PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam
dirinya yang tidak disadari ( Miller B.F dan Keane ). Bermain adalah kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan keinginan sendiri untuk memperoleh kesenangan.
Bermain merupakan keinginan dalam mengatasi konflik dari anak yang tidak
disadari serta dialami dengan suatu kepuasan . Bermain merupakan sarana bagi anak–
anak untuk belajar mengenal lingkungan kehidupannya. Pada saat bermain, anak–anak
mencobakan gagasan–gagasan mereka, bertanya serta mempertanyakan berbagai
persoalan, dan memperoleh jawaban atas persoalan – persoalan mereka. Melalui
permainan menyusun balok misalnya anak – anak belajar menghubungkan ukuran
suatu obyek dengan lainnya. Mereka belajar memahami bagaimana balok yang besar
menopang balok yang kecil. Mereka belajar konsep bagaimana hal-hal yang lebih besar
mampu menopang hal – hal yang lebih kecil.
Anak yang sakit dirumah sakit umumnya mengalami krisis dikarenakan perubahan
lingkungan yang terjadi pada dirinya. Krisis tersebut dapat dipengaruhi beberapa faktor
seperti usia perkembangan anak, pengalaman masa lalu tentang penyakit, dan ancaman
perawatan. Stress yang dialami seorang anak dirawat dirumah sakit perlu mendapatkan
perhatian dan pemecahannya agar saat dirawat seorang anak mengetahui dan
kooperatif menghadapi permasalahan yang terjadi saat dirawat. Salah satu cara untuk
menghadapi permasalahan tersebut adalah bermain dengan tujuan mengurangi rasa
sakit akibat tindakan invansif yang diterima.
Dari pernyataan diatas, telah mendasari kelompok kami untuk membuat proposal
tentang terapi bermain yang pada nantinya akan diberikan pada anak usia sekolah yaitu
usia 6 sampai dengan 12 tahun. Kelompok akan mencoba menguraikan teori tentang
konsep bermain, pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia sekolah serta jenis
permainan yang dapat diberikan pada anak sekolah.
2. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat memahami tentang isi proposal ini yaitu terapi bermain pada
anak usia 6 tahun sampai 12 tahun.
2) Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat memahami tentang konsep pertumbuhan dan
perkembangan anak
b. Mahasiswa dapat memahami konsep bermain pada anak
c. Mahasiswa dapat menerapkan konsep permainan pada anak usia 6 tahun
sampai 12 tahun
3. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penulisan pengamatan hasil penelitian ini adalah:
BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan dan
Sistematika Penulisan.
BAB II : Konsep Tumbuh kembang yang terdiri dari Pengertian Tumbuh Kembang,
Ciri Proses Tumbuh Kembang, Prinsip Tumbuh Kembang, Tahap
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak, Faktor - Faktor yang Mempengaruhi
Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak, Teori Tumbuh Kembang dan
Konsep Bermain yang terdiri dari Pengertian Bermain, Metode Bermain,
Tahapan Perkembangan Bermain, Fungsi Bermain terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Anak, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pola Bermain
pada Anak, Pedoman untuk Keamanan Bermain, Terapi Bermain pada Anak
yang Dihospitalisasi.
BAB III : Program Bermain Anak Usia Sekolah
BAB IV : Kesimpulan dan Saran
BAB II
TINJAUAN TEORI
Menurut Soetjiningsih, tumbuh kembang anak dimulai dari masa konsepsi sampai
dewasa memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu :
1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi sampai maturitas
atau dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan
2. Dalam periode tertentu terdapat percepatan dan perlambatan dalam proses tumbuh
kembang pada setiap organ tubuh berbeda
3. Pola perkembangan anak adalah sama tapi kecepatannya berbeda antara anak satu
dengan lainnya
4. Aktivitas seluruh tubuh diganti dengan respon tubuh yang khas oleh setiap organ
2. Perkembangan adalah sesuatu yang terarah dan berlangsung terus menerus dalam
pola sebagai berikut :
3. Perkembangan adalah hal yang kompleks, dapat diprediksi, terjadi dengan pola
yang konsisten dan kronologis
d. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun)
1. Motorik
2. Sosial emosional
Mencari lingkungan yang lebih luassehingga cenderung sering pergi dari rumah
hanya untuk bermain dengan teman, saat ini sekolah sanggat berperan untuk
membentuk pribadi anak, disekolah anak harus berinteraksi dengan orang lain
selain keluarga sehingga peran guru sangatlah besar.
3. Pertumbuhan fisik
1. Faktor herediter
Keturunan merupakan faktor yang tidak dapat untuk diubah ataupun dimodifikasi,
ini merupakan modal dasar untuk mendapatkan hasil akhir dari proses tumbang
anak. Melalui instruksi genetic yang terkandung didalam sel telur yang telah dibuahi
dapatlah ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Termasuk dalam faktor
genetic ini adalah jenis kelamin dan suku bangsa /ras. Misalnya, anak keturunan
bangsa eropa akan lebih tinggi dan lebih besar jika dibandingkan dengan keturunan
asia termasuk indonesia, pertumbuhan postur tubuh wanita akan berbeda dengan
laki-laki.
2. Faktor lingkungan
1) Lingkungan internal
Hal yang berpengaruh diantaranya adalah hormon dan emosi. Ada tiga hormon
yang mempengaruhi pertumbuhan anak, hormon somatotropin merupakan
hormon yang mempengaruhi jumlah sel tulang, merangsang sel otak pada masa
pertumbuhan,berkurangnya hormon ini dapat menyebabkan gigantisme. Hormon
tiroid akan mempengaruhi pertumbuhan tulang, kekurangan hormon ini akan
menyebabkan kretinesme dan hor,on gonadotropin yang berfungsi untuk
merangsang perkembangan seks laki-laki dan memproduksi spermatozoa,
sedangkan esterogen merangsang perkembangan seks sekunder wanita dan
produksi sel telur. Jika kekurangan hormon gonadotropin ini akan menyebakan
terhambatnya perkembangan seks.
Terciptanya hubungan yang hangat dengan orang lain seperti ayah, ibu, saudara,
teman sebaya, guru dan sebagainya akan berpengaruh besar terhadap
perkembangan emosi, sosial, dan intelektual anak. Cara seseorang anak dalam
berinteraksi dengan orang tua akan mempengaruhi interaksi anak diluar rumah.
Pada umumnya anak yang perkembangannya baik dan mempunyai intelegensi
yang tinggi dibandingkan dengan anak yang tahap perkembangannya terhambat.
2) Lingkungan eksternal
Olahraga yang teratur dapat meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh, aktifitas
fisiologis dan stimulasi terhadap perkembangan otot-otot, posisi anak dalam
keluarga juga berpengaruh, anak pertama akan menjadi pusat perhatian orang
tua, sehingga semua kebutuhan dipenuhi baik itu kebutuhan fisik, emosi, maupun
sosial.
Tahapan perkembangan :
a. Pengertian Bermain
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bermain adalah aktivitas
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama
dengan kerja pada orang dewasa, yang dapat menurunkan stres anak, belajar
berkomunikasi dengan lingkungan, menyesuaikan diri dengan lingkungan, belajar
mengenal dunia dan meningkatkan kesejahteraan mental serta sosial anak.
Anak dalam keadaan sakit atau yang mendapat perawatan dirumah sakit
umumnya mengalami krisis dikarenakan perubahan lingkungan yang terjadi pada
dirinya. Krisis tersebut dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti usia
perkembangan anak, pengalaman masa lalu tentang penyakit, dan rasa terancam
karena perawatan. Stress yang dialami seorang anak dirawat dirumah sakit perlu
mendapatkan perhatian dan pemecahannya agar saat dirawat seorang anak
mengetahui dan kooperatif menghadapi permasalahan yang terjadi saat dirawat.
Salah satu cara untuk menghadapi permasalahan tersebut adalah bermain dengan
tujuan mengurangi rasa sakit akibat tindakan invansif yang diterima.
Gibon dan Boren mendeskripsikan 3 tipe permainan yang bermanfaat untuk
mengurangi rasa stress anak, yaitu:
1. Bermain rekreasi atau bermain dengan tujuan bersenang-senang yaitu bermain
bemain spontan yang tidak terstruktur.
2. Bermain terapetik yaitu bila orang dewasa menstruktur aktifitas untuk tujuan
tertentu, biasanya sebelum atau sesudah pengobatan
3. Bermain dengan tujuan Terapi yaitu, bermain yang bertujuan
meninterprestasiakan permainan anak dan merekomendasikan intervensi yang
sesuai. Tipe bermain ini bertujuan untuk untuk memberikan pengalaman pada
anak menyelesaiakan konflik internal, dan tipe ini merupakan komponen penting
pendekatan psikososial untuk merawat anak.
a. Tahap eksplorasi
Hingga bayi berusia sekitar 3 bulan, permaianan mereka terutama terdiri atas
melihat orang dan benda serta melakukan usaha acak untuk menggapai benda
yang diasungkan dihadapannya. Selanjutnya mereka akan mengendalikan
tangan sehingga cukup memungkinkan bagi mereka untuk mengambil,
memegang dan memperlajari benda kecil. Setelah mereka dapat merangkak atau
berjalan, mulai memperhatikan apa saja yang berada dalam jarak jangkauannya.
b. Tahap permainan
Bermain barang mainan dimuali pada tahun pertama dan mencapai puncaknya
pada usia antar 5 dan 6 tahun. Pada mulanya anak hanya mengeksplorasi
mainannya. Antara 2 dan 3 tahun mereka membayangkan bahwa mainannya
mempunyai sifat hidup, dapat bergerak, berbicara dan merasakan. Dengan
semakin berkembangnya kecerdasan anak, mereka tidak lagi mengangap benda
mati sebagai sesuatu yang hidup dan hal ini mengurangi minatnya pada barang
mainan. Faktor lain yang mendorong penyusutan minat dengan barang mainan
ini adalah bahwa permaianan itu sifatnya menyendiri sedangkan mereka
menginginkan teman. Setelah masuk sekolah, kebanyakan anak mengangap
bermaian barang sebagai “permaianan bayi”
c. Tahap bermain
d. Tahap melamun
b. Jenis kelamin, pada saat usia sekolah biasanya anka laki-laki engan bermain
dengan anak perempuan, mereka sudah bisa membentuk komunikasi sendiri,
dimana anak wanita bermain sesama wanita dan anak laki-laki bermain sesama
laki-laki. Tipe dan alat permainanpun akan berbeda, misalnya anak laki-laki
suka bermain bola, pada anak permpuan suka main boneka.
c) Associative play
Bermain dalam kelompok , dalam suatu aktivitas yang sama tetapi masih
belum terorganisir, tidak ada pembagian tugas, mereka bermain sesuai
keinginannya. Misalnya, anak bermain hujan-hujanan di teras rumah,
berlari-lari dan sebagainya. Hal ini banyak dialami pada anak pre school.
d) Cooperative play
2. Menurut isi
d) Dramatic play
Melakukan peran sesuai keinginannya atau dengan apa yang dia lihat dan
dia dengar, sehingga anak akan membuat fantasi dari permaianan itu.
Misalnya, anak pernah berkunjung kerumah sakit waktu salah satu
tetangganya sakit, dia melihat perawat dan dokter . sesampainya dirumah
dia berusaha untuk memerankan dirinya sebagai seorang perawat maupun
dokter, sesuai dengan apa yang dia lihat dan diterima tentang peran
tersebut.
Ada juga yang disebut dengan Alat Permainan Edukatif (APE). APE
merupakan alat permainan yang dapat memberikan fungsi permainan secara optimal
dan perkembangan anak,dimana melalui alat permainan ini anak akan selalu dapat
mengembangkan kemampuan fisiknya,bahasa,kemampuan kognitifnya,dan adaptasi
sosialnya. Dalam mencapai fungsi perkembangan secara optimal,maka alat
permainan ini harus aman,ukurannya sesuai dengan usia anak,modelnya
jelas,menarik,sederhana,dan tidak mudah rusak.
Dalam penggunaan alat permainan edukatif ini banyak dijumpai pada masyarakat
kurang memahami jenis permainan karena banyak orang tua membeli permainan
tanpa memperdulikan jenis kegunaan yang mampu mengembangkan aspek
tersebut,sehingga terkadang harganya mahal,tidak sesuai dengan umur anak dan tipe
permainannya sama.
Untuk mengetahui alat permainan edukatif, ada beberapa contoh jenis permainan
yang dapat mengembangkan secara edukatif seperti : permainan sepeda roda tiga
atau dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong jenis ini mempunyai pendidikan
dalam pertumbuhan fisik atau motorik kasar,kemudian alat permainan
gunting,pensil,bola,balok,lilin jenis alat ini dapat digunakan dalam mengembangkan
motorik halus, alat permainan buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka , pensil
warna, radio dan lain-lain, ini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan
kognitif atau kecerdasan anak, alat permainan seperti buku gambar, buku cerita,
majalah, radio, tape dan televise tersebut dapat digunakan dalam mengembangkan
kemampuan bahasa, alat permainan seperti gelas plastic, sendok, baju, sepatu, kaos
kaki semuanya dapat digunakan dalam mengembangkan kemampuan menolong diri
sendiri dan alat permainan seperti kotak, bola dan tali, dapat digunakan secara
bersama dapat dilakukan untuk mengembangkan tingkah laku social.
Selain menggunakan alat permainan secara edukatif, harus ada peran orang tua
atau pembimbing dalam bermain yang memiliki kemampuan tentang jenis alat
permainan dan kegunaannya, sabar dalam bermain, tidak memaksakan, mampu
mengkaji kebutuhan bermain seperti kapan harus berhenti dan kapan harus dimulai,
memberikan kesempatan untuk mandiri.
8. Terapi Bermain pada Anak yang Dihospitalisasi
Setiap anak meskipun sedang dalam perawatan tetap membutuhkan aktivitas
bermain. Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan
tugas perkembangan secara normal dan membangun koping terhadap stres,
ketakutan, kecemasan, frustasi dan marah terhadap penyakit dari hospitalisasi (Mott,
1999).
Bermain juga menyediakan kebebasan untuk mengekspresikan emosi dan
memberikan perlindungan anak terhadap stres, sebab bermain membantu anak
menanggulangi pengalaman yang tidak menyenangkan, pengobatan dan prosedur
invasif. Dengan demikian diharapkan respon anak terhadap hospitalisasi berupa
perilaku agresif, regresi dapat berkurang sehingga anak lebih kooperatif dalam
menjalani perawatan di rumah sakit.
Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain dilaksanakan di
suatu rumah sakit, antara lain:
1. Memfasilitasi situasi yang tidak familiar
2. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan control
3. Membantu untuk mengurangi stres terhadap perpisahan
4. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang fungsi dan bagian tubuh
5. Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan
peralatan dan prosedur medis
6. Memberi peralihan dan relaksasi
7. Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing
8. Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan
perasaan
9. Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif
terhadap orang lain
10. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat
11. Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik (Wong ,1996).
Prinsip Bermain di Rumah Sakit
1. Tidak banyak mengeluarkan energi, singkat dan sederhana.
2. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang.
3. Kelompok umur yang sama.
4. Permainan tidak bertentangan dengan pengobatan
5. Semua alat permainan dapat dicuci
6. Melibatkan orang tua.
Dukungan dari orang tuapun merupakan faktor penting yang harus diberikan untuk
memotivasi anak. Hal-hal yang perlu diberikan sebagai orang tua antara lain:
a. Memberikan dukungan
Dukungan positif dapat berupa menjaga anak saat dirawat di rumah sakit,
mendampingi anak saat diperiksa petugas medis, atau memberikan beberapa
treatment pengobatan. Yang tak kalah penting, memberi sentuhann lembut, seperti
pelukan atau mengelus saat anak mengalami kesakitan.
b. Bersikap optimis dan tidak menampakkan kecemasan didepan anak.
Orang tua yang menampakkan wajah ceria, meski beban yang ditanggungnya cukup
berat, akan membuat anak bersikap tabah dan ceria dalam menghadapi kondisi
sakitnya.
c. Menanamkan pengertian bahwa proses pengobatan dan perawatan dirumah
sakit adalah proses menuju kesembuhan.
Perlu diingat, beri pengertian kepada anak bahwa dokter atau petugas medis lainnya
adalah orang-orang yang menolongnya untuk sembuh
BAB III
STRATEGI PELAKSANAAN PROGRAM BERMAIN
Leader : Suemi
Co-Leader : Istiqomah Prima W
Fasilitator :
a. Zulkarnain
b. Sulasriani
7. Strategi permainan :
KEGIATAN BERMAIN
Kegiatan
No Tahapan Waktu
Perawat Klien
1. Fase Pra-Interaksi 5 menit a. Mempersiapkan diri
b. Mempersiapkan
media & alat yang akan
digunakan
c. Mempersiapkan
tempat untuk bermain
d. Mempersiapkan klien
8. Evaluasi
1) Kaji respon anak secara verbal maupun non verbal dalam kemampuan anak
mengikuti permainan selama permainan berlangsung
2) Pantau keadaan anak selama bermain
3) Kaji tercapainya tujuan bermain
Denah Permainan
Keterangan:
Leader fasilitator
Co leader
Anak observer
Denah :
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Perkembangan adalah hal yang teratur dan mengikuti rangkaian tertentu. Bermain
merupakan proses dinamis yang sesungguhnya tidak menghambat anak dalam
proses belajar, sebaliknya justru menunjang proses belajar anak. Orang tua yang
keberatan terhadap aktivitas bermain anak justru menghambat kemampuan
kreativitas anak untuk mengenal dirinya sendiri serta lingkungan hidupnya. Dalam
usia sekolah tuntutan yang dihadapi oleh anak semakin banyak.
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Perry, A,G & Potter, P.A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta :
EGC.
Perry,A,G.& Potter,P.A. 1999. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Riyadi, Sujono & Sukatmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak Ed Pertama.
Yogyakara : Graha Ilmu
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan kasih-Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan PROPOSAL
ditentukan. Proposal terapi bemain ini diajukan guna memenuhi tugas yang diberikan stase
Keperawatan Anak.
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari
semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat
menyelesaikan Proposal Terapi Bernain ini baik itu secara langsung maupun tidak
langsung.
Kami menyadari isi ini Proposal Terapi Bernain masih jauh dari kategori sempurna,
baik dari segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan.oleh karen itu, kritik dan saran yang
membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan, sangat kami harapkan demi
Kelompok anak
PROPOSAL
ii
TERAPI BERMAIN ANAK
“MERANGKAI HURUF MENJADI KATA DAN MENCOCOKKAN
KATA DENGAN GAMBAR ”
O LE H
Mengetahui :
PEMBIMBING PEMBIMBING
AKADEMIK RUANGAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR PUSTAKA
iii