DISUSUN OLEH :
NUNUNG MUKAYATUN
FITRIYA HANDAYANI R
IDA BAGUS SURYA PUTU M
B. TujuanPenulisan
1. Dapat mengetahui pengertian masa anak.
2. Dapat mengetahui aspek-aspek perkembangan anak.
3. Mengetahui perubahan apa saja yang di alami oleh objek ketika
masa anak
4. Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada agregat dalam
komunitas : Kesehatan anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. ANAK
1. Pengertian
Anak diartikan sebagai seseorang yang usianya kurang dari
delapan belas tahun dan sedang berada dalam masa tumbuh kembang
dengan kebutuhan khusus, baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan
spiritual. Sedangkan anak usia sekolah dapat diartikan sebagai anak
yang berada dalam rentang usia 6-12 tahun, dimana anak mulai
memiliki lingkungan lain selain keluarga (Sunarto, 2009). Anak usia
sekolah biasa disebut anak usia pertengahan. Periode usia tengah
merupakan periode usia 6-12 tahun (Santrock, 2008). Periode usia
sekolah dibagi menjadi tiga tahapan umur yaitu tahap awal 6-7 tahun,
tahap pertengahan 7-9 tahun dan pra remaja 10-12 tahun (DeLaune &
Ladner, 2002; Potter & Perry, 2005).
Menurut Katrina (2015) klasifikasi usia anak berdasar NICHD
(National Institue of Child Health and Human Development) Pediatric
Terminology terbagi menjadi:
a. Preterm neonatal : periode ketika bayi dalam kandungan
hingga dilahirkan
b. Term neonatal : lahir-27 hari
c. Bayi : 27 hari-12 bulan
d. Toddler (mulai belajar berjalan) : 13 bulan-2 tahun
e. Awal masa kanak-kanak : 2-5 tahun
f. Pertengahan masa kanak-kanak : 6-11 tahun
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
Faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anakadalah faktor herediter, lingkungan, dan internal.
a. Faktor Herediter
Faktor yang dapat diturunkan adalah jenis kelamin, ras, dan
kebangsaan(Marlow, 1988). Anak laki‐laki cenderung lebih tinggi
dan lebih berat. Rasatau suku bangsa dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangananak, misalnya suku Asmat secara
turun temurun berkulit hitam.
b. Faktor Lingkungan
1) Lingkungan Pranatal
Lingkungan dalam uterus berpengaruh terhadap
perkembangan fetus.Gangguan nutrisi karena ibu kurang gizi
baik secara kualitas maupunkuantitas, gangguan endokrin pada
ibu penderita Diabetes Melitus, ibudengan terapi sitostatika,
infeksi rubela, toksoplasmosis, sifilis, danherpes akan
berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan fetus.
2) Budaya dan Lingkungan
Budaya dan lingkungan berpengaruh terhadap perilaku ibu
hamil dan polaasuh anak. Anak yang dibesarkan di lingkungan
petani di pedesaan akanmempunyai pola kebiasaan atau norma
perilaku yang berbeda dengananak yang dibesarkan di kota
besar.
3) Status Sosial dan Ekonomi Keluarga
Anak yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga
dengan tingkat sosialekonomi yang rendah, mempunyai
banyak keterbatasan untuk memberimakanan bergizi,
membayar biaya pendidikan, dan memenuhi kebutuhanprimer
yang lain.
4) Nutrisi
Zat gizi esensial, mencakup protein, lemak,
karbohidrat, mineral, vitamindan air yang harus dikonsumsi
secara seimbang, dengan jumlah yangsesuai kebutuhan pada
tahapan usianya.Asupan nutrisi yang berlebihan menimbulkan
dampak yang buruk bagikesehatan anak, misalnya terjadi
penumpukan kadar lemak yangberlebihan dalam sel dan
jaringan.
5) Iklim atau cuaca
Iklim tertentu mempengaruhi status kesehatan anak,
seperti pada musimpenghujan bisa menimbulkan risiko
timbulnya berbagai penyakit menularseperti diare, penyakit
kulit. Oleh karena itu, masyarakat harusmempunyai
kemampuan untuk mengantisipasi kejadian tersebut
danmelakukan tindakan pencegahan.
6) Olahraga/latihan fisik
Olahraga berdampak pada pertumbuhan fisik dan
psikososial anak. Secarafisik, olahraga yang teratur dapat
meningkatkan sirkulasi darah sehinggameningkatkan suplai
oksigen ke seluruh tubuh, menstimulasiperkembangan otot dan
pertumbuhan sel. Pada saat olahraga, anak‐anaksaling
berinteraksi sehingga kemampuan anak untuk interaksi
danberkomunikasi dengan sesama teman akan meningkat.
7) Posisi Anak dalam Keluarga
Posisi anak akan mempengaruhi pola asuh dan pendidikan
terhadap anaktersebut. Anak tunggal tidak mempunyai teman
bicara dan beraktivitaskecuali dengan orang tua, sehingga
kemampuan intelektual anak tunggalakan dapat lebih cepat
berkembang dan mengembangkan harga diripositif, akan tetapi
biasanya akan lebih tergantung dan kurang mandiri.Anak
pertama biasanya mendapat perhatian penuh karena belum
adasaudara yang lain. Untuk anak tengah, orang tua biasanya
sudah lebihpercaya diri dalam merawat anak. Anak terkecil,
biasanya mendapatperhatian penuh dari semua anggota
keluarga sehingga membuat anakmempunyai kepribadian yang
hangat, ramah, dan penuh perhatian pada orang lain.
c. Faktor Internal
1. Kecerdasan
Kecerdasan dimiliki sejak lahir. Anak yang dilahirkan
dengan tingkatkecerdasan yang rendah tidak akan mencapai
prestasi yang cemerlangwalaupun stimulus yang tinggi
diberikan oleh lingkungan.
2. Pengaruh Hormonal
Tiga hormon yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangananak adalah: hormon somatoptropin (growth
hormone), hormon tiroid,dan hormon gonadotropin. Hormon
somatotropin digunakan selama kanakkanakyang mempengaruhi
pertumbuhan tinggi badan karena menstimulasiterjadinya
proliferasi sel kartilago dan sistem skeletal. Hormon
tiroidmenstimulasi metabolisme tubuh, sdangkan gonadotropik
menstimulasipertumbuhan sel intersisial dari testis untuk
memproduksi testosteron,dan ovarium memproduksi esterogen.
3. Pengaruh Emosi
Anak belajar dari orang tua untuk dapat memenuhi
kebutuhan dasarnyasendiri. Anak belajar mengekspresikan
perasaan dan emosinya denganmeniru perilaku orang tua.
2. Pertumbuhan dan perkembangan anak
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat
kuantitatif ataumengandung arti adanya perubahan dalam ukuran dan
struktur tubuh sehingga lebihbanyak menyangkut perubahan fisik.Selain
itu, pertumbuhan dipandang pula sebagai perubahan secara fisiologis
sebagaihasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik Hasil dari
pertumbuhan ini berupabertambah panjang tulang-tulang terutama lengan
dan tungkai, bertambah tinggi danberat badan serta makin bertambah
sempurnanya susunan tulang dan jaringansyaraf. Pertumbuhan ini akan
terhenti setelah adanya maturasi atau kematangan pada diri individu.
Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan adalah suatu perubahan
yang bersifatkualitatif yaitu berfungsi tidaknya organ-organ tubuh.
Perkembangan dapat juga dikatakan sebagai suatu urutan perubahan yang
bersifat saling mempengaruhi antaraaspek-aspek fisik dan psikis dan
merupakan satu kesatuan yang harmonis. Melalui belajar anak akan
berkembang, dan akan mampu mempelajari hal-hal yangbaru.
Perkembangan akan dicapai karena adanya proses belajar, sehingga
anakmemperoleh pengalaman baru dan menimbulkan perilaku baru.
Dalam masa perkembangan, anak diharapkan dapat menguasai
kemampuan sebagai berikut:
1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan.
Anak pada masa inisenang sekali bermain, untuk itu
diperlukan keterampilan-keterampilan fisikseperti menangkap,
melempar, menendang bola, berenang, atau mengendaraisepeda.
2. Pengembangan sikap yang menyeluruh terhadap diri sendiri
sebagai individu yang sedang berkembang.
Pada masa ini anak dituntut untuk mengenal dan dapat
memeliharakepentingan dan kesejahteraan dirinya. Dapat
memelihara kesehatan dankeselamatan diri, menyayangi diri,
senang berolah raga serta berekreasi untukmenjaga kesehatan
dirinya.
3. Belajar berkawan dengan teman sebaya.
Pada masa ini anak dituntut untuk mampubergaul,
bekerjasama dan membina hubungan baik dengan teman sebaya,
salingmenolong dan membentuk kepribadian sosial
4. Belajar menguasai keterampilan-keterampilan intelektual
dasaryaitu membaca, menulisdan berhitung.
Untuk melaksanakan tugasnya di sekolah dan
perkembanganbelajarnya lebih lanjut, anak pada awal masa ini
belajar menguasai kemampuanmembaca, menulis dan berhitung.
5. Pengembangan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari.
Agar dapatmenyesuaikan diri dan berperilaku sesuai dengan
tuntutan dari lingkungannya,anak dituntut telah memiliki konsep
yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
6. Pengembangan moral, nilai dan hati nurani.
Pada masa ini anak dituntut telahmampu menghargai
perbuatan yang sesuai dengan moral dan dapat melakukankontrol
terhadap perilakunya sesuai dengan moral.
7. Memiliki kemerdekaan pribadi.
Secara berangsur-angsur pada masa ini anak
dituntutmemiliki kemerdekaan pribadi. Anak mampu memilih,
merencanakan, danmelakukan pekerjaan atau kegiatan tanpa
tergantung pada orang tua atau orangdewasa lain.
8. Pengembangan sikap terhadap lembaga dan kelompok sosial.
Anak diharapkan telahmemiliki sikap yang tepat terhadap
lembaga dan unit atau kelompok sosial yang ada dalam masyarakat.
c. Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain.
Melalui bahasa,seseorang dapat menyatakan pikiran dan perasaan
dalam bentuk tulisan, lisan,isyarat atau gerak.Pada usia 1 tahun,
selaput otak untuk pendengaran membentuk kata-kata, mulaisaling
berhubungan. Anak sejak usia 2 tahun sudah banyak mendengar kata-
kataatau memiliki kosa kata yang luas. Gangguan pendengaran dapat
membuatkemampuan anak untuk mencocokkan suara dengan huruf
menjadi terlambat.
d. Perkembangan Sosial
Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam berhubungan dengan
orang lain, baikdengan teman sebaya, orang tua maupun saudara-
saudaranya. Sejak kecil anaktelah belajar cara berperilaku sosial sesuai
dengan harapan orang-orang yangpaling dekat dengannya, yaitu
dengan ibu, ayah, saudara, dan anggota keluarga yang lain. Apa yang
telah dipelajari anak dari lingkungan keluarga turut mempengaruhi
pembentukan perilaku sosialnya.
Ada empat faktor yang berpengaruh pada kemampuan anak
bersosialisasi,yaitu :
a. Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang di
sekitarnya dariberbagai usia dan latar belakang.
b. Adanya minat dan motivasi untuk bergaul
c. Adanya bimbingan dan pengajaran dari orang lain, yang
biasanya menjadi“model” bagi anak.
d. Adanya kemampuan berkomunikasi yang baik yang dimiliki
anak.
e. Perkembangan Emosi
Emosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak
pada diriseseorang yang disadari dan diungkapkan melalui wajah atau
tindakan, yangberfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari
dalam) terhadap lingkunganuntuk mencapai kesejahteraan dan
keselamatan.Kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada
sejak bayi dilahirkan.Gejala pertama perilaku emosional dapat dilihat
dari keterangsangan umumterhadap suatu stimulasi yang kuat.
Misalnya bila bayi merasa senang, maka iaakan menghentak-
hentakkan kakinya. Sebaliknya bila ia tidak senang, maka bayibereaksi
dengan cara menangis.
Pada usia 2-4 tahun, karakteristik emosi anak muncul pada
ledakan marahnyaUntuk menampilkan rasa tidak senang, anak
melakukan tindakan yangberlebihan, misalnya menangis, menjerit-
jerit, melemparkan benda, bergulingguling,atau memukul ibunya. Pada
usia ini anak tidak memperdulikan akibatdari perbuatannya, apakah
merugikan orang lain atau tidak.
Pada usia 5-6 tahun, emosi anak mulai matang. Pada usia ini
anak mulaimenyadari akibat-akibat dari tampilan emosinya. Anak
mulai memahamiperasaan orang lain, misalnya bagaimana perasaan
orang lain bila disakiti,maka anak belajar mengendalikan
emosinya.Ekspresi emosi pada anak mudah berubah dengan cepat dari
satu bentukekspresi ke bentuk ekspresi emosi yang lain. Anak dalam
keadaan gembirasecara tiba-tiba dapat langsung berubah menjadi
marah karena ada sesuatuyang dirasakan tidak menyenangkan,
sebaliknya apabila anak dalam keadaanmarah, melalui bujukan dengan
sesuatu yang menyenangkan bisa berubahmenjadi riang.
4. Periode Perkembangan Anak
Menurut Wong (2000) periode perkembangan anak antara lain:
a. Periode Pranatal
Terdiri dari fase germinal (mulai konsepsi sampaikurang lebih
usia kehamilan 2 minggu),embrio (usia kehamilan 2 ‐ 8minggu), dan
fetal (8 minggu – 40minggu atau kelahiran).Terjadi pertumbuhan yang
sangatcepat dan sangat penting karenaterjadi pembentukan organ dan
system organ anak.Asupan nutrisi ibu yang adekuat membantu anak
untuk mencapaiperkembangan fetus yang optimal.
b. Periode bayi
Terbagi atas neonatus (0 – 28 hari) dan bayi (28 hari – 12 bulan)
Pertumbuhan dan perkembangan yang cepat terutama pada
aspekkognitif, motorik, sosial dan pembentukan rasa percaya diri.
Kemampuan orang tua dalam memenuhi kebutuhan dasar
danmemberikan stimulus sensoris‐motor mutlak diperlukan
untukpertumbuhan dan perkembangan anak.
c. Periode kanak kanak awal
Terdiri atas todler ( 1 – 3 tahun) dan pra sekolah (3 – 6 tahun)
Todler menunjukkan perkembangan motorik, kemampuan
aktivitaslebih banyak bergerak, mengembangkan rasa ingin tahu,
dan eskplorasiterhadap benda disekelilingnya.
Risiko terjadi kecelakaan harus diwaspadai.Pada usia prasekolah
d. Periode kanak kanak pertengahan
Dikenal sebagai fase usia sekolah
Dimulai pada usia 6 – 11 atau 12 tahun dengan pertumbuhan anak
lakilakilebih meningkat, perkembangan motorik lebih sempurna.
Anak membutuhkan aktivitas teratur 4 – 5 jam/hari,
mengembangkankemampuan interaksi sosial
Peran guru sangat penting sehingga penting bagi orang tua
untukmemilih sekolah yang baik untuk perkembangan anak.
e. periode kanak kanak akhir
Merupakan fase transisià anak mulai memasuki usia remaja (12 –
18tahun)
Kematangan identitas seksual dan berkembangnya organ
reproduksidan pencapaian identitas diri
Perlu bantuan orang tua untuk memfasilitasi untuk mencapai
identitasdiri yang positif
5. Teori Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pandangan tentang pertumbuhan dan perkembangan adalah sebagai
berikut :
1. Perkembangan psikoseksual (Sigmound Freud)
2. Perkembangan Psikososial/perkembangan (Erikson)
3. Perkembangan kognitif (Piaget)
4. Perkembangan moral (Kohlberg)
1. Perkembangan psikoseksual (Freud)
a. Fase Oral (0 – 11 bulan)
Sumber kesenangan anak berpusat pada aktivitas oral,
sepertimenghisap, menggigit, mengunyah, dan mengucap
Hambatan atau ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan
oralakan mempengaruhi fase perkembangan berikutnya.
Identitas gender pada bayi dimulai dengan adanya perlakuan
ibu atauayah yang berbeda, misalnya : ibu lebih banyak
mengajak bicara padaanak perempuan dan bapak lebih banyak
merangsang perkembanganmotorik bagi anak laki‐laki
b. Fase anal (1 – 3 tahun)
Berpusat pada kesenangan anak, yaitu selama perkembangan
ototsfingter à anak senang menahan feses, bermain dengan
feses sesuaikeinginannya
Toilet training sangat tepat dilakukan pada periode ini.
c. Fase Falik (3 – 6 tahun)
Genetalia menjadi area yang menarik dan sensitive
Anak mulai mempelajari dan penasaran dengan adanya
perbedaanjenis kelamin
Agar anak mendapatkan pemahaman yang benar, orang tua
harusbijaksana dalam memberikan penjelasan tentang hal ini
sesuaidengan perkembangan kognitifnya.
Secara psikologis, anak mulai berkembang superego, dan
mulaiberkurang sifat egosentrisnya
d. Fase laten (6 – 12 tahun)
Anak menggunakan energi fisik dan psikologis yang
merupakan mediauntuk mengeksplorasi pengetahuan dan
pengalaman melalui aktivitasfisik dan sosial.
Pada awal fase ini, anak menyukai berteman dengan jenis
kelaminyang sama.
Anak banyak bertanya tentang seks, mengarah ke sistem
reproduksisehingga orang tua harus bijaksana dalam merespon
dengan jawabanyang hangat dan jujur.
Orang tua harus waspada. Peran ibu dan ayah sangat penting
dalammelakukan pendekatan dengan anak.
e. Fase genetal (12 – 18 tahun)
Anak mulai masuk fase pubertas, yaitu dengan adanya
proseskematangan organ reproduksi dan produksi hormon.
2. Perkembangan Psikososial/Perkembangan (Erikson)
a. Percaya versus tidak percaya (0 – 1 tahun)
Terbentuknya kepercayaan diperoleh dari hubungan dengan
orang lain,orang tua terutama ibu
Rasa percaya berkembang dari belaian ibu disaat kebutuhan
bayiterpenuhi.
Bayi belajar bahwa orang tuanya dapat memberikan perhatian
dancinta kasih sehingga bayi menjadi nyaman.
Untuk membina hubungan dekat dengan anak, Ibu
memerlukandukungan terutama dari suami.
Anak akan tidak percaya jika kebutuhan dasar anak tidak
dipenuhi.
b. Otonomi versus rasa malu dan ragu (1 – 3 tahun)
Perkembangan otonomi berpusat pada kemampuan anak
untukmengontrol tubuh dan lingkungannya.
Anak ingin melakukan hal‐hal yang ingin dilakukan dengan
kemampuanyang sudah dimiliki, misalnya dengan jalan jinjit,
memanjat, memilihbarang yang diinginkan.
Anak akan meniru perilaku orang lain disekitarnya.
Perasaan malu dan ragu akan timbul apabila anak merasa
dirinya kerdilatau saat anak dipaksa oleh orang tua untuk
melakukan sesuatu yangtidak dikehendaki oleh mereka.
c. Inisiatif versus rasa bersalah (3 – 6 tahun)
Inisiatif diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan
melaluikemampuan indera.
Anak mengembangkan keinginan dengan cara ekplorasi
terhadap apayang ada disekelilingnya à menghasilkan sesuatu
yang berprestasi.
Perasaan bersalah akan timbul jika anak tidak mampu
berprestasisehingga merasa tidak puas atas perkembangan
yang tidak tercapai.
d. Industry versus Inferiority (6 – 12 tahun)
Anak belajar bekerjasama dan bersaing dengan anak yang lain
melaluikegiatan yang dilakukan, baik dalam kegiatan sekolah
maupunpermainan yang dilakukan.
Otonomi muncul terutama pada awal usia 6 tahun.
Perubahan fisik, emosi, sosial pada anak berpengaruh
terhadapgambaran tubuh (body image)
Interaksi sosial dan umpan balik dari teman, lingkungan dan
orang lainmencerminkan penerimaan dari kelompok akan
membantu anaksemakin mempunyai konsep diri yang positif
Perasaan sukses akan diperoleh dengan adanya motivasi
internal untukberaktivitas yang mempunyai tujuan.
Kemampuan anak untuk berinteraksi lebih luas dengan teman
di
lingkungannnya dapat memfasilitasi perkembangan perasaan
sukses(sense of industry)
Perasaan tidak adekuat dan inferior atau rendah diri akan
berkembangbila anak terlalu mendapatkan tuntutan darii
lingkungannya dan anaktidak berhasil memenuhi.
Harga diri yang kurang akan mendasari penguasaan tugas-
tugas di faseremaja dan dewasa
Pujian atau penguatan (reinforcement) dari orang tua atau
orangdewasa yang lain terhadap prestasi yang dicapai sangat
penting untukmenguatkan perasaan berhasil dalam melakukan
sesuatu.
e. Indentitas dan kerancuan peran (12 – 18 tahun)
Remaja berusaha untuk menyesuaikan peran sebagai anak
yang sedangberada pada fase transisi.
Menunjukkan peran sengan bergaya sebagai remaja yang
sangat dekatdengan kelompoknya.
Bergaul dengan mengadopsi nilai kelompok dan lingkunganny
untukdapat mengambil keputusannya sendiri.
Kejelasan identitas diperoleh bila ada kepuasan yang diperoleh
dariorang tua atau lingkungan dimana dia berada.
Ketidakmampuan dalam mengatasi konflik akan
menimbulkankerancuan yang harus dijalani.
3. Perkembangan kognitif (Piaget)
a. Tahap sensorik‐motorik (0 – 2 tahun)
Ciri utama perilaku bayi adalah menghisap (sucking).
Meskipun bayitidak menyusu, bibirnya akan
bergerak‐gerak seperti menyusu.
Bila lapar, bayi menangis, dan diam jika ibu menyusukan.
Jika ibu bernyanyi sambil menyusukan, anak akan diam
bila ibubernyanyi walaupun tidak menyusukan
Anak mengembangkan aktivitas dengan menunjukkan
perilakusederhana yang dilakukan berulang ulang.
Perkembangan intelektual dipelajari melalui sensasi dan
pergerakan.Tiga kejadian penting pada tahap ini :
perpisahan anak denganlingkungan, ada persepsi tentang
konsep benda yang permanen ataukonstan serta
penggunaan simbol untuk mempersepsikan situasi atau
benda, misalnya dengan menggunakan mainan.
b. Praoperational (2 – 7 tahun)
Karakteristik utama didasari dengan sifat egosentris
Ketidakmampuan untuk menempatkan diri sendiri di
tempat oranglain.
Pemikiran didominasi oleh apa yang mereka lihat dan
rasakan denganpengalaman lain.
Pada usia 2 – 3 tahun, anak berada antara sensorik motor
danpraoperasioanl sehingga mulai mengembangkan sebab
akibat, trial anderror, dan menginterpretasikan benda atau
kejadian.
Anak prasekolah (3 – 6 tahun) mempunyai tugas untuk
menyiapkan dirimemasuki dunia sekolah.Anak pra sekolah
berada pada fase peralihan antara presconceptualdan
initiative thought.
Fase preconceptual à anak sering menggunakan satu istilah
untukbeberapa orang dengan ciri yang sama, misalnya:
untuk orang tuadipanggil nenek atau kakek.
Fase intuitive thought à anak sudah bisa memberikan alasan
padatindakan yang dilakukan.
Hal yang harus diperhatikan anak prasekolah berasumsi
bahwaorang lain berpikir seperti mereka sehingga perlu
menggali pengertiandengan pendekatan nonverbal.
c. Concrete operational (7 – 11 tahun)
Pemikiran meningkat atau bertambah logis dan koheren.
Mampu mengklasifikasi benda dan perintah serta
menyelesaikanmasalah secara konkrit dan sistematis
berdasarkan apa ang merekaterima dari lingkungan.
Kemampuan berpikir anak sudah rasional, imajinatif, dan
dapatmengali objek atau situasi lebih banyak untuk
menyelesaikan masalah.
Anak sudah mamou berpikir konsep tentang waktu dan
mengingatkejadian yang lalu serta menyadari kegiatan yang
dilakukan berulangulang,tetapi pemahaman belum
mendalam dan selanjutnyaberkembang di akhir usia
sekolah atau awal masa remaja.
d. Formal operational (11 – 15 tahun)
Karakteristik à kemampuan beradaptasi dengan lingkungan
dankemampuan untuk fleksibel terhadap lingkungan.
Anak remaja dapat berpikir dengan pola abstrak
menggunakan tandaatau simbol dan menggambarkan
kesimpulan yang logis
Mereka dapat membuat dugaan dan menguji dengan
pemikiran yangabstrak, teoritis, dan filosofis.
Pola pikir logis membuat mereka mampu berpikir tentang
apa yangorang lain juga memikirkan dan berpikir untuk
memecahkan masalah.
4. Perkembangan moral (Kohlberg)
a. Fase preconventional
Anak belajar baik dan buruk, benar dan salah melalui
budaya sebagaidasar dalam peletakan nilai moral
b. Fase conventional
Anak berorientasi pada mutualitas hubungan interpersonal
dengankelompok.
Anak sudah mampu bekerja sama dengan kelompok dan
mempelajariserta mengadopsi norma yang ada dalam
kelompok selain norma dalamlingkungan keluarga.
Bila perilaku diterima, mereka akan berpersepsi sebagai
suatu perilakuyang baik, jika tindakan mereka menganggu
hubungan dengan keluargadan teman, akan dipersepsikan
sebagai suatu keburukan.
Keadilan adalah hubungan yang saling mengguntungkan
antar individu.
Anak mempertahankan dengan menggunakan norma
tersebut daammengambil keputusan sehingga perlu
dicontohkan karakter yang baikseperti jujur, tolong
menolong, murah hati dan lain‐lain.
c. Fase postconventional
Anak usia remaja à telah mampu membuat pilihan
berdasarkan pada prinsip yang dimiliki dan diyakini.
Apapun tindakan yang diyakini akan dipersepsikan sebagai
suatukebaikan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Tahap pengkajian dilakukan pada tanggal 4-9 juni 2018 yang
dilakukan oleh 13 mahasiswa. Berdasarkan wawancara dengan ketua
RT didapatkan hasil bahwa jumlah KK RT 03 33 KK dan RT 04 50
KK.
Berdasarkan hasil pengkajian di desa Langensari RT 03 dan RT 04
RW 03 didapatkan data sebagai berikut :
: Ds.
Timur Gebugan
Kel. Langensari
62% Pelajar/Mahasiswa
Tidak bekerja
Rumah Tanggan
Karyawan 2.908
Wiraswasta 1.781
Tani 68
Pensiunan 78
PNS 156
TNI/Polri 55
Pelajar/Mahasiswa 2.252
Pedagang 84
Lain-lain 5
9.409
Jenis Kelamin
4%
Laki-laki
Perempuan
96%
Laki-laki 5.213
Perempuan 204
Posyandu : 10 tempat
Dokter : 4 orang
Jenjang Pendidikan
15% 14%
TK
SD
28% SMP
43% SMA
Pendidikan Jumlah
TK 284
SD 889
SMP 593
SMA 317
2083
DISTRIBUSI FREKUENSI
Jumlah KK
Jumlah KK
40%
60% RT 3
RT 4
Jumlah jiwa
Jumlah jiwa di RT 03
34%
66%
RT 3 RT 4
Jenis kelamin di RT 03
43%
57% Laki-laki
Perempuan
51% 49%
Laki-laki
Perempuan
Distribusi Usia di RT 03
2% 7%
24%
12%
11%
44%
Jumlah jiwa berdasarkan usia RT 03 yaitu bayi terdapat 0 orang, balita terdapat 2
orang, pre school terdapat 7 orang, sekolah terdapat 11 orang, remaja terdapat 10
orang, dewasa terdapat 42 orang, dan lansia terdapat 23 orang
Distribusi Usia di RT 04
9% 1%
3%2%
7%
15%
63%
Jumlah jiwa berdasarkan usia RT 04 yaitu bayi terdapat 1 orang, balita terdapat 6
orang, pre school terdapat 4 orang, sekolah terdapat 13 orang, remaja terdapat 29
orang, dewasa terdapat 117 orang, dan lansia terdapat 17 orang
Distribusi Pendidikan di RT 03
13% SD
29% SMP
15%
SMA
0%
3%
1% D3
S1
39%
S2
TS
Jumlah jiwa berdasarkan usia RT 03 yaitu SD terdapat 12 orang, SMP terdapat 14
orang, SMA terdapat 37 orang, D3 terdapat 1 orang, S1 terdapat 3 orang, S2
terdapat 0 orang, dan Tidak Sekolah terdapat 27 orang
Distribusi Pendidikan di RT 04
13% SD
21%
2% SMP
SMA
14%
D3
4% S1
21%
S2
25% TS
Typoid 3 15.79%
DBD 2 10.52%
ISPA 4 21.06%
Jumlah 19 100%
15,79%
Typoid
10,52% DBD
52,63% ISPA
Caries Gigi
21,06%
2. Distribusi kebiasaan makan anak usia sekolah
Gorengan 2 9%
Gula-gula 4 21%
Ciki-ciki 11 50%
Mie 2 7%
Lain-lain 5 13%
jumlah 24 100%
Kebiasaan Makan
9%
13% gorengan
21%
Gula-gula
7% Ciki-ciki
mie
Lain-lain
50%
3. Distribusi kebiasaan Cuci tangan menggunakan sabun sebelum dan
sesudah makan
Jumlah 24 100%
35%
Cuci tangan
Tidak cuci tangan
65%
4. Distribusi Kesehatan anak usia sekolah
Sehat 5 20.83%
Sakit 19 79.17%
jumlah 24 100%
Kesehatan
Sehat Sakit
20.83%
79.17%
A. ANALISA DATA
DO:
a. Dari analisa kuesioner didapatkan data :
mengkonsumsi gorengan 2 orang 9%, gula-gula 4
orang 21 %, ciki-ciki 11 orang 50 %, mie 2 orang
7% dan lain-lain 5 orang 13 %.
b. Dari hasil observasi didapatkan bahwa dilingkungan
RW 3 banyak anak yang jajan di warung-warung
sekitar.
c. Dari analisa kuesioner didapatkan data:
Anak sekolah yang jajanan tidak tertutup 19
orang 83 % dan tertutup 5 orang 17%.
berhubungan
Masalah
B. Prioritas Masalah
Kesehatan
dengan kurangnya
Perilaku kesehatan
cenderung beresiko
Sesuai dengan peran perawat komunitas
5
Resiko terjadi
5
Resiko parah
Interes komunitas
4
Kemungkinan diatasi
3
2. 4 4 3 5 4 4 4 5 4 4 4 4 46
Ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan usia anak
sekolah
berhubungan
dengan strategi
koping tidak efektif
DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
4. Proses Kelompok
3. Programkan gosok
gigi pada anak usia
sekolah menggunakan
pasta gigi
mengandung flour
dengan mengikut
sertakan kader
kesehatan dan orang
tua.