SISTEM PROSES
11 ini secara garis besar melibatkan beberapa unit proses, adalah sebagai
berikut :
b. Burning Section
3. Packing Unit
bahan baku dalam pembuatan semen. Proses persiapan bahan baku ini
sandy clay, silica sand, pyrite cinder, gypsum dan bahan additif lainnya.
Penyediaan bahan baku limestone dan sandyclay tersebut diperoleh dari hasil
pasir besi dan gypsum didatangkan dari luar pabrik atau selain dari hasil
tambang juga digunakan limbah dari pabrik sebagai contoh fly ash hasil
55.000 ton/hari. Penyediaan bahan baku limestone tersebut diperoleh dari hasil
pabrik.
yang baik. Bahan adiktif yang ditambahkan adalah pasir besi, silika dan
gypsum. Kebutuhan pasir besi dipenuhi dari PT. Aneka Tambang Cilacap dan
menambah kuat tekan dan silika digunakan untuk kuat tekan awal.
bahan baku hingga menjadi produk yaitu semen. Pada unit ini terjadi proses
utama dalam pembuatan semen. Pada unit produksi sistem proses dibagi
menjadi 4 proses secara garis besar yaitu raw mill, coal mill, burning dan
finish mill
Setelah melwati proses mining unit bahan baku yang diperoleh akan
storage untuk di simpan sementara. Proses di raw mill section diawali dari
daerah storage bahan baku (raw material) meliputi storage batu kapur
(limestone), sandy clay serta bahan korektif pasir silika dan pasir besi. Bahan
Secara garis besar ada 4 proses di unit raw mill section sebelum bahan
1. Pengeringan (drying)
adalah metode cone shell, yaitu pile dibentuk dengan menumpuk material
pada satu cone dari satu posisi yang tetap. Ketika pile (tumpukan) konis sudah
panas dialirkan melalui duct dari bawah impact dryer. Pada impact dryer
terdapat double flap damper yang berfungsi mencegah terjadinya false air,
yaitu udara luar yang masuk ke dalam sistem yang dapat menyebabkan proses
pengeringan menjadi tidak optimal. Produk yang keluar dari impact dryer
2. Penggilingan (grinding)
umpan yang masuk. Setelah itu umpan angkat di angkut menggunakan belt
conveyor masuk ke dalam alat grinding yaitu Vertical Roller Mill. Proses
sehingga diperoleh material yang lebih halus dan luas permukaan yang lebih
juga terjadi proses pengeringan untuk mengurangi kadar air dalam bahan
mill akan masuk ke meja bundar penggerak atau table, di atas meja penggerak
penggilingan terjadi karena material yang berada di atas meja yang berputar
cenderung bergerak ke arah tepi meja akibat gaya sentrifugal. Pada saat
melewati roller material akan tergilas akibat adanya gaya tekan dari roller
terhadap meja penggiling dan roller akan ikut berputar. Tekanan roller berasal
3. Pemisahan (separation)
(EP) menuju separator dengan gaya sentrifugal. Material yang masih kasar
Precipitator.
lingkungan, batas emisi debunya adalah 80 mg/m3 dan material halus yang di
conveyor dan air slide conveyor akan di bawa masuk ke dalam blending silo.
4. Homogenisasi (blending)
alirkan ke dari stacker dan reclaimer, crushing dan grinding. Raw meal yang
merupakan material halus keluaran dari cyclone yang ada di air separator
selanjutnya dialirkan ke dalam silo dengan menggunakan air slide. Silo raw
meal terdiri atas dua bagian, yaitu air blending silo dan storage silo. Raw meal
dari air slide akan masuk ke dalam air blending silo. Di dalam air blending
silo akan terjadi proses homogenisasi pada raw meal dengan menggunakan
pada sepanjang air slide conveyor juga terjadi proses homogenisasi. Material
masuk melalui air slide yang kemudian disebar keenam buah saluran yang
berada di atas silo. Di dasar silo, material terfluidisasi oleh udara, masuk ke
dalam silo outlet secara bergantian dan secara otomatis dialirkan ke ruangan
blending. Material jatuh ke air slide dan dari bawah dialirkan udara yang
terhomogenisasi.
komposisi raw meal sesuai dengan standar kualitas, raw meal disimpan ke
Gas panas yang keluar dari rotary dryer, impact dryer, raw mill dan
(EP). Di EP akan terjadi proses pemisahan debu dengan gas sehingga gas
yang berasal dari dust collector dan debu yang berasal dari proses pemisahan
melekat pada bata tahan api) sehingga bata tahan apinya dapat
bertahan lama.
yaitu:
senyawa SiO2, Al2O3, dan Fe2O3 yang terkandung dalam meal. Sampel
diambil di air slide raw mill product setiap dua jam sekali. Perhitungan untuk
100𝐶𝑎𝑂
𝐿𝑆𝐹 =
2,8 𝑆𝑖𝑂2 + 1,8 𝐴𝑙2 𝑂3 + 0,65 𝐹𝑒2 𝑂3
SM (Silica Modulus)
meal harus berada diantara rentang 2,3-2,55%. Untuk mendapatkan nilai SM,
sampel diambil di air slide raw mill product setiap dua jam sekali.
𝑆𝑖𝑂2
𝑆𝑀 =
𝐴𝑙2 𝑂3 + 𝐹𝑒2 𝑂3
Sukar terbentuk coating pada kiln Terak berbentuk bola dan sulit
IM (Iron Modulus)
meal harus berada diantara rentang 1,7-1,8%. Untuk mendapatkan nilai IM,
sampel diambil di air slide raw mill product setiap dua jam sekali.
rendah
mill ini tidak boleh terlalu tinggi karena dapat menyebabkan kenaikan pada
untuk meningkatkan temperatur pada inlet raw mill didapatkan dari sisa panas
suspension preheater. Oleh karena itu, sebelum masuk ke dalam raw mill
dilakukan penurunan temperatur pada GCT (Gas Cooling Tower atau Gas
Conditioning Tower). Dalam GCT terdapat water spray yang berfungsi untuk
2) Temperatur Inlet EP
pada 115-125oC, jika temperatur inlet EP terlalu rendah hal ini dapat
menyebabkan udara terkondensasi sedangkan jika terlalu tinggi dapat
menyebabkan “ngebul” yaitu partikel debu yang terbawa oleh aliran gas
keluar melalui chimney. “Ngebul” ini terjadi akibat resistivitas dari collecting
plate yang tinggi sehingga tidak dapat lagi menarik debu yang telah
terionisasi karena partikel debu yang menempel pada plate sebelumnya tidak
bisa dirontokan oleh hammer. Temperatur inlet EP juga bisa diatur oleh GCT.
inlet mill akan semakin besar dikarenakan gas panas yang masuk ke dalam
mill yang semakin banyak. Tekanan pada raw mill diatur dari bukaan damper
yang berada dekat dengan EP fan. Saat tekanan tinggi bukaan damper dibuka
Burning section adalah salah satu proses inti dair pembuatan semen
dimana akan terjadi proses pembakaran raw meal menjadi clinker. Proses di
pendinginan. Pada proses pembakaran ini akan terjadi reaksi kimia antara
batu kapur, silika, tanah liat dan pasir besi membentuk klinker dengan
energi yang besar sehingga beban panas kiln berkurang. Panas yang
dibutuhkan untuk pemanasan dan kalsinasi awal diperoleh fdari gas buang
rotary kiln dan dari pembakaran yang terjadi di SP.. Pada tahapan ini, raw
meal mengalami proses penguapan air bebas sekaligus kalsinasi awal yang
Temperatur
Reaksi
(0C)
cyclone yang berurutan dari atas ke bawah. Pada SP terdapat riser duct yang
berperan sebagai calciner yaitu proses kalsinasi. Riser duct merupakan pipa
yang berfungsi untuk menaikkan gas panas dari kiln ke SP serta merupakan
sebelum kiln, riser duct juga di sebut sebagai TAD (Tertiary Air Duct) di bagi
menjadi dua macam pipa, yaitu ILC (Inline Calciner) dan SLC (Seperate Line
Calciner). Pada proses kalsinasi di SP di bagi menjadi dua jalur, ILC untuk
proses kalsinasi dengan panas berasal dari udara masukkan umpan kiln
sedangkan SLC panasnya berasal dari keluaran kiln, kalsinasi dari ducting
sedikit di bandingkan dengan ducting SLC karena pada ducting ILC udara
proses pembakaran di burner kiln. ILC sebagai alat utama yang bekerja
sendiri namun harus tetap ada SLC dan SLC sebagai alat pendukung yang
menggunakan air slide dan bucket elevator yang selanjutnya dimasukkan bin
feeder atau hopper. Di bawah bin feeder terdapat weighing feeder yang
berfungsi untuk mengukur laju alir massa raw meal yang akan diumpankan
ke dalam SP.
cyclone 4. Pada connection duct ini terjadi proses pertukaran panas antara
raw meal dengan gas panas. Gas panas yang berasal dari kiln dan gas panas
hasil pembakaran di riser duct akan terbawa ke atas karena adanya hisapan
dari SP fan. Gas panas tersebut kemudian membawa raw meal menuju
dengan menggunakan gaya sentrifugal. Raw meal akan terdorong dari bawah
sebelumnya, raw meal yang berada di connection duct akan terbawa oleh gas
panas yang mengalir dari cyclone 1 menuju cyclone 2, raw meal mengalami
proses pemisahan dari gas panas dengan gaya sentrifugal dan seterusnya
nantinya raw meal akan jatuh ke bawah dan gas panas yang akan
ILC dan SLC, material yang jatuh pada siklon 4 masuk ke dalam precalciner
proses prekalsinasi.
Panas
precalsiner material keluar dan menuju siklon 5, sedangkan gas panas keluar
menuju cyclone 4. Didalam cyclone 5 juga terjadi proses yang sama dengan
inlet hood untuk dikalsinasi lebih lanjut di kiln. Jika SLC digunakan maka
akan keluar melalui duct untuk dimanfaatkan di raw mill dan coal mill.
meningkatkan panas dan agar dihasilkan api, terdapat pipa yang mengalirkan
bahan bakar batu bara dari coal dozing serta duct yang mengalirkan tertiary
air untuk mensuply panas sekaligus udara. Proses kalsinasi lebih lanjut akan
Clogging, dusty, dan flushing terjadi pada daerah outlet C1-1 dan C1-2
bisa menutupi jalur material. Tindakan yang diambil saat temperatur terlalu
clogging.
b) Temperatur
dijaga kurang dari 400oC. Saat temperatur terlalu tinggi dapat merusak
impeler pada SP fan. Tindakan yang dapat diambil bisa dengan menurunkan
c) Tekanan Chute
harus kurang dari -10,0 mbar. Jika tekanan terlalu tinggi maka akan terjadi
panjang. Jika tekanan terlalu rendah akan terjadi clogging dan menyebabkan
operasi berhenti.
d) Oksigen (O2)
3%. Kadar oksigen yang lebih diperhatikan adalah pada inlet kiln, SP dan SP
fan. Bila jumlah oksigen tinggi dapat membuat kondisi operasi dingin dan
kemungkinan ada kebocoran sehingga ada udara luar masuk. Tindakan yang
dapat diambil adalah dengan mengurangi SP fan, menambah bahan bakar dan
menambah SP fan.
2. Kiln
clinker. Clinker merupakan produk yang dihasilkan dari kiln yaitu berupa
pembentuk clinker.
burner pada ujung pengeluaran kiln. Batubara di bakar dengan bantuan udara
primer yang dihembuskan oleh primary fan blower dan udara sekunder yang
berasal dari cooler. Hasil pembakaran berupa gas panas yang digunakan
untuk membantu pemanasan di SP, raw mill dan coal mill. Umpan kiln dari
raw meal blending silo dialirkan oleh air slide dan bucket elevator ke feed
C3S merupakan salah satu komponen utama dalam semen yang mulai
hidrasi yang cepat (panas hidrasi sebesar 500 J/g), memberi kekuatan awal
semen setelah 7 hari atau 8 hari, meningkatkan kuat tekan akhir, dan
suhu 800-900oC. Kandungan C2S pada semen Portland bervariasi antara 10-
25% dengan rata-rata 15%. Pengaruh C2S terhadap kualitas semen yang
sulfat. C2S bersama dengan C3S memberikan kekuatan akhir pada semen
setalah 1 tahun.
semen Portland bervariasi antara 7-12% dengan rata-rata 8%. Pengaruh C3A
pengerasan semen akibat proses hidrasi yang sangat cepat (panas hidrasi yang
sulfat.
d. Tetracalsium Alumina Ferrite (C4AF)
semen Portland antara 5-12% dengan rata-rata 8%. C4AF memiliki panas
hidrasi 420 J/g sehingga proses hidrasi akan berlangsung dalam beberapa
menit. C4AF menyebabkan warna khas pada semen sehingga tidak digunakan
Tepung baku masuk rotary kiln pada suhu ± 850 ⁰C. Pada daerah
kalsinasi suhu berkisar antara 850 ⁰C – 1000 ⁰C, dan pada daerah sintering
berkisar 1450 ⁰C. Karena proses pembentukan klinker di dalam rotary kiln
berlangsung pada temperatur yang sangat tinggi, maka dinding rotary kiln
harus dilapisi dengan bata tahan api untuk melindungi shell kiln antara nyala
api, gas panas dan material panas, mengurangi beban rotary kiln dan
Kiln dibagi dalam beberapa zona yaitu zona kalsinasi lanjutan, zona
safety, zona transisi, zona sintering dan zona pendinginan awal (cooling).
Zona safety berfungsi untuk memastikan semua CaCO3 yang sudah berubah
menjadi CaO. Pada zona transisi raw meal mengalami persiapan pembakaran
Panas didalam proses ini didapatkan dari bahan bakar batu bara yang
dialirkan ke alat pembakar atau burner yang terletak di ujung pengeluaran
kiln. Proses perpindahan panas yang saling berperan di dalam rotary kiln
adalah radiasi.
2CaO.SiO2 sebagian
Pembentukan CA
CaO.Al2O3 + 2CaO →
3CaO.Al2O3
→ 4CaO.Al2O3.Fe2O3
⁰C 3CaO.SiO2
1450-1240 Pendinginan Kristalisasi aluminat dan ferit
⁰C
a) Calcining zone
dimana sebagian CaCO3 telah terurai pada proses kalsinasi di dalam preheater
membentuk campuran C12A7 dan C2S. Pada zona ini, raw meal dari preheater
akan mengalami pemanasan hingga temperatur sekitar 900oC dan proses yang
maka material dari calcining zone akan bergerak ke daerah transition zone.
Pada zona ini, proporsi CaO akan semakin besar dan sebaliknya proposi
CaCO3 semakin kecil dan sempurna habis pada temperatur sekitar 900oC.
dan C4AF. Pada daerah ini material mengalami pemanasan hingga 1200oC.
Proses yang terjadi adalah mulai terbentuknya reaksi sedikit demi sedikit
antara CaO dengan senyawa SiO2, Al2O3, dan Fe2O3. Material mulai berubah
terjadi hingga suhu sekitar 1500oC. Proses yang terjadi adalah pelelehan dari
seluruh material dan reaksi maksimum antara CaO dengan SiO2, Al2O3, dan
(C2S), alite (C3S), celite (C3A), dan felite (C4AF). Reaksi ini disebut dengan
reaksi klinkerisasi. Bata tahan api yang digunakan pada zona ini biasanya
mengandung magnesia dalam jumlah yang lebih tinggi. Bata tahan api
material dengan mudah dan membentuk coating. Coating ini berfungsi untuk
cooling zone dan mengalami perubahan fasa karena material menjauhi burner
gun sehingga emperatur akan turun hingga mencapai sekitar 1200oC. Karena
adanya gerakan rotasi kiln, maka sebagian besar material akan berbentuk
butiran.
kualitas semen.
Pendinginan ini dilakukan secara tiba-tiba atau disebut juga proses
secara tiba-tiba dari suhu ±1450 ⁰C menjadi 120 ⁰C. Tujuan quenching yaitu
x panjang kiln menyebabkan klinker dapat mengalir dan turun hingga ke grate
sehingga dapat dilalui udara untuk mendinginkan klinker yang baru keluar
dari kiln. Proses pendinginan klinker di P-11 dilakukan dengan grate cooler
atau Air Quenching Cooler (AQC). Pendinginan ini dilakukan secara tiba-
120 ⁰C. Tujuan quenching yaitu untuk mendapatkan klinker dengan mutu
system hidrolis.
selang-seling antara grate plate statis dan grate plate dinamis. Klinker yang
turun di atas grate plate fixed (F) akan didorong oleh grate plate moved (M)
sehingga klinker akan turun ke grate plate fixed yang ada di bawahnya.
berikut.
temperaturnya rendah
finish mill.
kualitas semen.
kapasitas yang lebih besar. Di dalam grate cooler terdapat water spray yang
gas panas yang masuk ke EP lebih dari 1200C. Air yang digunakan untuk
yang keluar dari grate cooler akan dialirkan menuju clinker silo melalui drag
chain. Dari drag chain klinker akan dibawa menuju belt conveyor melalui
klinker ke silo. Klinker silo yang terdapat di plant 1-2 adalah clinker silo
gabungan. Terdapat 3 clinker silo yang ada di plant 1-2. Silo 1 merupakan
silo yang digunakan untuk menyimpan clinker reject (out off spec), silo 2
silo 3 digunakan untuk menyimpan clinker OWC. Reject clinker OPC akan
cooler akan dimanfaatkan untuk dijadikan secondary air dan tertiary air.
adanya hisapan dari EP cooler fan. Debu yang terbawa dalam aliran udara
Dari screw conveyor, debu akan disatukan dengan klinker di appron conveyor
dalam klinker silo. Udara yang telah masuk ke EP selanjutnya akan dibuang
Salah satu kendala yang sering terjadi di dalam grate cooler adalah
manual.
semen, finish mill atau cement mill merupakan proses pembentukan semen
dengan mencampurkan klinker dengan gypsum dan bahan additif yang lain
yang dihendaki. Tahapan di finish mill section ada tahap penggilingan akhir
dan packing.
semen yang memenuhi syarat kehalusan. Kehalusan semen adalah salah satu
faktor penentu utama dari semen yang dihasilkan. Partikel keluar dari akat
keluar berukuran 30 µm yang akan menghasilkan kuat tekan yang tinggi dan
kemudian dibawa ke alat penggilingan akhir. Pada weighing feeder ini juga
proses penggilingan di cement mill. Jika tidak ditambahkan CGA, sering kali
terjadi ball coating yaitu steel ball terlapis oleh material sehingga dapat
ditambahkan 3-5% dari klinker. Cement mill yang digunakan adalah tube mill
dengan ukuran diameter shell 4,7 m dan panjang 14 m, dengan kapasitas 210
ton/jam PCC 190 ton/jam OPC dan terdiri dari dua chamber yang dibatasi
oleh comprtement. Chamber I diisi oleh bola-bola baja (stell ball) ukuran
diameter 40, 50, 60 dan 70 mm dan chamber II diisi stell ball dengan diameter
17, 20, 25 dan 30 mm. Dinding shell dilapisi dengan liner yang berfungsi
mengarahkan gerakan stell ball dan melindungi shell. Dengan adanya putaran
mill maka akan terjadi benturan antara stell ball dengan klinker sehingga
klinker dapat hancur dan halus yang mengakibatkan suhu dalam alat menjadi
tinggi. Sedang suhu dalam alat ini tidak boleh lebih dari 120 ⁰C karena
gypsum akan kehilangan air kristalnya sehingga tidak dapat berfungsi sebagai
retarder dan semen yang dihasilkan akan mengalami falset set yang lebih
cepat. Oleh karena itu dikedua ujung cement mill terdapat water spray yang
berfungsi untuk menyemburkan air agar suhu di dalam tube mill kurang dari
Produk yang keluar dari cement mill sebagian besar masuk lewat air
slide, ke bucket elevator untuk selanjutnya dengan bantuan air slide, material
partikel halus akan masuk cement silo sebagai produk dengan bantuan air lift.
Hasil kasar (tailing) akan kembali masuk ke mill, sedangkan hasil yang halus
bersama dengan hasil dari air separator dan produk halus yang terikat udara
masuk dalam EP lewat air slide akan masuk ke cement silo dengan bantuan
air lift. Gas panas yang keluar dari cement mill dan udara keluaran dari air
separator akan masuk ke dalam EP karena adanya hisapan dari EP cement
mill fan untuk mengalami proses pemisahan. Debu yang terpisahkan akan
dialirkan menuju air slide melalui screw conveyor. Di air slide, debu akan
menyatu dengan material halus yang keluar dari cyclone di air separator. Dari
air slide, produk semen akan dialirkan menuju cement silo melalui bucket
elevator. Gas yang telah terpisahkan dari debu akan dibuang ke lingkungan
melalui chimney.
jam sekali dan sample di ambil dari air slide finish mill product. Kualitas dari
berkisar 1,55-1,8%.
Nilai free lime untuk OPC max 1,80% sedangkan untuk PCC max
1,60%.
4. Residu 45 𝜇m, Residu yang diperiksa untuk semen adalah yang tidak
lolos dalam ayakan ukuran 45 𝜇m. Residu produk OPC maksimal 11%
diumpankan dengan fresh feed. Untuk OPC, rasio clinker bernilai 90-
dengan X-RD.
b) Packing Unit
menggunakan air slide menuju bucket elevator. Dari bucket elevator, semen
material yang halus dan kasar serta semen yang menggumpal dan kotoran
yang ikut terbawa produk semen. Material kasar dan pengotor dibuang
material yang halus langsung ke dalam cement bin. Dari bin, semen dialirkan
ke dalam in-line packer. Jika bin tersebut telah penuh maka semen akan terus
masuk ke dalam bin. Semen yang telah masuk ke dalam kantong akan di
angkut ke dalam kantong 50 kg, pada unit packing terdapat juga pengemasan
dalam ukuran besar yaitu big bag dengan kapasitas 1 dan 1,5 ton serta semen
curah dengan kapasitas 15-25 ton atau sesuai dengan pesanan. Untuk semen
curah, semen yang berasal dari bin langsung didistribusikan ke loading truck.
Untuk mencegah terjadinya polusi udara akibat debu, maka pada unit
pengantongan ini dilengkapi dengan alat dust collector jenis bag filter.
Material kasar akan dibuang dan partikel halus (kurang dari 325 mesh)
diangkut oleh air slide sedangkan debu akan tersaring oleh bag filter.
Coal mill unit berfungsi untuk menyiapkan bahan bakar batu bara dari
raw coal menjadi fine coal melalui proses penggilingan. Pada plant 11,
terdapat unit coal mill. Kebutuhan fine coal sebagai bahan baku di plant 11
adalah 40 ton/jam.