-obatan, peawatan, lembar kontrol, nutrisi, aktivitas, istirahat ketika di
rumah, penjelasan biasanya dijelaskan oleh perawat, mengenai diit makanan yang harus
dihindari serta makanan yang bagus dikonsumsi oleh klien.
1. Persiapan
Pada tahap persiapan, kelompok melakukan persipan sebagai berikut :
a. Menyusun peoposal discharge planning serta standar kalimat pada discharge
planning
b. Penetapan pelaksanaan discharge planning yaitu minggu kedua pelaksanaan
MAKP.
2. Pelaksanan
Pelaksanaan discharge planning dilakukan pada minggu kedua pelaksanaan MAKP.
Discharge planning dilakukan mulai dari pasien baru masuk rumah sakit sampai akan
pulang yaitu dengan tanda tangan persetujuan pulang oleh keluarga.
3. Hambatan
Hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan discharge planning adalah pemberian
discharge planning yang dilakukan oleh kelompok belum optimal karena kelompok
baru pertama kali melaksanakan discharge planning serta belum menguasai secara
menyeluruh materi yang akan diberikan ke pasien yang akan pulang.
4. Konsep Solusi
Berdasarkan hambatan yang temukan, solusi yang dapat dilakukan adalah
perlunya kesadaran dari masing-masing anggota kelompok untuk lebih menguasai
materi yang akan disajikan sebagai discharge planning dan memiliki kesiapan yang
lebih optimal agar materi yang disampaikan benar dan mudah dipahami oleh pasien
dan keluarganya.
BAB 5
EVALUASI
Pada bab ini akan diuraikan evaluasi dari aplikasi Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) yang dilaksanakan dalam praktik manajemen keperawatan di
ruang Irna RSUD Patut Patuh Patju dengan implementasi yang dilakukan pada
tanggal 18 Juni – 14 Juli 2018. Evaluasi MAKP ditekankan beberapa komponen,
yaitu:1. Discharge Planning, 2. timbang terima
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Dari setiap bentuk kegiatan yang telah dilaksanakan, maka scara umum dapat
disimpulkan sebagai berikut :
6.2 SARAN
Kami menyaari masalah yang akan muncul selama proses kegiatan, salah satunya
dipengaruhi oleh ketidak bisaan dan kurang rasa prcaya diri, sehingga kami meyakini
bahwa sesungguhnya penerapan MAKP tim primer ( modifikasi) dan discharge planning
terhadap ruang rawat inap akan dapat dilaksanakan secara optimal jika pemebiasaan terus
dilakukan dengan mempertahankan plaksanaan MAKP ini.
Bagi mahasiswa, kurangnya penguasaan dengan lingkungan klinik (lack of
enviroment mastery) dan juga manajemen kelompok dalam bekrja perlu dibenahi dengan
komitmen bersama untuk dapat benar-benar mmahami pelaksanaan MAKP dan discharge
planning.
DAFTAR PUSTAKA
2018. Data Primer Irna Paru RSUD Patut Patuh Patju Gerung
2018. Data Sekunder Irna Paru RSUD Patut Patuh Patju Gerung