Anda di halaman 1dari 12

PEMBUATAN BIOGAS DENGAN SUBSTRAT LIMBAH KULIT BUAH

SERTA LIMBAH CAIR TAHU DAN COSUBSTRAT KOTORAN SAPI


DENGAN VARIABEL PERBANDINGAN KOMPOSISI SLURRY DAN
PENAMBAHAN EM4

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik

Oleh:

BAYU WICAKSONO
D 500 130 110

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
HALAMAN PERSETUJUAN

PEMBUATAN BIOGAS DENGAN SUBSTRAT LIMBAH KULIT BUAH


SERTA LIMBAH CAIR TAHU DAN COSUBSTRAT KOTORAN SAPI
DENGAN VARIABEL PERBANDINGAN KOMPOSISI SLURRY DAN
PENAMBAHAN EM4

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

BAYU WICAKSONO
D 500 130 110

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen
Pembimbing

Eni Budiyati, S.T., M.Eng


NIK : 991

i
HALAMAN PENGESAHAN

PEMBUATAN BIOGAS DENGAN SUBSTRAT LIMBAH KULIT BUAH


SERTA LIMBAH CAIR TAHU DAN COSUBSTRAT KOTORAN SAPI
DENGAN VARIABEL PERBANDINGAN KOMPOSISI SLURRY DAN
PENAMBAHAN EM4

BAYU WICAKSONO
D 500 130 110

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Rabu, 24 Mei 2017 dan dinyatakan telah
memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Eni Budiyati, S.T.,M.Eng (…………..)


(Ketua Dewan Penguji)
2. M. Mujiburohman, ST., MT., Ph.D (…………..)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Kusmiyati, S.T.,M.T.,Ph.D (…………..)
(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Ir. H. Sri Sunarjono., M.T.,Ph.D


NIK. 682
ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang

lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya

pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 31 Oktober 2017

Penulis

BAYU WICAKSONO
D 500 130 110

0
PEMBUATAN BIOGAS DENGAN SUBSTRAT LIMBAH KULIT BUAH
SERTA LIMBAH CAIR TAHU DAN COSUBSTRAT KOTORAN SAPI
DENGAN VARIABEL PERBANDINGAN KOMPOSISI SLURRY DAN
PENAMBAHAN EM4

Abstrak
Biogas adalah suatu sumber energi terbarukan yang sekarang banyak dikembangkan
sebagai sumber energi alternatif pengganti LPG. Biogas biasanya terbuat dari limbah
kotoran hewan dan sampah organik. Beberapa kelebihan biogas adalah, mengurangi
ketergantungan penggunaan gas LPG, mengurangi pengaruh gas rumah kaca,
mengurangi sampah, relatif lebih aman dari bahaya kebakaran, dan tentunya biaya
yang dibutuhkan juga sangat murah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh
komposisi slurry, penambahan cosubsrat kotoran sapi, serta penambahan effective
microorganism (EM4) terhadap kadar gas metana (CH4) dan uap air (H2O), volume
biogas, serta nyala api pada biogas yang dihasilkan. Tahapan dalam penelitian adalah
dengan menambahkan slurry dengan cosubstrat kotoran sapi dan mencampurkan
dengan variasi penambahan EM4 sebanyak 1%, 3%, dan 5%. Dari penelitian yang
dilakukan dalam suhu 28oC dan tekanan 1 atm, didapatkan hasil yang terbaik adalah
pada penambahan EM4 5%, dengan perincian sebagai berikut: hasil gas metana yang
didapatkan adalah 55,84% sedangkan untuk gas karbondioksida sebesar 34,10%.
Volume yang dihasilkan sebanyak 400 liter dan api yang menyala berwarna biru.

Kata Kunci: EM4, kotoran sapi

Abstract
Biogas is a renewable energy source that is now being developed as an alternative
energy source for LPG replacement. Biogas is usually made from animal and organic
wastes. Some of the advantages of biogas are reducing the dependence of LPG gas
usage, reducing the influence of greenhouse gases, reducing waste, relatively safer
from fire hazards, and of course the cost is also very cheap. The aim of this research is
to know the effect of slurry composition, addition of cow dung cosubstrat, and
addition of effective microorganism (EM4) on the methane gas (CH4) and water vapor
(H2O), biogas volume, and flame on the production of biogas. The stages in the
research were adding slurry with cow dung cosubstrat and mixing them with 1%, 3%,
and 5% variations of addition of EM4. From the research conducted in temperature
28oC and 1 atm pressure, the best result was the addition of EM4 5%, with the
following details: the methane gas yield obtained was 55.84% while for the carbon
dioxide gas was 34.10%. the volume produced was 400 liters and the color of the fire
was blue.
Keywords: EM4, cow dung

1. PENDAHULUAN

Berdasarkan uraian di atas Untuk menanggulangi ketergantungan terhadap energi fosil yang
semakin habis, ditemukan teknologi biogas yang memanfaatkan sampah maupun kotoran hewan.
Energi biogas adalah energi berupa gas metana yang dihasilkan dari sampah yang dibantu dengan
cosubstrat kotoran, limbah maupun EM4.
1
Di sekitar kampus 1 dan 2 Universitas Muhammadiyah Surakarta, terdapat banyak sekali
penjual rujak, lotis, maupun jus buah yang menghasilkan sampah kulit buah. Dan sebagian besar
masyarakat tidak mengetahui manfaat sampah kulit buah tersebut. Sampah organik tersebut
berpotensi digunakan sebagai bahan baku pembuatan biogas.
Biogas adalah gas yang dihasilkan secara mikrobiologi anaerobik dari limbah organik
(Khorsidi dan Arikan, 2008). Dari peneltian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewilda dkk.,
dengan menggunakan sampah, kotoran ternak, jerami, eceng gondok, serta bahan lainnya,
didapatkan hasil sebagai berikut: CH4 (55-70%), CO2 (25-50%), H2O (1-5%), H2S (0-0,5%), N2 (0-
5%) dan NH3 (0-0,05%). Kelebihan biogas sendiri sangat banyak, selain dapat mengurangi
ketergantungan penggunaan gas LPG, biogas juga dapat mengurangi pengaruh gas rumah kaca,
mengurangi sampah, relatif lebih aman dari bahaya kebakaran, dan biaya yang dibutuhkan sangat
murah.
Penelitian tentang pembuatan biogas dilakukan untuk menjawab pertanyaan yang sangat
umum tentang bagaimana usaha untuk mengurangi/memanfaatkan sampah di lingkungan kampus 1
dan 2 UMS, karena jumlah sampah kulit buah di daerah tersebut sangat banyak dan jika dikelola
dengan baik tentunya dapat menjadi sumber energi terbarukan. Dengan memanfaatkan sampah kulit
buah tersebut menjadi biogas, diharapkan dapat mengurangi polusi lingkungan dan menemukan
sumber energi baru yang ramah lingkungan.

2. METODE
Pengambilan bahan baku penelitian didapatkan dari para penjual jus buah di sekitar kampus 2 UMS
untuk kulit buah; pabrik tahu “Pak Aco” untuk limbah cair tahu; dan peternakan sapi di Kabupaten
Boyolali untuk kotoran sapi. Proses pembuatan biogas ada 2 tahapan yaitu tahap pretreatment dan
tahap utama. Tahap pretreatment dilakukan untuk memperoleh komposisi slurry (limbah kulit buah
dan limbah cair tahu) yang paling optimum. Sedangkan tahap utama adalah proses pembuatan
biogas dengan tambahan cosubstrat kotoran sapi dan variabel penambahan EM4.

2.1 Alat dan Bahan


a. Alat yang digunakan dalam pembuatan biogas yaitu:
alat suntik, botol, blender, corong, dob ban, ember, gelas ukur, kabel tis, pengaduk, selang,
venoject.
b. Bahan yang digunakan dalam pembuatan biogas yaitu:
air, EM4, kotoran sapi, limbah kulit buah, limbah cair tahu.

2
2

1
3

Keterangan gambar :
1. Reaktor/digester
2. Selang
3. Ember
4. Gelasukur
5. Penyangga
Gambar 1. Skema rangkaian alat pembuatan biogas.

2.3 Prosedur Penelitian


a. Tahap Pretreatment
Mencacah limbah kulit buah dan mencampurkannya dengan air dan limbah cair tahu untuk
selanjutnya digunakan sebagai slurry dengan komposisi perbandingan 1:1, 1:2, dan 1:5.
b. Tahap Utama
Menyiapkan komposisi slurry yang paling baik yaitu 1:2, selanjutnya menambah cosubstrat
kotoran sapi sebanyak 2 liter. Langkah terakhir, mencampurkan hasil yang terbaik dari
penelitian sebelumnya dengan variasi penambahan EM4 yaitu sebanyak 1% (0,04 liter), 3%
(0,12 liter), dan 5% (0,2 liter). Setelah itu melakukan fermentasi selama kurang lebih 3
minggu. Dan bias dilihat hasil volume, kadar gas metana, dan karakteristik nyala api.
Analisis kandungan gas metana dan gas karbondioksida dilakukan dengan menggunakan alat
GC (Gas Chromatography), untuk pengukuran volume biogas dilakukan dengan
menggunakan gelas ukur yang diletakkan dengan kondisi terbalik dalam ember yang berisi
air, sedangkan untuk uji karakteristik nyala api biogas dilakukan dengan cara kontak dengan
lilin sehingga dapat dilihat warna api biogas.

3
2.4 Diagram Blok Cara Kerja
Cara kerja tahap pretreatment dijelaskan pada gambar 2, sedangkan untuk tahap utama
dijelaskan pada gambar 3.

Limbah kulit buah + air

limbah cair tahu ember Diaduk

Suhu Waktu fermentasi


Digester
300C (30 hari)

Biogas

• Pengukuran volume biogas


• Uji kandungan gas metana dalam biogas
• Uji nyala api biogas

Gambar 2. Diagram alir tahap pretreatment.

(Limbah kulit buah & Air + limbah cair tahu)

Kotoran sapi
ember Diaduk
Variasi penambahan
EM4
Suhu Waktu fermentasi
Digester
300C (60 hari)

Biogas

• Pengukuran volume biogas


• Uji kandungan gas metana dalam biogas
• Uji nyala api biogas

Gambar 3. Diagram alir tahap utama.

4
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Uji Kandungan Gas Metana dan Gas CO2
Komponen utama dalam biogas adalah gas metana dan karbondioksida yang dapat
dianalisis dengan menggunakan Gas Chromatography. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tahap Pretreatment:
Tabel 1. Hasil analisis gas tahap pretreatment.
Variabel Hasil Analisis (%)
(limbah kulit buah : limbah cair tahu) Metana Karbondioksida
1:1 0,1 89,98
1:1,5 0,13 64,11
1:2 0,16 76,52
(Laboratorium Fakultas Teknologi Pangan, UGM)
Tahap Utama:
Tabel 2. Hasil analisis gas tahap utama.
Hasil Analisa (%)
Perlakuan Metana Karbondioksida
+ 1 % EM-4 54,75 31,62
+ 5 % EM-4 55,84 34,10
(Laboratorium Fakultas Teknologi Pangan, UGM)

Dari tabel tahap pretreatment didapatkan hasil gas metana yang sangat kecil dibandingkan
dengan gas karbondioksida. Dalam tahap pretreatment, dapat dikatakan bahwa pembentukan gas
metana tidak berada dalam kondisi optimum. Hal ini dikarenakan pada tahap proses pembentukan
biogas masih dalam tahap pembentukan asam asetat (acetogenesis). Sehingga proses perubahan
asam asetat menjadi gas metana pada tahap pembentukan gas metana (methanogenesis) oleh
bakteri metanogen belum terjadi sepenuhnya. Sehingga gas metana yang dihasilkan belum
optimal dan masih banyak mengandung gas CO2.
Sedangkan pada tabel proses utama dapat dilihat bahwa ada perbedaan kadar gas metana
namun tidak terlalu jauh pada penambahan EM4 1% dan 5%. Untuk penambahan EM4 1%
didapatkan kadar gas metana sebesar 54,75% sedangkan pada penambahan EM4 5% didapatkan
kadar gas metana sebesar 55,84%. Hal ini berbanding lurus dengan kadar karbondioksida yang
telah dianalisis. Bisa dilihat bahwa untuk penambahan EM4 sebesar 1% didapatkan gas
karbondioksida sebanyak 31,62% sedangkan untuk penambahan EM4 sebesar 5% didapatkan gas
karbondioksida sebanyak 34,10%.
Dapat disimpulkan bahwa penambahan EM4 sebesar 5% lebih efektif dalam
menghasilkan biogas. Hasil ini sesuai karena pada dasarnya prinsip EM4 adalah mempercepat
degradasi selulosa, hemiselulosa, dan lignin menjadi senyawa yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme penghasil biogas, sehingga produksi biogas meningkat.

5
3.2 Pengukuran Volume Biogas
Pada tahap pretreatment, kadar volume biogas yang paling banyak dihasilkan pada
komposisi slurry 1:2 sebanyak 85 liter. Proses utama, volume biogas yang dihasilkan pada
penambahan 5% EM4 adalah 400 liter. Sedangkan untuk penambahan 1% EM4 menghasilkan
volume sebesar 335 liter.
Hasil optimum diperoleh pada penambahan EM4 sebesar 5%. Hal ini terjadi karena
ketersediaan jumlah bahan organik yang didegradasi pada saat penambahan EM4 5%, dalam
keadaan seimbang dengan jumlah pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan organik.
Penambahan EM4 dapat mempercepat pembentukan biogas (Rusdi dkk., 2012). Bisa disimpulkan,
bahwa semakin banyak jumlah EM4 yang ditambahkan, makan semakin banyak pula volume
biogas yang dihasilkan.
Jumlah Volume yang diperoleh dari 2 variasi penambahan EM4 tersebut terpaut cukup
jauh. Hal ini dikarenakan proses pengukuran yang dilakukan dengan cara yang sederhana.
Tahap Pretreatment:

Kadar Volume Biogas


85
85 81

80
VOLUME (L)

74
75

70

65
1 1.5 2
VARIABEL KOMPOSISI SLURRY

Gambar 4. Grafik volume tahap pretreatment


Tahap Utama:

Gambar 5. Grafik volume tahap utama


6
3.3 Uji Karakteristik Nyala Api Biogas
Gambar 6 menunjukkan bahwa karakteristik api yang dihasilkan untuk variasi penambahan
EM4 5% berwarna biru. Hal ini sesuai dengan spesifikasi gas metana pada nyala api yang ditandai
dengan nyala api berwarna biru (Wati dkk., 2011). Besaran nyala api yang dihasilkan sangat baik.
Dan api menyala cukup lama hingga biogas dalam digester habis.

Gambar 6. Uji karakteristik nyala api biogas pada penambahan EM4 5%

4. PENUTUP
Campuran limbah kulit buah, limbah cair tahu, kotoran sapi, dan EM4 bisa menghasilkan biogas
dengan rincian kondisi operasi dan hasil sebagai berikut:
a. Hasil uji gas metana didapatkan hasil untuk penambahan EM4 1% sebesar 54,75% sedangkan
untuk penambahan EM4 5% diperoleh hasil sebesar 55,84%.
b. Hasil uji gas karbondioksida didapatkan hasil untuk penambahan EM4 1% sebesar 31,62%
sedangkan untuk penambahan EM4 5% diperoleh hasil sebesar 34,10%.
c. Volume yang dihasilkan, untuk penambahan EM4 1% sebesar 335 liter. Sedangkan untuk
penambahan EM4 5% sebesar 400 liter.
d. Kedua variasi penambahan penambahan EM4 menghasilkan api berwarna biru.

5. DAFTAR PUSTAKA

Dewilda, Y., Sari, S. M., Air, L., Teknik, J., Universitas, L., Buangan, L., … Andalas, U. (2012).
DAN BUAH DENGAN KO-SUBSTRAT LIMBAH ISI RUMEN SAPI, 9(1), 26–36.

Dewi, T. K., dan Dewi, C. K. (2014). Pembuatan Gas Bio dari Serbuk Gergaji, Kotoran sapi, dan
Larutan EM4. urnal Teknik Kimia 1. vol 20.

Dianursanti, Rizkytata, B. T., Gumelar, M. T., dan Abdullah, T. H. (2014). Industrial tofu
wastewater as a cultivation medium of microalgae Chlorella vulgaris. Energy Procedia, 47,
56–61. http://doi.org/10.1016/j.egypro.2014.01.196

7
Herawati, D. A., dan Wibawa, A. A. (2010). Pengaruh Pretreatment Jerami Padi pada Produksi
Biogas dari Jerami Padi dan Sampah Sayur Sawi Hijau Secara Batch, 4(1), 25–29.

Hidayat, M. R., Hidayati., Utomo, P. P., (2012). Produksi Biogas dari Industri Limbah Cair Tahu
dengan Biokatalis Effective Microorganism (EM4). Jurnal Biopropal Industri No 1. Vol 3.

Irawan, D., dan Suwanto. E. (2016). Pengaruh EM4 (Effective Microorganisme) terhadap produksi
biogas dengan menggunakan bahan baku kotoran sapi. Jurnal teknik mesin no 1. vol 5

Masrol, S. R., Ibrahim, M. H. I., and Adnan, S. (2015). Chemi-mechanical Pulping of Durian Rinds.
Procedia Manufacturing, 2(February), 171–180. http://doi.org/10.1016/j.promfg.2015.07.030

Okonkwo, U. C., Onokpite, E., and Onokwai, A. O. (2016). Comparative study of the optimal ratio
of biogas production from various organic wastes and weeds for digester/restarted digester.
Journal of King Saud University - Engineering Sciences.
http://doi.org/10.1016/j.jksues.2016.02.002

Wiratama, I. P. A., Sukadana, I. G. K., dan Tenaya, I. G. N. P. (2012). Studi Eksperimental


Pengaruh Variasi Bahan Kering Terhadap Produksi dan Nilai Kalor Biogas Kotoran Sapi.
Jurnal Energi dan Manufaktur No 1. Vol 5.

Sadzali, I. (2010). Potensi limbah tahu sebagai biogas, 1, 62–69.

Sanjaya, I. G. Made. (2012). Biokonversi Sampah Organik Pasar Menjadi Biogas Menggunakan
Starter Effective Microorganisms (EM4), ISSN 2302-7290, 17-19.

Sari, K. P., dan Pesantri, H. (2009). Ekstraksi pektin dari kulit mangga, 16(4), 42–49.

Sudaryono. (2012). Pemanfaatan Biogas dari Limbah Kotoran Ternak Sebagai Sumber Energi
Listrik. Pusat Teknologi Lingkungan, Badan Pengkajian dan penerapan Teknologi.

Sutisna, M., dan Pratama, Y. (2014). Pengolahan Limbah Cair Tahu secara Anaerob menggunakan
Sistem Batch, 2(1), 1–10.

Wati, L., Ahda, Y. dan Handayani, D., 2011. PENGARUH VOLUME CAIRAN RUMEN SAPI
TERHADAP BERMACAM FESES DALAM MENGHASILKAN BIOGAS Linda Wati,
Yuni Ahda, Dezi Handayani Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Padang,. , C, pp.20–
28.

Yousef, A. M. I., Eldrainy, Y. A., El-Maghlany, W. M., dan Attia, A. (2016). Upgrading biogas by
a low-temperature CO2 removal technique. Alexandria Engineering Journal.
http://doi.org/10.1016/j.aej.2016.03.026

Anda mungkin juga menyukai