Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bermain merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh kesenangan tanpa

memikirkan hasil akhir, yang dilakukan secara spontan dan tanpa paksaan dari

orang lain untuk memenuhi kepuasan fisik, emosi, sosial dan perkembangan

mental sehingga anak dapat mengekspresikan perasaannya (takut, kesepian,

fantasi dan kreativitasnya).

Terapi bermain adalah pemanfaatan permainan sebagai media yang efektif

oleh terapis, untuk membantu klien mencegah atau menyelesaikan kesulitan

psikososial dan mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, melalui

kebebasan eksplorasi dan ekspresi diri. Dengan memperhatikan hal tersebut, maka

perlu adanya program terapi bermain di rumah sakit khususnya diruang perawatan

anak sehingga diharapkan anak yang dirawat tetap dapat tumbuh dan berkembang

secara optimal sesuai tahap tumbuh kembangnya.

Dalam kondisi sakit atau anak di rawat di rumah sakit pun aktivitas

bermain ini tetap perlu dilakukan, namun harus sesuai dengan kondisi anak. Dari

hal tersebutlah, pada kesempatan ini akan kami sajikan suatu metode permainan

pada anak sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya.

B. Manfaat Terapi Bermain

1
1. Untuk anak-anak sebagai salah satu terapi pengobatan dan menghilangkan

kejenuhan terhadap suasana rumah sakit.

2. Sebagai sarana orang tua untuk mengetahui suasana hati anak saat bermain.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan tentang Terapi Bermain

1. Pengertian terapi bermain

Bermain merupakan salah satu aktivitas di mana anak dapat melakukan

ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, dan menjadi kreatif

(Hidayat, 2012).

Terapi bermain adalah usaha mengubah tingkah laku bermasalah, dengan

menempatkan anak dalam situasi bermain. Dari defenisi di atas dapat

disimpulkan bahwa bermain adalah kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan anak sehari-hari karena bermain sama dengan bekerja pada orang

dewasa, yang dapat menurunkan stress anak media pembelajaran yang baik untuk

anak belajar berkomunikasi dengan lingkungannya, dan penting untuk

meningkatkan kesejahteraan mental sosial anak (Adriana, 2013).

2. Tujuan bermain

Tujuan bermain untuk anak antara lain sebagai berikut (Supartini, 2014) :

a. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat

sakit anak mengalami ganguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

b. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi, serta ide-idenya. Pada

anak yang belum dapat mengekrespesikan secara verbal, permainan adalah

media yang sangat efektif untuk mengekspresikannya.

3
c. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah.

Permainan akan menstimulisasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya untuk

menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pemikirannya.

d. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stres karena sakit dan dirawat di

rumah sakit. Stres yang dialami anak saat dirawat di rumah sakit tidak dapat

dihindarkan sebagaimana juga yang dialami orang tuanya. Untuk itu yang

penting adalah bagaimana menyikapi anak dan orang tua untuk dapat

beradaptasi dengan stressor yang di alaminya di rumah sakit secara efektif.

3. Fungsi bermain

Sebelum memberikan permainan pada anak, maka orang tua seharusnya

mengetahui maksud dan tujuan permainan pada anak yang diberikan agar

diketahui perkembangan anak lebih lanjut, mengingat anak memiliki berbagai

masa dalam tumbuh kembang yang membutuhkan stimulasi. Untuk lebih

jelasnya dibawah ini terdapat beberapa fungsi bermain diantaranya (Hidayat,

2012) :

a. Membantu perkembangan sensorik dan motorik.

Fungsi bermain pada anak ini adalahh dapat dilakukan dengan

melakukan rangsangan pada sensorik dan motorik, melalui rangsangan ini

aktivitas pada anak dapat mengeksplorasikan alam sekitarnya.

b. Membantu perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini

dapat terlihat pada saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan

4
komunikasi dengan bahasa anak, mampu memahami obyek permainan

seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan kenyataan,

mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat

benda yang digunakan dalam permainan,sehingga fungsi bermain pada

model demikian akan meningkatkan perkembangan kognitif selanjutnya.

c. Meningkatkan sosialisasi anak

Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh

dimana pada usia bayi anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran

orang lain dan merasakan ada teman yang dunianya sama, pada usia toddler

anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai proses

sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti bermain-

main berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi seorang

bapak, menjadi seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah

sudah mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga harapan

anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang lain.

d. Meningkatkan kreatifitas

Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana

anak mulai belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan

mampu memodifikasi objek yang akan digunakan dalam permainan

sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti

bermain bongkar pasang mobil-mobilan.

5
e. Meningkatkan kesadaran diri

Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk

ekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang

merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan, anak mau belajar

mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.

f. Mempunyai nilai terapeutik

Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman

sehingga adanya stres dan ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain

dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.

g. Mempunyai nilai moral pada anak

Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak,

hal ini dapat dijumpai anak sudah mampu belajar benar atau salah dari

budaya di rumah, di sekolah dan ketika berinteraksi dengan temannya, dan

juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus

dilakukan tidak boleh dilanggar.

4. Klasifikasi bermain

Ada beberapa jenis permainan ditinjau dari isi permainan maupun karakter

sosialnya, antara lain sebagai berikut (Supartini, 2014) :

a. Berdasarkan isi permainan

1) Social affectif play

Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang

menyenangkan antara anak dan orang lain. Misalnya permainan “ciluk

6
ba”, bicara sambil tersenyum atau tertawa, memberikan tangan kepada

bayi untuk menggenggamnya. Bayi akan mencoba berespon terhadap

tingkah laku orang tuanya atau orang dewasa tersebut dengan

tersenyum, tertawa dan mengoceh.

2) Sense of pleasure play

Permainan ini menggunakan alat yang pada anak dan

mengasyikkan. Misalnya dengan menggunakan air, anak akan

memindah-mindahkan air ke botol, bak, atau tempat lain. Ciri khas

permainan ini adalah anak akan semakin lama semakin asyik

bersentuhan dengan alat permainan ini sehingga susah untuk dihentikan.

3) Skill play

Permainan ini akan meningkatkan keterampilan anak, khususnya

motorik kasar dan halus. Keterampilan tersebut diperoleh melalui

pengulangan kegiatan permainan yang dilakukan. Semakin sering

melakukan kegiatan, anak akan semakin terampil. Missal, bayi akan

terampil memegang benda-benda kecil, memindahkan benda dari satu

tempat ke tempat lain.

4) Games

Games atau permainan adalah jenis permainan yang menggunakan

alat tertentu yang menggunakan perhitungan atau skor. Permainan ini

biasa dilakukan oleh anak sendiri atau dengan temannya.

7
5) Unoccupied behavior

Anak tidak memainkan permainan tertentu, namun anak terlihat

mondar-mandir, tersenyum, tertawa, membungkuk memainkan kursi

atau apa saja yang ada disekelilingnya. Anak tampak senang, gembira

dan asyik dengan situasi serta lingkungannya.

6) Dramatic play

Pada peran ini anak memainkan peran sebagai orang lain melalui

permainannya. Apabila anak bermain dengan temannya, akan terjadi

percakapan diantara mereka tentang peran orang tua yang mereka tiru.

Permainan ini penting untuk proses identifikasi anak terhadap peran

tertentu.

b. Berdasarkan karakter sosial

1) Onlooker play

Pada jenis permainan ini, anak hanya mengamati temannya yang

sedang bermain, tanpa inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam

permainan. Anak tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan

terhadap permainan yang sedang dilakukan temannya.

2) Solitary play

Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok

permainan, tetapi anak bermain sendiri dengan alat permainan yang

dimilikinya, dan alat permainan tersebut berbeda dengan alat permainan

8
yang digunakan temannya, tetapi ada kerjasama, ataupun komunikasi

dengan teman sepermainannya.

3) Parallel play

Pada permainan ini, anak dapat mengunakan alat permainan yang

sama, tetapi antara satu anak dengan anak lainya tidak terjadi kontak

satu sama lain. Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak usia

toddler.

4) Asosiciative play

Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak

dengan anak lain, tetapi tidak organisasi, tidak ada yang memimpin

permainan, dan tujuan permainan tidak jelas.

5) Cooperative play

Pada permainan ini terdapat aturan permainan dalam kelompok,

tujuan dan pemimpin permainan. Pemimpin mengatur dan mengarahkan

anggotanya untuk bertindak dalam permainan dengan tujuan yang

diharapkan dalam permainan.

5. Jenis alat permainan berdasarkan kelompok umur

Dalam penggunaan alat permainan anak tidaklah sama dalam setiap usia

tumbuh kembang melainkan berbeda, hal ini dikarenakan setiap tahap usia

tumbuh kembang anak selalu mempunyai tugas-tugas perkembangan yang

berbeda sehingga dalam penggunaan alat selalu memperhatikan tugas masing-

9
masing umur tumbuh kembang. Adapun karakteristik dalam setiap tahap usia

tumbuh kembang anak (Adriana, 2013) :

a. Usia 0-1 tahun

Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan adanya

reflex, melatih kerja sama antara mata dan tangan, mata dan telinga dalam

berkoordinasi, melatih mencari objek yang ada tetapi tidak kelihatan, melatih

mengenal asal suara, kepekaan perabaan, keterampilan dengan gerakan yang

berulang, sehingga fungsi bermain pada usia ini sudah dapat memperbaiki

pertumbuhan dan perkembangan.

Jenis permainan ini permainan yang dianjurkan pada usia ini antara

lain : benda (permainan) aman yang dapat dimasukkan kedalam mulut,

gambar bentuk muka, boneka orang dan binatang, alat permaianan yang

dapat digoyang dan menimbulkan suara, alat permaian berupa selimut,

boneka, dan lai-lain.

b. Usia 1-2 tahun

Jenis permainan yang dapat digunakan pada usia ini pada dasarya

bertujuan untuk melatih anak melakukan gerakan mendorong atau menarik,

melatih melakukan imajinasi, melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari

dan memperkenalkan beberapa bunyi dan mampu membedakannya.

Jenis permainan ini seperti semua alat permainan yang dapat didorong

dan ditarik, berupa alat rumah tangga, balok-balok, buku bergambar, kertas,

pensil berwarna, dan lain-lain.

10
c. Usia 2-3 tahun

Usia ini dianjurkan bermain dengan tujuan menyalurkan perasaan

emosi anak, mengembangkan keterampilan berbahasa, melatih motorik kasar

dan halus, mengembangkan kecerdasan, melatih daya imajinasi dan melatih

kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.

Adapun jenis permainan pada usia ini yang dapat digunakan antara lain

: alat-alat untuk gambar, puzzle sederhana, manik-manik ukuran besar,

berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda-beda

dan lain-lain.

d. Usia 3-6 tahun

Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan

kreativitasnya dan sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang

dapat mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan,

kemampuan berbahasa, mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan

sportifitas, mengembangkan koordinasi motorik, mengembangkan dan

mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan pengertian

yang bersifat ilmu pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetensi

serta gotong royong.

Sehingga jenis permainan yang dapat digunakan pada anak usia ini

seperti benda-benda sekitar rumah, buku gambar, majalah anak-anak, alat

gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting, dan air.

11
6. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam bermain

Adapun hal-hal yang harus diperhatihan dalam aktivitas bermain, antara

lain (Adriana, 2013) :

a. Energi ekstra atau tambah

Bermain memerlukan energi tambahan, anak sakit kecil keinginanya

untuk bermain. Apabila ia mulai lelah atau bosan, anak akan menghentikan

permainnya.

b. Waktu

Anak harus cukup untuk bermain.

c. Alat permainan

Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur

dan taraf perkembangannya.

d. Ruangan untuk bermain

tidak usah terlalu besar, anak juga bisa bermain di halaman atau di

tempat tidur.

e. Pengetahuan cara bermain

Anak belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-

temanya atau diberi tahu caranya.

f. Teman bermainan

Anak harus yakin bahwa ia mempunyai teman bermain, kalau ia main

sendiri, anak ia akan kehilangan kesempatan belajar dari teman-temannya.

12
g. Reward

Berikan semangat dan pujian atau hadiah pada anak bila berhasil

melakukan

7. Karakteristik Sasaran

a. Perkembangan sensori motorik,

1) Bermain : meningkatkan otot dan energi dominan

2) Anak mengeksploitasi alam di sekitarnya.

3) Bayi melalui stimulasi taktil (sentuhan), audio, visual, kinetic

b. Perkembangan intelektual / kognitif,

1) Melalui eksplorasi san amnipulasi : mengenal objek dan cara

menggunakannya.Seperti belajar warna, bentuk, ukuran, manfaat benda,

buku cerita, film, koleksi dan lain-lain.

2) Meningkatkan kemampuan bahasa

3) Belajar berfikir abstrak, mengulangi pengalaman masa lalu ke dalam

persepsi dan dihubungkan ke hubungan yang lain.

4) Belajar membedakan lingkungan, seperti panas, dingin, siang dan

malam

5) Membedakan antara khayalan dan kenyataan

c. Mengembangkan kreativitas anak

Anak menjadi kreatif, mencoba ide-ide baru, bila puas dari kreatif baru akan

mencoba situasi lain

d. Merupakan media sosialisasi anak

13
1) Mengambangkan dan memperluas social anak : anak cepat mengatasi

masalah personal yang timbul dalam hubungan social

2) Dengan sosial akan berkembang nilai moral dan etik, anak belajar yang

benar dan yang salah.

14
BAB III

TERAPI BERMAIN

A. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah diberikan terapi bermain, anak diharapkan dapat melanjutkan pertumbuhan

dan perkembangan yang normal. Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif

terhadap stress karena sakit. Mengurangi kejenuhan dan kecemasan anak dalam

proses hospitalisasi,merangsang daya imajinasi, melatih ketrampilan

motorik kasar dan motorik halus anak serta anak dapat beradaptasi efektif

terhadap stress karena penyakit dan dirawat.

2. Tujuan Khusus

a. Melatih anak melakukan gerakan mendorong atau menarik

b. Melatih melakukan imajinasi

c. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari

d. Sebagai alat komunikasi antara perawat-klien

e. Meningkatkan kreativitas pada anak

f. Sosialisasi dengan orang lain

15
B. Kriteria anak

1. Anak tidak bedrest total.

2. Anak tidak kejang

3. Anak tidak demam

4. Anak bersedia mengikuti permainan

5. Anak yang tidak memiliki masalah intoleransi aktivitas

C. Deskripsi Permainan

Permainan ini merupakan sebuah permainan untuk melatih berbagai tingkat

tumbuh kembang anak.

D. Sasaran

Anak umur 2 - 5 tahun.

E. Pelaksanaan terapi bermain

a. Pengorganisasian

1. Leader : Inayati Nurintan AS

Tugas :

a) Membuka acara dan memperkenalkan nama –nama terapis

b) Menjelaskan tujuan terapi bermain

c) Menjelaskan aturan terapi bermain

2. Co leader : Roman sumari

Tugas :

a) Membantu leader dalam mengorganisir kegiatan

b) Menyampaikan jalannya kegiatan

16
c) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader dan sebaiknya

3 Observer: Andi Nurul Muhammad

Tugas :

a) Mengevaluasi jalanya kegiatan

4. Fasilitator : Andi Nurul Muhammad

Tugas :

a) Memfasilitator kegiatan yang di harapkan

b) Memotivasi peserta agar mengikuti kegiatan

c) Sebagai Rol Model selama kegiatan

F. Tempat dan waktu pelaksanaan

 Tempat : Ruang Perawatan Anak (Perawatan II) RSUD Syekh Yusuf

Gowa

 Hari / tanggal : Jumat, 22 Juni 2018

 Pukul : 08 : 00 AM WITA

G. Metode

 Demonstrasi

H. Tekhnis Permainan

NAMA UMUR DIAGNOSA

An.S 3 tahun 1 bulan DBD

An.R 4 tahun 2 bulan ISPA

An.Q 5 tahun 5 bulan DBD

17
An. N 7 tahun 3 bulan GEA

An.A 3 tahun 5 bulan DBD

Tingkat aktivitas : Tingkat aktivitas yang diberikan merupakan aktivitas

dengan tidak menggunakan tenaga. Klien hanya melakukanya sesuai dengan

kenyamanan dan kesenangannya.

 Jenis permainan : Mewarnai gambar

 Peserta : Anak di Ruang Perawatan Anak (Perawatan II) RSUD

Syekh Yusuf Gowa

1. Klien

2. Orangtua klien

3. Perawat

I. Evaluasi Hasil Program Bermain

1. Persiapan

a) Alat

Alat yang di siapkan adalah buku gambar, pensil warna, balon.

b) Klien

Klien bermain di Ruang Perawatan Anak RSUD Syekh Yusuf

c) Perawat

Perawat duduk di depan pasien

18
2. Proses Keluarga

a. Keaktifan Anak

- Klien tampak senang dan menikmati permainan

- Anak bermain sambil duduk

- Anak tampak bersemangat

b. Keaktifan orang tua

- Orang tua klien tampak senang anaknya bermain

- Orang tua ikut membantu bermain

3. Waktu Bermain

a. Bermain berlangsung selama 30 menit

b. Selanjutnya anak bermain dengan orangtuanya.

19
DOKUMENTASI

20

Anda mungkin juga menyukai